Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/171

e-Konsel edisi 171 (4-11-2008)

Optimis


_______________________________e-KONSEL_______________________________

       Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 171/1 November 2008

Daftar Isi:
  = Pengantar Redaksi: Lihat Sisi Positifnya
  = Renungan: Optimisme Kristen
  = Cakrawala: 1. Mengapa Optimis?
               2. Menangkap Optimis
  = Ulasan Situs: Wajah Baru Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga
                  (TELAGA)
  
PENGANTAR REDAKSI ____________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Di tengah-tengah krisis global yang sedang melanda dunia saat ini, 
  banyak orang yang ragu-ragu atau malah memandang suram masa yang 
  akan datang. Tidak menentunya kondisi ekonomi, harga-harga kebutuhan 
  hidup yang merangkak naik, tingginya biaya pendidikan, dan sulitnya 
  mendapatkan pekerjaan, sering kali mematahkan semangat kita untuk 
  memandang masa depan dengan penuh pengharapan. Wajar bila kita 
  memiliki pandangan yang demikian karena kerap kali melihat kondisi 
  ini dari sisi negatif atau dari sisi kesulitan yang muncul.

  Lain halnya bila kita melihat kesulitan ini dari sudut pandang yang 
  berbeda, yaitu bagaimana kita dapat menghadapi kesulitan-kesulitan 
  yang muncul ini dan mengubah sikap pesimis kita menjadi optimis, 
  sehingga kita dapat melihat pula bahwa segala kesulitan ini bisa 
  dilalui dan membawa kebaikan bagi kita. Bukankah Kristus sendiri 
  mengajarkan agar kita meletakkan seluruh harapan kita pada-Nya.

  Dalam sajian edisi ini, redaksi mengajak Pembaca untuk melihat 
  pentingnya sikap optimis dalam menghadapi segala permasalahan dan 
  kesulitan dalam hidup ini. Selamat membaca, kiranya memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

RENUNGAN _____________________________________________________________

                          OPTIMISME KRISTEN

  Ayat: Mazmur 27

  Ketakutan yang dirasakan oleh manusia bersumber dari rasa 
  ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk mengatasi suatu konflik 
  atau krisis yang terjadi dalam hidupnya. Ketika menghadapi tantangan 
  dan serangan yang begitu hebat dari musuh-musuhnya (2-3), Daud tidak 
  hancur, tidak gentar, dan tidak meragukan Allah sedikit pun. Ia 
  pasti memunyai kunci hidup tegar dan kokoh menghadapi krisis --
  sesuatu yang sangat diperlukan oleh orang Kristen di Indonesia agar 
  mampu melewati setiap badai yang saat ini melanda negara kita dengan 
  tetap teguh berpegang pada kebenaran iman Kristen. Apa saja kunci 
  itu?

  Daud tidak membiarkan pikiran dan hatinya dikuasai oleh krisis yang
  dihadapi sehingga hanya terpaku kepada krisis saja. Sebaliknya, ia
  tetap memfokuskan pikirannya kepada kebesaran dan siapakah Allah
  bagi dirinya (1). Kristen yang terpaku kepada permasalahan hidupnya
  cenderung membesar-besarkan masalah itu. Jika ia terfokus kepada
  Allah, maka masalah apa pun akan terlihat kecil sehingga ia tidak
  akan gentar. Namun yang harus diingat adalah apa yang dilakukan Daud
  bukanlah seperti yang diajarkan oleh kekuatan berpikir positif dari
  gerakan Zaman Baru. Ketika Daud berhasil menghadapi dan mengatasi
  krisis yang terjadi, hal itu dikarenakan Allah secara pribadi yang
  bertindak (6). Tindakan Allah ini bukan didorong karena kekuatan
  pikiran Daud, namun karena hubungan pribadi yang indah antara Daud
  dan Allah (4). Orang yang memunyai hubungan yang indah dengan Allah
  adalah orang yang tinggal di Rumah Allah (5). Akankah Allah diam
  saja ketika tamunya diganggu kenyamanan dan keamanannya? Kedekatan
  Daud dengan Allah tidak dicapai melalui aktivitas agama maupun
  aktivitas rohani yang bernuansa magis. Kedekatan itu dibina melalui
  kehidupan doa yang sehat di mana ketergantungannya kepada Allah
  sangat diutamakan (7-12).

