Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-leadership/37

e-Leadership edisi 37 (15-12-2008)

Karakter Pemimpin: Teladan

 

===========MILIS PUBLIKASI E-LEADERSHIP EDISI DESEMBER 2008===========

  TOPIK: KARAKTER PEMIMPIN: TELADAN

  MENU SAJI
  EDITORIAL: Teladan -- Mutlak dalam Kepemimpinan Kristen
  ARTIKEL KHUSUS: Sang Eksekutif yang Sempurna
  ARTIKEL 1: Nehemia, Seorang Pemimpin Teladan
  ARTIKEL 2: Teladan Baik
  INSPIRASI: Pentingnya Keteladanan
  STOP PRESS: Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org

==================================**==================================
EDITORIAL

              TELADAN -- MUTLAK DALAM KEPEMIMPINAN KRISTEN

  Salah satu tugas pemimpin Kristen adalah memberikan teladan yang
  baik. Hal ini penting karena sikap dan pemikiran seorang pemimpin
  Kristen mau tidak mau akan ditiru oleh para pengikutnya. Jika
  seorang pemimpin bersikap dan berpikir yang tidak baik, maka
  demikian jugalah para pengikutnya. Sebaliknya, jika seorang pemimpin
  menyiratkan sikap dan pemikiran yang mencermikan prinsip-prinsip
  alkitabiah, begitu jugalah para pengikutnya akan menjadi orang-orang
  yang benar di hadapan Tuhan. Karena itu, menjadi pemimpin berarti
  mengemban tanggung jawab yang besar -- membawa orang-orang yang
  dipimpinnya hidup benar di hadapan Tuhan melalui sikap dan cara
  hidupnya.

  Lalu bagaimana kita dapat memberi teladan yang benar, teladan yang 
  dapat membawa para pengikut kita menjadi serupa dengan Kristus? 
  Artikel 1 dan 2 akan menjawabnya. Di kedua kolom itu disajikan 
  bahasan mengenai bagaimana kita dapat melihat kehidupan Nehemia 
  dalam memberikan teladan dan bagaimana menjadi teladan yang baik.

  Mari, jadikan Natal tahun ini sebagai tugu peringatan untuk 
  mengambil komitmen menjadi teladan yang hidupnya mencerminkan 
  Kristus bagi orang-orang di sekitar kita. Tidak lupa, segenap 
  Redaksi e-Leadership mengucapkan:

            SELAMAT MENJELANG NATAL 2008 DAN TAHUN BARU 2009

  Semoga damai Natal dan penyertaan Tuhan selalu bersama kita dalam
  menyongsong tahun yang baru. Amin.

  Selamat menyimak, Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Leadership,
  Dian Pradana

  "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu
  juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu."
  (Yohanes 13:15)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+13:15 >

==================================**==================================

       Contoh bukan hal penting dalam memengaruhi orang lain,
                      melainkan hal terpenting.

==================================**==================================
ARTIKEL KHUSUS

                      SANG EKSEKUTIF YANG SEMPURNA

  Natal adalah saat yang tepat dalam setahun untuk meninjau gaya 
  manajemen Yesus dari Nasaret. Apa yang Yesus capai adalah yang 
  terbaik. Ia merekrut dan memotivasi dua belas orang-orang awam 
  menjadi orang-orang yang luar biasa. Ia membentuk kepribadian mereka 
  yang beragam, dengan hasrat, ambisi, dan pemikiran yang berbeda, 
  menjadi sebuah kesatuan yang luar biasa.

  Ia mengorganisir kekristenan yang telah tumbuh memiliki 1,5 milyar 
  pengikut dan cabang di seluruh dunia dan 223 negara. Yesus tidak 
  secara agresif memaksa orang-orang untuk mengikuti ajaran-Nya. Ia 
  juga tidak membujuk mereka dengan cara yang licik. Namun, Ia 
  mengajak para pendengar-Nya dengan tidak pernah melupakan kebutuhan 
  mereka. Ia dengan setia memotivasi dan mempraktikkan prinsip 
  motivasi paling penting. Orang ingin tahu seberapa besar Anda peduli 
  sebelum mereka peduli pada apa yang Anda tahu.

  Ia mengoptimalkan kemampuan terbaik para pengikut-Nya dengan menarik 
  mereka, bukan mendorong mereka. Yesus mendekati dengan kepedulian 
  untuk mengatur murid-murid-Nya. Ia tidak melihat para murid-Nya 
  sebagai objek untuk dimanipulasi demi kesuksesan-Nya, namun Ia 
  melihat mereka sebagai manusia yang harus dimotivasi dan 
  dikembangkan.

