Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/169

e-Konsel edisi 169 (8-10-2008)

Nilai Persahabatan


_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
_____________________________________________________________________

EDISI 169/1 Oktober 2008

Daftar Isi:
  = Pengantar: Komitmen Persahabatan
  = Renungan: Sahabat Sejati
  = Cakrawala: Aku Menyebut Kamu Sahabat
  = Ulasan Situs: Intensive Counseling

PENGANTAR ____________________________________________________________

  Salam dalam kasih Kristus,

  Sebagai mahluk sosial, kita tidak bisa lepas dari keterlibatan orang
  lain dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
  senantiasa berinteraksi dengan orang lain, baik keluarga, tetangga,
  teman, bahkan orang yang belum kita kenal sekalipun. Terkadang,
  karena seringnya kita berinteraksi, terjalinlah keakraban di antara
  kita. Dari sinilah kita mulai menanamkan rasa percaya, keinginan
  untuk saling berbagi, peduli, memahami, dan bahkan berkorban. Inilah
  awal dari suatu persahabatan.

  Tidak semua orang yang kita kenal bisa kita jadikan sahabat. Karena
  suatu persahabatan benar-benar membutuhkan komitmen dari
  masing-masing pihak. Selain komitmen, supaya persahabatan itu terus
  bertumbuh dan berkembang, perlu pula dipupuk dan dirawat. Apa saja
  pupuk yang dibutuhkan dan bagaimana merawatnya? Simak e-Konsel bulan
  Oktober ini.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

RENUNGAN _____________________________________________________________

                            SAHABAT SEJATI

  Bacaan: Amsal 18:19-24

  Kata sahabat dapat didefinisikan sebagai "kedekatan seseorang akan
  yang lain karena kasih sayang, rasa hormat, atau saling menghargai;
  teman yang sangat inti". Yesus mendefinisikan persahabatan sebagai
  demikian: "Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang
  Kuperintahkan kepadamu .... Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
  telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar
  dari Bapa-Ku." (Yohanes 15:14-15)

  Sahabat adalah seseorang tempat kita berbagi cerita dan yang tak
  pernah mengkhianati sebuah kepercayaan. Sahabat sejati tidak akan
  mengeluarkan kata-kata yang melukai hati kita. Jika kita mendengar
  sekelompok orang Kristen yang mencari-cari kesalahan orang Kristen
  lainnya, mungkin kita akan bertanya-tanya apa yang mereka katakan
  tentang kita bila kita tidak berada di depan mereka?

  Sahabat sejati adalah orang yang mengetahui segala sesuatu tentang
  kita dan mengasihi kita seutuhnya. Seorang anak muda menyebut
  sahabat semacam itu sebagai "seseorang yang selalu setia bersama
  Anda setelah ia menjadi teman Anda".

  Sahabat sejati adalah seseorang yang di hadapannya kita dapat tampil
  apa adanya tanpa takut terjadi kesalahpahaman. Ia bukanlah orang
  yang diam-diam membicarakan kita dengan orang lain, melainkan orang
  yang kepadanya kita dapat membuka rahasia hati, dengan keyakinan
  bahwa ia tidak akan mengkhianati kita. Sahabat seperti itu adalah
  Yesus, Pribadi sempurna yang menggenapi perkataan Salomo: "Seorang
  sahabat menaruh kasih setiap waktu." (Amsal 17:17)

  Sahabat seperti apakah Anda? [MRD]

  The kindest Friend I`ve ever had
  Is One I cannot see,
  Yet One in whom I can confide,
  Who loves and blesses me. -- Shuler

                Sahabat terbaik adalah seperti Yesus;
                mereka akan tetap setia bersama Anda.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama publikasi: e-RH
  Edisi: 3 April 1998
  Alamat URL: http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/1998/04/03/

