Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/298

e-Konsel edisi 298 (19-6-2012)

Mengelola Uang

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 298/Juni 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: MENGGUNAKAN UANG DENGAN TEPAT
TELAGA: MENGATUR KEUANGAN KELUARGA
ULASAN BUKU: HIDUP BEBAS DARI BELENGGU UTANG

Salam kasih,

Uang merupakan salah satu kebutuhan yang vital dalam kehidupan
manusia. Untuk mendapatkannya, manusia harus bekerja. Namun, tidak
berarti uang boleh mengatur hidup kita, justru sebaliknya, kitalah
yang harus mengatur uang. Untuk itu, jangan biarkan uang memperbudak
hidup kita, hingga kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan
kepada-Nya dalam mendapatkan uang.

Lalu bagaimanakah pengelolaan uang yang benar itu? Bagaimana menolong
orang yang sudah terlilit utang? Untuk menjawab pertanyaan ini,
e-Konsel menyajikan sebuah artikel dan ulasan buku yang terkait
dengan bagaimana mengelola uang dan solusi yang bisa dilakukan agar
bebas dari belenggu utang. Kami berharap, apa yang e-Konsel sajikan
ini dapat membantu Anda dalam menolong Anda sendiri atau konseli Anda
yang bermasalah dengan uang.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

                 CAKRAWALA: MENGGUNAKAN UANG DENGAN TEPAT

Kemudian pergilah perempuan itu memberitahukannya kepada abdi Allah,
dan orang ini berkata: "Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah
utangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu."
(2 Raja-raja 4:1-7)

Setelah umat Tuhan nantinya mendapatkan uang, uang tersebut haruslah
digunakan secara benar. Mereka harus bisa menggunakan uang yang mereka
peroleh untuk hal-hal yang benar. Kalau mereka berutang, mereka harus
menganggap pelunasan utang sebagai prioritas utama dari uang yang
mereka hasilkan.

Supaya mampu menggunakan uang dengan tepat, paling tidak ada tiga hal
yang harus diperhatikan umat Tuhan. Mereka harus bisa mengelola
keinginan mereka, memenuhi kewajiban terlebih dulu, dan memiliki
disiplin yang tinggi.

Kecenderungan untuk Memenuhi Keinginan

Satu di antara halangan utama jika memiliki uang adalah berusaha untuk
memenuhi keinginan yang ada dalam kehidupan mereka. Ada demikian
banyak keinginan yang ada pada diri mereka, sehingga mereka akan
selalu berusaha memenuhi keinginan-keinginan mereka saat memiliki
uang.

Oleh karena itu, umat Tuhan harus bisa mengalahkan keinginan mereka
untuk memiliki barang secara berlebihan, yang membuat mereka selalu
"harus" menghabiskan uang ketika memiliki uang. Tanpa memiliki
kemampuan ini, maka semua uang mereka akan tersedot dalam usaha untuk
memenuhi keinginan mereka. Akibatnya, saat memiliki uang mereka akan
membeli lebih banyak barang, sehingga mereka akan selalu merasa
kekurangan uang karena mereka selalu ingin membeli barang.

Jangan Ambil Risiko Baru, Penuhi Dulu Kewajiban!

Setiap umat Tuhan pasti ingin cepat keluar dari masalah keuangan.
Akibatnya, mereka berani mengambil tindakan yang mengandung risiko
tinggi, supaya cepat mendapatkan banyak uang. Sering kali, tindakan
berani ini bukannya membuat mereka keluar dari masalah keuangan,
malahan akan membuat mereka kehilangan lebih banyak uang.

a. Kecenderungan Menggunakan Uang untuk Berusaha

Beberapa umat Tuhan yang berutang merasa bahwa mereka harus
menggunakan uang yang seharusnya mereka gunakan membayar utang untuk
berbisnis. Mereka melakukannya dengan harapan agar mendapatkan
keuntungan dari bisnis, sehingga akhirnya bisa mempercepat proses
pembayaran utang.