  Renungkan:
  Pikiran yang terfokus kepada Allah dan pembinaan hubungan yang dekat
  dengan-Nya melalui doa, membuat Daud optimis menjalani kehidupannya
  walaupun situasi dan kondisi tidak mendukung (13-14). Ketakutan apa
  yang membayangi hidup Anda saat ini? Masa depan? Karier? Usaha?
  Kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak stabil? Lakukan dua
  hal seperti yang dilakukan oleh Daud!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-Santapan Harian
  Edisi: 21 Maret 2001
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/03/21

CAKRAWALA 1 __________________________________________________________

                           MENGAPA OPTIMIS?

  Inginkah Saudara menjadi Presiden Amerika Serikat? Mungkin Saudara
  memimpikannya waktu masih kanak-kanak, tetapi jika Saudara melewati
  umur lima belas tahun, kemungkinan Saudara kurang terpikat lagi pada
  ide tersebut. Saudara mengetahui bahwa untuk memimpin negara yang
  membujur dengan aneka ragam keadaan ini dan menjaganya agar tidak
  terpecah belah, diperlukan bakat khusus.

  Pada tahap awal pemilihan Presiden Amerika tahun 1976, salah seorang 
  penulis tetap sebuah surat kabar mencatat bahwa kecuali satu orang, 
  orang-orang lain yang bersedia mencalonkan diri menjadi presiden 
  adalah orang-orang yang dibesarkan di kota-kota kecil sampai 
  kota-kota ukuran menengah: Gerald Ford di Grand Rapids, Michigan; 
  Ronald Reagen di Dixon, Illinois; akhirnya si pemenang, Jimmy Carter 
  di Plains, Georgia; dan setengah lusin lainnya. Satu-satunya orang 
  kota besar dalam pemilihan ini adalah Jerry Brown dari San 
  Franscisco.

  Kemudian penulis itu mengemukakan suatu penyebab: kehidupan di kota 
  kecil memberi Saudara suatu perasaan bahwa Saudara dapat berubah. 
  Masalah-masalah tidak membanjir secara total; jika Saudara 
  mengatasinya sebagian demi sebagian dan tidak menyerah, Saudara 
  akhirnya akan berhasil. Jadi, orang-orang ini membawa bersama mereka 
  sikap "aku-bisa-menanggulanginya" sepanjang perjalanan mereka menuju 
  kedudukan terkemuka di negara itu.

  Pandangan demikian barangkali lebih sulit tertanam di daerah 
  kota-kota besar -- tempat di mana orang-orang penakut memunyai 
  banyak alasan untuk berpikir. Siapakah yang dapat sedikit saja 
  mengurangi semua kekacauan ini?

  Orang-orang Kristen -- entah dibesarkan di kota atau di
  desa -- memunyai dasar yang berbeda untuk dapat hidup dengan penuh
  pengharapan. Mereka bertekun untuk hidup atau untuk maju sebab
  mereka mendengar Allah berkata, "Aku bisa menanggulanginya." Dalam
  dunia yang negatif ini, orang-orang Kristen memegang teguh ide gila
  itu bahwa manusia bisa diubahkan. Pria, wanita, remaja, semua tidak
  harus tinggal tetap sama seumur hidup. Tidak perlu segala sesuatu
  berjalan sama seperti sebelumnya.

