Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/301

e-Konsel edisi 301 (10-7-2012)

Anak yang Sulit Memberi Perhatian

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 301/Juli 2012

DAFTAR ISI
BIMBINGAN ALKITABIAH: KASIH TANPA SYARAT KEPADA ANAK
TIP: MENOLONG ANAK YANG DAYA ATENSINYA LEMAH

Salam damai,

Orang tua tidak sekadar bertanggung jawab untuk memberi makanan,
pendidikan, dan tempat tinggal kepada anak-anaknya. Lebih dari itu,
orang tua juga harus mendidik anak menjadi lebih baik dan mampu
mendorong anak menjadi pribadi yang maju dan berkembang dengan kasih.
Janganlah kita mengasihi anak karena dia cerdas, nilainya selalu
bagus, tidak membuat masalah, atau selalu menurut. Sebagai orang tua
yang mengenal dan mengasihi Tuhan, kita seharusnya mampu mengasihi
anak-anak dan mendidiknya menjadi pribadi yang berguna.

Dalam menghadapi anak yang tidak sesuai dengan harapan kita, anak-anak
yang memiliki kekurangan dan keterbatasan, kita wajib bersyukur dan
mengupayakan hal terbaik untuk menolong mereka. Sama seperti Yesus
menerima kita apa adanya, demikian juga seharusnya kita menerima
anak-anak kita sebagaimana adanya mereka -- lengkap dengan seluruh
kelemahan mereka. Justru anak-anak yang memiliki keterbatasanlah yang
perlu kita berikan dorongan, sehingga mereka kembali bangkit dan
berusaha menjadi lebih baik. Dalam edisi kali ini, kami mengajak Anda
untuk terus mengasihi anak tanpa syarat dan menarik pelajaran dari tip
bagaimana menolong anak yang sulit memberi perhatian pada masalah
tertentu. Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

         BIMBINGAN ALKITABIAH: KASIH TANPA SYARAT KEPADA ANAK

Maukah Anda mengasihi anak Anda tanpa syarat? Itu berarti kasih Anda
tidak bergantung pada apa yang mereka lakukan. Kasih Anda kepada anak
tidak lenyap hanya karena Anda marah terhadap kelakuan atau sikap
mereka.

Kasih dengan syarat adalah kasih yang menguasai dan memanipulasi. "Aku
mengasihimu bila ...." Kasih Allah (Agape) berkata, "Aku selalu
mengasihimu."

Kasih yang tanpa syarat mengusahakan yang terbaik bagi si anak. Kasih
itu tidak egois, tidak mengharapkan balasan. Bila kita mengasihi untuk
memperoleh balasan berupa sesuatu, berarti kita sedang memanipulasi
dan mencoba menguasai anak.

Kasih tanpa syarat itu sabar. Kasih ini menyediakan waktu kapan pun
untuk merangkul anak-anak. Kasih ini memercayai anak dan potensi Allah
di dalam diri anak. Kasih yang tanpa syarat tidak pernah menyerah atau
berhenti.

Kasih yang tanpa syarat bersukacita bila seorang anak sukses dan
membesarkan hati si anak bila ia jatuh atau melakukan kesalahan. Kasih
menolak untuk percaya bahwa kesalahan membuat seorang anak gagal.

Kasih yang tanpa syarat tidak mudah marah dan tidak menimbulkan
kemarahan dalam diri anak-anak. Kasih ini tidak terlalu sensitif dan
tidak beraksi secara berlebihan.

Kasih yang tanpa syarat bersukacita dalam kebenaran dan menyampaikan
kebenaran kepada seorang anak.

Kasih yang tanpa syarat menanggung kesukaran, penolakan, kepedihan,
dan keputusasaan. Apa pun yang dilakukan seorang anak terhadap orang
tuanya, orang tua tetap mengasihi dan membesarkan hati anaknya.

Maukah Anda berkata kepada anak Anda, "Apa pun yang kamu lakukan,
tidak ada yang sanggup membuat ayah/ibu berhenti mengasihimu!"