Cara pikir seperti ini tampak bagus dan mudah dianggap sebagai suatu
kebenaran yang harus selalu diikuti. Namun, ada kalanya bisnis yang
dianggap bisa mempercepat proses pelunasan utang ini, malahan akan
membuat mereka terpukul dengan utang baru.

Hal ini bisa terjadi karena bisnis selalu berpotensi mendatangkan
kerugian. Semakin besar peluang untuk menggapai keuntungan yang besar,
akan selalu diikuti oleh peluang untuk menderita kerugian yang besar
pula. Oleh karena itu, umat Tuhan harus berhati-hati ketika mereka
memiliki bisnis yang berpotensi mendatangkan keuntungan maupun
kerugian yang besar ini.

Dalam banyak kasus, umat Tuhan yang memiliki kewajiban, lebih baik
segera menyelesaikan kewajiban ini daripada menggunakan uang untuk
menjalankan suatu bisnis. Keuntungan yang mereka inginkan bisa dengan
mudah menjadi kerugian yang harus mereka tanggung, sehingga membuat
kewajiban mereka semakin banyak.

Dalam satu seminar, ada seorang peserta yang memberikan pertanyaan
sebagai berikut,"Saya memiliki tagihan kartu kredit yang cukup besar.
Saat ini, saya mendapatkan berkat untuk mendapatkan uang lebih. Saya
ingin menggunakan uang tersebut untuk berbisnis dahulu, supaya saya
bisa membayar tagihan kartu kredit dari hasil usaha tersebut. Apakah
tindakan ini merupakan tindakan yang bijaksana?"

Untuk menjawab pertanyaan seperti ini, saya selalu menjawab, "Bayar
dulu utang kartu kredit!" Jawaban ini terlihat sangat konvensional,
namun sebenarnya merupakan tindakan yang paling aman dan cepat, agar
dapat segera keluar dari utang. Sering kali, bisnis yang diharapkan
untuk membayar kartu kredit tersebut belum membawa hasil dan bahkan
harus membutuhkan lebih banyak uang lagi, sehingga makin menambah
beban masalah keuangan.

Umat Tuhan sedapat mungkin menghindari tindakan mengharapkan bisa
keluar dari masalah keuangan lebih cepat dengan cara mengambil risiko
baru.

b. Risiko Masalah Rohani

Umat Tuhan yang tertimpa masalah keuangan sering kali juga merasa
bahwa cara tercepat untuk mengeruk banyak uang adalah dengan `memaksa`
Tuhan untuk segera memberikan kekayaan. Akibatnya, mereka memberikan
banyak persembahan kepada gereja, pelayanan, maupun kepada semua orang
yang membutuhkan, dengan motivasi untuk segera mendapatkan uang dalam
jumlah yang lebih besar.

Akibatnya, mereka memberikan uang dalam jumlah yang lebih besar kepada
Tuhan di saat mereka membutuhkan dengan tujuan untuk mendapatkan uang
yang lebih melimpah. Mereka rela memberikan semua uang karena mereka
mengharapkan untuk mendapatkan uang dalam jumlah yang lebih besar
lagi.

Umat Tuhan yang menggunakan uang dengan cara seperti ini biasanya akan
mendapatkan kehancuran. Ingat, Tuhan tidak bisa disuap. Tuhan harus
menjadi tujuan utama dari semua tindakan yang dilakukan umat-Nya.
Tindakan memberikan persembahan hanya untuk keuntungan diri sendiri,
sama sekali tidak bisa diterima Tuhan.

Diperlukan Kedisiplinan

Tanpa adanya kedisiplinan, umat Tuhan tidak bisa mencapai tujuan
mereka. Kedisiplinan seolah-olah merupakan kacamata kuda yang membuat
umat Tuhan tidak bergeser dari tujuan yang sudah ditetapkan bagi
mereka.

