Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/293

e-Konsel edisi 293 (15-5-2012)

Bimbingan Konseling dan Prestasi Siswa

______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

Edisi 293/Mei 2012

DAFTAR ISI
CAKRAWALA: BIMBINGAN UNTUK MEMBANTU ANAK BERPRESTASI
ULASAN BUKU: METODE MEMBIMBING ORANG BELAJAR

Salam kasih,

Masalah bukan hanya dialami oleh orang-orang dewasa. Anak-anak pun
sudah menghadapi masalah. Bahkan, tidak mustahil masalah yang mereka
hadapi juga beragam seperti masalah ekonomi keluarga, suasana dalam
keluarga yang tidak kondusif, dan kesulitan dalam belajar. Untuk
membantu mereka dalam mengatasi masalah tersebut, selain mengajak
anak-anak berkomunikasi, orang tua juga dapat meminta bantuan guru
bimbingan konseling di sekolah. Bagaimanakah peran guru dan bimbingan
konseling sekolah dalam mendorong anak berprestasi? Anda dapat
menyimaknya dalam kolom Cakrawala. Selain itu, kami juga memberikan
informasi tentang buku yang dapat digunakan untuk membimbing anak
belajar. Kiranya, bahan-bahan yang kami hadirkan bermanfaat bagi Anda
untuk menolong banyak orang.

Pemimpin Redaksi e-Konsel,
Sri Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://c3i.sabda.org/ >

         CAKRAWALA: BIMBINGAN UNTUK MEMBANTU ANAK BERPRESTASI
                    Diringkas oleh: Sri Setyawati

Apa itu bimbingan dan penyuluhan? Beberapa ahli menyatakan demikian.

- A.J. Jones: bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang
kepada seorang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian, dan
pemecahan permasalahan. Tujuannya adalah membantu orang yang dibimbing
agar lebih mampu bertanggung jawab atas dirinya. Yang ditekankan
adalah pemberian bantuan, sehingga orang yang dibimbing lebih berperan
dalam menentukan arah bantuan itu.

- A. Crow: bantuan/pendampingan sebaiknya diberikan oleh pembimbing
yang memperoleh latihan khusus agar pemberian bantuannya bertanggung
jawab, karena bantuan tersebut erat hubungannya dengan perubahan hidup
dan nasib seseorang.

- L.D. Crow dan A. Crow: bimbingan merupakan bantuan yang dapat
diberikan oleh pribadi yang terdidik (terlatih), kepada setiap
individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan
hidup, mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya
sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.

Jadi, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang, agar
ia mengembangkan potensi-potensi di dalam dirinya sendiri untuk
mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat menentukan sendiri jalan
hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang
lain. Untuk itu, pembimbing yang baik tidak menentukan jalan yang akan
ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menemukan dan
menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya. Agar tujuan ini
berhasil, perlu pemahaman yang mendalam mengenai orang yang akan
diberi bimbingan dan mengetahui latar belakangnya sebelum bimbingan
diberikan.

Sedangkan penyuluhan merupakan teknik dasar dalam bimbingan. L.R.
Wolberg mengatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu teknik yang
dipakai oleh seorang ahli (pekerja sosial, psikologi, pendidikan, dan
agama). Penyuluhan biasanya dirumuskan sebagai suatu bentuk wawancara
-- klien dibantu untuk mengerti dirinya secara mantap, supaya ia dapat
memperbaiki kesulitan lingkungan (adaptasi). Konseling ini dapat
menjadi bentuk perawatan yang sangat bermanfaat bila dilakukan dengan
sebaik-baiknya.

Bimbingan dan penyuluhan terutama diberikan di dalam keluarga.
Keluarga adalah lingkungan pertama, di mana anak memperoleh
pengalaman-pengalaman yang memengaruhi hidupnya. Di sinilah tugas
orang tua untuk membimbing anaknya, supaya perkembangan anak dapat
berlangsung dengan baik.

Anak-anak mulai sekolah pada umur 4 tahun dan menjalani pendidikan
selama kurang lebih 14 tahun. Dengan demikian, sebagian waktu mereka
dihabiskan di lingkungan sekolah. Mereka sangat membutuhkan uluran
tangan dan bimbingan dari sekolah, antara lain dari guru dan
pembimbing konseling di sekolah. Itulah sebabnya, pemerintah
memasukkan bimbingan dan penyuluhan dalam kurikulum sekolah.