CAKRAWALA ____________________________________________________________

                      AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT

  Orang yang berkenan di hati Allah ini memunyai hati untuk orang
  lain. Anak Isai itu berdiri dengan kuat dan tegak dalam catatan
  Kitab Suci sebagai satu sahabat yang benar dan setia. Hal ini masuk
  akal, bukan? Dapatkah seseorang menyebut dirinya sahabat Allah jika
  ia menolak persahabatan dengan orang lain? Jika sang Pencipta
  merindukan makhluk pemberontak yang diciptakan menurut gambar-Nya
  sendiri, dapatkah seseorang yang berjalan dengan Allah menyendiri
  dari orang lain? Bukan perkara yang luar biasa bahwa orang yang
  begitu dekat dengan Allahnya adalah juga orang yang sangat dekat
  dengan orang-orang lain.

  Kerinduan untuk Bersahabat

  Dengan mengetahui hati saya sendiri, saya yakin bahwa semua orang
  menginginkan persahabatan yang dalam, baik dengan orang lain maupun
  dengan sekelompok kecil orang. Sesuatu di dalam manusia merindukan
  sesama saudara -- satu saudara bagi siapa ia bersedia menyerahkan
  nyawanya. Saya percaya Allah yang menaruh kerinduan semacam itu
  dalam lubuk hati kita. Saya tidak tahu dengan kaum perempuan, tetapi
  saya percaya banyak orang laki-laki memunyai kerinduan itu. Ada satu
  kerinduan rahasia yang apabila keadaan menghendakinya, walaupun
  manusia itu bersifat dosa dan mementingkan diri sendiri, orang akan
  bersedia mengorbankan nyawanya bagi teman baiknya.

  Tentu saja ini tidak menyamai persahabatan seorang laki-laki dengan
  istrinya. Teman terbaik saya di dunia ini ialah Pat, istri saya.
  Saya tidak akan menukarnya dengan sahabat siapa saja, laki-laki
  maupun perempuan. Augustinus pernah mempelajari bahwa ketika Allah
  melihat Adam kesepian, Ia tidak menciptakan sepuluh sahabat bagi
  Adam, melainkan seorang istri. Tetapi meskipun demikian, walaupun
  seorang istri adalah sahabat terdekat Anda, ada sesuatu kegelisahan
  dalam hati seorang laki-laki yang berseru merindukan persahabatan
  dan kepercayaan dari seorang laki-laki atau sekelompok orang lain.
  Seseorang dengan siapa ia dapat melakukan perbuatan-perbuatan luar
  biasa. Seseorang untuk menolongnya berjuang di dunia ini. Berhasil
  atau gagal, menang atau kalah, banyak atau sedikit.

  Barangkali itulah yang membuat kisah Daud dan Yonatan menggugah hati
  orang. Mungkin itulah yang membuat bagian firman Allah tersebut
  begitu menarik. Peradaban manusia tumbuh dan hancur, pasukan-pasukan
  yang gagah berani timbul dan tenggelam, raja-raja yang berkuasa,
  para pemimpin, dan kaisar dilupakan dalam lumpur masa lalu, tetapi
  persahabatan Daud dan Yonatan -- setelah empat ribu tahun yang lalu
  -- tetap memenangkan hati dan menaklukkan orang.

  Sungguh suatu persahabatan yang istimewa. Bukan bahwa Yonatan adalah
  satu-satunya sahabat Daud, tetapi karena kedua orang ini saling
  mengasihi sampai akhir hayatnya.

  Teladan Persahabatan

  Kita telah mengenang kembali saat bersejarah sewaktu anak termuda
  dari pemilik peternakan di Betlehem itu merobohkan Goliat dengan
  sebutir batu dan memimpin orang Israel mengalahkan orang Filistin.
  Tetapi ada sejumlah cerita kecil terhadap kisah mengalahkan Goliat
  itu. Salah satu persahabatan yang paling berharga sepanjang zaman
  dimulai pada hari itu juga.