Umat Tuhan yang memiliki uang biasanya cenderung melupakan tujuan yang
ingin mereka capai, karena dorongan untuk memenuhi semua keinginan
yang ada dalam hati mereka. Untuk itu, mendisiplin diri untuk tetap
menggunakan uang hanya untuk kebutuhan yang dimiliki merupakan
keharusan mutlak, supaya mampu lolos dari masalah keuangan yang
dimiliki.

Oleh karena itu, disiplin merupakan kunci untuk keberhasilan pada
semua aspek kehidupan. Disiplin ini juga merupakan kunci kesuksesan
menjadi pengikut Yesus. Firman Tuhan menyatakan bahwa tanpa disiplin
menerapkan apa pun yang diinginkan Tuhan, umat Tuhan tidak menjadi
pengikut Yesus.

Kemudian Yesus berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, "Orang yang mau
mengikuti Aku, harus melupakan kepentingannya sendiri, memikul
salibnya, dan terus mengikuti Aku." (Matius 16:24)

Dengan demikian, umat Tuhan harus mendisiplin diri untuk menggunakan
uang yang sudah mereka peroleh dengan susah payah dengan baik.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Bebas dari Kekurangan Uang
Judul bab: Menggunakan Uang dengan Tepat
Penulis: Benny Santoso
Penerbit: Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman: 221 -- 226

                    TELAGA: MENGATUR KEUANGAN KELUARGA

Salah satu sumber pertikaian dalam rumah tangga adalah uang. Karena
kurang uang kita bertengkar; kelebihan uang kita pun bertengkar.
Bagaimanakah caranya mengatur masalah keuangan, sehingga tidak harus
menjadi penyebab perselisihan?

1. Kita harus menyamakan persepsi tentang uang dan kita harus kembali
kepada firman Tuhan. Amsal 11:24 menyebutkan, "Ada yang menyebar harta
tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa namun
selalu berkekurangan." Kesimpulannya adalah bahwa Tuhan adalah pemberi
berkat dan bahwa usaha manusia terbatas, serta tidak menentukan
pemasukannya. Jadi, kita harus selalu menyadari keterbatasan diri dan
bergantung pada Tuhan, bukan pada kekuatan sendiri.

2. Kendati berkat berasal dari Tuhan, kita diminta untuk hidup rajin
dan tidak malas. Firman Tuhan mengingatkan, "Janganlah menyukai tidur
supaya engkau tidak jatuh miskin; bukalah matamu dan engkau akan makan
sampai kenyang." (Amsal 20:13). Dengan kata lain, kemalasan adalah
jalan tercepat menuju kepada kemiskinan.

3. Uang harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga
sendiri sebelum digunakan untuk kepentingan orang lain. Firman Tuhan
mengingatkan, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak
saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk
dari orang yang tidak beriman." (1 Timotius 5:8)

4. Setelah memenuhi kebutuhan pokok keluarga, kita harus memikirkan
kebutuhan sesama. Tuhan menjanjikan berkat bagi orang yang murah hati.
Amsal 22:9 berkata, "Orang yang baik hati akan diberkati karena ia
membagi rezekinya dengan si miskin.",
5. Menyimpan uang adalah sebuah kebiasaan hidup yang bijaksana untuk
mengantisipasi pengeluaran tak terduga dan merupakan tanda hidup
berdisiplin. Itu sebabnya, firman Tuhan mengajak kita untuk belajar
dari "semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan
makanannya di musim panas." (Amsal 30:25)

6. Setelah menyisihkan uang untuk pengeluaran tak terduga, hiduplah
sebagai orang beriman, bukan seperti orang tak beriman. Jangan sampai
kita menumpukkan harta demi berjaga-jaga, seakan-akan tidak ada Tuhan
yang memerhatikan dan memelihara kita. Firman Tuhan mengingatkan,
"Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini
ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi
mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?" (Matius 6:30) Melalui
perumpamaan orang kaya yang bodoh, yang membangun lumbung yang lebih
besar untuk menyimpan gandum dan barang-barangnya, Tuhan Yesus
mengingatkan, "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya
tidaklah tergantung pada kekayaannya. (Lukas 12:15)

7. Singkat kata, uang adalah titipan Tuhan kepada kita untuk digunakan
terutama untuk kepentingan-Nya, bukan kita. Jadi, janganlah kita
menggenggamnya sebagai milik pribadi.

