Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/159

e-Konsel edisi 159 (1-5-2008)

Konseling dalam Kelompok

  
_______________________________e-KONSEL_______________________________

        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
______________________________________________________________________

EDISI 159/1 MEI 2008

Daftar Isi:
  = Pengantar: Konseling yang Jarang Ditemui
  = Cakrawala 1: Group -- Konseling
  = Cakrawala 2: Keuntungan Penanganan Kelompok
  = Tips: Bimbingan Kelompok
  = Info: Regional Counseling Workshop Indonesia Timur

PENGANTAR REDAKSI ____________________________________________________

  Salam sejahtera,

  Dalam praktik konseling, ada berbagai jenis konseling yang bisa
  diterapkan, tergantung dari keadaan, tempat, dan kepentingannya. Ada
  konseling yang diperuntukkan bagi siswa sekolah yang tentu saja juga
  dilakukan di sekolah. Ada konseling pranikah bagi pasangan yang akan
  menikah, ada konseling untuk keluarga, dan ada pula konseling yang
  dilakukan secara bersama-sama dalam satu kelompok. Mungkin jenis
  yang terakhir ini jarang kita temui, namun konseling ini juga
  memberi dampak yang besar bagi konseli yang terlibat di dalamnya.

  Konseli yang terlibat dalam konseling kelompok ini pada umumnya
  memiliki tujuan dan permasalahan yang hampir sama pula. Lalu
  bagaimana konseling dalam kelompok ini bisa berjalan? Apakah setiap
  orang yang terlibat di dalamnya bisa dipercaya dalam memegang
  rahasia orang lain dalam kelompok ini? Bagaimana pula konselor
  menjalankan tugasnya dalam konseling kelompok ini?

  Simak artikel-artikel e-Konsel kali ini untuk mengenal konseling
  dalam kelompok. Selamat membaca, semoga menambah wawasan kita semua!

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

CAKRAWALA 1 __________________________________________________________

                          GROUP -- KONSELING

  Pada masa hidup Tuhan Yesus, Ia telah sempat berbicara dengan banyak
  orang mengenai kebutuhan dan persoalan-persoalan mereka. Sering kali
  dalam konseling-Nya, Ia melibatkan beberapa orang sekaligus. Ingat
  akan pertemuan-Nya dengan dua orang dalam perjalanan-Nya ke Emaus;
  akan pembicaraan-Nya dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes; akan
  diskusi-diskusi yang menyangkut kedua belas murid-Nya. Dalam jemaat
  yang mula-mula, orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok untuk
  belajar, bersekutu, merayakan perjamuan kudus, dan berdoa.
  Orang-orang percaya membagikan apa yang mereka punya, berbakti,
  makan bersama, dan memuji-muji Allah bersama pula (Kis. 2:42-47).

  Tentu saja dalam persekutuan-persekutuan itu mereka membicarakan
  persoalan-persoalan mereka dan kemudian saling tolong-menolong
  dengan tiap kebutuhan mereka. Dalam abad-abad yang kemudian, jemaat
  Metodis yang mula-mula pun selalu mulai dengan grup-grup kecil,
  bahkan gereja-gereja belakangan ini pun mulai lagi membagi jemaatnya
  dalam kelompok-kelompok kecil yang bertemu untuk membagikan
  pengalaman masing-masing, bersaksi, berdoa (Yak. 5:16), dan
  memelajari firman Tuhan bersama.

  Konselor-konselor Kristen menemukan bahwa ada keunikannya sendiri
  membimbing orang dalam grup -- termasuk kelompok keluarga. Dengan
  mengadakan pertemuan dengan beberapa konseli sekaligus, seorang
  pemimpin dapat menyediakan tempat untuk kerja sama dalam membagikan
  perasaannya secara jujur, saling belajar dari pengalaman orang lain,
  saling mendukung, menasihati, dan menolong satu terhadap yang lain.

  Kadang ada kelompok-kelompok yang terbentuk tanpa bimbingan
  konselor, yaitu melalui kelompok PA, aktivitas bersama, kelompok
  doa, dan kegiatan-kegiatan gereja lainnya, di mana terbuka
  kesempatan-kesempatan untuk saling membagikan pengalaman, kebutuhan,
  dan perhatian satu terhadap yang lain.