  Sekarang jelas bahwa hal ini didasarkan pada kepercayaan kepada
  Allah yang terus bekerja. Dikisahkan mengenai Voltaire, seorang
  Perancis terkenal yang anti-Tuhan, yang pada tahun 1778 terbaring
  kesakitan hampir mati karena uremia (kadar urin dalam darah terlalu
  tinggi). Seorang Kristen datang menjenguknya dan berbicara tentang
  bagaimana filsuf itu masih bisa menerima pengampunan dan damai
  sejahtera berdasarkan apa yang Allah telah lakukan baginya di kayu
  salib, tak peduli apa yang telah terjadi sebelumnya dalam hidupnya.

  Voltaire tegak di tempat tidurnya, mengumpulkan kekuatannya yang
  masih tersisa, lalu menjawab dengan marah, "Tuhan tidak melakukan
  apa-apa!"

  Jika Saudara percaya pada Allah yang pada dasarnya duduk diam saja,
  maka Saudara hanya memunyai sedikit alasan untuk bersikap positif
  dalam menghadapi dunia ini. Kita dibiarkan berbuat sesuka hati kita
  untuk memeroleh perubahan dan perbaikan -- dan berapa banyak
  perubahan yang dapat kita harapkan? Sedikit sekali.

  Saya telah berbicara dengan mereka yang menggunakan hidupnya untuk
  menolong para pecandu alkohol. "Bagaimana Anda memulai?" saya
  bertanya pada orang yang dahulu juga pemabuk; Allah telah
  membebaskan dia 19 tahun sebelumnya.

  "Langkah pertama adalah memulihkan kepercayaan," katanya. "Semua hal
  lain harus menunggu sampai peminum yang menyusahkan itu dituntun
  untuk berpikir bahwa ia dapat berhasil kali ini. Saya menceritakan
  pengalaman saya kepada mereka; saya memberi mereka janji-janji
  Tuhan; saya memperkenalkan mereka kepada para bekas pecandu alkohol
  lain yang sudah berhasil sembuh -- semuanya dengan tujuan untuk
  membuat langkah penting pertama itu. Begitu terlihat ada harapan,
  berarti kami sedang menuju keberhasilan."

  Alkitab menceritakan sebuah kisah menarik mengenai dua pemuda yang 
  dengan pengharapan mereka pada Allah, terus bekerja, dapat tetap 
  bersikap positif di tengah-tengah keadaan yang menakutkan. Dalam 1 
  Samuel 14, pasukan Israel berada dalam kondisi menyedihkan. Kereta 
  perang orang Filistin lima kali lebih banyak dari jumlah pasukan 
  Israel; kekuatan pasukan telah berkurang menjadi hanya enam ratus 
  orang. Raja Saul sudah jelas kehilangan kendali; ia tidak bisa 
  memutuskan apa yang harus ia perbuat. Pilihannya   benar-benar 
  terbatas, karena orang Filistin telah menangkap semua tukang besi 
  orang Israel, yang berarti orang Israel tidak memiliki persenjataan 
  baru lagi. Fakta yang sebenarnya adalah bahwa semua orang Israel 
  sedang menantikan saat untuk mati.

  Tetapi ada Yonatan, anak Saul.

  Apakah dia bertahan dan mengerahkan pasukan Israel dengan pidato
  yang bersemangat dan penuh iman?

  Tidak. Ia hanya bisa mengumpulkan sedikit pengharapan. Ia menoleh
  pada seorang yang lain, pemuda yang membawa senjatanya dan ia
  mengusulkan agar mereka pergi memeriksa pasukan pengawal orang
  Filistin. Mengapa?

  "Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak
  sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit
  orang." (1 Samuel 14:6)

  Perhatikan bahwa ia tidak berjanji apa-apa. Tidak meramalkan 
  apa-apa. Ia hanya menyatakan fakta.