  Meski begitu, Ia tidak pernah tidak memerhatikan perilaku mereka
  yang tidak benar. Ia menegur mereka secara langsung dan terbuka, dan
  selalu mendukung dan mendorong untuk mereka mengubah hati mereka. Ia
  menekankan semangat kerja sama tim. Ia merendahkan diri untuk
  membasuh kaki murid-murid-Nya. Melalui itulah -- perhatian kepada
  orang lain -- manajemen dapat memberikan sumbangsih terbesar bagi
  pertumbuhan orang lain dan kesuksesan pelayanan.

  Kita akan selalu menjalani hidup di dunia yang tidak sempurna, namun 
  kita memiliki teladan yang sempurna. (t/Dian)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Church Leader Network
  Judul asli artikel: The Perfect Executive
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.churchtoolbox.com/Default.aspx?tabid=36&EntryID=11

==================================**==================================
ARTIKEL 1

                   NEHEMIA, SEORANG PEMIMPIN TELADAN

  Salah satu contoh paling menonjol dalam Alkitab mengenai 
  kepemimpinan yang berpengaruh dan berwibawa, kita lihat dalam 
  kehidupan Nehemia. Kadang-kadang caranya kelihatan agak keras, 
  tetapi ia dipakai Allah untuk mengadakan pembaharuan yang 
  menakjubkan dalam kehidupan bangsanya dalam waktu yang sangat 
  singkat. Suatu analisa mengenai kepribadian dan metodenya 
  mengungkapkan bahwa cara yang dipakainya dapat berhasil hanya karena 
  mutu wataknya sendiri.

  WATAKNYA

  Kesan pertama yang kita peroleh saat membaca kisah sederhana 
  mengenai Nehemia ialah bahwa ia suka berdoa. Reaksi pertamanya saat 
  ia mendengar nasib Yerusalem yang menyedihkan ialah berpaling kepada 
  Allah di dalam doa -- membuktikan bahwa ia tidak asing di depan 
  takhta kasih karunia. Secara keseluruhan, catatan kehidupannya 
  dipenuhi dengan doa. Baginya, doa bukan saja merupakan sesuatu yang 
  dilakukan pada saat-saat yang tertentu saja, melainkan bagian yang 
  tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pekerjaan sehari-hari 
  (Neh. 1:4, 6, 2:4, 4:4, 9, 5:19, 6:14, 13:14, 22, 29).

  Ia menunjukkan keberanian dalam menghadapi bahaya besar. "Orang
  manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah
  seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku
  tidak pergi" (Neh. 6:11). Pernyataan keteguhan hati dan keberanian
  banyak artinya untuk menambah moral suatu bangsa yang sudah patah
  semangat.

  Ia menunjukkan perhatian yang sejati terhadap kesejahteraan 
  bangsanya, suatu perhatian yang begitu jelas, sehingga bahkan 
  musuh-musuhnya memberi komentar tentang hal itu. "Mereka sangat 
  kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang 
  Israel" (Neh. 2:10). Perhatiannya dinyatakan olehnya melalui puasa, 
  doa, dan air mata (Neh. 1:4-6). Nehemia memihak bangsanya, bukan 
  saja dalam kesedihan mereka, tetapi juga di dalam dosa-dosa mereka. 
  "Dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu. Juga aku dan 
  kaum keluargaku telah berbuat dosa." (Neh. 1:6)

  Ia menunjukkan suatu tinjauan masa depan yang teliti. Setelah 
  memeroleh perhatian raja yang baik, ia meminta surat-surat kepada 
  para gubernur di daerah-daerah yang dilalui olehnya dalam 
  perjalanannya ke Yerusalem. Tetapi pikirannya terus diarahkan kepada 
  tugas yang menunggunya di Yerusalem, dan ia juga meminta surat-surat 
  kepada para penjaga taman milik raja-raja, agar dapat memeroleh kayu 
  yang diperlukan "untuk memasang balok-balok pada pintu gerbang di 
  benteng ... dan untuk tembok kota" (Neh. 2:8). Ia memikirkan hal 
  tersebut masak-masak.

  Dalam tindakan-tindakan Nehemia yang berani, terasa adanya sikap 
  hati-hati. Setelah sampai di Yerusalem, ia tidak serta-merta mulai 
  dengan pekerjaannya. "Maka tibalah aku di Yerusalem ... tiga hari 
  aku di sana" (Neh. 2:11). Baru setelah beberapa hari, setelah ia 
  dengan cermat dapat menilai keadaan, ia mulai bertindak. Dan bahkan 
  pada waktu itu pun sikap pembawaannya yang berhati-hati menyebabkan 
  ia tetap berdiam diri mengenai maksud kedatangannya. Bahkan, 
  pekerjaan pengamatannya pun dilakukan pada waktu malam.