  Dapatkah seorang konselor Kristen membentuk kelompok untuk tujuan
  konseling? Jawabannya tentu saja bergantung kepada orang-orang yang
  terlibat dalam kelompok itu dan masyarakat di mana mereka tinggal.
  Kelompok "Alcoholic Anonymus" misalnya, adalah grup konseling yang
  sangat berhasil hampir di seluruh dunia, dan ini terjadi oleh karena
  tiap partisipan tidak takut untuk memberi dan menerima pertolongan,
  dan mereka berani mengakui secara terus terang bahwa mereka memunyai
  masalah dengan alkohol. Pengakuan secara terbuka tidak mudah bagi
  kebanyakan orang, terutama jika mereka tergabung dalam jemaat yang
  kecil atau tinggal di masyarakat di mana satu dengan yang lain
  saling mengenal.

  Seandainya tiap orang dapat mengatasi kesulitannya untuk
  mengeluarkan isi hati, sebetulnya banyak orang dapat belajar dari
  sesamanya yang memunyai pengalaman sejenis. Misalnya, seorang
  psikolog yang kreatif di suatu kota besar membentuk program khusus
  untuk janda-janda yang tidak memunyai teman atau keluarga dekat
  untuk dapat saling mendukung dan tolong-menolong. Begitu juga Anda,
  dapat membentuk sesuatu yang mirip untuk menolong orang-orang di
  jemaat atau di lingkungan sekitar Anda.

  Jika Anda ingin memulai suatu grup konseling, Anda dapat memberikan
  undangan melalui mimbar atau warta gereja, tetapi biasanya orang
  lebih tertarik bila mendapat undangan secara khusus dan pribadi.
  Jika kelompok ini sudah terbentuk, mulailah dengan masing-masing
  memerkenalkan diri, latar belakangnya, keluarga, data-data pribadi
  yang lain, namun sebaiknya jangan dipaksa. Perlahan-lahan tiap
  anggota grup dianjurkan untuk mengemukakan masalah yang mereka
  hadapi. Tanggung jawab konselor adalah untuk menstimulasi diskusi
  dan sesekali menyimpulkan apa yang telah dibicarakan dan memberikan
  pengarahan supaya pembicaraan tidak melangkah terlalu jauh dari
  topik. Berbagi (sharing) seperti ini, yang diikuti dengan
  persekutuan doa, akan banyak sekali menolong. Sukses tidaknya grup
  konseling tergantung kepada partisipasi anggota-anggotanya. Bila
  mereka rela "memikul pergumulan satu dengan yang lain" (Galatia
  6:2), grup konseling dapat memerkaya pengalaman, bahkan dapat
  menolong tiap anggota-anggotanya. Bila anggota-anggota grup menutup
  diri, terpaksa harus dilanjutkan dengan konseling pribadi.

  Diambil dari:
  Judul buku: Pengantar Pelayanan; Konseling Kristen yang Efektif
  Penulis: Dr. Gary R. Collins
  Penerjemah: Esther Susabda
  Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang 1998
  Halaman: 59 -- 61

CAKRAWALA 2 __________________________________________________________

                    KEUNTUNGAN PENANGANAN KELOMPOK

  Konseling kelompok kecil sangat efektif dalam menangani masalah
  psikologis seperti halnya masalah antarpribadi. Masalah antarpribadi
  telah menjadi fokus utama terapi kelompok pada masa lalu. Misalnya,
  orang-orang berketerampilan sosial buruk sering terbantu melalui
  sesi kelompok untuk mengembangkan pola interaksi yang lebih sehat,
  supaya lebih bersentuhan dan membicarakan masalah sambil saling
  memberi dorongan. Untuk pengembangan hubungan antarpribadi semacam
  itu, kelompok kecil berfungsi sebagai laboratorium atau lokakarya
  keterampilan kelompok yang efektif.

  Masalah psikologis bisa ditangani pada saat yang bersamaan dengan
  masalah antarpribadi. Harry Stack Sullivan dan pencetus teori
  hubungan antarpribadi lainnya menunjukkan bahwa pada saat
  orang-orang menyatakan dirinya dalam hubungan sosial, mereka juga
  mencerminkan dinamika yang mendasari fungsi internal mereka. Karena
  itu, orang-orang lebih mudah mengungkapkan masalah yang terjadi
  dalam diri mereka sendiri dalam situasi kelompok kecil. Pada saat
  mereka menangani masalah tersebut dalam situasi antarpribadi yang
  menerima dan mendukung, mereka berkembang menjadi pribadi yang
  semakin utuh sementara mereka mengembangkan dinamika antarpribadi
  yang sehat.

