Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/228

e-Konsel edisi 228 (8-2-2011)

Kasih kepada Tuhan


______________________________e-KONSEL________________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 228/FEBRUARI 2011

DAFTAR ISI
BIMBINGAN ALKITABIAH: MENGASIHI ALLAH LEBIH DALAM LAGI
TIP: CARA MENGASIHI TUHAN
INFO: ICW - INFORMASI PELAYANAN ELEKTRONIK KRISTEN

Shalom,

Tidak semua konseli yang kita layani memiliki pengenalan akan Allah
yang benar dan mendalam. Dalam mengatasi masalah, kita perlu mengajak
konseli membuat keputusan untuk mengasihi Tuhan terlebih dahulu. Hal
ini penting karena tanpa Tuhan, maka usaha mengatasi masalah hanyalah
dari usaha manusia yang lemah. Untuk itu, dalam edisi e-Konsel minggu
ini disajikan artikel tentang bagaimana mengasihi Tuhan. Kiranya
dengan artikel ini kita semakin belajar mengasihi Tuhan karena Tuhan
terlebih dulu mengasihi kita. Apakah Anda juga rindu membagikan
cara-cara mengasihi Tuhan kepada konseli Anda? Cobalah menerapkan
tip-tip yang kami sajikan dalam edisi ini. Pada kolom berikut, simak
juga info menarik seputar situs-situs yang perlu Anda kunjungi. Semoga
sajian kami bermanfaat. Selamat membaca dan selamat mencoba.

Staf Redaksi e-Konsel,
Tatik Wahyuningsih
< http://c3i.sabda.org/ >

       BIMBINGAN ALKITABIAH: MENGASIHI ALLAH LEBIH DALAM LAGI
                   Ayat Bacaan: Yohanes 21:17

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes,
apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus
berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia
berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu,
bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku."

Tuhan Yesus memiliki cara yang ajaib untuk memulihkan kembali manusia
yang pernah meninggalkan dan mengabaikan-Nya. Luar biasanya adalah
bahwa Dia tidak mempermalukan kita. Dia tidak mengkritik kita seperti
kebanyakan orang yang merasa rohaninya lebih tinggi. Ia juga tidak
memaksa kita untuk berusaha lebih keras lagi. Sebaliknya, Ia meminta
kita dengan suara yang lembut agar kita meneguhkan kembali kasih kita
kepada-Nya. Yesus langsung menyentuh akar permasalahannya.

Petrus pernah meninggalkan Yesus tatkala ia melarikan diri bersama
para murid lainnya dari taman Getsemani. Bahkan di hadapan banyak
orang, Petrus menyangkal bahwa ia pernah mengenal Yesus. Petrus
mungkin akan terheran-heran bila ia masih bisa menjadi murid Yesus,
padahal ia tidak setia kepada Yesus tatkala Gurunya berada pada
saat-saat yang genting. Sebelumnya, Petrus pernah berkata, "Tuhan,
aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!"
(Lukas 22:33) Pada kenyataannya, jawaban Petrus sering tidak jauh
berbeda dengan jawaban dan praktik hidup kita.

Tatkala kita memulai suatu tahun yang baru, kita mungkin dengan pedih
menyadari bahwa kita telah meninggalkan-Nya dan menyangkal-Nya dalam
berbagai cara. Mungkin kita telah meninggalkan dan menyangkal-Nya
karena kita hidup dengan tidak setia; atau mungkin juga karena kita
tidak taat pada firman-Nya. Mungkin kita telah meninggalkan dan
menyangkal-Nya lewat cara hidup kita yang menyakitkan hati-Nya.

Perhatikanlah, apa yang Yesus lakukan bagi kita? Yang Ia akan lakukan
adalah Ia akan bertanya kepada kita seperti yang pernah Ia lakukan
terhadap Rasul Petrus. Ia tidak mencaci-maki kita. Ia tidak akan
mempermalukan kita. Ia tidak mengejar-ngejar kita dengan dakwaan. Ia
hanya akan bertanya di dalam batin kita, "Apakah engkau mengasihi-Ku?"
Jika jawabanmu seperti jawaban Petrus, "Ya Tuhan", maka Ia akan
meneguhkan kembali kehendak-Nya dalam diri kita. Jika kita sungguh
mengasihi-Nya, kita akan menaati perintah-Nya (Yohanes 14:15). Kasih
kita kepada Tuhan mengawali dan membuka jalan untuk sebuah ketaatan
kepada Tuhan.

Kita sering menyatakan keyakinan kita bahwa kita mengasihi Allah
tetapi pada saat yang sama kita menyadari bahwa kita ternyata lebih
sering bertindak sebaliknya -- lebih mengasihi diri kita sendiri.
Penghalang utama mengapa kita mengasihi Allah dalam situasi yang maju
mundur tidak terletak pada faktor luar tetapi terletak di dalam diri
kita sendiri yakni pada "kehendak manusia kita atau kehendak kita
sendiri". Pada kenyataannya, kita lebih suka berbicara mengenai
kehendak-Nya daripada melakukannya. Ingatlah, kita tidak dapat
mengerjakan kehendak Allah apabila kita terus sibuk mengerjakan
kehendak kita sendiri. Kita tidak dapat bersungguh-sungguh berdoa,
"Datanglah kerajaan-Mu" sampai kita secara resmi berdoa, "kerajaanku
pergilah" [Tim Impian Tuhan, 23].