  Nehemia pada dasarnya adalah orang yang tegas. Ia tidak akan
  menunda-nunda jika ia harus memutuskan sesuatu. Sifatnya yang penuh
  semangat tidak mengenal penundaan.

  Ia memunyai kemampuan memikul beban orang lain secara istimewa. Ia 
  bersedia memahami dan mendengarkan masalah-masalah dan keluhan 
  bangsanya dan mengambil tindakan untuk menanggulanginya (Neh. 
  4:10-12, 5:1-5). (Seorang pemimpin mengatakan mengenai salah seorang 
  bawahannya, "Saya tidak bermaksud membiarkan ia menangis di bahu 
  saya!" Tetapi untuk maksud itulah seharusnya bahu seorang pemimpin!)

  Keputusan dan tindakan Nehemia ditandai oleh sifatnya yang sama 
  sekali tidak memihak. Ia tidak memandang muka orang. Kaum bangsawan 
  dan para pemimpin dikecamnya, jika memang mereka patut dikecam, sama 
  saja seperti orang-orang biasa. "Aku menggugat para pemuka dan para 
  penguasa .... Lalu kuadakan terhadap mereka suatu sidang jemaah yang 
  besar." (Neh. 5:7)

  Pendekatan rohaninya terhadap masalah-masalah tidak mengesampingkan 
  realisme yang sehat. "Tetapi kami berdoa ... dan mengadakan 
  penjagaan ... siang dan malam." (Neh. 4:9)

  Dalam menerima tanggung jawab, ia tidak mengelakkan implikasinya 
  yang berat, melainkan ia bersedia melakukan tugas dengan segala 
  kesulitan yang dihadapinya, terus sampai berhasil.

  Nehemia muncul sebagai orang yang kuat dalam pemerintahan, tenang 
  dalam keadaan krisis, tidak takut menghadapi bahaya, berani 
  mengambil keputusan, saksama dalam organisasi, tidak memihak dalam 
  kepemimpinan, gigih menghadapi perlawanan, bersikap tegas menghadapi 
  ancaman, waspada terhadap intrik. Ia adalah seorang pemimpin yang 
  memenangkan dan mendapat kepercayaan sepenuhnya dari para 
  pengikutnya.

  CARA-CARANYA

  Ia membangkitkan semangat rekan-rekannya. Ini merupakan fungsi yang
  penting daripada seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Ia
  mencapai tujuan ini dengan memberikan dorongan iman dan memalingkan
  pikiran mereka dari besarnya masalah mereka pada waktu itu kepada
  kebesaran Allah dan sifat-Nya yang dapat dipercaya. Keyakinan
  seperti ini banyak terdapat dalam Kitab Nehemia:

  "Allah semesta langit ... yang membuat kami berhasil." (Neh. 2:20)

  "Jangan takut .... Ingatlah kepada Tuhan yang mahabesar dan 
  dahsyat." (Neh. 4:14)

  "Allah kita berperang bagi kita." (Neh. 4:20)

  "Sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu." (Neh.8:11)

  Iman menghasilkan iman. Rasa pesimis menghasilkan ketidakpercayaan.
  Tanggung jawab utama seorang pemimpin rohani adalah membina iman
  rekan-rekannya.

  Ia pandai menghargai orang dan memberi mereka dorongan. Nehemia 
  datang kepada orang-orang yang merasa kecewa dan merosot 
  semangatnya. Tujuan utamanya ialah membangkitkan harapan dan 
  kemudian memeroleh kerja sama mereka. Hal ini sebagian dilakukannya 
  dengan mengingat kembali kemurahan tangan Allah, yang telah 
  menyertainya dan menyampaikan kepada mereka penglihatan dan 
  keyakinannya kepada Allah. "Ketika kuberitahukan kepada mereka, 
  betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan apa yang 
  dikatakan raja kepadaku, berkatalah mereka: `Kami siap untuk 
  membangun!` Dan dengan sekuat tenaga mereka mulai melakukan 
  pekerjaan yang baik itu." (Neh. 2:18)

  Kesalahan dan kegagalan harus diperbaiki dengan setia, tetapi yang 
  penting adalah cara tindakan ini dilakukan. Nehemia rupanya dapat 
  melakukan hal ini dengan begitu rupa sehingga dapat memberi semangat 
  kepada bangsanya agar mereka melakukannya dengan lebih baik. Lebih 
  dari itu, disiplinnya yang setia dan teguh menyebabkan keyakinan 
  kepadanya semakin bertambah dan semakin meneguhkan wewenangnya.

  Ia menghadapi penyebab kelemahan yang potensial dengan segera. Dua
  peristiwa khusus dicatat di sini.