  Alasan penting untuk mempertimbangkan pendekatan konseling kelompok
  adalah efisiensi. Melalui konseling tradisional, satu orang dilayani
  satu konselor, dua puluh orang yang membutuhkan kontak akan
  memerlukan dua puluh pertemuan. Mungkin separo dari jumlah penduduk
  yang berusia antara 20 -- 30 tahun sedang mengalami stres psikologis
  yang berat. Dengan begitu banyaknya permintaan konseling
  profesional, pilihan satu orang dilayani satu konselor tidak
  realistis untuk setiap pertemuan. Format konseling kelompok dengan
  satu pemimpin atau fasilitator untuk enam sampai delapan peserta
  merupakan pelayanan yang cukup fleksibel dan memberi kesempatan
  kepada lebih banyak orang untuk mendapatkan konseling.

  Dalam situasi kelompok, orang-orang diperhadapkan dengan banyak
  stimulasi atau opsi baru untuk perilaku mereka. Jika respons
  tersebut dilakukan dalam kelompok, hal itu bisa diteguhkan sehingga
  mereka memunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mencapai perilaku
  yang baru. Enam sampai delapan model perilaku yang ditawarkan oleh
  anggota kelompok membuat perilaku baru lebih mudah disatukan ke
  dalam gaya hidup seseorang. Jadi, meskipun situasi satu lawan satu
  lebih menjamin kerahasiaan, situasi kelompok menyediakan model
  perilaku baru yang lebih baik untuk ditiru seseorang dalam hidupnya
  sendiri.

  Kelompok kecil juga menawarkan keuntungan sentuhan perasaan terharu.
  Dalam budaya Barat, pentingnya emosi atau perasaan sudah begitu
  diabaikan. Laki-laki dalam budaya kita didorong untuk menyangkal
  perasaan mereka dan dihimbau untuk menyalurkan hal itu ke "saluran
  yang lebih produktif". Perempuan didorong untuk tidak jujur atau
  tulus dengan emosi mereka, dan hal itu sering kali menuntun pada
  keadaan histeris atau pelepasan emosi yang tidak sesuai. Karena
  tidak punya pengalaman dengan ungkapan perasaan yang sesuai,
  seseorang mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan yang intim
  dengan orang lain, termasuk pasangannya. Format konseling kelompok
  bisa mengurangi ketakutan untuk mengungkapkan emosi dan menawarkan
  pelatihan ulang dalam pengungkapan emosi yang lebih sesuai.

  Kelompok Pertemuan

  Pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an, ada gerakan yang kuat untuk
  membentuk kelompok pertemuan, kelompok kecil yang kadang-kadang
  memberikan tekanan terapetik. Biasanya kelompok semacam itu, yang
  masih hidup di beberapa kampus, menekankan kejujuran dan hubungan
  yang intim dengan anggota kelompok lainnya. Kelompok yang serupa itu
  bisa ditemukan di banyak kota metropolitan saat ini.

  Apakah kelompok semacam itu menguntungkan? Kelompok itu bisa
  membantu orang-orang melakukan "sharing" lebih banyak, tetapi juga
  bisa berbahaya. Beberapa orang mungkin tidak mampu bersikap jujur.
  Kadang-kadang para peserta saling menyerang melalui kata-kata atau
  melekatkan label yang dangkal untuk anggota kelompok lainnya.

  Salah satu penulis teks ini terlibat dalam kelompok pertemuan selama
  masa kuliahnya. Semua peserta adalah orang Kristen dan hampir semua
  mengambil jurusan psikologi atau sosiologi. Kami bertemu sekali
  seminggu di apartemen profesor dan menanti-nantikan saat kami bisa
  saling terbuka sepenuhnya. Ada saatnya ketika seseorang mendapatkan
  wawasan yang baru disertai dengan ungkapan tangisan atau perasaan
  yang hangat. Alkitab merupakan hal utama dalam diskusi dan ikatan
  kasih Kristen yang kuat dirasakan setiap anggota kelompok.

  Salah satu anggota kelompok juga terlibat dalam kelompok pertemuan
  sekuler di universitas yang dekat dari tempat itu. Ia melaporkan
  bahwa di kelompoknya ada sikap saling melecehkan melalui kata-kata,
  termasuk penghinaan dan kata-kata cabul. Dari ceritanya, tujuan
  kelompok tampaknya adalah saling merobek yang diharapkan akan
  diikuti dengan perkembangan diri yang lebih realistis.