"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa
roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." (1 Korintus 13:4-8)

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: The 77 Irrefutable Truths of Parenting
Judul buku terjemahan: 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak-Anak
Judul asli artikel: Kasih Tanpa Syarat Berkata, "Apa pun yang Kamu Lakukan
      Tidak Ada yang Sanggup Membuat Aku Berhenti Mengasihimu"
Penulis: Dr. Larry Keefauver
Penerjemah: Tim Penerjemah Media Injil Kerajaan
Penerbit: Media Injil Kerajaan, Semarang
Halaman: 112 -- 113

            TIP: MENOLONG ANAK YANG DAYA ATENSINYA LEMAH
                  Diringkas oleh: Sri Setyawati

Salah satu faktor yang memengaruhi seorang anak lamban berpikir adalah
atensi yang kurang. Besar kecilnya atensi seseorang memengaruhi proses
belajar, perilaku, dan hubungan dengan orang lain. Ketika kontrol
atensi disesuaikan dengan baik, cara pandang anak terhadap dirinya dan
orang tuanya bisa menjadi lebih baik dan benar. Menerima keberadaan
anak yang cerdas, namun tidak produktif memang tidak mudah. Orang tua
harus sabar dan bijaksana memperlakukan anak yang terus-menerus
melakukan kesalahan dan merasa kecewa setelah melakukannya. Kita perlu
memberi dukungan sehat kepada anak, sehingga dia tidak selalu merasa
gagal. Anak yang merasa diri tidak mampu dan paling bodoh di kelas,
adalah anak yang merasa gagal dan rasa percaya dirinya hancur lebur.
Anak kita mungkin bersikap biasa saja, tetapi secara psikis mungkin
merasa tertekan dan membutuhkan pertolongan. Sebagai orang tua, kita
wajib menolong anak-anak yang memiliki kontrol atensi lemah. Itu bukan
kerusakan otak, hanya saja kelebihan anak kita akan terlihat kelak.
Kita harus tanamkan rasa optimis dan membuat anak merasa dihargai.

Kontrol atensi sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari. Kontrol
atensi harus beroperasi dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan
tahapan usia yang berbeda-beda. Kontrol energi mental berkembang pesat
pada masa bayi, itulah sebabnya bayi yang sulit tidur pada malam hari
cenderung mengalami masalah dalam mengembangkan atensi saat mencapai
usia sekolah. Sejak kecil mereka tidak terprogram dengan keseimbangan
optimal antara tidur dan terjaga.

Saat menginjak bangku sekolah untuk pertama kalinya, beberapa anak
dapat merasa bosan karena harus duduk dalam jangka waktu yang lama.
Mereka terkadang memilih berjalan-jalan. Pada tahun berikutnya,
umumnya usaha mental mereka sudah terkontrol dengan baik, sehingga
anak dapat belajar mengontrol diri dan mau mengerjakan apa yang tidak
mereka sukai, tetapi wajib mereka lakukan. Seiring dengan bertambahnya
usia dan kedewasaan seorang anak, kontrol atensinya semakin kuat.
Perhatian anak kelas satu dan anak taman kanak-kanak cenderung mudah
teralihkan oleh suasana di luar kelas yang berisik atau tingkah laku
teman sebangkunya. Namun, di kelas pertengahan hingga akhir SD,
kontrol terhadap arus masuk informasi diharapkan sudah lebih
berkembang. Anak kelas enam lebih dapat memberi perhatian kepada guru
dan pelajaran dalam jangka waktu yang cukup lama, ketimbang anak yang
masih kecil. Anak kecil biasanya hanya akan menyimak hingga setengah
cerita, setelah itu mereka akan menaruh perhatian pada hal lain,
terutama jika jalan cerita tidak menarik baginya.

