Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/171 |
|
e-Konsel edisi 171 (4-11-2008)
|
|
_______________________________e-KONSEL_______________________________ Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen _____________________________________________________________________ EDISI 171/1 November 2008 Daftar Isi: = Pengantar Redaksi: Lihat Sisi Positifnya = Renungan: Optimisme Kristen = Cakrawala: 1. Mengapa Optimis? 2. Menangkap Optimis = Ulasan Situs: Wajah Baru Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) PENGANTAR REDAKSI ____________________________________________________ Salam dalam kasih Kristus, Di tengah-tengah krisis global yang sedang melanda dunia saat ini, banyak orang yang ragu-ragu atau malah memandang suram masa yang akan datang. Tidak menentunya kondisi ekonomi, harga-harga kebutuhan hidup yang merangkak naik, tingginya biaya pendidikan, dan sulitnya mendapatkan pekerjaan, sering kali mematahkan semangat kita untuk memandang masa depan dengan penuh pengharapan. Wajar bila kita memiliki pandangan yang demikian karena kerap kali melihat kondisi ini dari sisi negatif atau dari sisi kesulitan yang muncul. Lain halnya bila kita melihat kesulitan ini dari sudut pandang yang berbeda, yaitu bagaimana kita dapat menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul ini dan mengubah sikap pesimis kita menjadi optimis, sehingga kita dapat melihat pula bahwa segala kesulitan ini bisa dilalui dan membawa kebaikan bagi kita. Bukankah Kristus sendiri mengajarkan agar kita meletakkan seluruh harapan kita pada-Nya. Dalam sajian edisi ini, redaksi mengajak Pembaca untuk melihat pentingnya sikap optimis dalam menghadapi segala permasalahan dan kesulitan dalam hidup ini. Selamat membaca, kiranya memberkati. Pimpinan Redaksi e-Konsel, Christiana Ratri Yuliani RENUNGAN _____________________________________________________________ OPTIMISME KRISTEN Ayat: Mazmur 27 Ketakutan yang dirasakan oleh manusia bersumber dari rasa ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk mengatasi suatu konflik atau krisis yang terjadi dalam hidupnya. Ketika menghadapi tantangan dan serangan yang begitu hebat dari musuh-musuhnya (2-3), Daud tidak hancur, tidak gentar, dan tidak meragukan Allah sedikit pun. Ia pasti memunyai kunci hidup tegar dan kokoh menghadapi krisis -- sesuatu yang sangat diperlukan oleh orang Kristen di Indonesia agar mampu melewati setiap badai yang saat ini melanda negara kita dengan tetap teguh berpegang pada kebenaran iman Kristen. Apa saja kunci itu? Daud tidak membiarkan pikiran dan hatinya dikuasai oleh krisis yang dihadapi sehingga hanya terpaku kepada krisis saja. Sebaliknya, ia tetap memfokuskan pikirannya kepada kebesaran dan siapakah Allah bagi dirinya (1). Kristen yang terpaku kepada permasalahan hidupnya cenderung membesar-besarkan masalah itu. Jika ia terfokus kepada Allah, maka masalah apa pun akan terlihat kecil sehingga ia tidak akan gentar. Namun yang harus diingat adalah apa yang dilakukan Daud bukanlah seperti yang diajarkan oleh kekuatan berpikir positif dari gerakan Zaman Baru. Ketika Daud berhasil menghadapi dan mengatasi krisis yang terjadi, hal itu dikarenakan Allah secara pribadi yang bertindak (6). Tindakan Allah ini bukan didorong karena kekuatan pikiran Daud, namun karena hubungan pribadi yang indah antara Daud dan Allah (4). Orang yang memunyai hubungan yang indah dengan Allah adalah orang yang tinggal di Rumah Allah (5). Akankah Allah diam saja ketika tamunya diganggu kenyamanan dan keamanannya? Kedekatan Daud dengan Allah tidak dicapai melalui aktivitas agama maupun aktivitas rohani yang bernuansa magis. Kedekatan itu dibina melalui kehidupan doa yang sehat di mana ketergantungannya kepada Allah sangat diutamakan (7-12). Renungkan: Pikiran yang terfokus kepada Allah dan pembinaan hubungan yang dekat dengan-Nya melalui doa, membuat Daud optimis menjalani kehidupannya walaupun situasi dan kondisi tidak mendukung (13-14). Ketakutan apa yang membayangi hidup Anda saat ini? Masa depan? Karier? Usaha? Kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak stabil? Lakukan dua hal seperti yang dilakukan oleh Daud! Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama publikasi: e-Santapan Harian Edisi: 21 Maret 2001 Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2001/03/21 CAKRAWALA 1 __________________________________________________________ MENGAPA OPTIMIS? Inginkah Saudara menjadi Presiden Amerika Serikat? Mungkin Saudara memimpikannya waktu masih kanak-kanak, tetapi jika Saudara melewati umur lima belas tahun, kemungkinan Saudara kurang terpikat lagi pada ide tersebut. Saudara mengetahui bahwa untuk memimpin negara yang membujur dengan aneka ragam keadaan ini dan menjaganya agar tidak terpecah belah, diperlukan bakat khusus. Pada tahap awal pemilihan Presiden Amerika tahun 1976, salah seorang penulis tetap sebuah surat kabar mencatat bahwa kecuali satu orang, orang-orang lain yang bersedia mencalonkan diri menjadi presiden adalah orang-orang yang dibesarkan di kota-kota kecil sampai kota-kota ukuran menengah: Gerald Ford di Grand Rapids, Michigan; Ronald Reagen di Dixon, Illinois; akhirnya si pemenang, Jimmy Carter di Plains, Georgia; dan setengah lusin lainnya. Satu-satunya orang kota besar dalam pemilihan ini adalah Jerry Brown dari San Franscisco. Kemudian penulis itu mengemukakan suatu penyebab: kehidupan di kota kecil memberi Saudara suatu perasaan bahwa Saudara dapat berubah. Masalah-masalah tidak membanjir secara total; jika Saudara mengatasinya sebagian demi sebagian dan tidak menyerah, Saudara akhirnya akan berhasil. Jadi, orang-orang ini membawa bersama mereka sikap "aku-bisa-menanggulanginya" sepanjang perjalanan mereka menuju kedudukan terkemuka di negara itu. Pandangan demikian barangkali lebih sulit tertanam di daerah kota-kota besar -- tempat di mana orang-orang penakut memunyai banyak alasan untuk berpikir. Siapakah yang dapat sedikit saja mengurangi semua kekacauan ini? Orang-orang Kristen -- entah dibesarkan di kota atau di desa -- memunyai dasar yang berbeda untuk dapat hidup dengan penuh pengharapan. Mereka bertekun untuk hidup atau untuk maju sebab mereka mendengar Allah berkata, "Aku bisa menanggulanginya." Dalam dunia yang negatif ini, orang-orang Kristen memegang teguh ide gila itu bahwa manusia bisa diubahkan. Pria, wanita, remaja, semua tidak harus tinggal tetap sama seumur hidup. Tidak perlu segala sesuatu berjalan sama seperti sebelumnya. Sekarang jelas bahwa hal ini didasarkan pada kepercayaan kepada Allah yang terus bekerja. Dikisahkan mengenai Voltaire, seorang Perancis terkenal yang anti-Tuhan, yang pada tahun 1778 terbaring kesakitan hampir mati karena uremia (kadar urin dalam darah terlalu tinggi). Seorang Kristen datang menjenguknya dan berbicara tentang bagaimana filsuf itu masih bisa menerima pengampunan dan damai sejahtera berdasarkan apa yang Allah telah lakukan baginya di kayu salib, tak peduli apa yang telah terjadi sebelumnya dalam hidupnya. Voltaire tegak di tempat tidurnya, mengumpulkan kekuatannya yang masih tersisa, lalu menjawab dengan marah, "Tuhan tidak melakukan apa-apa!" Jika Saudara percaya pada Allah yang pada dasarnya duduk diam saja, maka Saudara hanya memunyai sedikit alasan untuk bersikap positif dalam menghadapi dunia ini. Kita dibiarkan berbuat sesuka hati kita untuk memeroleh perubahan dan perbaikan -- dan berapa banyak perubahan yang dapat kita harapkan? Sedikit sekali. Saya telah berbicara dengan mereka yang menggunakan hidupnya untuk menolong