  Kelompok pertemuan dan kelompok lain yang serupa itu mungkin bisa
  bersifat positif atau negatif. Jika Anda memutuskan terlibat dalam
  kelompok semacam itu, pastikan untuk mengikuti panduan untuk
  kelompok kecil.

  Panduan Kelompok Kecil

  Sudut pandang bab ini sangat konsisten dengan penggunaan kelompok
  kecil untuk tujuan terapetik seperti dilakukan oleh Roger (1970).
  Namun, ada beberapa bahaya dalam kelompok kecil yang perlu dikenali
  (Back, 1972). Bahaya tersebut diminimalkan jika panduan tertentu
  diikuti.

  1. Hindari pelabelan perilaku dan orang-orang. Pelabelan mengubah
     persepsi seseorang tentang orang lain dan diri mereka sendiri dan
     mungkin menghambat pengungkapan diri dengan jujur.

  2. Buatlah partisipasi verbal sebagai kegiatan yang sukarela bagi
     anggota kelompok. Jangan memaksa orang lain memberi pendapat
     tentang satu topik tertentu.

  3. Pastikan kelompok memiliki pemimpin yang baik, yang mampu
     bertanggung jawab jika situasi lepas kendali.

  4. Jagalah kerahasiaan. Ekspresi bebas dalam kelompok harus
     didorong, tetapi apa yang dibahas tidak boleh keluar dari
     kelompok. Hal ini membutuhkan kedewasaan sikap anggota.

  5. Hindari sikap mempermalukan atau menjadikan seseorang sebagai
     pusat perhatian. Bersikaplah ramah dalam kejujuran Anda.

  6. Hanya anggota yang emosinya seimbang yang boleh dilibatkan.
     Orang-orang yang memiliki masalah emosional yang berat
     membutuhkan konseling profesional dan mungkin konseling kelompok
     dengan orang-orang lain yang terganggu emosinya.

  7. Jagalah dasar kerohanian kelompok. Buatlah pemahaman Alkitab dan
     doa sebagai kegiatan rutin.

  Kepemimpinan Kelompok yang Efektif

  Pemimpin dalam situasi konseling kelompok harus menunjukkan
  karakteristik tertentu, yang terutama adalah sehat secara mental.
  Lebih disukai, pemimpin itu sendiri sudah berpengalaman dalam terapi
  kelompok dan terlatih dalam kepemimpinan kelompok kecil.

  Pemimpin harus mengambil peranan sebagai fasilitator dan memindahkan
  kelompok dari orientasi belajar yang terstruktur secara tradisional
  ke orientasi belajar melalui proses (lihat catatan di akhir artikel
  ini).

  Dalam proses belajar tradisional, peranan ditentukan dengan tepat:
  pemimpin adalah guru atau sumber informasi, sedang pendengar adalah
  murid-murid. Pemimpin dipandang sebagai penguasa yang harus
  dihormati dan dipandang sebagai orang yang paling ahli. Proses
  belajar dalam situasi seperti itu biasanya didasarkan pada sikap
  menghargai otoritas pemimpin, artinya, pada seberapa baik mereka
  menunjukkan penguasaan materi dan kemampuan mereka untuk memberikan
  jawaban. Sering kali pemimpin menjawab berdasarkan informasi abstrak
  yang tidak diperoleh dalam konteks kelompok itu.

  Sebagai bandingan, fasilitator seharusnya adalah pemimpin yang
  berorientasi pada proses, yang peranannya adalah menyediakan
  jaringan hubungan yang semakin berkembang sebagai hasil interaksi
  partisipasi. Pemimpin bisa menjadi pelajar dan pelajar bisa menjadi
  pemimpin. Fungsi utama pemimpin adalah mengarahkan fokus
  terus-menerus pada masalah yang ada, bukan yang bersifat abstrak.
  Pemimpin harus merumuskan masalah dan membantu merumuskan masalah,
  tetapi ia tidak perlu menjadi ahli. Pemimpin tidak menyediakan
  jawaban. Komitmen kepada kelompok dipandang sebagai komitmen pada
  proses belajar. Peserta mengembangkan keterampilan menyelesaikan
  masalah dan standar untuk solusi mereka sendiri.