Diambil dari:
Nama situs: TELAGA.org
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/mengatur_keuangan_keluarga
Judul transkrip: Mengatur Keuangan Keluarga (T262B)
Penulis: Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses: 23 Mei 2012

               ULASAN BUKU: HIDUP BEBAS DARI BELENGGU UTANG

Judul buku: Hidup Bebas dari Belenggu Utang
Judul asli: Debt Free Living
Penulis/Penyusun: Larry Burkett
Penerjemah: Drs. Arvin Saputra
Editor: Dr. Lyndon Saputra
Penerbit: Gospel Press, Batam
Ukuran buku: 15,8 x 24 cm
Tebal: 296 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --

Permasalahan yang dialami manusia tentu sangat beragam, salah satunya
adalah masalah keuangan. Masalah keuangan sendiri secara umum mencakup
tentang masalah pemenuhan kebutuhan, simpan-pinjam, kredit, investasi,
dana pensiun, dana kesehatan, dst.. Berbagai tawaran yang menggiurkan,
kartu kredit, hipotik, berbagai kredit kendaraan dan barang-barang
mebel semakin membuat masyarakat meremehkan masalah uang dan tanpa
disadari mereka bisa terperangkap dalam utang. Untuk itu, kita harus
bijak dalam mengatur keuangan kita. Sebagai orang Kristen, kita sangat
beruntung dapat belajar mengenai cara memperlakukan uang yang benar
dari Alkitab, misalnya dari Pengkhotbah 5:10 dan Ibrani 13:5.

Selain melalui Alkitab, kita juga dapat belajar tentang keuangan dan
masalah-masalahnya dari buku karangan Larry Burkett, "Hidup Bebas dari
Belenggu Utang", yang dirilis oleh penerbit Gospel Press. Apa saja
yang dibahas oleh Larry Burkett dalam buku ini dan apa keistimewaannya
dari buku-buku keuangan yang lain? Dalam buku ini, Anda dapat membaca
tentang cara-cara keluar dari belenggu utang agar tidak terjebak lagi
di dalamnya, apa kata Alkitab tentang uang dan meminjam, serta
gambaran umum tentang kredit, utang, dan meminjam. Melalui buku ini,
Larry Burkett mengajak pembaca untuk membuat perencanaan yang matang
dan mendisiplin diri dalam mengatur uang. Larry menjelaskan
konsep-konsepnya dalam buku ini dengan fakta-fakta yang terjadi di
Amerika dan ilustrasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
buku ini, Larry tidak memberikan penekanan ide dalam bentuk poin-poin
ringkas, namun mengajarkan idenya dalam ilustrasi panjang, yang dibagi
dalam beberapa bab. Dari ilustrasi yang ada, barulah ditarik pelajaran
tentang masalah yang dialami dan cara mengatasinya. Begitulah gaya
penjelasan Larry Burkett dalam buku ini. Sekilas, buku ini seperti
novel pendek. Ada banyak kalimat percakapan yang ditemukan di
dalamnya.

Jika Anda tidak bermasalah dengan utang, buku ini bisa Anda pakai
untuk menolong teman-teman/kenalan Anda agar terbebas dari utang.
Untuk menambah wawasan Anda tentang hal-hal seputar keuangan, Anda
juga bisa membaca buku karangan Larry Burkett lainnya, seperti "Cerdas
Mengelola Uang dalam Pernikahan", "Agar Anak-anak Cerdas dalam
Mengelola Uang", "Bagaimana Anda Cerdas dalam Mengelola Keuangan", dan
"Investasi untuk Masa Depan". Pastikan Anda semakin bijak dalam
mengelola keuangan Anda sesuai hikmat Tuhan.

Peresensi: Sri Setyawati

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, dan Berlian Sri Marmadi
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org