Sementara itu, kontrol output semakin matang selama masa puber. Secara
virtual, seluruh fungsi organ tubuh seharusnya berkembang seiring
bertambahnya usia. Namun, semakin anak menjadi besar, fungsi kontrol
output semakin pelan. Oleh karena itu, agar kontrol output berjalan
dengan baik, kita tidak boleh mendesak anak untuk berpikir secara
cepat agar mereka bisa lebih reflektif ketimbang impulsif, memikirkan
dahulu sebelum bertindak, dan tidak melakukan hal yang pertama kali
terlintas dalam pikiran. Hal ini bertentangan dengan sistem pengajaran
anak sekolah menengah, yang menuntut anak melakukan tugas secepat
mungkin (menulis cepat, berpikir cepat, mengingat seketika, dsb.).
Untuk itu, kita perlu menghargai remaja yang mengerjakan tugas secara
perlahan-lahan, sehingga bisa memberikan hasil yang baik.

Orang tua harus memonitor sejauh mana remaja dapat memperlambat
pikirannya, meninjau, memikirkan alternatif yang ada, dan memanfaatkan
pengalaman masa lalu sebagai pertimbangan untuk output masa kini.

Pertimbangan Praktis

Jika Anda memiliki anak yang lamban berpikir karena mengalami
kesulitan untuk memberikan perhatian pada subjek yang dibicarakan,
berikut ini langkah praktis yang bisa Anda lakukan.

- Ketahuilah bahwa seluruh kontrol atensi merupakan dasar untuk
mengatur apa yang dilakukan atau dikatakan anak, sehingga pendidik dan
orang tua harus memahami bagaimana, kapan, dan di mana fungsinya. Jika
orang tua memahami kontrol atensi dan menyadari bahwa kadang-kadang
hal tersebut tidak berfungsi, hanya akan ada sedikit anak yang
disalahartikan.

- Ajak anak untuk mempelajari seluruh kontrol atensi dan fungsinya.
Dalam hal ini, orang tua bisa bekerja sama dengan guru dan meminta
guru untuk memberi tahu kontrol atensi spesifik mana yang diperlukan
untuk menyelesaikan soal matematika, mengamati patung, atau belajar
untuk ulangan geografi. Jika kontrol-kontrol tersebut diterangkan,
diajarkan, dan diberi penanaman secara lebih eksplisit, ini akan lebih
membantu murid agar lebih bisa berkonsentrasi dan berpikir sebelum
mengerjakan sesuatu. Jika kontrol atensi tersebut kita pikirkan secara
sadar, maka pikiran dan pekerjaan lebih terstruktur, dan anak
memerlukan struktur seperti itu untuk dapat berprestasi di sekolah.

- Ingat dan terimalah bahwa tidak semua anak sama. Mereka yang
mengalami masalah kontrol atensi tergolong heterogen. Ada yang
overaktif, ada juga yang tidak. Sebagian mengalami masalah perilaku,
sebagian lagi hanya sulit berkonsentrasi atau menyelesaikan tugas. Ada
yang sulit tidur, ada juga yang tidak mengalami kesulitan itu. Seorang
anak bisa mengalami kombinasi kelemahan atensi. Untuk kasus ini, guru
dan orang tua perlu memerhatikan masing-masing anak dan
mengidentifikasi kontrol tertentu, baik yang berfungsi maupun tidak.
Kontrol anak dapat berfungsi dengan baik dalam situasi tertentu, namun
tidak pada situasi lain. Memahami di mana dan kapan atensi berfungsi
dengan baik dapat membantu orang tua memprogram waktu yang tepat, saat
anak sudah lebih dapat mengontrol sikap dan proses belajar mereka.
Jika anak berkonsentrasi baik saat bermain "video game", mendengarkan
musik, atau kegiatan menarik lainnya, ini berakibat baik bagi
kesehatan mental dan intelektualnya -- dengan batas-batas tertentu.

- Perhatikan perilaku anak. Jika anak tidak mampu mengendalikan
perilakunya, kemungkinan ada kontrol atensi yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan melihat perilaku sebagai masalah kontrol
dan menemukan kontrol mana yang perlu ditingkatkan, kita dapat
membantu anak untuk mengatasi masalahnya.