  Dalam kelompok belajar melalui proses, peserta biasanya berorientasi
  pada keinginan untuk menyelidiki dan mengembangkan mekanisme
  penyelesaian masalah itu sendiri. Dalam cara belajar tradisional,
  di mana anggota-anggota bekerja dengan faktor eksternal dan abstrak,
  mereka berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari
  pemimpin, yang menentukan apa yang harus mereka pelajari. Bukannya
  menemukan diri mereka sendiri melalui waktu yang dilewatkan dalam
  kelompok, peserta mengukur diri mereka sendiri dengan membandingkan
  dengan pemimpin yang menjadi tipe ideal, dan berorientasi untuk
  mencapai prestasi yang diharapkan pemimpin. Dalam format belajar
  tradisional, murid-murid menghadapi masalah bagaimana menyimpan dan
  menggunakan informasi yang disediakan oleh ahli. Mereka sering kali
  merasakan kebutuhan untuk menjadi sempurna dan memenuhi harapan
  orang yang ahli. Motivasi menjadi masalah dan murid mungkin
  melupakan banyak materi yang dipelajari selama sesi tradisional.

  Sebagian besar materi yang disampaikan di kelas, jika tidak diulang,
  hilang dalam waktu satu atau dua hari. Sebab itu dalam situasi
  belajar tradisional, murid perlu terus-menerus mengulang apa yang
  disampaikan orang yang ahli. "Ahli" jarang menimbang faktor
  kehilangan memori dan cenderung memberikan materi yang lebih abstrak
  daripada yang mampu disimpan atau ditumpuk orang-orang.

  Dalam konteks kelompok proses, peserta bekerja dengan faktor
  eksternal dan internal. Artinya, mereka mendefinisikan kebutuhan
  pendidikan mereka sendiri dan mengembangkan metode belajar mereka
  sendiri. Pemimpin kelompok, sebagai fasilitator, membantu
  memertajam definisi anggota tentang tujuan mereka sendiri. Beberapa
  orang yang datang untuk konseling merasa takut dan mungkin mencari
  pemimpin tradisional yang kuat. Penilaian terhadap anggota kelompok
  yang potensial mungkin membutuhkan evaluasi tentang motivasi mereka
  untuk menyelesaikan masalah. Makin besar motivasi mereka, makin
  besar kemungkinannya mereka melakukan perubahan. Prospek yang baik
  untuk kelompok adalah orang-orang yang berusaha mengenal diri mereka
  sendiri melalui pilihan yang mereka buat, hubungan yang mereka
  masuki, dan pengetahuan yang mereka cari.

  Tanggung jawab tiap-tiap orang atas pilihan pribadinya ditekankan
  sepanjang Alkitab. Kelompok kecil berfungsi sebagai tempat di mana
  tiap-tiap anggota bisa menjadi lebih bertanggung jawab atas pilihan
  mereka dan lebih memahami sepenuhnya mengapa mereka membuat pilihan
  tertentu. Peserta harus didorong untuk menetapkan standar penampilan
  mereka sendiri. Semakin banyak seseorang bertumbuh dalam bidang
  keterbukaan, komunikasi, dan partisipasi, semakin besar kemampuan
  mereka menyelesaikan masalah yang bisa diterapkan di luar kelompok.

  Catatan:

  Cara Belajar Tradisional Versus Melalui Proses

  Cara Belajar Tradisional:

  1. Peranan didefinisikan dengan tepat. Pemimpin mengajar; anggota
     mendengar dan belajar.

  2. Pemimpin adalah "otoritas". Ia harus seorang yang "ahli" dan
     dihormati anggota-anggotanya. Ia menyediakan semua "jawaban".
     Proses belajar didasarkan pada otoritas, pengetahuan, dan
     penguasaan isi (informasi)-nya.

  3. Anggota bekerja dengan data (isi) eksternal dan abstrak yang
     disediakan pemimpin. Pemimpin mendefinisikan apa yang perlu
     dipelajari. Anggota berusaha mengenal diri sendiri dengan
     mengukur diri dengan tipe ideal. Mereka berorientasi ke luar dan
     bertindak sesuai dengan harapan orang lain.

  4. Masalah utama dalam belajar melibatkan akumulasi dan penyimpanan
     informasi eksternal, dan pemerolehan "jawaban yang benar".
     Motivasi sulit, dan kesulitan mengingat merusak keefektifan.