  Orang-orang merasa kecewa karena sangat lelah dan terhalang (Neh. 
  4:10-16). Mereka sangat lelah; puing-puing yang sangat banyak 
  menghalangi kemajuan mereka; musuh-musuh melakukan intimidasi 
  terhadap mereka. Taktik apa yang diambil oleh Nehemia? Ia 
  mengarahkan pikiran mereka kepada Allah. Ia mengusahakan agar mereka 
  dipersenjatai secukupnya. Ia mengelompokkan mereka kembali dan 
  menempatkan mereka di tempat- tempat yang strategis. Ia memanfaatkan 
  kekuatan kesatuan keluarga. Ia menyuruh separuh dari mereka bekerja, 
  sedangkan setengah yang lain bertahan dan beristirahat. Keberanian 
  mereka pulih ketika mereka melihat bahwa pemimpin mereka menyadari 
  masalah-masalah mereka dan berusaha menanggulanginya.

  Dalam peristiwa kedua, rakyat kecewa karena keserakahan dan sikap 
  tidak berbelas kasihan saudara-saudara mereka yang kaya (Neh. 
  5:1-5).

  Tanah mereka telah digadaikan; beberapa dari anak mereka telah 
  dijual sebagai budak. "Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena 
  ladang dan kebun anggur kami sudah di tangan orang lain." Tidak ada 
  suatu apa pun yang lebih menyebabkan merosotnya semangat orang 
  daripada jika kesejahteraan anak-anaknya dihancurkan.

  Sekali lagi, taktik yang dipakai oleh Nehemia penuh dengan 
  pengajaran. Ia mendengar keluhan-keluhan mereka dengan penuh 
  perhatian dan memahami dilema yang mereka hadapi. Ia menegur dan 
  memermalukan kaum bangsawan karena sikap mereka yang tanpa belas 
  kasihan makan riba dari saudara-saudaranya (Neh. 5:7). Ia 
  membandingkan tindakan mereka dengan sikapnya yang lebih 
  mementingkan orang lain (Neh. 5:14). Ia menyerukan agar segera 
  diadakan penggantian kerugian (Neh. 5:11). Begitu besar pengaruh 
  rohaninya sehingga mereka menjawab: "Itu akan kami kembalikan! Dan 
  kami tidak akan menuntut apa-apa dari mereka. Kami akan melakukan 
  tepat seperti yang engkau perintahkan." (Neh. 5:12)

  Nehemia memulihkan kuasa firman Allah (Neh. 8:1-8). Terlepas dari 
  tindakan ini, maka pembaharuan yang dimulai olehnya pasti berjalan 
  sementara saja atau bahkan tidak mungkin sama sekali. Dengan keras, 
  ia menjalankan standar firman Allah, dan sikap ini memberikan kuasa 
  rohani terhadap tindakan-tindakannya.

  Ia menyerukan dipulihkannya Hari Raya Pondok, yang tidak pernah 
  dirayakan lagi sejak zaman Yosua (Neh. 8:15). Betapa gembira 
  orang-orang yang bekerja keras ini menyambut hari libur mingguan dan 
  hari raya-hari raya ini! Pembacaan Kitab Suci membawa pertobatan dan 
  pengakuan dosa dari kedua pihak, baik pihak orang Israel maupun para 
  imam (Neh. 9:3-5). Mereka mentahirkan rumah Allah dari perabot rumah 
  Tobia yang menajiskan (Neh. 13:4-9). Perkakas-perkakas rumah Allah 
  dikembalikan ke tempatnya (Neh. 13:9) dan persembahan persepuluhan 
  sekali lagi dibawa ke dalam peti persembahan (Neh. 13:5). Istirahat 
  pada hari Sabat dijalankan kembali (Neh. 13:15), perkawinan dengan 
  bangsa-bangsa di sekelilingnya dilarang (Neh. 13:23-25), dan 
  diadakan pemisahan di antara mereka (Neh. 13:30).

  Ia cakap dalam organisasi. Dalam menyusun rencana-rencana yang 
  terperinci, ia mengadakan suatu penelitian yang hati-hati dan 
  mengadakan penilaian terhadap situasinya secara obyektif (Neh. 
  2:11-16). Ia memperinci jumlah tenaga kerja yang tersedia. Ia tidak 
  mengabaikan perhitungan di atas kertas. Tiap-tiap kelompok diserahi 
  tanggung jawab di satu bidang tertentu secara khusus dan jelas. Ia 
  mengakui para pemimpin bawahannya dengan menyebut nama-nama mereka 
  dan tempat di mana mereka bekerja. Mereka mendapat kesan bahwa 
  mereka lebih dari hanya sekadar satu roda dalam sebuah mesin saja. 
  Ia menjalankan suatu pembagian tanggung jawab yang bijaksana. 
  "Pengawasan atas Yerusalem aku serahkan kepada Hanani, saudaraku, 
  dan kepada Hananya, panglima benteng" (Neh. 7:2). Dengan demikian, 
  ia memberikan kesempatan kepada orang-orang yang mampu untuk 
  mengembangkan potensi kepemimpinan mereka. Ia memunyai ukuran yang 
  tinggi mengenai orang-orang bawahan yang dipilihnya (Neh. 7:2), 
  yaitu kesetiaan, "ia seorang yang dapat dipercaya, dan yang sangat 
  saleh, "ia takut akan Allah lebih daripada orang lain".