Ketidakpercayaan dan kekerasan hati kita akan hak dan agenda pribadi
kita adalah belenggu yang mengikat sehingga kehendak Allah tidak dapat
turun dan masuk dalam hidup dan pelayanan kita. Banyak di antara kita
lebih suka mengutamakan agenda kita daripada agenda Allah. Banyak di
antara kita lebih tertarik pada hal menjaga hak-hak kita daripada
mengejar maksud-maksud Tuhan. [Tim Impian Tuhan, 34].

Ego kita sering mengesampingkan penalaran kita. Kita lebih suka kalah
dengan kehendak yang tak terpatahkan daripada menang dan menjadi
tunduk. Penyembahan terhadap kehendak bebas dan promosi kita terhadap
agenda pribadi menjelaskan mengapa kita sebagai gereja, gagal bergumul
untuk dapat mengasihi Allah lebih dalam lagi. Ketidaktaatan dan
ketidaktundukan kita menjual kredibilitas kita. Tidak ada alasan bagi
dunia untuk percaya bahwa kita berasal dari Allah bila kita bertindak
seperti Iblis. [Tim Impian Tuhan, 30]. Tatkala Stalin dalam keadaan
sekarat mengepalkan tinjunya ke arah langit, hal itu jelas menunjukkan
bahwa ia tidak berasal dari Allah.

"Seandainya seorang raja mencintai pelayannya yang miskin," begitulah
seorang filsuf Denmark, Soren Arby Kierkegaard (1813-1855), mengawali
perumpamaannya. Bagaimana cara sang raja menyatakan cintanya kepada
pelayan itu? Mungkin sang pelayan akan menanggapinya karena takut atau
terpaksa, padahal sang raja ingin pelayan itu mencintainya dengan
tulus. Maka kemudian sang raja yang sadar bahwa ia tidak boleh tampil
sebagai raja bila tak ingin menghancurkan kebebasan orang yang
dikasihinya, memutuskan untuk menjadi orang biasa. Ia meninggalkan
takhtanya, melepas jubah kebesarannya, dan memakai pakaian compang-
camping. Ia bukan hanya menyamar, tetapi benar-benar memiliki
identitas baru. Ia sungguh-sungguh menjadi pelayan untuk memikat hati
sang pelayan muda yang dicintainya. Ini layaknya sebuah taruhan.
Pelayan itu mungkin akan mencintainya, atau justru menolaknya habis-
habisan sehingga ia tidak akan mendapatkan cintanya seumur hidupnya!
Hal yang sama, pilihan yang diberikan Allah kepada manusia, dan tentu
saja, itulah makna perumpamaan di atas. Tuhan kita merendahkan diri-
Nya untuk memenangkan hati kita. "Kristus Yesus, yang walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik
yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya
sendiri (Filipi 2:5-7).

Sekarang, ada pertanyaan untuk direnungkan, "Akankah kita
mengasihi-Nya lebih dalam lagi atau kita menolak, mengabaikan, atau
bahkan meninggalkan-Nya?"

Lalu apa yang harus saya perbuat?

Kita membutuhkan pertolongan Roh Tuhan. Roh Kudus harus menempelak
kita, roh ketaatan dan ketundukan harus melingkupi kita, atau kita
sama sekali tidak akan pernah mencapai apa yang Tuhan inginkan untuk
kita lakukan yaitu: "mengasihi Dia lebih dalam lagi" [Tim Impian
Tuhan, 41].

Memang, tidak mudah membuat komitmen untuk mengasihi Allah dan setia
menjalaninya. Komitmen kita seringkali tidak mampu mencapai masa yang
panjang. Stamina rohani kita tidak selalu berada dalam kondisi puncak.
Bila dikalkulasikan, mungkin catatan kegagalan kita untuk memenuhi
komitmen yang kita buat sendiri akan terlihat menumpuk. Kegagalan demi
kegagalan mewarnai perjalanan iman kita. Inilah cermin dari natur lama
kita sebagai manusia yang lemah dan berdosa. Kini, di hadapan kita
terbentang tahun yang baru untuk ditempuh dan Ia hanya minta satu hal:
"lebih dalam lagi mengasihi-Nya."

Yesus tidak membutuhkan hal lain dari kita selain komitmen kita, yang
meskipun berulang-ulang jatuh dan bangun, dan janji-janji kita yang
coba kita penuhi dengan lebih keras lagi di tahun baru ini. Jika tekad
kita menaati Allah, lalu ternyata tidak menolong kita untuk setia,
maka itu juga yang akan membuat kita tidak berhasil di tahun baru ini,
maka itu artinya kita telah salah bertindak. Yesus hanya meminta
kasihmu. Jika kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya, maka baik sikap,
ketundukan maupun penyerahan diri, bahkan pelayanan kita kepada-Nya di
tahun yang baru ini akan lebih berkualitas seperti yang Ia kehendaki.

