Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/172

e-Konsel edisi 172 (17-11-2008)

Melawan Keputusasaan


_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 172/15 November 2008

Daftar Isi:
  = Pengantar: Berkubang dalam Keputusasaan
  = Renungan: Jangan Menyerah!
  = Cakrawala: Terjatuh dan Tak Bisa Bangkit Lagi
  = TELAGA: Melawan Keputusasaan
  = Bimbingan Alkitab: Ketika Tiada Berpengharapan
  = Info: Wajah Baru Situs Telaga

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Apakah Pembaca pernah merasa putus asa? Apa yang menyebabkannya? 
  Penyebab keputusasaan yang paling umum adalah masalah yang 
  bertumpuk-tumpuk yang tidak bisa segera diselesaikan, dan harapan 
  yang tidak segera terwujud. Rasa putus asa mudah membuat kita 
  menyerah pada keadaan atau masalah yang kita hadapi. Dan bila kita 
  sudah mulai menyerah, maka yang biasanya kita lakukan adalah 
  meratapi masalah atau keadaan, bukan mencari cara bagaimana 
  menyelesaikan masalah dan keluar dari rasa putus asa itu.

  Apakah orang Kristen boleh putus asa? Sebagai orang Kristen, ada 
  waktu-waktu tertentu di mana kita dapat mengalami keputusasaan. 
  Namun kita harus mengingat dan terus menyadari bahwa Tuhan tidak 
  akan membiarkan kita terus berkubang di dalamnya. Tuhan memberi kita 
  kekuatan dan janji-janji bahwa kita akan bisa melalui masa-masa 
  sulit itu. Apakah saat ini Pembaca sedang putus asa? Kiranya edisi 
  ini bisa menjadi alat untuk menolong Pembaca keluar dari kubangan 
  rasa putus asa dan mulai memandang ke depan bersama Tuhan.

  Selamat membaca!

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

RENUNGAN _____________________________________________________________

                           JANGAN MENYERAH!

  Bacaan: Galatia 6:6-10
  Ayat: Galatia 6:9

  Ketika Hitler melancarkan serangannya melawan Inggris selama 
  berlangsungnya Perang Dunia II, Winston Churchill diminta untuk 
  berbicara kepada para pasukan London yang patah semangat. Di situ, 
  ia hanya mengemukakan enam kata pemberi semangat: "Jangan pernah 
  menyerah! Jangan sekali-kali menyerah!"

  Ada masa-masa ketika Anda akan merasa tidak bersemangat dalam 
  perjalanan hidup kristiani Anda, tetapi jangan pernah menyerah. Jika 
  Anda tak lagi punya pilihan, perjuangan Anda melawan dosa akan 
  membawa Anda kembali dan kembali lagi kepada Allah dan mendekatkan 
  diri pada-Nya dalam keputusasaan Anda.

  Dalam bukunya, "The Fight" (Pertarungan), John White menulis, "Orang 
  yang bangun dan berjuang lagi adalah prajurit sejati .... Kuatkanlah 
  diri Anda dengan mereguk anggur sumber kekuatan dari Roma 8:1-4. 
  Lalu kembalilah bertarung sebelum otot-otot Anda menjadi kaku!"

  Apa yang diperlukan adalah ketahanan diri yang tak kenal lelah, 
  ketaatan yang terus-menerus melalui pasang dan surut, naik dan 
  turun, serta kemenangan dan kekalahan dalam hidup. Kemudian kita 
  mesti mencoba lagi, dengan mengetahui bahwa Allah bekerja di dalam 
  kita untuk memenuhi tujuan-Nya (Filipi 1:6, 2:13). Janganlah 
  berhenti mencari kehendak Allah bagi hidup Anda sampai Anda berdiri 
  di hadapan-Nya dan sampai pekerjaan Anda terselesaikan.