Bimbingan di sekolah perlu dilakukan terus-menerus supaya anak didik
dapat memahami dirinya, sehingga anak sanggup mengarahkan diri,
bertingkah laku wajar sesuai dengan tuntutan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Tujuan bimbingan adalah membantu
anak didik untuk mencapai kebahagiaan hidup pribadi, kehidupan yang
efektif dan produktif, kesanggupan hidup bersama dengan orang lain,
dan keserasian antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya. Tujuan
ini dapat kita perinci ke dalam program bimbingan agar anak didik
memiliki:

1. Kemampuan berprestasi di sekolah.

Masalah anak sekolah berkisar pada kemampuan berprestasi. Jika anak
mendapatkan nilai rapor jelek, banyak orang tua menanyakannya pada
guru/wali kelas mengapa anaknya memperoleh nilai jelek. Bahkan mungkin
ada orang tua yang pergi ke psikolog untuk mengetes IQ anak.
Sebenarnya, orang tua tidak perlu terlalu panik. Mereka hanya perlu
meneliti faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi anak. Misalnya,
apakah anak sudah cukup berusaha dan belajar dengan teratur? Apakah
anak sungguh-sungguh belajar atau banyak melamun dan berkhayal? Apakah
anak ketat dalam disiplin belajar? Apakah anak sudah mengerti bahan
yang harus dipelajari? Atau bagaimanakah sikap anak di dalam kelas
sewaktu ada pelajaran?

Jika anak kurang ketat dalam disiplin belajar, anak perlu diingatkan
lagi akan waktu belajar yang ditentukan baginya. Awalnya mungkin sulit
karena sesudah belajar anak ingin segera meninggalkan meja belajar,
lalu bermain/mengobrol dengan saudara-saudaranya. Dalam hal ini, anak
perlu meningkatkan waktu belajar. Ajaklah anak untuk belajar 30 menit
penuh, lalu istirahat 10 menit, dan belajar lagi. Sesudah ia berhasil,
waktu belajar diperpanjang menjadi 3/4 jam, dan diteruskan sampai ia
berhasil belajar selama 1,5 jam dengan konsentrasi penuh. Anak SMA
dapat membuat Pekerjaan Rumah dan belajar selama 1,5 jam dengan waktu
istirahat 15 menit, lalu belajar lagi. Anak SD waktu belajarnya lebih
pendek. Pada permulaan belajar disiplin, orang tua perlu mendampingi
anak supaya anak tidak meninggalkan buku pelajarannya. Setelah anak
dapat ditinggal, maka secara berangsur orang tua dapat meninggalkan
dan memercayakan anaknya belajar sendiri.

2. Sikap menghormati kepentingan dan harga diri orang lain.

Sikap ini harus dipupuk sejak kecil. Anak perlu dibimbing untuk
belajar bersabar dan tidak selalu mengatakan saja apa yang diinginkan.
Anak perlu belajar memahami perasaan orang lain. Anak-anak cenderung
sangat terbuka dalam mengkritik atau memberikan komentar mengenai apa
yang dilihatnya. Misalnya, seorang anak melihat seorang yang berjalan
timpang, langsung bertanya: Mengapa orang itu jalannya aneh? Orang
yang bersangkutan bisa merasa sedih atau mungkin tersinggung. Anak itu
sebaiknya dibimbing supaya dalam spontanitasnya, ia tetap
mempertimbangkan perasaan dan harga diri orang lain.

3. Cara-cara mengatasi kesulitan dirinya.

Membantu mengatasi kesulitan tidak selalu mudah. Bagi anak yang masih
kecil, pada umumnya pihak yang memberi bantuan lebih banyak
mengarahkan. Pada kesulitan yang mudah atau ringan, yang memerlukan
perubahan kebiasaan, diperlukan pengawasan. Contoh: anak kecil yang
sulit bangun pagi dan selalu terlambat tiba di sekolah. Biasakan anak
untuk bangun pagi dan mandi, beberapa minggu kemudian anak akan
terbiasa bangun pagi dan tidak terlambat ke sekolah. Tentunya, perlu
diperhitungkan waktu tidur yang cukup (tidak terlalu malam), waktu
sarapan, dan lamanya perjalanan ke sekolah termasuk kemacetan-
kemacetan di jalan.