  Cara Belajar Melalui Proses:

  1. Peranan ditentukan oleh keterlibatan dan interaksi. Pemimpin bisa
     menjadi pelajar; anggota bisa menjadi guru.

  2. Pemimpin membantu merumuskan masalah dan membantu mengembangkan
     keterampilan menyelesaikan masalah. Ia membantu orang lain
     "belajar bagaimana cara belajar". Cara belajar didasarkan pada
     komitmen/keterlibatan masing-masing anggota. Setiap anggota
     mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah secara pribadi.

  3. Anggota bekerja dengan data eksternal dan internal. Anggota
     menentukan apa yang perlu mereka pelajari. Anggota berkonsultasi
     dengan pemimpin untuk mendapat bantuan. Anggota berusaha mengenal
     hubungan yang mereka jalin dan pengetahuan yang mereka kejar.
     Mereka berorientasi ke dalam dan menetapkan standar prestasi
     mereka sendiri.

  4. Masalah utama dalam belajar melibatkan komunikasi (meningkatkan
     pemahaman), keterlibatan (partisipasi), dan transparansi (mudah
     dihubungi). Tekanannya pada pengembangan keterampilan
     menyelesaikan masalah, menjaga motivasi belajar, dan mendapatkan
     pengetahuan yang relevan.

  Diambil dari:
  Judul buku: Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen (2)
  Penulis: Paul D. Meier, M.D., Frank B. Minirth, M.D., Frank B.
  Wichern, Ph.D., Donald E. Ratcliff, Ph.D.
  Penerbit: ANDI, Yogyakarta 2004
  Halaman: 199 -- 203 dan 206

TIPS _________________________________________________________________

                          BIMBINGAN KELOMPOK

  Bimbingan kelompok memunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
  metode bimbingan secara pribadi.

  - Banyak bimbingan penggembalaan yang dilakukan dalam suatu kelompok
    kecil, hasilnya lebih efektif daripada dilakukan secara pribadi.

  - Lebih baik waktu digunakan untuk membantu 5 -- 15 orang sekaligus
    daripada hanya untuk membantu seorang saja. Bimbingan kelompok
    ringkas dan cepat sesuai dengan kebutuhan kelompok tersebut adalah
    cara memerluas penginjilan dalam suatu gereja. Para pendeta yang
    menggunakan cara ini memunyai cara mendukung, menantang, mengasuh,
    dan membantu sejumlah orang berulang kali.

  - Metode bimbingan kelompok dapat juga digunakan untuk mendorong
    orang yang tidak ingin mengikuti bimbingan secara formal.

  - Bimbingan kelompok cenderung memperkenankan para klien saling
    membantu. Salah satu hal baru dalam bimbingan kelompok adalah
    timbulnya hubungan yang saling memberi. Hal ini berbeda dengan
    hubungan dalam bimbingan secara pribadi yang kebanyakan hanya
    menerima saja. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam
    Galatia 6:2, "bertolong-tolonglah menanggung bebanmu."

  - Kelompok kecil adalah suatu kelompok umum untuk bimbingan
    pendidikan jangka pendek.

  Beberapa Prinsip Bimbingan Pendidikan

  1. Beberapa faktor cenderung menarik anggota ke dalam suatu
     kelompok.

  2. Anggota suatu kelompok bimbingan pendidikan tidak boleh terlalu
     banyak agar semua anggota dapat berpartisipasi.

  3. Kehadiran pembimbing pertama kali dalam suatu pertemuan harus
     ringkas dan sesuai dengan kebutuhan kelompok tersebut.

  4. Pembimbing menggunakan buku sebagai sumber, topik, atau ikhtisar
     yang luwes yang dapat dipakai dalam pertemuan untuk mengurangi
     kecemasan yang sedang dihadapi oleh anggota. Pemimpin kelompok
     bertindak sebagai instruktur.

  5. Fungsi pemimpin dalam "group centered" dilukiskan sebagai
     seseorang yang menciptakan suasana yang hangat dan dengan teliti
     mengikuti apa yang diucapkan oleh setiap orang, serta mendorong
     timbulnya komunikasi.

  6. Pemimpin boleh mengusulkan hal-hal lain yang saling memengaruhi.
     Misalnya, setiap orang diberi kesempatan untuk menceritakan masa
     kanak-kanaknya yang dapat menggambarkan latar belakang yang
     berbeda-beda. Setiap anggota dalam kelompok boleh memberi
     komentar atas apa yang telah mereka dengar. Dengan demikian,
     terjadilah suatu aktivitas yang hidup. Mereka juga boleh
     menceritakan kisah mereka dengan gerakan, seperti bersandiwara.
     Hal ini disebut sosio drama.