  Kedua pemuda itu dengan hati-hati sekali memerlihatkan diri kepada
  musuh yang angkuh itu. "Naiklah kemari, maka kami akan menghajar
  kamu," teriak pengawal. Tetapi sebelum hari itu berlalu, keadaan
  malah berbalik. Yonatan dan bujang pembawa senjatanya telah
  membalikkan keadaan dan orang Israel memeroleh kemenangan yang
  menggemparkan.

  Itulah yang bisa dilakukan oleh pengharapan. Orang yang berada dalam
  kesusahan sering berkata, "Saya tidak mau berharap." Ya!
  Berharaplah! Pengharapan itu bukan kebodohan. Pengharapan adalah
  bisikan lembut di dalam hati orang Kristen yang mengatakan, "Ya ...,
  itu bisa terjadi."

  Seorang pembicara bernama Doug Wead, yang darinya saya telah banyak 
  belajar tentang masalah ini, kadang-kadang menggoda para 
  pendengarnya dengan berkata, "Tahukah Saudara ayat kesukaan saya 
  dari seluruh Alkitab? Yohanes 3:16? Tidak. Mazmur 23? Tidak. Roma 
  12:1, 2? Tidak."

  "Ayat kesukaan saya adalah Pengkhotbah 9:4." Orang-orang kelihatan
  ingin tahu dan mulai membuka halaman demi halaman di Perjanjian
  Lama. Sebelum banyak orang menemukannya, Wead mengutip ayat itu,
  "Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena
  anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati!"

  Ia selalu membuat tertawa, tetapi pendapatnya serius. Lebih banyak
  di antara kita yang sama dengan anjing daripada dengan singa. Kita
  tidak berharap untuk menjadi raja di hutan modern. Tetapi anjing pun
  bisa memiliki pengharapan.

  Dan di mana ada pengharapan, di sana ada optimisme. Ada jaminan
  bahwa Allah belum kehabisan pilihan, demikian pula kita.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen
  Penulis: Dean Merrill
  Penerbit: Penerbit Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, dan YAKIN, 2002
  Halaman: 307 -- 310

CAKRAWALA 2 __________________________________________________________

                          MENANGKAP OPTIMIS

  Mengapa beberapa orang dibanjiri dengan masalah-masalah mereka, 
  sedangkan orang lain justru tertantang untuk menghadapi masalah? 
  Mengapa beberapa orang mundur, menyerah, dan berhenti saat 
  menghadapi tantangan, godaan, dan kesulitan, sedangkan orang lain 
  dengan latar belakang yang sama dan menghadapi masalah yang sama 
  justru berani dan mengejar keberhasilan? Itu semua kembali pada pola 
  pikir Anda. Sikap adalah hal kecil yang membuat perbedaan besar.

  Optimis

  "Research" yang dilakukan oleh para psikolog di Carnegie-Mellon 
  University, Pittsburgh, menunjukkan bahwa orang yang optimis lebih 
  bisa mengatasi stres daripada orang yang pesimis. Para psikolog ini 
  mendapati bahwa orang yang optimis cenderung memberi respons 
  terhadap kekecewaan dengan membuat rencana tindakan dan minta 
  bantuan serta nasihat orang lain. Sedangkan orang yang pesimis, bila 
  menemui kesulitan, sering kali berusaha melupakan segalanya dan 
  menganggap tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubah 
  keadaan.

  Apakah Anda merasa sebagai orang yang optimis atau pesimis?
  Kebanyakan orang yang berhasil adalah orang yang optimis. 
  
  Orang-orang yang berhasil sering kali menjadikan sikap positif 
  sebagai alasan utama atas keberhasilan mereka. Seperti yang 
  dikatakan oleh Winston Churchill, "Saya adalah orang yang optimis. 
  Tidaklah berlebihan untuk menjadi apa saja."