  Kepemimpinannya dinyatakan dalam sikapnya terhadap perlawanan yang
  terorganisasi, yang bentuknya bermacam-macam, seperti misalnya
  fitnah, sindiran, infiltrasi, intimidasi, dan intrik. Diperlukan
  bimbingan yang bijaksana dan tegas untuk dapat mengambil jalan yang
  mantap di tengah-tengah kemelut ini.

  Sekali lagi, langkah pertama yang diambilnya adalah berdoa. "Tetapi 
  kami berdoa kepada Allah kami" (Neh. 4:9). Dan apabila keadaan 
  memungkinkan, ia tidak menghiraukan musuh-musuhnya. Ia tidak 
  membiarkan mereka membelokkan dia dari tugasnya yang terutama, 
  tetapi pada waktu yang sama, ia mengambil tindakan penjagaan 
  seperlunya (Neh. 4:16). Yang terpenting di atas semua itu ialah 
  bahwa ia tidak pernah menyimpang dari sikap iman yang teguh kepada 
  Allah (Neh. 4:20).

  Ujian kepemimpinan rohani ialah apakah kepemimpinan itu berhasil
  mencapai tujuannya atau tidak. Dalam persoalan Nehemia, kita tidak
  perlu meragukannya lagi. Tulisan dalam Alkitab berbunyi:

  "Maka selesailah tembok itu." (Neh. 6:15)

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Kepemimpinan Rohani
  Judul asli buku: Spiritual Leadership
  Penulis: J. Oswald Sanders
  Penerjemah: Drs. Chris J. Samuel dan Drs. Ganda Wargasetia
  Penerbit: Kalam Hidup, Bandung 1979
  Halaman: 168 -- 173

==================================**==================================
ARTIKEL 2

                            TELADAN BAIK

  Seorang pemimpin Kristen harus memberikan teladan baik bagi
  orang-orang yang dipimpinnya. Perkataannya harus sesuai dengan
  perbuatannya. "Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam
  berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam
  pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga
  lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka
  sebarkan tentang kita" (Tit. 2:7-8). Ada tiga cara menjadi teladan
  yang baik.

  1. HIDUP SEDERHANA

  Cara pertama adalah dengan memiliki standar hidup yang sama dengan 
  para pengikut dalam hal pakaian, makanan, dan pekerjaan. Pemimpin 
  seharusnya tidak bersantai-santai sambil minum minuman enak 
  sementara yang lainnya hanya mendapat makan dan minum yang 
  sederhana. Pun seorang pemimpin selayaknya memakai pakaian yang sama 
  dengan para pengikutnya karena mereka memiliki komitmen yang sama. 
  Sebagai seseorang yang memimpin pekerjaan rutin para pengikutnya, ia 
  selayaknya tidak menghindari untuk ikut terlibat dalam rutinitas 
  tersebut. Karena saat gembala tidak ada di sisi domba-dombanya, ia 
  membiarkan domba-dombanya diperdaya oleh serigala.

  Sebaliknya, seorang pemimpin harus menjadi kuat dengan yang kuat dan 
  menjadi lemah dengan yang lemah (1 Kor. 9:22). Karena jika seseorang 
  yang kuat bersikap seolah-olah ia lemah, orang-orang kuat lain yang 
  ada di bawah kepemimpinannya akan meneladaninya dan mulai menuruti 
  dagingnya. Namun, jika seorang pesakitan tidak mau disembuhkan, ia 
  mengintimidasi pesakitan lain dengan menyiratkan bahwa ia ingin 
  mereka menjadi seperti itu atau bahwa ia tidak ingin mereka menjadi 
  lebih baik. Para rasul menyadari pentingnya teladan Yesus bagi 
  mereka saat Tuhan Yesus bersama-sama dengan mereka, yaitu mulai dari 
  baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan 
  mereka, untuk menjadi saksi dengan mereka tentang kebangkitan-Nya 
  (Kis. 1:21-22). Yakni, dari saat Yesus pertama kali mengambil para 
  murid setelah pembaptisan-Nya, sampai pada saat Ia naik ke surga, ia 
  selalu mengajar mereka dengan teladan-Nya. Ia ada di antara para 
  murid, tinggal bersama mereka layaknya keluarga-Nya, dan memberikan 
  pengajaran yang sangat berharga kepada kerumunan yang berkumpul.