  "Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan
  dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri.
  Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke
  rumah ayahnya .... Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya dan
  memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya,
  panahnya, dan ikat pinggangnya." (1 Samuel 18:1-2, 4)

  Kedua orang ini, Daud dan Yonatan, dapat menjadi saingan yang berat.
  Keduanya memunyai hak atas takhta Israel, Yonatan melalui kelahiran
  dan Daud melalui urapan Samuel. Pada zaman itu, Anda tidak berusaha
  menjatuhkan lawan politik Anda dengan jalan memasang alat pendengar
  rahasia di kantor mereka, menyadap pembicaraan teleponnya, atau
  melancarkan kampanye menentang kebijaksanaannya. Pada zaman itu,
  Anda hanya berusaha membunuhnya dengan semua cara. Tetapi tidak
  demikian dengan Daud dan Yonatan. Sedikit pun tidak ada persaingan
  antara keduanya. Setelah Yonatan menyaksikan Daud membunuh andalan
  musuhnya, anak Saul ini merasa jiwanya berpadu dengan jiwa Daud. Itu
  merupakan perpaduan yang terjadi seketika dan tak dapat dipisahkan
  lagi. Yonatan mengasihi Daud seperti dirinya sendiri.

  Kemudian pangeran Israel ini melakukan sesuatu yang sangat di luar
  dugaan, bahkan tak masuk akal. Di depan mata ayahnya yang raja, di
  depan para panglima tentara Israel, di depan seluruh rakyat Israel,
  Yonatan menanggalkan jubah kerajaannya, pedang, panah, dan ikat
  pinggangnya yang menandainya sebagai pewaris takhta kerajaan, dan
  meletakkan semuanya di depan kaki gembala yang muda usia itu.

  Apakah Anda melihat pengertian yang tercantum dalam tindakan itu?
  Barangkali Anda berpikir, "Hmm ..., isyarat baik. Ia memberikan
  seperangkat baju baru kepada teman baiknya." Apa begitu?

  Cobalah menggambarkan diri sendiri dalam situasi berikut ini.
  Bayangkan Anda sedang mengunjungi kota London dan mendapat
  kesempatan untuk melihat-lihat Istana Buckingham. Ketika Anda
  mengikuti pramuwisata Anda melalui ruangan-ruangan yang disepuh
  emas, Anda dengan senang terheran-heran melihat seluruh keluarga
  raja dalam pakaian kebesaran berdiri di sebuah ruangan besar. "Hei!"
  kata Anda. "Saya tidak tahu ini terjadi dengan perjalanan keliling
  saya." Pramuwisata Anda berhenti, membiarkan setiap orang menerima
  hal itu dengan gembira. Sewaktu Anda merogoh kamera dari tas Anda,
  Anda melihat Pangeran Charles maju ke depan dan membisikkan sesuatu
  kepada salah seorang pengawalnya. Tiba-tiba pengawal itu memanggil
  Anda untuk datang dan berlutut di depan keluarga kerajaan. Hampir
  pingsan Anda meninggalkan teman-teman Anda yang keheranan, dan
  dengan terhuyung-huyung, Anda berjalan ke depan. Ketika Anda
  berlutut, Pangeran Wales itu secara dramatis melangkah ke depan,
  meneliti Anda sebentar, kemudian membuka jubah kerajaannya dan
  mengenakannya ke pundak Anda. Sebelum Anda dapat memerbaiki napas
  Anda, ia memasangkan cincin kerajaannya ke jari Anda, meletakkan
  tongkat emasnya di tangan kanan Anda, dan mengenakan mahkotanya ke
  kepala Anda.

  Dapatkah Anda menggambarkannya? Kemudian barangkali Anda dapat mulai
  mengerti betapa seluruh rakyat Israel sangat terkejut atas tindakan
  simbolis dari Yonatan.