- Sadarilah bahwa lawan dari sikap impulsif [KBBI: bersifat cepat
bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati -- Red.] sangat berguna
untuk pemecahan masalah. Karena itu, pendekatan sistematis untuk
menghadapi tantangan dan kemunduran harus diajarkan dan secara aktif
dipraktikkan pada semua anak, khususnya yang malas merencanakan output
dan pengambilan keputusan. Anak-anak yang mengalami kelemahan kontrol
atensi kronis mungkin bisa dibantu dengan obat perangsang.

- Orang tua dan guru harus bekerja sama dan semakin jeli dalam melihat
hal-hal baik yang menyertai gangguan atensi. Banyak anak yang
mengalami gangguan kontrol atensi memiliki kelebihan dalam hal
kreativitas, sifat penyayang, dan kecerdasan. Banyak dari mereka yang
berbakat dan sangat mandiri.

- Arahkan anak yang mengalami disfungsi atensi pada hal-hal
konstruktif. Misalnya, jika anak kita tidak pernah puas dengan materi,
arahkan dia untuk menjadi kolektor yang baik. Perhatian yang mudah
teralihkan berhubungan erat dengan kreativitas, dan ide yang
berganti-ganti bisa mengarah pada karya seni yang penuh fantasi dan
unik, yang bisa menjadi suatu penemuan dan karya fiksi yang hebat.

- Perhatikan disfungsi lain yang menyertai. Kontrol atensi yang lemah
biasanya merupakan bagian dari suatu disfungsi. Jadi, jika orang tua
melihat ada masalah kontrol atensi pada si anak, cobalah mencari tahu
apakah ada masalah yang lain yang dialaminya. Seorang anak bisa
menunjukkan kesenjangan atensi plus defisit bahasa atau atensi plus
memori, atau atensi plus bahasa plus pemikiran sosial. Jika hanya
problem atensi saja yang diatasi dan masalah yang lain tidak, maka
tidak akan ada banyak kemajuan yang dicapai.

- Mengertilah bahwa atensi itu rapuh dan rumit. Anak bisa menghadapi
masalah kontrol atensi kapan saja, dan faktor-faktor yang
memengaruhinya pun sangat banyak. Jika anak Anda sulit menangkap
pelajaran, kemungkinan atensinya menurun. Jika anak Anda mencemaskan
sesuatu, kecemasan itu memeras atensi mereka. Berbagai penyakit fisik
dan kondisi mental berpengaruh secara negatif pada kontrol atensi.
Pengamatan kontrol atensi merupakan cara penting untuk mengontrol
kondisi anak secara keseluruhan. Tidak adanya atensi merupakan sinyal
adanya masalah, menandakan adanya persoalan dalam diri anak, atau
antara dia dan lingkungannya.

- Beri anak kebebasan untuk melakukan apa yang ia mau. Anak sering
kali disalahkan karena mengalami gangguan atensi. Cobalah untuk tidak
menyalahkan anak, tetapi katakan kepadanya bahwa dia hanyalah korban
dari jaringan otak, maka matanya akan berbinar.

Lemahnya kontrol atensi sering dianggap sebagai kemalasan, sikap
negatif, dan nakal. Padahal mereka termasuk anak yang berusaha keras
untuk berhasil, untuk menyenangkan diri sendiri, dan untuk mendapatkan
pujian dari orang tua. Kita harus bersimpati dan memberi dorongan
kepada mereka untuk mengatasi masalah kontrol atensi. Hasilnya, mereka
akan bangkit dan menunjukkan perbaikan yang nyata. Jadi, mari
tunjukkan kepada mereka bahwa kita bukanlah lawan, tetapi kawan
mereka.

Diringkas dari:
Judul asli buku: A Mind at a Time
Judul buku terjemahan: Menemukan Bakat Istimewa Anak
Judul bab: Berpikir -- Sistem Kontrol Atensi
Judul asli artikel: Dampak Kontrol Atensi
Penulis: Mel Levine, M.D.
Penerjemah: Lina Jusuf
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2001
Halaman: 91 -- 100

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org