Bagi anak yang lebih besar, bantuan dalam mengatasi persoalan
memerlukan prosedur yang lebih mendalam. Setiap persoalan harus dicari
sumber penyebabnya. Pada anak SD, biasanya orang tua, pendidik, dan
pembimbing masih harus menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk
mengatasi kesulitan anak tersebut. Bantuan bagi anak remaja di SMP
lebih banyak diarahkan untuk memberikan kebebasan dalam hal memilih
usaha atau cara pemecahan. Sedangkan pada anak remaja di SMA,
persoalan dan latar belakang sumber persoalan perlu dicari bersama.
Dalam hal menyelesaikan persoalan, anak bisa mencari jalan sendiri
jika anak cukup pintar. Jika kurang berhasil, maka pembimbing harus
lebih aktif dalam menunjukkan cara penyelesaiannya.

4. Pemahaman tentang kesulitan sekolah.

Sering kali, anak tidak memahami kesulitan yang dialaminya di sekolah.
Kadang masalah pergaulan membuat suasana belajar di sekolah
mencekamnya. Ia ingin bergaul, tetapi tidak dapat bergaul. Karena
tidak ada teman, ia pun merasa kesepian dan hal ini kurang
menguntungkan bagi dirinya untuk belajar. Jika ia lebih terbuka, dapat
mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, maka ia akan terangsang
untuk belajar dan berlomba-lomba dengan teman-teman untuk memperoleh
hasil yang baik. Di samping itu, persoalan di dalam keluarga juga
sering menyebabkan anak tidak dapat belajar dan mengalami kesulitan di
sekolah. Dengan memahami sumber kesulitan tersebut dan membuang sumber
penyebabnya, maka kesulitan dapat diatasi.

5. Penyelesaian kesulitan dalam hal belajar.

Untuk membantu menyelesaikan kesulitan belajar, diperlukan data lebih
banyak tentang prestasi anak di sekolah. Misalnya, mata pelajaran apa
yang sulit dipelajari oleh anak. Apakah kesulitan belajar disebabkan
oleh keadaan lingkungan atau faktor-faktor lain, seperti:

a) kurang berusaha untuk berkonsentrasi terhadap pelajaran-pelajaran
   yang dihadapi,
b) kurang melatih diri dalam menjawab atau menyelesaikan soal-soal,
c) kurang banyak mengulang dan menghafal bahan pelajaran,
d) terlalu banyak kegiatan lain yang mendesak kegiatan belajar,
e) kurang dapat mengerti penjelasan/uraian yang diberikan oleh guru,
f) kurang cermat dalam menangkap apa yang diterangkan secara klasikal,
g) kurang tinggi kemampuan inteleknya sehingga terhambat dalam belajar,
h) kurang dapat membagi waktu belajar dan waktu bersantai.

Untuk faktor "kurang" pada pihak anak, tentunya masih ada kemungkinan
untuk memperbaiki "kekurangan" tersebut dengan mengaturnya lebih
tepat, disesuaikan dengan keperluannya dan sifat pelajarannya.
Misalnya Matematika yang memerlukan ketelitian melalui latihan. Dengan
banyak latihan mengerjakan soal-soal yang sama cara pemecahannya,
sedikit demi sedikit akan tumbuh pengertian-pengertian dan pemahaman-
pemahaman. Untuk kekurangan kemampuan intelek memang tidak mudah
menambah atau menyempurnakannya, tergantung berat-ringannya kekurangan
kemampuan tersebut; semakin ringan kekurangan kemampuan intelek,
semakin mudah mengusahakan pemberian bantuan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan belajar.

6. Pengarahan dalam mengatasi masalah dalam hal melanjutkan sekolah.

Masalah ini biasanya dialami pada akhir SD, akhir SMP, pertengahan
kelas I SMA, dan akhir SMA. Tidak setiap anak dapat melanjutkan
pendidikan ke SMP atau SMA. Faktor biaya dan ketidakmampuan anak
mengikuti pelajaran terkadang membuat anak harus putus sekolah. Dalam
hal ini, orang tua atau pendidik perlu memikirkan langkah yang paling
baik bagi anaknya. Pada pertengahan SMA kelas I, anak harus memilih
jurusan Bahasa, IPS, atau IPA. Untuk menentukan pilihan, perlu
mempertimbangkan kemampuan anak dan faktor-faktor lain. Jangan sampai
memilih jurusan karena pengaruh teman-teman akrabnya, karena salah
memilih jurusan sering mengakibatkan kegagalan pada pendidikan
selanjutnya. Menjelang akhir pendidikan di SMA, anak kembali
menghadapi pilihan yang rumit. Jurusan apa yang harus dipilihnya?
Apakah lebih baik mengambil pendidikan yang singkat, supaya cepat
selesai, lalu bekerja dan membantu orang tua, atau meneruskan ke
perguruan tinggi seperti anak lainnya.