  "Daud, sahabatku," Yonatan berkata, "inilah janjiku kepadamu. Bahkan
  takhta kerajaan pun tidak dapat menghalangi kita!"

  Sebaliknya daripada saling bersaing, kelihatannya mereka saling
  meninggikan. Inilah arti persahabatan. Bila seorang laki-laki
  mengasihi laki-laki lain atau seorang perempuan mengasihi perempuan
  lain sedemikian rupa sampai mereka saling meninggikan yang lain,
  bukan dirinya sendiri, inilah tanda suatu persahabatan sejati.

  Kesetiaan Persahabatan

  Persahabatan antara Daud dan Yonatan tumbuh dalam cahaya perayaan
  kemenangan. Persahabatan itu menjadi kuat di bawah awan mendung iri
  hati seorang raja dan intrik politik sewaktu senyum kesenangan Saul
  berubah menjadi senyum kecurigaan. Hal itu tidak lama.

  "Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah
  mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari
  segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan
  menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria, dan dengan
  membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi
  berbalas-balasan, katanya: "Saul mengalahkan beribu-ribu musuh,
  tetapi Daud berlaksa-laksa." Lalu bangkitlah amarah Saul dengan
  sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya:
  "Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku
  diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun
  jatuh kepadanya." Sejak hari itu, Saul selalu mendengki Daud" (1
  Samuel 18:6-9).

  Perintah pun dikeluarkan. Daud, pahlawan yang cepat jadi itu menjadi
  sasaran. Tidak perlu fotonya dipancangkan di kantor pos-kantor pos
  sebagai orang yang dicari-cari. Semua orang sudah mengetahui, Saul
  ingin menghabisi Daud selamanya, dan setiap orang di Israel yang
  ingin mendapat kedudukan tinggi tanpa menempuh ujian lagi, tahu apa
  yang harus dikerjakannya. Daud juga mungkin sudah menyulam sebuah
  sasaran di belakang jubahnya.

  Tetapi kemudian masuklah Yonatan. Mengetahui betul bahwa ayahnya
  yang iri hati itu sungguh-sungguh ingin membunuh Daud, anak
  laki-laki raja ini mengumpulkan segenap keberaniannya dan mencoba
  membela sahabat barunya.

  "Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul,
  ayahnya, katanya: "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud,
  hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang
  diperbuatnya sangat baik bagimu." (1 Samuel 19:4)

  Karena ayahnya adalah orang yang hatinya keras, pangeran ini
  membicarakan kembali jasa Daud terhadap bangsa. "Ayah, ingatkah
  bagaimana perasaan ayah pada hari itu ketika Daud mengatupkan mulut
  besar Goliat? Ingatkah Ayah bagaimana kita kemudian
  mencerai-beraikan orang Filistin seperti pemburu mengejar burung
  puyuh? Oh, Ayah, ingatkah bahwa sesudah itu kita berpesta pora dan
  bergembira ria? Dan sekarang Ayah berusaha menumpahkan darah hambamu
  Daud? Orang yang menyanyi seperti malaikat dan memetik kecapi untuk
  menyembuhkan sakit saraf Ayah? Pikirkanlah hal itu, Ayah! Itu tidak
  akan berarti. Itu tidak masuk akal."

  Maka Saul ingat dan menyesal. Tetapi sebentar saja. Raja yang iri
  itu mudah melupakan jasa-jasa Daud. Sesudah menyesal sebentar, Saul
  mulai lagi. Kali ini ketika Yonatan membela Daud lagi, nyaris ia
  sendiri kehilangan nyawanya.

  "Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya:
  `Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah
  memilih pihak anak Isai, dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut
  ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi,
  engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang
  memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.`" (1 Samuel
  20:30-31)

  Tatkala Yonatan mencoba berbicara lagi, Saul melemparkan tombaknya
  kepadanya untuk membunuhnya jikalau Yonatan tidak cepat-cepat
  menghindar. Sepanjang menyangkut keselamatan Daud, Yonatan tidak
  memikirkan keselamatannya sendiri. Ia sepenuhnya bersedia membela
  anak Isai itu di depan siapa pun -- bahkan sampai mati pun.