  Terpengaruhlah

  McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang 
  "berpikiran optimis". Menjadi optimis akan menolong Anda menjaga 
  semangat dan tindak lanjut Anda meskipun menghadapi kekecewaan dan 
  kemunduran. Anda bisa benar-benar menangkap penyakit optimis ini 
  dengan terus membuka diri terhadap virus-virus pikiran positif. 
  Menjadi optimis dan bersemangat, seperti penyakit cacar air, 
  gondong, dan flu, sangat menular. Anda bisa menulari orang lain 
  dengan rasa optimis Anda dan mereka bisa menginfeksi Anda. Beradalah 
  di lingkungan orang yang optimis dan Anda akan menjadi lebih 
  optimis.

  Penulis dan terapis terkenal, Alan Loy McGinnis, dalam bukunya yang
  berjudul "Power of Optimism", memberikan dua belas ciri orang yang 
  optimis.
   1. Orang yang optimis jarang terkejut bila ada masalah.
   2. Orang yang optimis tidak melihat masalah secara sebagian saja.
   3. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kuasa untuk
      mengendalikan masa depan mereka dan tidak menjadi korban 
      keadaan.
   4. Orang yang optimis bisa menghentikan pikiran negatif mereka.
   5. Orang yang optimis mempertinggi kekuatan mereka dalam memberikan
      penghargaan.
   6. Orang yang optimis menggunakan imajinasi mereka untuk melatih
      keberhasilan.
   7. Orang yang optimis tetap ceria meskipun mereka tidak bahagia.
   8. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kapasitas yang
      hampir tak terbatas untuk melebarkan sayap.
   9. Orang yang optimis membangun banyak kasih dalam hidup mereka.
  10. Orang yang optimis senang bertukar berita gembira.
  11. Orang yang optimis menerima apa yang tidak bisa diubah.
  12. Orang yang optimis biasanya memunyai pembaharuan fisik dan 
      mental yang rutin.

  Bagaimana dengan Anda, apakah ciri-ciri ini sesuai dengan gaya hidup
  Anda? Kita semua bisa menjadi lebih positif dan optimis dengan
  belajar untuk membangun gaya hidup di atas. McGinnis mengatakan:

    "Orang yang berpikiran optimis ini mungkin memiliki tingkat 
    intelegensi dan penampilan rata-rata, tetapi mereka tahu bagaimana 
    menjaga diri mereka tetap termotivasi, dan mereka menghadapi 
    masalah-masalah mereka dengan filosofi bahwa mereka sanggup 
    melakukan sesuatu. Mereka ahli dalam membangun semangat positif 
    untuk mencapai keberhasilan yang kuat dalam keluarga mereka atau 
    dalam tim mereka, dan mereka muncul dari tragedi-tragedi yang 
    mungkin lebih kuat dan menarik."

    "Tidak diragukan lagi bahwa pikiran seperti ini memampukan orang 
    untuk bangkit meraih puncak keberhasilan dalam bidang mereka. 
    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang optimis pandai di 
    sekolah, punya kesehatan yang lebih baik, punya penghasilan lebih, 
    membangun pernikahan yang awet dan bahagia, tetap dapat menjalin 
    hubungan dengan anak-anak mereka, dan bahkan mungkin hidup lebih 
    lama." (The Power Of Optimism; hal. 1)

  McGinnis menunjukkan bahwa setiap orang bisa belajar lebih optimis 
  dengan membangun kebiasaan pikiran-pikiran optimis. Dia menjelaskan 
  bahwa ini tidak berarti menjadi "muluk-muluk, serta tidak mendengar 
  dan juga melihat yang jahat. Ada satu jenis pola pikir yang bodoh 
  yang menutupi rasa optimis, tetapi cukup berbeda dengan pendekatan 
  praktis menuju keberhasilan." (ibid., hal. 6-7)

  Pikiran Optimis

  McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang 
  "berpikiran optimis". Contoh yang tepat adalah Winston Churchill. 
  Pada Februari 1901, Winston yang masih muda, kurus, dan perlente 
  berusia 26 tahun, bangkit untuk memberikan pidato pelantikan di 
  Gedung Parlemen. Ini adalah langkahnya menuju 50 tahun ke depan. 
  Pada pidato itu, dia menerima banyak kritikan, namun menghadapinya 
  dengan kerendahan hati. Pada awal 50 tahun itu, dia mungkin menjadi 
  orang yang paling dibenci di Gedung Parlemen. Musuh-musuhnya 
  menyebutnya sebagai "Tikus Blenheim".