para pecandu alkohol. "Bagaimana Anda memulai?" saya bertanya pada orang yang dahulu juga pemabuk; Allah telah membebaskan dia 19 tahun sebelumnya. "Langkah pertama adalah memulihkan kepercayaan," katanya. "Semua hal lain harus menunggu sampai peminum yang menyusahkan itu dituntun untuk berpikir bahwa ia dapat berhasil kali ini. Saya menceritakan pengalaman saya kepada mereka; saya memberi mereka janji-janji Tuhan; saya memperkenalkan mereka kepada para bekas pecandu alkohol lain yang sudah berhasil sembuh -- semuanya dengan tujuan untuk membuat langkah penting pertama itu. Begitu terlihat ada harapan, berarti kami sedang menuju keberhasilan." Alkitab menceritakan sebuah kisah menarik mengenai dua pemuda yang dengan pengharapan mereka pada Allah, terus bekerja, dapat tetap bersikap positif di tengah-tengah keadaan yang menakutkan. Dalam 1 Samuel 14, pasukan Israel berada dalam kondisi menyedihkan. Kereta perang orang Filistin lima kali lebih banyak dari jumlah pasukan Israel; kekuatan pasukan telah berkurang menjadi hanya enam ratus orang. Raja Saul sudah jelas kehilangan kendali; ia tidak bisa memutuskan apa yang harus ia perbuat. Pilihannya benar-benar terbatas, karena orang Filistin telah menangkap semua tukang besi orang Israel, yang berarti orang Israel tidak memiliki persenjataan baru lagi. Fakta yang sebenarnya adalah bahwa semua orang Israel sedang menantikan saat untuk mati. Tetapi ada Yonatan, anak Saul. Apakah dia bertahan dan mengerahkan pasukan Israel dengan pidato yang bersemangat dan penuh iman? Tidak. Ia hanya bisa mengumpulkan sedikit pengharapan. Ia menoleh pada seorang yang lain, pemuda yang membawa senjatanya dan ia mengusulkan agar mereka pergi memeriksa pasukan pengawal orang Filistin. Mengapa? "Mungkin Tuhan akan bertindak untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak sukar untuk menolong, baik dengan banyak orang maupun dengan sedikit orang." (1 Samuel 14:6) Perhatikan bahwa ia tidak berjanji apa-apa. Tidak meramalkan apa-apa. Ia hanya menyatakan fakta. Kedua pemuda itu dengan hati-hati sekali memerlihatkan diri kepada musuh yang angkuh itu. "Naiklah kemari, maka kami akan menghajar kamu," teriak pengawal. Tetapi sebelum hari itu berlalu, keadaan malah berbalik. Yonatan dan bujang pembawa senjatanya telah membalikkan keadaan dan orang Israel memeroleh kemenangan yang menggemparkan. Itulah yang bisa dilakukan oleh pengharapan. Orang yang berada dalam kesusahan sering berkata, "Saya tidak mau berharap." Ya! Berharaplah! Pengharapan itu bukan kebodohan. Pengharapan adalah bisikan lembut di dalam hati orang Kristen yang mengatakan, "Ya ..., itu bisa terjadi." Seorang pembicara bernama Doug Wead, yang darinya saya telah banyak belajar tentang masalah ini, kadang-kadang menggoda para pendengarnya dengan berkata, "Tahukah Saudara ayat kesukaan saya dari seluruh Alkitab? Yohanes 3:16? Tidak. Mazmur 23? Tidak. Roma 12:1, 2? Tidak." "Ayat kesukaan saya adalah Pengkhotbah 9:4." Orang-orang kelihatan ingin tahu dan mulai membuka halaman demi halaman di Perjanjian Lama. Sebelum banyak orang menemukannya, Wead mengutip ayat itu, "Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati!" Ia selalu membuat tertawa, tetapi pendapatnya serius. Lebih banyak di antara kita yang sama dengan anjing daripada dengan singa. Kita tidak berharap untuk menjadi raja di hutan modern. Tetapi anjing pun bisa memiliki pengharapan. Dan di mana ada pengharapan, di sana ada optimisme. Ada jaminan bahwa Allah belum kehabisan pilihan, demikian pula kita. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen Penulis: Dean Merrill Penerbit: Penerbit Gandum Mas, Yayasan Kalam Hidup, dan YAKIN, 2002 Halaman: 307 -- 310 CAKRAWALA 2 __________________________________________________________ MENANGKAP OPTIMIS Mengapa beberapa orang dibanjiri dengan masalah-masalah mereka, sedangkan orang lain justru tertantang untuk menghadapi masalah? Mengapa beberapa orang mundur, menyerah, dan berhenti saat menghadapi tantangan, godaan, dan kesulitan, sedangkan orang lain dengan latar belakang yang sama dan menghadapi masalah yang sama justru berani dan mengejar keberhasilan? Itu semua kembali pada pola pikir Anda. Sikap adalah hal kecil yang membuat perbedaan besar. Optimis "Research" yang dilakukan oleh para psikolog di Carnegie-Mellon University, Pittsburgh, menunjukkan bahwa orang yang optimis lebih bisa mengatasi stres daripada orang yang pesimis. Para psikolog ini mendapati bahwa orang yang optimis cenderung memberi respons terhadap kekecewaan dengan membuat rencana tindakan dan minta bantuan serta nasihat orang lain. Sedangkan orang yang pesimis, bila menemui kesulitan, sering kali berusaha melupakan segalanya dan menganggap tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubah keadaan. Apakah Anda merasa sebagai orang yang optimis atau pesimis? Kebanyakan orang yang berhasil adalah orang yang optimis. Orang-orang yang berhasil sering kali menjadikan sikap positif sebagai alasan utama atas keberhasilan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Winston Churchill, "Saya adalah orang yang optimis. Tidaklah berlebihan untuk menjadi apa saja." Terpengaruhlah McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang "berpikiran optimis". Menjadi optimis akan menolong Anda menjaga semangat dan tindak lanjut Anda meskipun menghadapi kekecewaan dan kemunduran. Anda bisa benar-benar menangkap penyakit optimis ini dengan terus membuka diri terhadap virus-virus pikiran positif. Menjadi optimis dan bersemangat, seperti penyakit cacar air, gondong, dan flu, sangat menular. Anda bisa menulari orang lain dengan rasa optimis Anda dan mereka bisa menginfeksi Anda. Beradalah di lingkungan orang yang optimis dan Anda akan menjadi lebih optimis. Penulis dan terapis terkenal, Alan Loy McGinnis, dalam bukunya yang berjudul "Power of Optimism", memberikan dua belas ciri orang yang optimis. 1. Orang yang optimis jarang terkejut bila ada masalah. 2. Orang yang optimis tidak melihat masalah secara sebagian saja. 3. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kuasa untuk mengendalikan masa depan mereka dan tidak menjadi korban keadaan. 4. Orang yang optimis bisa menghentikan pikiran negatif mereka. 5. Orang yang optimis mempertinggi kekuatan mereka dalam memberikan penghargaan. 6. Orang yang optimis menggunakan imajinasi mereka untuk melatih keberhasilan. 7. Orang yang optimis tetap ceria meskipun mereka tidak bahagia. 8. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kapasitas yang hampir tak terbatas untuk melebarkan sayap. 9. Orang yang optimis membangun banyak kasih dalam hidup mereka. 10. Orang yang optimis senang bertukar berita gembira. 11. Orang yang optimis menerima apa yang tidak bisa diubah. 12. Orang yang optimis biasanya memunyai pembaharuan fisik dan mental yang rutin. Bagaimana dengan Anda, apakah ciri-ciri ini sesuai dengan gaya hidup Anda? Kita semua bisa menjadi lebih positif dan optimis dengan belajar untuk membangun gaya hidup di atas. McGinnis mengatakan: "Orang yang berpikiran optimis ini mungkin memiliki tingkat intelegensi dan penampilan rata-rata, tetapi mereka tahu bagaimana menjaga diri mereka tetap termotivasi, dan mereka menghadapi masalah-masalah mereka dengan filosofi bahwa mereka sanggup melakukan sesuatu. Mereka ahli dalam membangun semangat positif untuk mencapai keberhasilan yang kuat dalam keluarga mereka atau dalam tim mereka, dan mereka muncul dari tragedi-tragedi yang mungkin lebih kuat dan menarik." "Tidak diragukan lagi bahwa pikiran seperti ini memampukan orang untuk bangkit meraih puncak keberhasilan dalam bidang mereka. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang optimis pandai di sekolah, punya kesehatan yang lebih baik, punya penghasilan lebih, membangun pernikahan yang awet dan bahagia, tetap dapat menjalin hubungan dengan anak-anak mereka, dan bahkan mungkin hidup lebih lama." (The Power Of Optimism; hal. 1) McGinnis menunjukkan bahwa setiap orang bisa belajar lebih optimis dengan membangun kebiasaan pikiran-pikiran optimis. Dia menjelaskan bahwa ini tidak berarti menjadi "muluk-muluk, serta tidak mendengar dan juga melihat yang jahat. Ada satu jenis pola pikir yang bodoh yang menutupi rasa optimis, tetapi cukup berbeda dengan pendekatan praktis menuju keberhasilan." (ibid., hal. 6-7) Pikiran Optimis McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang "berpikiran optimis". Contoh yang tepat adalah Winston Churchill. Pada Februari 1901, Winston yang masih muda, kurus, dan perlente berusia 26 tahun, bangkit untuk memberikan pidato pelantikan di Gedung Parlemen. Ini adalah langkahnya menuju 50 tahun ke depan. Pada pidato itu, dia menerima banyak kritikan, namun menghadapinya dengan kerendahan hati. Pada awal 50 tahun itu, dia mungkin menjadi orang yang paling dibenci di Gedung Parlemen. Musuh-musuhnya menyebutnya sebagai "Tikus Blenheim". Churchill Lalu, 38 tahun kemudian, saat Britania Raya di ambang kehancuran karena serangan Adolf Hitler, Raja George VI meminta Churchill untuk membentuk pemerintahan baru. Ketika itu ia berusia 65 tahun -- menjadi kepala negara tertua di Eropa. Politikus yang kaku dan gigih ini sudah terlalu banyak makan asam garam untuk tidak memasang senyum palsu dan mengatakan sesuatu yang muluk-muluk dan tidak realistis mengenai masa depan rakyatnya. Namun, pidatonya menguatkan optimismenya yang gigih dan realistis. "Saya tidak menawarkan apa-apa kecuali darah, kerja keras, air mata dan keringat," menjadi salah satu kata-kata terkenalnya dalam pidato pertamanya kepada rakyatnya saat menjadi perdana menteri di Gedung Parlemen pada hari Minggu malam bulan Mei 1940. Dalam kenyataan yang buruk, terdapat semangat optimisme yang berani dan suatu keyakinan bahwa negara Inggris yang putus asa dan tak berdaya dapat mengendalikan nasibnya dan akhirnya berjaya. Dia menutup pidato itu dengan visi optimis yang tak ada hentinya: "Anda bertanya, apa tujuan kita? Saya bisa menjawabnya dengan satu kata: kejayaan -- kejayaan dalam segala bidang, kejayaan melawan semua teror, kejayaan yang mungkin membutuhkan jalan yang panjang dan sulit; tanpa kejayaan, tidak ada pertahanan." (The Last Lion, William Manchester, hal. 678) Churchill menginfeksi seluruh negeri dengan sikap optimisnya dan membawa rakyatnya menuju kepada kejayaan dalam menghadapi rintangan-rintangan yang tidak dapat dipercayai. Optimism Quotient Seberapa optimis atau pesimiskah Anda? Lowell Peacock merangkumkan pentingnya menjadi optimis. "Sikap adalah kualitas pertama yang menunjukkan mana orang yang berhasil. Bila orang itu memiliki sikap positif dan berpikiran positif, yang menyukai tantangan dan situasi yang sulit, maka dia telah mencapai setengah dari keberhasilan. Dengan kata lain, bila dia adalah orang yang berpikiran negatif yang berpikiran sempit dan menolak menerima ide-ide baru dan memiliki sifat yang menentang, maka dia tidak akan mendapatkan kesempatan." Dalam skala 1 sampai 10, berapakah tingkat optimisme Anda? Sediakan waktu untuk memerhatikan sikap Anda dalam sehari. Apakah berpikiran positif dan optimis atau jatuh dan pesimis? Bila kita tidak berhati-hati, mudah bagi kita untuk menjadi pesimis dan sinis. Anda bisa menjadi orang yang realistis dan tetap optimis bila Anda belajar mengendalikan pikiran, hati, dan jiwa