  Kedua orang ini secara total saling berjanji bahwa barang siapa yang
  tetap hidup dari keduanya dan berhasil menjadi raja, harus
  memelihara keturunan yang lain. Bagaimanapun, Yonatan tidak
  ragu-ragu lagi siapa yang akan naik takhta. Sekali waktu di kala
  Daud bersembunyi di hutan, anak laki-laki Saul ini mencari
  sahabatnya untuk memberi semangat kepadanya dan "menguatkan
  tangannya di dalam Tuhan"..

  "Janganlah takut, sebab tangan ayahku Saul tidak akan menangkap
  engkau; engkau akan menjadi raja atas Israel, dan aku akan menjadi
  orang kedua di bawahmu. Juga ayahku Saul telah mengetahui
  yang demikian itu." (1 Samuel 23:17)

  Yonatan berkata, "Daud, semuanya akan beres. Kau dan aku. Kau yang
  akan menjadi raja dan aku akan berdiri sebagai tangan kananmu, tidak
  peduli bagaimana jadinya Israel. Tidakkah kau dapat melihatnya?"

  Yonatan memiliki impian. Dalam rohnya, ia dapat melihat permulaan
  kemuliaan Daud -- sebuah dinasti yang besar dan kekal. Dan Yonatan
  tidak mau membiarkan keakuannya atau cita-cita pribadinya
  menghalangi mimpi itu menjadi kenyataan. Daud harus naik takhta.
  Yonatan dengan senang hati akan menyerahkan haknya dan bersedia
  berdiri di sisi raja pilihan Allah itu. Bersedia menjadi yang nomor
  dua. Bersedia membiarkan Allah meninggikan siapa yang
  dikehendaki-Nya.

  Betapa indahnya hal ini jika lebih banyak orang seperti Yonatan
  dalam Tubuh Kristus. Persahabatan yang tidak terancam oleh egoistis.
  Persahabatan yang tidak takut untuk berjanji. Persahabatan yang
  tidak digoyahkan oleh tekanan, kesulitan, atau perubahan keadaan
  secara mendadak. Persahabatan yang berbicara dari muka ke muka
  atau pun dari sepuluh ribu mil jauhnya.

  Bila kita berbicara tentang persahabatan atau "persekutuan", kita
  berbicara mengenai sesuatu yang berbeda dari ikatan persahabatan
  yang dinikmati Daud dan Yonatan. Kita menarik garis batas yang tak
  kelihatan di dalam persahabatan kita dengan berkata, "Sampai sejauh
  ini saja. Saya akan menjadi sahabatmu sejauh itu tidak memerlukan
  terlalu banyak pengorbananku. Saya akan menjadi sahabatmu, sejauh
  itu tidak melibatkan janji yang terlalu berat. Saya akan menjadi
  sahabatmu, sampai jarak, promosi, atau kesibukan memisahkan kita.
  Saya akan menjadi sahabatmu sejauh hal itu enak, sejauh hal itu
  tidak memalukan atau mengganggu gaya saya, sejauh hal itu
  menyenangkan saya. Di luar itu, lupakan saja persahabatan ini."

  Kita hidup dalam zaman yang berkata, "Anda hanya hidup satu kali
  saja, Sahabat, maka rebutlah apa yang dapat Anda rebut. Carilah
  teman, kawinlah dengan seorang istri, bangunlah sebuah rumah tangga
  sampai hal itu kelihatannya mulai mengganggu kemajuan Anda,
  singkirkan dan hapuskan mereka. Terutama, waspadalah dengan yang
  lama berkuasa. Maka manfaatkanlah siapa saja yang dapat diperalat
  untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Kemudian bila sudah dicapai
  tujuan Anda, bilang saja selamat jalan kepada mereka."