  Allah juga secara ajaib bekerja dengan tekun. Ia tidak pernah
  menyerah terhadap Anda! (DHR)

                 KETEKUNAN DAPAT MEMBALIK SKALA DARI
                   KEGAGALAN MENJADI KEBERHASILAN

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-Renungan Harian
  Edisi: Rabu, 28 November 2001
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/11/28

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                   TERJATUH DAN TAK BISA BANGKIT LAGI

  Kita semua pernah terjatuh sesekali, bukan hanya secara fisik, tapi 
  juga secara emosional. Dan membangkitkan diri kita kembali lebih 
  mudah diucapkan daripada dilakukan. Kita tidak membutuhkan bakat 
  khusus untuk menyerah atau berbaring di tengah jalan kehidupan dan 
  berkata, "Aku berhenti!" Faktanya, jalan menuju keputusasaan dan 
  kekecewaan yang kronis berawal dari sebuah hari yang normal yang 
  berakhir dengan timbunan kekecewaan-kekecewaan kecil. Kekecewaan 
  memunyai definisi: "gagal untuk memenuhi atau memuaskan harapan dan 
  keinginan". Dengan kata lain, ketika kita menentukan diri kita untuk 
  berharap akan sesuatu dan harapan itu tidak terpenuhi, kita menjadi 
  kecewa. Kita merasa tertipu atau dikhianati.

  Marilah kita hadapi kenyataan, tidak ada seorang pun dari antara 
  kita yang akan pernah sampai ke tempat di mana kita tidak pernah 
  lagi mengalami kekecewaan. Kita tidak bisa berharap untuk terlindung 
  atau kebal dari setiap hal kecil. Kekecewaan adalah salah satu fakta 
  dari kehidupan yang harus dihadapi oleh semua orang. Sering kali, 
  banyak orang membiarkan kekecewaan mereka terus menumpuk dan 
  akhirnya menjadi terpuruk tanpa mengerti apa penyebabnya. Mereka 
  kelihatannya tampak baik-baik saja, tapi sekarang mereka jatuh 
  terbaring di jalan kehidupan tanpa tahu bagaimana terjadinya dan apa 
  sebabnya. Banyak orang tidak menyadari bahwa masalah besar yang 
  menghancurkan mereka ini dimulai sudah lama sebelumnya dengan 
  beberapa kekecewaan kecil yang gagal mereka selesaikan.

  Rasa sakit yang mendalam tidak datang begitu saja dari kekecewaan 
  yang besar, seperti ketika kita gagal mendapatkan pekerjaan atau 
  promosi yang kita inginkan. Rasa sakit emosional yang dalam bisa 
  datang dari beberapa gangguan dan frustrasi kecil. Itulah mengapa 
  kita perlu tahu bagaimana caranya mengatasi kekecewaan kecil 
  sehari-hari dan memunyai perspektif yang benar terhadap semua itu. 
  Jika tidak, mereka dapat menjadi tidak terkendali dan meledak 
  melebihi batasan.

  Contohnya, bayangkan Anda memulai hari Anda dengan rencana dan 
  jadwal di kepala Anda, dan Anda sudah cukup frustrasi dengan itu. 
  Dalam perjalanan Anda ke kantor, jalanan yang macet membuat Anda 
  terlambat. Lalu, ketika Anda akhirnya mulai bekerja, Anda mendengar 
  seseorang di kantor menyebarkan gosip tentang Anda. Anda membuat 
  kopi untuk menenangkan diri Anda, tapi kopinya tak sengaja tertumpah 
  di baju Anda, yang hanya membuat masalahnya semakin rumit karena 
  Anda akan menghadiri pertemuan (meeting) dengan atasan, dan Anda 
  tidak punya waktu untuk berganti pakaian!

  Menghadapi hal-hal itu satu persatu secara terpisah memang terasa 
  mengganggu, tapi ketika mereka semakin menumpuk, itu akan menjadi 
  tak tertahankan. Lalu, dalam waktu yang hampir bersamaan, Anda 
  mendapat laporan dari dokter tentang sesuatu hal yang tidak Anda 
  harapkan. Dan puncaknya, tunangan Anda menelepon, mengancam untuk 
  membatalkan pernikahan Anda dengannya walaupun semua undangan telah 
  dikirim! Bagaimana Anda akan menanggapinya? Apakah Anda akan tetap 
  beriman, atau menemukan diri Anda penuh ketakutan dan sedang 
  mengarah menuju kekecewaan dan keputusasaan? Semua kekecewaan dan 
  frustrasi kecil terhadap kemacetan, gosip di kantor, dan kopi yang 
  tertumpah, telah menjadi sebuah bencana. Dan ketika Anda menghadapi 
  beberapa masalah serius, seperti penyakit atau hubungan yang gagal, 
  Anda menemukan diri Anda tidak siap untuk menghadapi semua itu. 
  Jadi, Anda terjatuh menuju ketiadaan pengharapan dan keputusasaan.