Anda (Amsal 4:23). Orang yang pesimis membuat Anda jatuh; orang yang optimis membuat Anda bersemangat. Presiden Lincoln pernah berkata, "Orang yang pesimis melihat kesulitan di dalam setiap kesempatan, sedang orang yang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan." Bila seseorang menanyakan kabar Anda dan akhirnya Anda mengatakan kepada mereka bahwa kabar Anda buruk, maka orang-orang tidak akan mau berada di sekeliling Anda. Orang yang optimis hampir tidak pernah berkata "malangnya aku"; menjadi orang yang mengasihani diri sendiri. Carilah Pertolongan dari Tuhan Tuhan memberi kita tanggung jawab pribadi untuk melakukan yang terbaik yang mampu kita lakukan dalam apa saja yang harus kita lakukan dalam segala keadaan, kemampuan, dan kesempatan (Efesus 6:8; Wahyu 20:15). Bila kita menjadi terlalu pesimis dan berperilaku menentang, kita bisa gagal dalam meraih keberhasilan. Saat kita tahu ada tujuan yang lebih tinggi untuk hidup, kita bisa tetap lebih optimis dan positif. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28) Tuhan ingin kita memakai sikap baru yang dipenuhi dengan iman, pengharapan, dan tindakan positif (Efesus 4:22-24). Rasul Paulus mengingatkan kita untuk tetap positif dan optimis dalam fokus kita (Filipi 4:8). Kehidupan Yesus Kristus memberikan contoh sempurna -- contoh yang harus kita usahakan (Filipi 2:5). Dia tidak pernah sombong, egois, atau merasa diri pandai. Dia sering mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk menghindari jebakan-jebakan mental ini (Matius 20:26-27, 23:6-8, 10-12). Dia tidak pesimis atau menyerah saat menghadapi pencobaan yang sulit. Tertularlah dengan penyakit optimis dan jangan pernah melepaskannya. (t/Ratri) Diterjemahkan dari: Nama situs: Virtual christian magazine.org Judul asli artikel: Catch the Disease of Optimism Penulis: Rod Hall Alamat URL: http://www.vcmagazine.org/article.aspx?volume=8&issue=1&article=optimism ULASAN SITUS _________________________________________________________ WAJAH BARU SITUS TEGUR SAPA GEMBALA KELUARGA (TELAGA) Situs TELAGA yang menyediakan rekaman audio dalam bentuk transkrip, artikel, serta ringkasan topik keluarga dan masalah kejiwaan secara umum, saat ini hadir dengan wajah baru yang lebih segar dan lebih interaktif. Dengan menggunakan teknologi Drupal, situs ini mampu menghadirkan fasilitas baru berupa fasilitas blog dan fasilitas beri komentar yang belum ada di situs TELAGA lama. Halaman depan situs TELAGA juga didesain untuk menampilkan perubahan-perubahan terbaru tiap bulannya, seperti berita terbaru pelayanan TELAGA, topik audio, dan blog terbaru. Meskipun demikian, menu-menu yang ada sebelumnya masih dipertahankan. Sebagai tambahan, halaman-halaman di situs yang lama juga masih dapat diakses jika Anda masih menyimpannya. Hanya saja, halaman depan sudah diubah ke wajah situs yang baru. Untuk bergabung menjadi pengguna dan berpartisipasi di dalam situs TELAGA, Sahabat dan Pendukung YLSA harus mendaftar menjadi pengguna terlebih dahulu. Saat ini, Sahabat dan Pendukung YLSA baru bisa memanfaatkan fasilitas beri komentar. Kami harap Sahabat dan Pendukung YLSA bersabar untuk dibukanya fasilitas yang lainnya. Selamat berjelajah di situs TELAGA. ==> http://www.telaga.org/ _______________________________e-KONSEL ______________________________ Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani Staf Redaksi: Evie Wisnubroto Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2008 YLSA -- http://www.ylsa.org/ Katalog -- http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ Situs C3I: http://c3i.sabda.org/ Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling ______________________________________________________________________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |