Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/407

e-Konsel edisi 407 (10-4-2018)

Pencobaan di Tengah Kejayaan

e-Konsel -- Pencobaan di Tengah Kejayaan -- Edisi 407/April 2018
 
Gambar: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)

Publikasi Elektronik Konseling Kristen
Pencobaan di Tengah Kejayaan

Edisi 407/April 2018
 

Salam konseling,

Banyak orang berpikir bahwa ketika kita sudah jaya dalam hal materi dan status sosial, beberapa masalah dalam hidup ini pun akan berkurang. Tidak ada yang perlu terlalu kita takutkan karena kebutuhan hidup ini pun dapat tercukupi, dan kita akan memiliki banyak teman yang siap sedia untuk menolong kita. Padahal, kenyataannya, ada cukup banyak masalah dalam masa kejayaan seseorang jika orang tersebut tidak berhati-hati dalam menjaga hati dan dirinya.

Edisi publikasi e-Konsel kali ini akan menyoroti bagaimana pencobaan di tengah masa kejayaan itu dapat menimpa orang percaya serta bagaimana seharusnya kita menyikapi hal ini dalam terang firman Tuhan. Sebelumnya, kami mengajak Pembaca e-Konsel sekalian untuk merenungkan firman Tuhan terlebih dahulu dengan topik pencobaan untuk menjadikan hak maupun kesenangan kita sebagai penentu hidup kita. Kiranya sajian-sajian pada edisi ini menolong kita untuk bersandar pada Tuhan Yesus dan menghidupi firman-Nya ketika Tuhan mengizinkan kita mengalami berbagai kelimpahan dalam dunia ini. Tuhan Yesus memberkati.

Davida

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Davida


RENUNGAN Yang Baik atau Paling Baik?

"... jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri." (Kejadian 13:9)

Segera setelah Anda mulai menghayati kehidupan iman kepada Allah, maka berbagai hal yang memesona dan memuaskan secara jasmani segera terbuka di hadapan Anda. Hal-hal ini adalah hak Anda. Namun, jika Anda menghayati kehidupan iman, Anda akan menjalankan hak Anda untuk melepas hak-hak Anda, dan membiarkan Allah membuat pilihan untuk Anda.

Kadang-kadang, Allah mengizinkan Anda mengalami pencobaan, yaitu ketika Anda tidak hidup dalam iman, hal-hal yang menyenangkan bagi Anda akan menjadi hal yang selalu menjadi perhatian dan pertimbangan. Namun, jika Anda hidup dalam iman, dengan senang hati Anda akan melepaskan hak Anda dan membiarkan Allah menentukan pilihan bagi Anda. Inilah disiplin yang digunakan Allah untuk mengubahkan yang lahiriah menjadi yang rohani melalui kepatuhan pada suara-Nya.

Bila hak kita menjadi faktor penentu hidup kita, hal itu akan menumpulkan pandangan atau wawasan rohani kita. Musuh terbesar dari hidup iman kepada Allah bukanlah dosa, melainkan pilihan-pilihan baik yang sebenarnya tidak cukup baik. Yang baik selalu menjadi musuh yang terbaik. Dalam nas di atas, agaknya (menurut kebanyakan kita), tindakan paling bijaksana bagi Abram untuk dilakukan adalah melakukan pilihan. Itu adalah haknya, dan orang-orang di sekelilingnya akan menganggapnya bodoh karena tidak memilih.

Banyak di antara kita tidak terus bertumbuh secara rohani karena kita lebih suka memilih berdasarkan hak-hak kita, bukannya bergantung pada Allah membuat pilihan itu bagi kita.

Kita harus belajar hidup menurut tolok ukur pandangan yang terpusat kepada Allah. Dan, Allah berkata kepada kita, seperti yang dikatakan-Nya kepada Abram, "... hiduplah di hadapan-Ku ..." (Kejadian 17:1).

Diambil dari:
Nama aplikasi: : Renungan Oswald Chambers
Unduh aplikasi : https://play.google.com/store/apps/details?id=org.sabda.renunganchambers
Penulis : Oswald Chambers
Penerjemah : Agustinus M. Purba
Tanggal renungan : 25 Mei

 

CAKRAWALA Pencobaan di Tengah Kejayaan

Rasanya, semua orang menginginkan atau mendambakan keberhasilan maupun kesuksesan dalam kehidupannya. Sebagian besar ingin kaya dan lebih dari yang lainnya. Namun, kita pun menyadari bahwa banyak orang justru mengalami banyak masalah dalam hidupnya pada saat dia mengalami kejayaan. Ketika hidupnya biasa-biasa saja, malah masalah-masalah seperti itu tidak terjadi. Apa saja yang melatarbelakangi hal tersebut dan bagaimana kita dapat menghadapinya sebagai orang percaya?

Penyebab seseorang mengalami masalah dalam masa kejayaan:

a. Keangkuhan.

Ketika kita mengalami masa jaya, kita cenderung berpikir bahwa kita itu memang hebat. Ketika kita mulai berpikir bahwa kita itu hebat, dari situlah keangkuhan mulai masuk. Kita mulai berpikir bahwa kita dapat melakukan apa saja, bahkan sampai melewati batas.

b. Terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

Faktor eksternal seperti pengaruh dari orang-orang di sekitar kita dalam masa kejayaan kita dapat menjadi salah satu sumber masalah. Ketika kita dalam masa kejayaan, kita terlihat sangat menarik dan berpengaruh bagi kehidupan orang lain. Banyak orang akan memuji-muji kita atau mendekati kita untuk mendapatkan manfaat dari kejayaan kita. Kita dapat masuk ke dalam perangkap perbuatan yang berdosa karena pada masa kejayaan kita, bisa jadi ada orang-orang yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi kita.