  Apa yang Anda lakukan saat kekecewaan datang? Saat kekecewaan 
  memberatkan Anda seperti sebuah batu besar, Anda bisa membiarkannya 
  menekan Anda sampai Anda merasa patah semangat, bahkan menjadi 
  benar-benar menyerah, atau Anda bisa menggunakannya sebagai batu 
  loncatan kepada hal-hal yang lebih baik. Belajarlah untuk 
  beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda bisa melakukannya! Hadapi 
  kekecewaan dan cepatlah membuat penyesuaian yang dibutuhkan untuk 
  menangani situasi itu. Tuhan memunyai hal-hal yang lebih baik untuk 
  Anda, dan Dia akan menolong Anda. Dia mengatakan dalam Ibrani 13:5, 
  "... Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku 
  sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."

  Daripada berkonsentrasi pada semua masalah Anda dan menjadi putus 
  asa, arahkan fokus Anda kepada Tuhan dan renungkan janji-janji-Nya 
  kepada Anda. Anda mungkin telah terjatuh, tapi Anda tidak harus 
  tetap tergeletak. Tuhan selalu siap, mau, dan mampu untuk mengangkat 
  Anda kembali. Bangkitlah, walaupun itu berarti Anda membutuhkan 
  waktu dan proses.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Jawaban.com
  Penulis: Joyce Meyer
  Penerjemah: Tidak disebutkan
  Alamat URL: http://jawaban.com/news/spiritual/detail.php?id_news=080828190021

TELAGA _______________________________________________________________

                          MELAWAN KEPUTUSASAAN

  Rasa putus asa tidak datang pada diri seseorang tanpa sebab. Ada
  beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang menjadi putus asa dan
  seolah-olah tidak berdaya lagi melanjutkan hari-harinya. Berikut
  ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi mengenai putus asa
  dan bagaimana mengatasinya. Selamat menyimak.

  T: Sebenarnya keputusasaan itu apa?

  J: Keputusasaan adalah lenyapnya pengharapan akan terjadinya sesuatu 
     yang kita dambakan. Sebetulnya kita pernah mengalami 
     keputusasaan, tapi mungkin yang membedakan adalah derajatnya atau
     berapa parahnya. Kita pernah kehilangan pengharapan akan
     terjadinya sesuatu yang sudah kita rindukan, yang kita pikirkan
     akan kita peroleh, tetapi akhirnya kita tidak bisa menikmati.
     Lalu lenyaplah pengharapan, itulah yang menimbulkan keputusasaan.
 
  T: Kalau dikatakan lenyap, itu berarti sudah tidak bisa diharapkan
     lagi?

  J: Betul, jadi selama masih ada pengharapan, tidak ada keputusasaan. 
     Keputusasaan hanyalah muncul tatkala kita sudah benar-benar 
     merasakan ini final, tidak ada lagi yang bisa kita harapkan, yang 
     kita dambakan itu tidak mungkin lagi datang kepada kita.
 
  T: Kalau begitu, bagaimana bisa tahu bahwa kita sedang berputus asa?

  J: Ada beberapa cirinya, yang pertama adalah kita merasakan 
     kesedihan yang dalam. Keputusasaan sebetulnya adalah rasa
     kehilangan. Saat pengharapan lenyap, apa yang kita dambakan tidak 
     bisa menjadi kenyataan, sebetulnya yang terjadi adalah kita 
     memasuki proses kehilangan. Proses kehilangan melahirkan reaksi 
     dukacita, reaksi dukacita adalah reaksi kesedihan atas hilangnya 
     sesuatu atau seseorang yang sangat bermakna bagi kita. Jadi, ciri 
     pertama biasanya adalah kita mengalami kesedihan yang dalam.
 
  T: Selain hal itu, apa tanda lainnya?