  Itulah macamnya dunia di mana kita hidup, sebuah dunia yang congkak
  dan sombong di luarnya, tetapi remuk dengan kesepian dan kehausan di
  dalamnya. Allah menciptakan di dalam kita kebutuhan akan tanggung
  jawab dan jaminan dalam hubungan-hubungan kita; dalam hubungan kita
  dengan Allah, dalam hubungan dengan keluarga, dan dalam hubungan
  dengan sahabat. Pada titik di mana kita tetap benar terhadap
  tanggung jawab dan janji kita, pada titik di mana kita bersedia
  mengorbankan kepentingan kita yang terbesar untuk keuntungan hidup
  orang lain, pada titik itu kita mendapatkan bahwa kerinduan yang
  terdalam digenapi.

  Yonatan dan Daud saling berjanji untuk memelihara keturunan
  masing-masing seandainya sesuatu terjadi terhadap salah satu dari
  mereka. Yonatan dapat berkata, "Daud, jika kau yang mati lebih
  dahulu, jangan kuatir tentang keluargamu. Aku akan memelihara
  keluargamu seperti keluargaku sendiri. Percayalah." Dan Daud pun
  dapat berkata serupa.

  Bagaimana dengan Anda? Bagaimana jika "sahabat terbaik" Anda
  meninggal hari ini? Apa yang akan Anda lakukan? Mengirim kepada
  istrinya sebuah kartu tanda ikut berdukacita seharga Rp. 750?
  Mengirim karangan bunga yang akan layu dalam tempo tiga hari?
  Singgah di rumahnya selama lima menit setiap enam bulan untuk
  memberikan perhatian? Apakah artinya persahabatan itu bagi Anda?
  Saya kuatir banyak di antara kita yang berkobar-kobar bila tiba
  saatnya mengasihi dengan "kata-kata" saja, tetapi cepat bersembunyi
  di balik pintu bila tiba saatnya mengasihi dengan "perbuatan dan
  dalam kebenaran".

  Betapa mulusnya kata-kata meluncur keluar dari mulut kita, "Saya
  mengasihimu, Saudara. Saya mengasihimu, Saudari."; "Saya akan berdoa
  bagimu."; "Saya senang dengan persekutuan dengan Anda." Sungguh?
  Periksalah perkataan Anda mengenai "kasih dan janji" dengan sangat
  hati-hati. Allah demikian. Suatu hari kita akan berdiri di depan
  takhta Tuhan kita Yesus Kristus untuk "memertanggungjawabkan setiap
  kata yang sia-sia" yang telah kita ucapkan (Matius 12:36).

  Anda Adalah Sahabat Macam Apa?

  Kerja Sama Persahabatan

  Selama rangkaian pelayanan penginjilan ke seluruh dunia, saya
  mendapat hak istimewa untuk bekerja dengan sekelompok orang. Kami
  adalah orang-orang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah Allah,
  tetapi kami masih hidup bagi satu sama lain dan berdoa bagi satu
  sama lain juga.

  Sebagian dari anggota tim penginjilan kami tinggal sepuluh ribu mil
  jauhnya di Argentina. Sebagian lagi di Meksiko, sebagian di
  Guatemala, sebagian di Ekuador, dan yang lain di Chili. Tetapi bila
  kami bertemu, kami saling merangkul dan senang bekerja sama
  seolah-olah hanya dipisahkan beberapa minggu saja.

  Sungguh indah bila sekelompok orang dapat bekerja sama seperti itu.
  Saya memunyai sahabat-sahabat yang tidak pernah saya jumpai selama
  berbulan-bulan, tetapi pada saat bertemu kembali, seolah-olah kami
  baru berpisah hari Selasa yang lalu. Ada suatu rasa dekat yang
  cepat. Daud dan Yonatan memunyai persahabatan semacam itu. Dan Anda
  tahu, jika kita lebih menyerupai Yesus Kristus, dikuasai oleh
  Roh-Nya yang tinggal di dalam kita, kita akan lebih seperti itu
  kepada lebih banyak orang. Tidak terbatas pada satu atau dua orang,
  melainkan dapat merangkul lebih banyak orang.