Doa: Tuhan kami ingin menjadikan Engkau sebagai Tuhan atas hidup kami
dan tidak hanya sekadar memanggil Engkau Tuhan. Roh Kudus, kami
memohon kiranya Engkau meyakinkan dan menyempurnakan kami sehingga
kami dapat mencapai apa yang Bapa ingin kami lakukan. Kami berdoa agar
kerajaan kami lenyap sehingga kerajaan-Mu yang hadir dan Engkau
bertakhta dalam hati kami. Kiranya kehendak kami dihancurkan sehingga
kehendak-Mu dapat terlaksana di bumi seperti di surga. Amin.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: DAPETZA
Alamat URL: http://dapetza2007.blogspot.com/2008/12/
            renungan-memasuki-tahun-baru-2009-1.html
Penulis artikel: Daniel Zacharias
Tanggal akses: 11 Januari 2011

                       TIP: CARA MENGASIHI TUHAN

Kadang kita mengalami kesulitan untuk mengasihi Tuhan. Kita tidak tahu
cara yang benar untuk mengasihi Tuhan; tetapi Alkitab memberitahukan
kepada kita bagaimana harus menunjukkan kasih kepada Tuhan. Menurut
Ulangan 6:1-13, ada tiga tip mengasihi Tuhan yang bisa kita lakukan.

1. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati (Ulangan 6:5)

Segenap hati artinya bukan dengan paksaan, bukan juga karena tradisi.
Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan jiwa sama artinya dengan
tulus. Inilah ibadah yang sejati (Roma 12:1). Firman Tuhan menegaskan
bahwa yang utama yang harus dilakukan seorang manusia ialah mencari
lebih dahulu kerajaan Allah (baca: mengasihi Tuhan - Matius 6:33).
Bukti seorang mengasihi Tuhan ialah tinggal dalam firman-Nya (Yohanes
15:7). Hal ini harus dilakukan dengan setia (Ulangan 11:1). Inilah
kewajiban kita. Dengan demikian Allah memegang perjanjian-Nya dengan
kita (Ulangan 7:9, 12-15). Selain itu, bukti lain seseorang mengasihi
Tuhan ialah mendengarkan perintah-Nya dengan mengasihi dan menuruti
perintah-Nya (Ulangan 11:13-15).

2. Melakukan tugas dari Tuhan (Ulangan 6:6-7)

Mengasihi Tuhan sesungguhnya tidak hanya mendengarkan dan melakukan
firman-Nya tetapi juga harus meneruskannya kepada orang lain.
Mengajarkan dan membimbing anak-anak untuk mengasihi Tuhan dengan
setia merupakan manifestasi kasih kepada Tuhan. Inilah jalan yang
telah ditentukan-Nya bagi kita (Ulangan 6:12, 20).

3. Komitmen untuk setia kepada Tuhan (Ulangan 6:24-25)

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan melakukan tugas-Nya adalah
tindakan yang baik, akan tetapi semua itu menjadi tidak berguna jika
kita tidak setia. Pengukur komitmen kita kepada Tuhan bukan apa yang
kita lakukan melainkan kerelaan untuk berpegang teguh (setia) pada
segala perintah-Nya.

Apakah kita sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati? Dan sudahkah
kita melakukan tugas yang dipercayakan kepada kita? Dan bagaimana
dengan kesetiaan kita? Renungkanlah!

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Gereja Kristen Bersinar "AGAPE" Surabaya
Alamat URL: http://gerejakristenbersinaragapesurabaya.blogspot.com/
            2008/09/cara-mengasihi-tuhan.html
Penulis artikel: Defry
Tanggal akses: 15 Januari 2011

         INFO: ICW - INFORMASI PELAYANAN ELEKTRONIK KRISTEN

Sejak 1999, publikasi ICW yang memuat informasi-informasi tentang
pelayanan elektronik kristiani, telah mencapai lebih dari 280 edisi.
Mulai tahun 2011, ICW terbit seminggu sekali dengan format yang lebih
ringan dan mudah dibaca. Kolom-kolomnya terdiri dari ulasan situs
Nusantara, ulasan situs mancanegara, ulasan Facebook, ulasan forum,
serta ulasan milis. Selain itu, di setiap edisi juga terdapat artikel
maupun tip yang pasti berguna untuk Anda.

Kami mengundang Anda untuk berlangganan publikasi ICW. Berlangganan
ICW tidak dikenakan biaya, dan Anda dapat memperoleh berkat setiap
minggunya melalui mailbox Anda.

Tunggu apa lagi? Segera daftarkan diri Anda!

Berlangganan: < subscribe-i-kan-icw(at)hub.xc.org >
Kontak redaksi dan kirim bahan: < icw(at)sabda.org >
Arsip ICW: < http://www.sabda.org/publikasi/icw >
Situs: < http://icw.sabda.org >

Kontak: < konsel(at)sabda.org >
Redaksi: Sri Setyawati, Tatik Wahyuningsih, Samuel Njurumbatu,
         dan Yulia Oeniyati
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/konsel >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org