  7. Pemimpin harus bersikap hati-hati terhadap kelompok, seperti
     halnya terhadap setiap pribadi. Timbulnya kelompok kecil
     merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan dalam
     gereja-gereja.

  Diambil dari:
  Judul buku: Seri Diktat; Pembimbingan Penggembalaan
  Penulis: Pdt. Lukas Tjandra
  Penerbit: Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1976
  Halaman: 101 -- 102

INFO _________________________________________________________________

             REGIONAL COUNSELING WORKSHOP INDONESIA TIMUR
                      Makassar, 8 -- 10 Mei 2008

  "Memperkuat Sistem Keluarga dan Gereja dengan Pelayanan Konseling"

  Kepedulian orang Kristen semakin besar terhadap konseling dan
  pentingnya mengutamakan keluarga serta keterampilan pengasuhan anak.
  Inilah yang kami kerjakan dan lihat dalam enam tahun terakhir. Bila
  dahulu orang tidak begitu antusias menghadiri seminar dan pelatihan
  konseling, sekarang tidak. Orang tua, pemimpin gereja, dan guru
  makin menyadari pentingnya keterampilan dan wawasan baru dalam
  mengajar di sekolah dan membangun sebuah pernikahan yang kuat dan
  menjadi berkat. Banyak saudara dari seratus gereja dan lembaga telah
  mengikuti seminar-seminar serta pelatihan konseling LK3 di 35 kota.
  Sementara ratusan ribu lainnya mengikuti lewat radio, TV, buku-buku
  konseling, dan kursus Jarak Jauh LK3.

  Kami mengundang Saudara yang peduli konseling dan pentingnya
  pengasuhan anak serta membangun keluarga yang sehat di REGIONAL
  COUNSELING WORKSHOP INDONESIA TIMUR, di Aula STT Jaffray Makassar,
  8 -- 10 Mei 2008. Dengan tema "Memperkuat Sistem Keluarga dan Gereja
  dengan Pelayanan Konseling". Acara ini terselenggara berkat
  kerja sama Institut Konseling LK3 dan STT Jaffray Makassar.

  Acara ini akan dihadiri oleh saudara-saudara kita dari Sulawesi,
  Papua, Maluku, Kalimantan, dan sekitarnya.

  Pembicara:
  1. Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha (Kybernolog).
  2. Prof. Yohanes Surya, Ph.D. (Rektor Univ. Multimedia Nusantara --
     Kompas Gramedia)
  3. Pdt. Dr. Daniel Ronda (Rektor/Ketua STT Jaffray Makassar).
  4. dr. Andik Wijaya, M.Rep. Med (Seksolog, Founder YADA Institute).
  5. Pdt. Martin Elvis, MA (Rohaniwan Gereja Kristus, Pakar
     Penanganan Anak Kecanduan Game/Internet).
  6. Dra. Roswitha Ndraha (Founder LK3, Penulis Buku).
  7. Julianto Simanjuntak (Ketua LK3, Direktur Program Magister
     Konseling STT Jaffray dan IFTKJ Jakarta).

  Keuntungan: Bagi dua puluh pendaftar via e-mail akan mendapatkan
  buku "Perlengkapan Seorang Konselor" (Buku Pegangan Konseling LK3,
  500 halaman).

  Keuntungan lain:
  1. Mendapatkan info dan bisa mengikuti tes Magister Konseling STT
     Jaffray (tanggal 10 Mei).
  2. Diskon paket buku dan VCD konseling terbaik Julianto dan Roswitha
     sebesar 40%.
  3. Beasiswa mengikuti Kursus Konseling Jarak Jauh (KKJJ) LK3 hingga
     75% -- FREE 30 VCD KONSELING.
  4. Anak para peserta FREE mengikuti pertemuan dan dialog dengan
     Prof. Yohanes Surya Ph.D., pada hari Sabtu, 10 Mei 2008, pukul
     08.00 -- 10.00 di Aula STT Jaffray Makassar.

  Biaya Rp. 250.000,- (sebelum 27 April 2008) -- TERBATAS!