  J: Rasa kecewa. Rasa kecewa muncul tatkala pengharapan tidak bisa
     kita realisasikan, yang kita nantikan tak mungkin kembali lagi.
     Waktu terjadi keputusasaan, yang muncul adalah kemurungan dan 
     juga kekecewaan yang dalam karena yang dinantikan tidak menjadi 
     kenyataan, dampaknya sangat tragis. Keputusasaan itu melahirkan 
     ciri atau gejala yang bisa diamati, salah satunya adalah rasa 
     kecewa yang dalam.
 
  T: Selain kekecewaan dan kesedihan, apakah ada ciri yang lain?

  J: Rasa apatis, rasa tidak peduli lagi. Orang yang putus asa      
     cenderung bersikap masa bodoh. Mereka tidak lagi memunyai
     pengharapan pada orang di sekitar mereka, mereka sudah memvonis
     bahwa tidak ada yang bisa dikerjakan atau dilakukan oleh orang
     lain. Jadi, mereka hanya bisa pasrah menerima nasib mereka, salah
     satu respons yang biasanya muncul adalah rasa tidak peduli,
     apatis sekali. Itu sebabnya kalau kita ingin menolong orang yang
     sedang berada dalam kondisi putus asa itu tidak mudah, karena
     pertama-tama kita harus membangkitkan kembali motivasi yang
     sudah terhilang. Mereka sudah tidak lagi mau peduli pada apa pun
     yang kita katakan dan jalan apa pun yang kita tawarkan sebab 
     mereka sudah putus asa.
 
  T: Itu berbeda dengan orang yang tidak peduli?

  J: Ada bedanya, ada orang-orang yang memang memunyai bawaan sikap
     tidak peduli dengan orang, hanya mengurus dirinya sendiri, tapi
     tidak putus asa. Orang-orang seperti ini hanyalah orang yang
     memang mungkin sangat privat sekali, tidak mau mengganggu orang
     dan tidak suka diganggu orang, jadi akhirnya rasa kepedulian
     terhadap sesama juga berkurang. Kalau ini tidak, bisa jadi orang
     yang tadinya sangat memedulikan sesamanya, mau membantu orang
     lain, akhirnya saat keputusasaan menimpanya ,dia tidak lagi
     memunyai keinginan tersebut.
 
  T: Ciri lain selain rasa sedih, kecewa, dan apatis?

  J: Yang lainnya lagi adalah rasa ingin mengakhiri hidup. Jadi,
     lenyapnya pengharapan yang kita dambakan (apalagi yang
     didambakan itu bermakna buat kita) biasanya akan membuat kita
     berpikir buat apa hidup. Kita akan kehilangan makna hidup atau
     tujuan hidup. Ini bisa saya kaitkan dengan seseorang yang
     misalkan kehilangan suami atau istri atau anak atau orang tua
     yang sangat dikasihi. Yang terberat adalah tatkala kita berpikir
     bahwa sepeninggalnya orang tersebut, tidak akan ada orang lain 
     yang bisa menggantikannya, tidak akan ada lagi yang bisa 
     menduduki posisi itu. Misalnya, kita terbiasa hidup dengan 
     pasangan kita tahun demi tahun dan sekarang sudah berlangsung 
     selama 30 tahun, lalu kita harus kehilangan dia. Yang sangat 
     memukul sebetulnya bukan kehilangan itu sendiri, tapi pemikiran 
     bahwa setelah dia pergi, tidak akan ada lagi seseorang di samping 
     yang bisa menemani, mencintai dan dicintai, bercengkerama. 
     Kehilangan pengharapan akan adanya "moment-moment" yang spesial 
     seperti itulah yang bisa membuat kita akhirnya putus asa.
 
  T: Rasa ingin mengakhiri hidup itu sungguh-sungguh mau mengakhiri
     hidup atau cuma sekadar luapan emosinya saja?