  2. KERENDAHAN HATI

  Adalah penting untuk seorang pemimpin bersikap rendah hati. Biarkan 
  tingkah lakunya menunjukkan bahwa ia tidak berpikir terlalu tinggi 
  terhadap dirinya sendiri atau menyiratkan lagak seorang petinggi. 
  Seorang pemimpin harus kentara bahwa ia takut akan perannya, bahwa 
  ia menanggung tanggung jawab itu karena ia memang harus 
  melakukannya, dan lebih ingin menjadi bawahan daripada harus 
  memerintah. Ia juga harus menunjukkan bahwa bawahannya adalah lebih 
  baik darinya dan lebih memilih mereka menganggap dirinya sebagai 
  hamba daripada seorang tuan (Luk. 22:26-27).

  Seorang pemimpin melakukan hal-hal itu sehingga setiap bawahannya 
  dapat berkomunikasi dengannya setiap saat. Ia bertutur dengan sopan 
  sehingga bawahannya dapat mendiskusikan kebutuhan-kebutuhannya 
  dengan didasari rasa saling percaya. Ia mendengarkan dengan sabar, 
  melakukan segala hal baik yang mampu ia lakukan, dan memberikan 
  instruksi dengan hati-hati serta menasihati dengan tepat. Ia harus 
  bersusah payah agar lebih disukai daripada ditakuti, karena seorang 
  pemimpin yang disukai akan mudah mendapatkan ketaatan para 
  bawahannya. Ketaatan berdasarkan rasa suka sifatnya sukarela, 
  sedangkan ketaatan yang didasari rasa takut muncul dari rasa 
  terpaksa. Semakin rela sebuah ketaatan itu dilakukan, manfaatnya 
  akan semakin besar. Seorang pemimpin yang ingin para bawahannya 
  mendapatkan banyak manfaat, harus berusaha mendapatkan ketaatan yang 
  didasari kerelaan hati. Lagipula, tujuan dari kepemimpinan spiritual 
  adalah untuk mengarahkan orang-orang yang dipimpin menuju kehidupan 
  kekal.

  Seorang pemimpin juga harus menunjukkan kesederhanaan dalam hal
  harta dan barang, bukannya berusaha memiliki kemewahan. Segala yang
  dimilikinya harus memerlihatkan penerimaannya akan kemiskinan dan
  dengan demikian menunjukkan kesederhanaannya. Ia sebaiknya tidak
  memiliki barang yang mewah dan tidak membiarkan pengikutnya memiliki
  barang seperti itu. Orang sombong senang dengan keagungan, namun
  orang yang rendah hati senang dengan hal-hal sederhana. Berusaha
  mencari kemewahan atau berambisi untuk memiliki dan memamerkan apa
  yang berharga dan mewah, bukanlah tanda dari sebuah kerendahan hati.

  3. KEDEWASAAN

  Ada tiga cara bagaimana seorang pemimpin dapat memerlihatkan 
  kedewasaannya. Pertama, ia tidak bertingkah sembrono. Ia tidak akan 
  mengucapkan gurauan dan kata-kata yang sepertinya lucu, namun 
  sebenarnya sangat menyakitkan dan bodoh. Orang-orang tidak akan 
  mengagumi atau menghormati orang seperti itu. Meski seorang pemimpin 
  biasanya harus lebih disukai daripada ditakuti, ada baiknya jika 
  seseorang yang kurang ajar merasa takut padanya. Rasa suka itu 
  sendiri akan lebih terasa jika dikombinasikan dengan penghormatan, 
  bukti kasih kita kepada sang Pencipta; semakin kita mengakui 
  kemuliaan-Nya yang mutlak, semakin baik pula kita menyukai 
  kerendahan hati-Nya. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia 
  menunjukkan jalan kepada orang yang sesat (Maz. 25:8).

  Kedua, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh dengan kasih 
  sayangnya. Ia harus mendisiplinkan dirinya sendiri untuk menghindari 
  keterlibatan seksual atau segala macam keterlibatan dengan seseorang 
  yang karakternya patut dipertanyakan. Lebih baik jika seorang 
  pemimpin mengasihi orang-orang yang setia dan tulus, serta merangkul 
  mereka demi keselamatan mereka dalam Kristus.