Contoh peristiwa di Alkitab seperti yang dituturkan dalam Kejadian 39:6-7, yaitu kisah Yusuf. Yusuf menjadi sasaran dari istri majikannya setelah dia menjadi orang yang berhasil. Pencobaan atau tawaran untuk berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang belum berhasil dan tidak terpandang. Yusuf makin berhasil, dia seorang pemuda yang berhikmat dan pandai, kebetulan juga didukung oleh wajah yang tampan. Nah, kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri majikannya bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah seorang budak belaka, melainkan seorang pria yang mempunyai kualitas tertentu.

Ada dua hal yang mencegah Yusuf berbuat dosa, yaitu:

a. Yusuf takut kepada Tuhan Allah.

Yusuf tahu bahwa ketika dia berzina, dia bukan hanya melakukan hubungan intim secara badani dengan seseorang, melainkan saat itu, dia juga sedang berdosa terhadap Tuhan. Jadi, dia mengaitkan semua perilaku atau semua tindakannya dengan Tuhan, apakah diperkenan Tuhan atau tidak.

b. Yusuf adalah seseorang yang menghargai orang lain.

Dia tahu bahwa dia adalah orang yang diberi kepercayaan yang sangat besar oleh majikannya, yaitu Potifar. Dia juga tahu bahwa semua dipercayakan dan diberikan kepadanya, kecuali istri majikannya. Dia menghargai Potifar, dan pada saat itulah, dia juga berhasil mengekang dirinya karena penghargaannya kepada suami wanita tersebut. Dia tidak mau merusak rumah tangga orang.

Dalam 2 Samuel 11 dikisahkan tentang Daud. Daud juga mengalami hal yang sama. Pencobaan datang kepada Daud ketika dia menjadi raja yang jaya. Perbedaannya dengan Yusuf adalah Daud tidak mengaitkan Tuhan dalam pikirannya ketika dia memandang Batsyeba, dan dia juga tidak menghargai orang lain. Akhirnya, Daud meluncur masuk ke dalam jerumusan dosa.

Daud dan Yusuf adalah orang-orang yang mengasihi dan dikasihi Tuhan, tetapi mengapa pencobaan itu Tuhan izinkan terjadi dalam hidup mereka? Tuhan tidak menghendaki manusia jatuh ke dalam dosa, dan Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa. Namun, Tuhan mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen.

Tuhan mengizinkan kejayaan dan pencobaan berdampingan karena:

  • Tuhan menguji kita. Apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas eksternal atau jasmani kita? Apakah kerohanian kita sejaya kemenangan jasmani kita? Apakah kekuatan internal atau rohani kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita?
  • Melalui itu, Tuhan membentuk kita supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan Tuhan kita.

Yang perlu kita lakukan untuk mempersiapkan diri menyongsong keberhasilan yang Tuhan berikan kepada kita dalam kejayaan hidup yang Ia izinkan untuk kita alami ialah:

  • Kita harus mengikuti apa yang telah dilakukan Yusuf, yaitu senantiasa mengaitkan semua hal yang terjadi padanya dengan Tuhan. Dia tidak melepaskan Tuhan dari segala tindakan dan kehidupannya.
  • Menghargai orang lain, seperti yang dilakukan oleh Yusuf.
  • Kita harus berhati-hati dengan kejayaan, sebab pada waktu jaya, kita akan menjadi target serangan. Jadi, kita harus menjaga jarak, membuat pagar dalam hubungan kita dengan lawan jenis, setelah atau sebelum kita jaya.

Audio: Menang Melawan Pencobaan

Diambil dan disunting dari:
Nama situs : TELAGA
Alamat situs : http://www.telaga.org/berita_telaga/pencobaan_di_tengah_kejayaan
Judul asli artikel : Pencobaan di Tengah Kejayaan
Penulis artikel : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses : 6 Desember 2017

 
Stop Press! Ikutilah Diskusi Daring Mengapa Tuhan Tidak Menjawab Doaku? di Grup Facebook e-Konsel!
Grup Diskusi e-Konsel

Pada 23 April -- 4 Mei 2018, Grup Facebook e-Konsel akan melangsungkan diskusi artikel yang berjudul Mengapa Tuhan Tidak Menjawab Doaku? Dalam pelayanan konseling, mungkin kita sering mendapat pertanyaan ini. Atau, ketika menghadapi masalah, kita juga menanyakan hal ini kepada Tuhan. Apakah jawabannya? Mari kita belajar bersama melalui artikel dan diskusi dalam Grup Facebook e-Konsel periode ini.

Untuk bergabung, silakan kunjungi tautan berikut: https://www.facebook.com/groups/konseling.kristen/

atau mengirim email ke: konsel@sabda.org

Pendaftaran dibuka sampai 18 April 2018. Peserta terbatas untuk 20 orang. Gratis!

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Konsel.
konsel@sabda.org
e-Konsel
@sabdakonsel
Redaksi: Davida, Markus, dan N. Risanti
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org