  J: Pada awalnya, semuanya memang bersumber dari luapan emosi, tapi
     riset memerlihatkan orang yang bunuh diri adalah orang yang
     pernah mencoba bunuh diri. Artinya, orang yang berhasil mati
     karena bunuh diri adalah orang yang sebelumnya pernah mencoba,
     bisa sekali atau berkali-kali, tapi tidak berhasil. Misalkan
     makan atau menelan pil, tapi keburu diselamatkan atau hal-hal
     yang lainnya. Berikutnya, orang yang pernah mencoba bunuh diri
     adalah orang yang pernah berkata-kata bahwa dia akan bunuh diri
     meskipun belum ada tindakannya. Terakhir, orang yang pernah
     berkata ingin bunuh diri adalah orang yang awalnya berpikir
     tentang kematian dan mau mati. Jadi, kaitannya atau urutannya
     seperti itu.
 
  T: Tadi sudah ada empat ciri, apakah mungkin itu merupakan suatu
     campuran dari keempatnya, atau dari ketiganya, atau berdiri
     sendiri-sendiri, atau bagaimana?

  J: Biasanya keempatnya memang ada, tapi kita bisa membedakan dari
     sudut derajatnya, seberapa besar kecilnya. Sudah tentu rasa ingin 
     mengakhiri hidup itu adalah puncak segalanya. Kalau sudah ada 
     rasa murung, kecewa, dan tidak peduli yang dalam, biasanya 
     langkah terakhir atau respons terakhir adalah buat apa hidup.
 
  T: Perasaan-perasaan itu muncul pasti ada penyebab atau sumbernya,
     apa yang menyebabkannya?

  J: Salah satu penyebab keputusasaan yang paling umum adalah
     penderitaan yang tak kunjung berakhir. Tapi kalau kita menderita, 
     sebetulnya tanpa disadari kita memberikan jadwal atau
     memberikan batas waktu, seolah-olah kita ini memunyai jam dalam
     hati kita atau jiwa kita kapan seharusnya penderitaan itu
     berakhir. Sewaktu penderitaan itu tak kunjung berakhir, meskipun
     sudah jatuh tempo menurut penanggalan jiwa kita, reaksi yang
     muncul adalah keputusasaan.
 
  T: Tetapi sebenarnya apakah jadwal itu bisa mundur?

  J: Ada orang-orang yang berhasil melewati tanpa putus asa, yaitu
     orang-orang yang berhasil menarik jadwal itu atau batas temponya
     dan dia akan berkata, "Memang ini porsi hidupku", dan dia akan
     lewati hari lepas hari. Orang yang tidak berhasil mengundurkan
     batas temponya itulah orang yang akan akhirnya melewati
     keputusasaan.

  T: Apa penyebab yang lain?

  J: Yang lainnya adalah penantian akan yang lebih baik ternyata tidak 
     terwujud. Jadi, saat kita akhirnya sadar bahwa yang kita dambakan 
     itu lenyap, biasanya ada satu harapan tersirat, yaitu mungkin 
     akan mendapatkan yang lainnya. Sesuatu yang tidak seideal yang 
     kita dambakan, tapi satu tingkat di bawahnya. Karena secara 
     alamiah kita berpikir atau memunyai pengharapan seperti itu, maka 
     kita akan menginvestasikan penantian kita. Saat yang kita 
     nantikan itu tidak terwujud, kita putus asa sebab yang ideal 
     tidak kita dapatkan. Yang di bawah ideal yang kita juga harapkan 
     itu pun tidak datang, akhirnya kita terpaksa memakan yang paling 
     buruk, menelan yang paling pahit; itu yang sering kali memukul 
     kita.
 
  T: Apakah ada contoh konkret di dalam Alkitab sehubungan dengan
     keputusasaan?