  Churchill

  Lalu, 38 tahun kemudian, saat Britania Raya di ambang kehancuran 
  karena serangan Adolf Hitler, Raja George VI meminta Churchill untuk 
  membentuk pemerintahan baru. Ketika itu ia berusia 65 tahun --
  menjadi kepala negara tertua di Eropa. Politikus yang kaku dan gigih 
  ini sudah terlalu banyak makan asam garam untuk tidak memasang 
  senyum palsu dan mengatakan sesuatu yang muluk-muluk dan tidak 
  realistis mengenai masa depan rakyatnya. Namun, pidatonya menguatkan 
  optimismenya yang gigih dan realistis. "Saya tidak menawarkan 
  apa-apa kecuali darah, kerja keras, air mata dan keringat," menjadi 
  salah satu kata-kata terkenalnya dalam pidato pertamanya kepada 
  rakyatnya saat menjadi perdana menteri di Gedung Parlemen pada hari 
  Minggu malam bulan Mei 1940. Dalam kenyataan yang buruk, terdapat 
  semangat optimisme yang berani dan suatu keyakinan bahwa negara 
  Inggris yang putus asa dan tak berdaya dapat mengendalikan nasibnya 
  dan akhirnya berjaya.

  Dia menutup pidato itu dengan visi optimis yang tak ada hentinya: 
  "Anda bertanya, apa tujuan kita? Saya bisa menjawabnya dengan satu 
  kata: kejayaan -- kejayaan dalam segala bidang, kejayaan melawan 
  semua teror, kejayaan yang mungkin membutuhkan jalan yang panjang 
  dan sulit; tanpa kejayaan, tidak ada pertahanan." (The Last Lion, 
  William Manchester, hal. 678)

  Churchill menginfeksi seluruh negeri dengan sikap optimisnya dan 
  membawa rakyatnya menuju kepada kejayaan dalam menghadapi 
  rintangan-rintangan yang tidak dapat dipercayai.

  Optimism Quotient

  Seberapa optimis atau pesimiskah Anda? Lowell Peacock merangkumkan
  pentingnya menjadi optimis. "Sikap adalah kualitas pertama yang
  menunjukkan mana orang yang berhasil. Bila orang itu memiliki sikap
  positif dan berpikiran positif, yang menyukai tantangan dan situasi
  yang sulit, maka dia telah mencapai setengah dari keberhasilan.
  Dengan kata lain, bila dia adalah orang yang berpikiran negatif yang
  berpikiran sempit dan menolak menerima ide-ide baru dan memiliki
  sifat yang menentang, maka dia tidak akan mendapatkan kesempatan."

  Dalam skala 1 sampai 10, berapakah tingkat optimisme Anda? Sediakan 
  waktu untuk memerhatikan sikap Anda dalam sehari. Apakah berpikiran 
  positif dan optimis atau jatuh dan pesimis? Bila kita tidak 
  berhati-hati, mudah bagi kita untuk menjadi pesimis dan sinis. Anda 
  bisa menjadi orang yang realistis dan tetap optimis bila Anda 
  belajar mengendalikan pikiran, hati, dan jiwa Anda (Amsal 4:23).

  Orang yang pesimis membuat Anda jatuh; orang yang optimis membuat 
  Anda bersemangat. Presiden Lincoln pernah berkata, "Orang yang 
  pesimis melihat kesulitan di dalam setiap kesempatan, sedang orang 
  yang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan." Bila seseorang 
  menanyakan kabar Anda dan akhirnya Anda mengatakan kepada mereka 
  bahwa kabar Anda buruk, maka orang-orang tidak akan mau berada di 
  sekeliling Anda. Orang yang optimis hampir tidak pernah berkata 
  "malangnya aku"; menjadi orang yang mengasihani diri sendiri.