  Meskipun Anda tidak dapat dekat dengan setiap orang karena waktu
  tidak mengizinkan, tetapi Anda dapat memunyai sikap yang hangat,
  mengasihi, dan baik budi. Saya ingin sekali menjadi orang seperti
  itu. Tuhan Yesus dapat menjadikan kita orang semacam itu karena Ia
  tinggal dalam kita (sebagai orang-orang percaya) dan Ia adalah
  sahabat yang sempurna.

  Amsal 18:24 menyatakan, "Ada teman yang mendatangkan kecelakaan,
  tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara."
  Sepanjang zaman, pengikut-pengikut sejati Yesus mengalami bahwa
  Yesus adalah Sahabat yang lebih karib daripada saudara. Apakah Anda
  sudah mengenal-Nya sebagai Sahabat Anda?

  Beberapa tahun yang lalu, majalah Decision menulis sebuah cerita
  mengenai dua orang misionaris laki-laki di Afrika sewaktu ada
  pemberontakan Simba. Pada waktu itu, warga negara Amerika yang ada
  di sana dijadikan sasaran kematian. Salah satu dari kedua misionaris
  itu adalah seorang Inggris, yang jika mau, dengan mudah ia dapat
  meloloskan diri dari serangan orang banyak dengan menunjukkan paspor
  Inggrisnya. Tetapi sebaliknya, ia memilih untuk melindungi
  misionaris Amerika yang menjadi sahabatnya dan sedang diancam maut
  itu. Orang Inggris itu menyembunyikan paspornya dan berhasil berlaku
  sebagai orang Amerika. Ketika orang-orang Simba datang untuk memukul
  orang Amerika yang asli itu sampai mati, orang Inggris tadi
  melemparkan dirinya ke atas temannya dan mati terbunuh.

  Persahabatan, ini lebih daripada sekadar perasaan saja. Ini lebih
  daripada sekadar tukar-menukar kartu Natal belaka. Yesus berkata,
  "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang
  memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15: 13).
  Apakah Anda merupakan orang semacam itu? Ini hanya dapat terjadi
  oleh karena Kristus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Hati yang Berkenan kepada Allah
  Penulis: Luis Palau
  Penerbit: YAKIN, Surabaya 1981
  Halaman: 105 -- 116

ULASAN SITUS _________________________________________________________

                        INTENSIVE COUNSELING

  Intensive Counseling Associates menawarkan sebuah program konseling
  intensif yang didukung dan diasuh oleh Counseling Ministry of First
  Baptist Church Atlanta (Departemen Konseling First Baptist Church
  Atlanta). Program ini dirancang berdasar prinsip-prinsip alkitabiah
  yang tercermin dalam sebuah pendekatan pengubahan hidup (Exchanged
  Life Approach) melalui konseling Kristen. Pendekatan ini telah
  berhasil digunakan di gereja ini sejak 1980, dan penerapan metode
  pendekatan ini melalui sebuah konseling intensif terbukti sukses.

  Saat orang percaya bergabung dalam konseling intensif, kerinduannya
  haruslah menjadi dewasa dalam Kristus dan memiliki hubungan yang
  lebih intim dengan-Nya. Kami yakin bahwa dalam setiap masalah selalu
  ada masalah spiritual. Karena itu, fokus program konseling kami
  bukan pada perubahan sikap, namun pada transformasi rohani.

  The First Baptist Atlanta Counseling Ministry bekerja sama dengan
  Association of Exchanged Life Ministries dan American Association of
  Christian Counselors.
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org