  J: Di Mazmur 10, sekaligus kita melihat jawaban-jawaban dari firman
     Tuhan. Mazmur 10:1, "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh ya Tuhan,
     dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan." Teriakan 
     mengapa Tuhan menyembunyikan diri, bahasa yang sangat kuat sekali 
     seolah-olah Tuhan memang tidak mau menolong. Ayat ke-12 disambung 
     lagi: "Bangkitlah Tuhan ya Allah, ulurkanlah tangan-Mu, janganlah 
     lupakan orang-orang yang tertindas." Jadi, dalam keadaan sesak, 
     tertekan, dan putus asa, kita cenderung menuduh Tuhan seolah-olah 
     sengaja bersembunyi dan sengaja tidak mau menolong kita yang 
     tertindas, itu kondisi kita dalam keadaan putus asa. Tapi 
     pemazmur tidak berhenti di situ, dia melanjutkan di Mazmur 10:14, 
     "Engkau memang melihatnya sebab Engkaulah yang melihat kesusahan 
     dan sakit hati, supaya Engkau mengambilnya ke dalam tangan-Mu 
     sendiri. Kepada-Mu-lah orang lemah menyerahkan diri, untuk anak 
     yatim Engkau menjadi penolong." Jadi langsung pemazmur menjawab, 
     Tuhan melihat penderitaan manusia, pemazmur tidak berhenti pada 
     teriakan, tidak berhenti mengapa Tuhan bersembunyi, tapi dia 
     langsung berkata Tuhan melihat, ini adalah pernyataan imannya dan 
     ditutup dengan Mazmur 10:17 yang berkata: "Keinginan orang-orang 
     tertindas telah Kau dengarkan ya Tuhan, Engkau menguatkan hati 
     mereka, Engkau memasang telinga-Mu untuk memberi keadilan kepada 
     anak yatim dan orang yang terinjak, supaya tidak ada lagi seorang 
     manusia di bumi yang berani menakut-nakuti." Terakhir, pemazmur 
     berkata: "Tuhan bertindak". Jadi, di masa keputusasaan, hati 
     harus diimbangi dengan kepala, itu nasihatnya. Artinya, meskipun 
     hati berteriak, mengeluh, meraung-raung, jangan sampai kepala 
     tidak bersuara. Kepala adalah ingatan akan firman Tuhan, ingatan 
     akan siapa Tuhan. Tuhan kita bukanlah Tuhan yang kejam, 
     yang jahat, yang senang melihat anak-anak-Nya kesusahan dan 
     menderita. Kalau Dia Tuhan yang jahat, Dia tidak akan mati di 
     kayu salib untuk dosa kita. Jadi, bukti bahwa Tuhan mengasihi 
     kita dan Tuhan adalah Tuhan yang baik adalah bukti sejarah, Dia 
     telah mati untuk dosa kita, jangan sampai kesusahan hidup kita 
     akhirnya menutupi fakta yang sudah sangat jelas itu.
 
  T: Tapi biasanya hal-hal seperti itu tidak teringat lagi oleh
     seseorang yang sedang putus asa. Perasaannya menutupi pikirannya, 
     itu bagaimana?

  J: Sering kali demikian, maka pada awalnya, sewaktu kita sudah mulai
     merasakan keputusasaan, kita harus langsung melawannya dengan
     firman Tuhan, dengan berdoa mengingatkan lagi bahwa Tuhan tidak
     seperti yang kita rasakan. Biarkan pikiran kitalah yang memandu
     langkah hidup kita, bukan perasaan kita lagi. Langkah yang 
     lainnya lagi, yang praktis dan yang bisa kita lakukan, adalah
     bersekutu dengan sesama kita, cari orang lain, bicara dengan
     orang lain, dan izinkan orang untuk menguatkan kita.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T101B
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
  e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
  atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?melawan_keputusasaan.htm

BIMBINGAN ALKITAB ____________________________________________________

                     KETIKA TIADA BERPENGHARAPAN

  Pengharapan adalah satu dari nilai yang utama dalam iman 
  kekristenan. "Demikianlah tinggal ketiga hal ini ...," kata Rasul 
  Paulus dalam 1 Korintus 13:13: "Iman, pengharapan, dan kasih." Dalam 
  Perjanjian Baru, kata pengharapanlah yang paling banyak digunakan. 
  Hal ini sangatlah menyedihkan karena sesuatu yang nyata dalam firman 
  Tuhan hilang dalam kehidupan manusia.

  Kita harus dapat membedakan antara "pengharapan" yang digunakan 
  dalam Alkitab dan pengharapan yang digunakan dalam percakapan 
  sehari-hari. Sering kali, kita mendengar orang berkata, "Kuharap 
  segala sesuatu akan membaik," atau "Aku mengharapkan kenaikan gaji," 
  tetapi Alkitab tidak memberikan jaminan apa pun atas hal-hal yang 
  kita "harapkan". Ketika Alkitab berkata tentang "pengharapan", hal 
  itu berarti Alkitab membicarakan suatu kepastian sebagai seorang 
  Kristen bahwa rencana Tuhan tidak pernah gagal dan bahwa semua 
  janji-janji-Nya akan dinyatakan. Dengan berpegang pada fakta-fakta 
  tersebut, kita mampu untuk menghadapi dan menangani segala keadaan 
  kehidupan kita di mana harapan dan ambisi dunia kita hancur.

  Sesuatu yang memberikan seorang Kristen seperti penulis Kitab Ibrani 
  katakan: "Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa 
  kita" (Ibrani 6:19), adalah kenyataan bahwa Tuhan memerintah. Apakah 
  Anda menyadari bahwa dalam firman Tuhan, ketika hamba-hamba Tuhan 
  berada dalam kesulitan, mereka diberikan penglihatan akan takhta 
  yang kekal? Yesaya, Daud, Yehezkiel, dan Rasul Yohanes. Mengapa 
  sebuah takhta? Karena Tuhan memerintah dari takhta-Nya, dan walaupun 
  keadaan terlihat sebaliknya, Ia selalu memegang kendali. Pengharapan 
  (atau kepastian) bahwa rencana Allah akan terus berjalan dalam 
  kehidupan kita walaupun rencana kita gagal, berlaku bagai sebuah 
  sauh bagi jiwa. Itu yang tidak boleh kita lupakan.

  "Bapa yang kudus dan penuh kasih, biarkan pengharapan yang `pasti 
  dan setia` membuatku aman dan yakin, khususnya ketika pengharapan 
  kami tidak terjadi. Semuanya berjalan sesuai kehendak-Mu. Biarlah 
  aku senantiasa bersukacita di dalamnya."

  Referensi Alkitab
     

  1. Hal pertama yang harus dilakukan ketika sedang berada dalam
     kesulitan.

     1 Timotius 2:8, "Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana
     orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa
     marah dan tanpa perselisihan.", 2. Mengerti maksud yang tersembunyi di balik pencobaan.

     Yakobus 1:2-4, "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu
     kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai
     pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
     menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memeroleh
     buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak
     kekurangan suatu apapun.", 3. Melekat erat dengan Allah.

     Mazmur 57:2, "Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab
     kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan
     berlindung, sampai berlalu penghancuran itu.", 4. Tuhan selalu memampukan kita.

     Mazmur 34:18, "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka
     TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.", 5. Mengapa kita tidak boleh hilang kepercayaan kepada Allah.

     Mazmur 71:20, "Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak
     kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali,
     dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali.", 6. Ingatkan diri Anda akan pembebasan ilahi yang pernah terjadi.

     Mazmur 77:12-13, "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN,
     ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman
     purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan
     merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu.", 7. Janji yang takkan pernah ingkar.

     Mazmur 34:19, "TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah
     hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.", 8. Semua boleh gagal, tetapi Tuhan tidak pernah.

     Mazmur 46:2-3, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan
     kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab
     itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
     gunung-gunung goncang di dalam laut."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Buku Pintar Konseling Krisis
  Penulis: Selwyn Hughes
  Penerjemah: Genesis Team
  Penerbit: PT. Bethlehem Publisher, 2002
  Halaman: 52 -- 55

INFO _________________________________________________________________

                        WAJAH BARU SITUS TELAGA                     
                         http://www.telaga.org/

  Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) yang kita kenal lewat 
  beberapa siaran radio di Indonesia, kini hadir dengan wajah baru. 
  Situs yang juga punya kolom khusus di publikasi e-Konsel ini 
  sekarang hadir lebih interaktif dan menarik. Selain bisa mendapatkan 
  transkrip dan ringkasan perbincangan para pakar konseling, kini 
  narasumber dan perbincangannya juga dikelompokkan tersendiri.

  Tambahan fasilitas baru di situs ini adalah pengunjung bisa 
  berinteraksi dengan mereka melalui fasilitas blog dan fasilitas beri 
  komentar. Meskipun saat ini baru disediakan fasilitas beri komentar, 
  namun harap sabar karena beberapa fasilitas lainnya akan segera 
  ditambahkan. Kiranya tampilan baru ini bisa semakin memperlengkapi 
  pelayanan kita.

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Evie Wisnubroto
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org