  Seorang pemimpin seharusnya menjadi seseorang yang dipercaya -- yang 
  dapat memegang rahasia layaknya seorang sahabat -- oleh semua 
  pengikutnya, dan setiap orang mendapat kasihnya sebagaimana 
  mestinya. Dia tidak boleh melakukan sesuatu yang membuat pengikutnya 
  berpikir bahwa ia pilih kasih, seperti yang dirasakan saudara-
  saudara Yusuf. Sikap seperti itu akan menimbulkan kemarahan atau 
  rasa iri hati terhadap orang lain.

  Ketiga, seorang pemimpin juga tidak boleh ceroboh mengubah rencana 
  tindakan atau nasihat. Misal saja pada suatu saat ada sesuatu yang 
  menyukakan hati sang pemimpin dan di waktu lain ada yang kurang 
  menyenangkan hatinya, atau ada saat lain di mana ia menginginkan 
  sesuatu, lalu ia tidak membutuhkannya di lain waktu. Setelah melihat 
  labilitas seperti itu, siapa yang akan menerima penilaian dan 
  melakukan kehendaknya? Berada dalam situasi seperti itu, bawahannya 
  tidak akan menghormati kebijaksanaannya, atau berkomitmen untuk 
  menaati perintahnya. Kerusakan yang timbul karena hal ini akan 
  sangat serius. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak   
  bersungut-sungut dan berbantah-bantahan (Fil. 2:4). Ujilah segala 
  sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5:21).

  Seseorang dapat saja memunyai alasan bagus untuk mengubah keputusan 
  yang tidak diperlukan atau tidak memberi keuntungan spiritual. 
  Perubahan tersebut bukanlah tanda kecerobohan, namun kedewasaan. 
  Akan sangat bodoh jika mengesampingkan yang lebih baik untuk hal 
  yang buruk; sama halnya, adalah bodoh jika Anda bersikeras 
  memertahankan keputusan yang tidak dapat membawa perubahan bagi 
  pengikut Anda, meski keputusan tersebut memberi keuntungan yang 
  jelas dan besar.

  Saat Paulus memutuskan untuk tidak jadi mengunjungi Korintus sesuai 
  dengan janjinya, dia meyakinkan mereka bahwa ia tidak berubah 
  pikiran dengan ceroboh, namun demi kebaikan mereka sendiri (2 Kor. 
  1:15-23).

  Dalam mengambil keputusan, apa pun itu, pemimpin harus selalu ingat
  bahwa pengikutnya pasti akan meneladaninya.

  NILAI TELADAN

  Pemimpin yang baik biasanya membentuk murid-murid yang baik. Orang 
  yang melihat cara hidup benar yang diperlihatkan pemimpin mereka 
  sering kali menjadi orang Kristen yang lebih baik dan memiliki peran 
  serta yang lebih baik dalam suatu komunitas. Pemimpin yang 
  mengabaikan tugasnya untuk memberi teladan akan dengan tegas 
  dihakimi oleh Allah (Yeh. 34:10).

  Ucapan tanpa disertai dengan perbuatan yang baik sama dengan adukan
  semen tanpa batu kapur -- kering dan tidak kuat. Perbuatan berbicara
  lebih keras daripada kata-kata; pelajaran yang kita ajarkan lebih
  kentara melalui perbuatan baik daripada melalui kata-kata yang kita
  tuturkan.

  Seorang pemimpin sebaiknya berkomitmen untuk memiliki kemantapan
  hati dalam membentuk setiap orang yang dipimpinnya sesuai dengan
  pola Kristus. Ini berarti dia menanamkan cara hidup dan doktrin
  Kristus kepada mereka. Ia berusaha membawa mereka untuk meneladani
  Tuhan dalam segala aspek kehidupan mereka, tidak hanya mengarahkan
  pikiran mereka terhadap-Nya (Ef. 5:1 dan Gal. 4:19). Akan tetapi,
  perintah verbal saja tidak cukup untuk menyampaikan seluruh ajaran
  Kristus.

  Karena itu, para pemimpin seharusnya menjadi teladan yang hidupnya 
  menunjukkan cara hidup Kristus, supaya mereka dapat menanamkan lebih 
  dalam lagi cara hidup seperti itu dalam diri orang-orang yang mereka 
  pimpin. Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut 
  Kristus (1 Kor. 11:1). Artinya, jika Anda mau dibentuk menjadi 
  serupa dengan Kristus, lihat dengan saksama cara hidup saya: Namun 
  aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan 
  Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20). Sebab seorang pemimpin 
  memiliki peran penting; dia harus mengutamakan apa pun yang 
  menyenangkan hati Kristus, menjalankan perintah Tuhan, dan menjadi 
  model keserupaan terhadap Kristus.

  Dengan cara ini, seorang pemimpin harus mendorong pengikut mereka 
  untuk melakukan kehendak Tuhan. Dengan otoritas Tuhan, dia harus 
  melayani para pengikutnya dalam segala sesuatu yang dapat memberi 
  dampak positif bagi mereka, dan menjadi teladan bagi mereka (2 Kor 
  4:5). Ketika apa yang keluar dari mulut sang pemimpin adalah demi 
  kemuliaannya sendiri, dia mengkhotbahkan diri sendiri, bukan 
  Kristus. Ketika dia memberikan contoh yang buruk, dia mendorong para 
  pengikutnya untuk menjadi sepertinya, bukan seperti Kristus (baca 
  Gal. 4:17). Ini berarti para pemimpin yang tindakannya menjauhkan 
  diri Anda dari Kristus, bertindak atas dasar motivasi yang tidak 
  baik. Mereka ingin Anda mengikuti cara hidup mereka yang salah. 
  (t/Dian dan Hilda)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Judul buku: The Character of A Christian Leader
  Judul asli artikel: Good Example
  Penulis: St. Bonaventure
  Penerbit: Servant Books, Michigan 1978
  Halaman: 33 -- 39

==================================**==================================
INSPIRASI

                        Pentingnya Keteladanan

  Krisis keteladanan. Barangkali itulah kata paling tepat untuk 
  menggambarkan situasi di dunia kepemimpinan di tanah air kita saat 
  ini, khususnya dalam dunia politik. Dengan mata jelas, kita melihat 
  bagaimana para elit politik kita bertengkar. Tidak berlebihan jika 
  ada tokoh politik yang dengan sangat berani menjuluki sebuah lembaga 
  tinggi negara sebagai "taman kanak-kanak". Sungguh memprihatinkan! 
  Keteladanan merupakan hal yang sangat penting dalam memimpin orang 
  lain. Jika Anda sebagai pemimpin sering terlambat pada saat rapat, 
  jangan pernah berharap orang lain akan datang tepat waktu. Jika Anda 
  sebagai pemimpin sering menggunakan fasilitas kantor demi 
  kepentingan pribadi, jangan sakit hati ketika bawahan Anda juga 
  melakukan hal yang sama. John C. Maxwell sering mengatakan bahwa 
  orang akan melakukan apa yang dilihatnya (people do what people 
  see). Sebuah penelitian ilmiah membuktikan bahwa manusia belajar 89 
  persen dari apa yang dilihatnya, 10 persen dari apa yang 
  didengarnya, dan hanya 1 persen dari indra lainnya. "Karena itu, 
  masuk akal apabila semakin sering pengikut melihat dan mendengar 
  pemimpinnya bersikap konsisten dalam tindakan dan perkataan, semakin 
  besar pula konsistensi dan loyalitas mereka," kata Maxwell.

  Diambil dari:
  Judul buku: The Leadership Wisdom
  Penulis: Paulus Winarto
  Penerbit: PT Elex Media Komputindo, Jakarta 2005
  Halaman: 165
 
==================================**==================================
STOP PRESS
  
             Baru! Kumpulan Bahan Natal di natal.sabda.org

  Berikut ini adalah berita gembira bagi Anda yang sedang membutuhkan
  bahan-bahan seputar Natal berbahasa Indonesia! Yayasan Lembaga
  SABDA (YLSA) telah meluncurkan situs "natal.sabda.org" yang berisi
  kumpulan berbagai jenis bahan-bahan Natal yang berguna untuk Anda
  simak. Bahan-bahan tersebut, di antaranya adalah Renungan Natal,
  Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Diskusi Natal, Drama Natal,
  Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi
  Buku Natal, Review Situs Natal, e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal
  dan Lagu Natal.

  Situs "natal.sabda.org" juga telah dirancang untuk menjadi situs
  interaktif, di mana pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk
  berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog,
  memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan
  pengunjung lain.

  Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "natal.sabda.org".
  Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia
  2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi kemuliaan 
  nama-Nya.

  ==> http://natal.sabda.org/

==================================**==================================
Berlangganan: subscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-leadership(at)hub.xc.org
Kontak e-Leadership: leadership(at)sabda.org
Arsip e-Leadership: http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/arsip
Situs Indo Lead: http://lead.sabda.org/
Network Kepemimpinan: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_kepemimpinan
______________________________________________________________________
Redaksi e-Leadership: Dian Pradana
Kontributor: Hilda Dina Santoja
e-Leadership merupakan kerjasama antara Indo Lead, YLSA, dll.
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Bahan ini dapat dibaca secara on-line di:
http://www.sabda.org/publikasi/e-leadership/
Copyright(c) 2008 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
==================================**==================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org