  Carilah Pertolongan dari Tuhan

  Tuhan memberi kita tanggung jawab pribadi untuk melakukan yang 
  terbaik yang mampu kita lakukan dalam apa saja yang harus kita 
  lakukan dalam segala keadaan, kemampuan, dan kesempatan (Efesus 6:8; 
  Wahyu 20:15). Bila kita menjadi terlalu pesimis dan berperilaku 
  menentang, kita bisa gagal dalam meraih keberhasilan.

  Saat kita tahu ada tujuan yang lebih tinggi untuk hidup, kita bisa 
  tetap lebih optimis dan positif. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah 
  turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi 
  mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai 
  dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

  Tuhan ingin kita memakai sikap baru yang dipenuhi dengan iman,
  pengharapan, dan tindakan positif (Efesus 4:22-24). Rasul Paulus
  mengingatkan kita untuk tetap positif dan optimis dalam fokus kita
  (Filipi 4:8).

  Kehidupan Yesus Kristus memberikan contoh sempurna -- contoh yang 
  harus kita usahakan (Filipi 2:5). Dia tidak pernah sombong, egois, 
  atau merasa diri pandai. Dia sering mengajarkan kepada 
  murid-murid-Nya untuk menghindari jebakan-jebakan mental ini 
  (Matius 20:26-27, 23:6-8, 10-12). Dia tidak pesimis atau menyerah 
  saat menghadapi pencobaan yang sulit.

  Tertularlah dengan penyakit optimis dan jangan pernah melepaskannya.
  (t/Ratri)
  
  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Virtual christian magazine.org
  Judul asli artikel: Catch the Disease of Optimism
  Penulis: Rod Hall
  Alamat URL: http://www.vcmagazine.org/article.aspx?volume=8&issue=1&article=optimism

ULASAN SITUS _________________________________________________________

        WAJAH BARU SITUS TEGUR SAPA GEMBALA KELUARGA (TELAGA)

  Situs TELAGA yang menyediakan rekaman audio dalam bentuk transkrip, 
  artikel, serta ringkasan topik keluarga dan masalah kejiwaan secara 
  umum, saat ini hadir dengan wajah baru yang lebih segar dan lebih 
  interaktif. Dengan menggunakan teknologi Drupal, situs ini mampu 
  menghadirkan fasilitas baru berupa fasilitas blog dan fasilitas beri 
  komentar yang belum ada di situs TELAGA lama.

  Halaman depan situs TELAGA juga didesain untuk menampilkan 
  perubahan-perubahan terbaru tiap bulannya, seperti berita terbaru 
  pelayanan TELAGA, topik audio, dan blog terbaru. Meskipun demikian, 
  menu-menu yang ada sebelumnya masih dipertahankan. Sebagai tambahan, 
  halaman-halaman di situs yang lama juga masih dapat diakses jika 
  Anda masih menyimpannya. Hanya saja, halaman depan sudah diubah ke 
  wajah situs yang baru.

  Untuk bergabung menjadi pengguna dan berpartisipasi di dalam situs 
  TELAGA, Sahabat dan Pendukung YLSA harus mendaftar menjadi pengguna 
  terlebih dahulu. Saat ini, Sahabat dan Pendukung YLSA baru bisa 
  memanfaatkan fasilitas beri komentar. Kami harap Sahabat dan 
  Pendukung YLSA bersabar untuk dibukanya fasilitas yang lainnya. 
  Selamat berjelajah di situs TELAGA.

  ==> http://www.telaga.org/

_______________________________e-KONSEL ______________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Evie Wisnubroto
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008
YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog -- http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org