  Informasi dan Pendaftaran:
  - Beatrix Tumbol
    STT Jaffray, Jl. Gunung Merapi No. 103 Makassar
    Telp. 0411-324129. Fax. 0411-311766  HP: 081543388940 (Beatrix)
  - Budin Nurung (Ketua Pelaksana) -- 081342378461
  - Ferdi Lairan -- 08194298858
  - Hotline SMS JAKARTA -- 021-70555705

  TEMA-TEMA RCW MAKASSAR 2008

  KAMIS, 8 MEI 2008
  - Pukul 09.00 -- 10.15: PLENO
    Mandat Pelayanan Pendidikan dan Konseling dalam Amanat Agung, dan
    integrasinya dengan Penginjilan (Pdt. Julianto Simanjuntak dan
    Pdt. Dr. Daniel Ronda).
  - Pukul 10.45 -- 12.15: PLENO
    AYAH-ANAK-CUCU: Membangun Watak Anak dan Cara Mewariskan Nilai
    Luhur pada Anak (Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha dan Roswitha Ndraha).
  - Pukul 12.15 -- 13.15: Lunch
  - Pukul 13.15 -- 17.00: KAPITA SELEKTA 1
    1. Kiat Memilihkan Sekolah dan Lingkungan Anak yang
       Memaksimalkan Perkembangan Anak (Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha
       dan Pdt. Dr. Daniel Ronda).
    2. Mendisiplin Anak dengan Cerita (Roswitha Ndraha).
    3. "Relational and Emotional Healing" (Pdt. Julianto Simanjuntak).
    4. "Spiritual Wars In Computer Games": Menangani Adiksi Game pada
       Anak (Pdt. Ir. Marthin Elvis).

  JUMAT 9 MEI 2008
  - Pukul 09.00 -- 10.15: PLENO
    "Counseling, Coaching, and Leadership" (Pdt. Julianto
    Simanjuntak).
  - Pukul 10.45 -- 12.15: PLENO
    "The Advantage of Abstinence Education" (dr. Andik Wijaya, M.Rep.
    Med.)
  - Pukul 13.15 -- 16.00: KAPITA 2
    1. Konseling pada Remaja yang "Sulit" (Julianto Simanjuntak).
    2. "Developing Sexual Integrity": Peran Guru dan Orang Tua dalam
       Pendidikan Seks Anak (dr. Andik Wijaya, M.Rep. Med.).
    3. Seni Mendisiplin dan Membangun Kecerdasan Anak Usia 3 -- 10
       Tahun (Roswitha Ndraha).
    4. Karakter Guru yang Dicintai Anak-Anak (Pdt. Dr. Daniel Ronda).
  - Pukul 16.00 -- 17.00: OPEN HOUSE MAGISTER KONSELING STT JAFFRAY
    MAKASSAR
  - Pukul 18.30 -- 21.30: PLENO (Terbuka untuk Umum).
    "Sexual Behavior Transformation" (dr. Andik Wijaya, M.Rep. Med).

  SABTU, 10 MEI 2008
  - Pukul 08.00 -- 09.30: Acara Remaja dengan Prof. Yohanes
    Surya, Pd.D.).
    Sains itu Asyik dan Menyenangkan.
  - Pukul 10.00 -- 11.15: PLENO
    "Everlasting Intimacy" (dr. Andik Wijaya, M.Rep. Med.).
  - Pukul 11.30 - 12.45
    Memotivasi Anak Belajar Mencapai Hasil Optimal (Prof. Yohanes
    Surya, Ph.D.)
  - Pukul 12.45 -- 13.30: Lunch
  - Pukul 13.30 -- 15.30: Kepemimpinan "Ala Fisika" (Prof. Yohanes
    Surya, Ph.D.).
  - Pukul 16.00 -- 17.00: PENUTUPAN
    Bagaimana Bersikap terhadap Tantangan Global dan Perubahan dalam
    Masyarakat Indonesia Masa Kini (Pdt. Dr. Daniel Ronda).
  - Pukul 17.00 -- Selesai: TES MAGISTER KONSELING STT JAFFRAY
    MAKASSAR

_______________________________e-KONSEL ______________________________

Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Evie Wisnubroto
Penanggung Jawab Isi Dan Teknis Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008 -- YLSA < http://www.ylsa.org/ >
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Anda punya masalah/perlu konseling? atau ingin mengirimkan
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke:
<konsel(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org>
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I: http://c3i.sabda.org/
Network Konseling: http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_konseling
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org