7. Persiapan bidang kerja yang tepat untuk kemudian hari.

Untuk persiapan memilih bidang kerja, perlu mempertimbangkan berapa
lama kesanggupan belajar, kemampuan belajar, dan keterampilan yang
perlu dimiliki untuk pekerjaannya kelak. Pertimbangkan juga kesediaan
orang tua, yang masih harus membiayai sampai tingkat pendidikan
tertentu. Apakah memungkinkan untuk sekolah sambil bekerja untuk
meringankan beban biaya orang tua.

Dalam membimbing anak, bimbingan berperan untuk:

a. Membantu anak menemukan cara-cara mengatasi persoalan, yang mungkin
akan menjurus ke penyimpangan perkembangan mental, tekanan jiwa, atau
timbulnya kelainan/gangguan jiwa.

b. Memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan,
baik keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian, agar
berkepribadian kuat.

c. Membantu penyesuaian diri anak, dengan cara membantu anak
menghadapi, memahami dan memecahkan masalah untuk mencapai hasil yang
optimal, baik dalam jenjang karier maupun dalam hubungan sosial.

d. Memperbaiki/menyembuhkan bila terjadi penyimpangan/kesulitan yang
sudah berakar, membantu mencari akar daripada penyimpangan kenakalan,
gangguannya, supaya dapat disembuhkan dan tercapai taraf kehidupan
normal.

Secara umum dapat kita simpulkan bahwa bimbingan sangat penting bagi
perkembangan dan jalan kehidupan anak dalam mencapai masa depannya.
Baik orang tua, guru, pembimbing (konselor), pembina dalam
kepramukaan, atau siapa saja dapat memberikan bimbingan, asal
dilakukan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Diringkas dari:
Judul buku: Psikologi untuk Membimbing
Judul asli bab: Bimbingan terhadap Anak
Penulis: Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa
Penerbit: PT. BPK Gunung Mulia
Halaman: 11 -- 21

             ULASAN BUKU: METODE MEMBIMBING ORANG BELAJAR

Judul buku:	Metode Membimbing Orang Belajar
Judul asli: A Primer for Teachers and Leaders
Penulis/Penyusun:	Leroy Ford
Penerjemah:	Tim Lembaga Literatur Baptis
Editor:	Eddy Wiriadinata
Penerbit: Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1987
Ukuran buku: 13,5 x 20,5 cm
Tebal: 134 halaman
ISBN: --
Buku Online: --
Download: --

Bagi seorang guru, tanggung jawab yang diembannya bukan hanya
memintarkan anak-anak didik dengan memberikan wawasan dan pengetahuan
yang luas, namun juga membantu murid yang mengalami kesulitan belajar
atau menerima pelajaran. Guru adalah pahlawan yang mendedikasikan
hidupnya untuk membentuk anak-anak yang bermoral, berwawasan, dan
berhasil. Dengan demikian, peran seorang guru tidak seharusnya
dipandang sebelah mata.

Buku karangan Leroy Ford ini bisa menjadi buku penolong bagi para guru
dalam menolong anak-anak didiknya, agar semakin berprestasi dan
berkepribadian kuat. Buku ini memiliki 6 bab, yang membahas tentang
Siapakah murid Anda?, Bagaimanakah Murid Anda Belajar?, Pengalaman
Macam Apakah yang Terbaik bagi Murid Anda?, Bagaimanakah Meningkatkan
Proses Belajar?, Bagaimana Mengatasi Kesulitan Belajar?, dan Apakah
yang Telah Dikatakan oleh Buku Ini? Buku ini menarik, penjelasannya
praktis dan disertai dengan gambar-gambar pendukung. Di akhir bab,
penulis selalu memberikan pertanyaan menantang untuk dipikirkan.
Sangat bagus untuk mengevaluasi kinerja guru. Buku ini cocok digunakan
untuk guru-guru kelas maupun guru bimbingan konseling. Demikian juga
bagi orang tua yang wajib membimbing anak belajar. Mari bimbing anak
kita agar berprestasi.

Peresensi: Sri Setyawati

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org