Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/156

e-Konsel edisi 156 (17-3-2008)

Mengolah Emosi

  
                    Edisi (156) -- 15 Maret 2008

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Belajar Mengolah Emosi
  = Renungan Paskah     : Ajaib
  = Cakrawala           : Mengatur Suhu Emosi
  = Tips                : Prinsip-Prinsip Praktis Mengendalikan Amarah
  = Info 1              : Sabda.org dan In-Christ.Net Pindah Server
  = Info 2              : Lowongan Pekerjaan YLSA -- Editor dan
                          Penerjemah

                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Pernahkah Pembaca mendapati seseorang yang sangat terampil dalam
  mengendalikan emosinya? Dan pernahkah juga Pembaca mendapati
  seseorang yang sangat mudah meluapkan emosinya tanpa memerhatikan
  situasi dan kondisi sekelilingnya? Dua keadaan yang sangat kontras
  ini menggambarkan satu poin yang sangat penting, yaitu kemampuan
  seseorang dalam mengendalikan emosinya. Menyambung topik edisi lalu,
  kali ini kita akan belajar bagaimana kita dapat mengolah emosi agar
  tidak merugikan orang lain maupun diri sendiri.

  Tak lupa, untuk menyiapkan diri memperingati Jumat Agung dan Paskah,
  Redaksi menyajikan renungan singkat yang berjudul "Ajaib". Kiranya
  renungan ini bisa menolong Pembaca memaknai lebih dalam lagi arti
  Jumat Agung dan Paskah bagi kehidupan rohani kita.

  Segenap Redaksi e-Konsel mengucapkan selamat Paskah bagi Pembaca
  sekalian. Tuhan memberkati!

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani

                ========== RENUNGAN PASKAH ==========

                                AJAIB

  Ayat bacaan: Yesaya 9:1-7

  Ketika Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggangi seekor
  keledai, kerumunan orang banyak berseru-seru, "Hosana bagi Anak
  Daud!" (Mat. 21:9) Kemudian dalam minggu yang sama, segerombolan
  orang berteriak menginginkan penyaliban-Nya (27:22). Beberapa orang
  mengenali Dia sebagai seseorang seperti yang digambarkan oleh
  Yesaya, yaitu Ajaib (Yes. 9:6).

  Bila ada seseorang yang pantas untuk dipanggil dengan nama tersebut,
  itulah Yesus. Ia ajaib dalam keilahian-Nya dan di dalam kasih-Nya
  yang tidak egois, yang membawa Dia dari gemerlap kemuliaan di surga
  ke dalam kegelapan dunia yang terkutuk karena dosa. Ia ajaib karena
  kelahiran-Nya dari seorang perawan, ajaib di dalam kemenangan-Nya,
  pelayanan hidup yang tak berdosa, ajaib dalam pengajaran-Nya, ajaib
  dalam kematian-Nya yang menggantikan kita, ajaib di dalam
  kebangkitan-Nya yang menakjubkan, dan ajaib di dalam kenaikan-Nya ke
  surga.

  Seseorang telah mengamati, "Di dalam Kristus kita memiliki kasih
  yang tidak akan pernah dapat diukur kedalamannya, suatu hidup yang
  tidak dapat mati, sebuah damai yang tidak akan dapat dimengerti,
  ketenangan yang tidak akan pernah dapat diganggu, sukacita yang
  tidak akan pernah lenyap, harapan yang tidak akan pernah
  mengecewakan, kemuliaan yang tidak akan pernah suram, cahaya yang
  tidak akan pernah redup, dan sumber rohani yang tidak akan pernah
  lelah."

  Apakah Anda mengasihi sang Ajaib? Ia akan membuat kehidupan Anda di
  sini menjadi penuh dengan keajaiban, dan kehidupan sesudahnya penuh
  dengan kesukacitaan! (HGB)

  Ajaib, ajaib, Yesus sungguh ajaib bagiku;
  Dialah Penasihat Agung, Raja Damai, Allah Penguasa;
  Yang telah menyelamatkanku dari dosa dan cemar,
  Ajaib Juru Selamatku, terpujilah nama-Nya. (Lilenas)

               PIKIRKANLAH BETAPA MENAKJUBKANNYA YESUS

  Diambil dari:
  Judul Buku: Kemenangan Dalam Kebangkitan (Edisi Khusus Paskah)
  Penulis   : Tidak dicantumkan
  Penerbit  : RBC Ministries, Jakarta 2004
  Halaman   : 7

                   ========== CAKRAWALA ==========

                         MENGATUR SUHU EMOSI

  Salah seorang dosen saya di seminari mengatakan bahwa dosa,
  "hamartia", bukan saja telah merusak relasi manusia dan Tuhan, dosa
  juga merusak tatanan hidup manusia secara psikologis. Hamartia yang
  bermakna "tidak mencapai sasaran yang tepat", dapat juga diartikan
  "kelebihan atau kekurangan" -- tidak tepat sasaran. Inilah salah
  satu persinggungan antara psikologi dan teologi. Nah, dalam
  kerangka pikir inilah saya berniat membahas masalah pengaturan emosi
  dalam relasi pernikahan.

  Saya kira masalah utama dalam pengaturan emosi ialah masalah
  kelebihan dan kekurangan. Maksud saya, kalau bukan mengumbar emosi,
  kita menyumbat emosi alias tidak cukup mengekspresikannya. Sering
  kali hal-hal seperti inilah yang muncul dalam pernikahan, dan sudah
  tentu kondisi ini tidak sehat untuk pernikahan.

  Jenis Relasi dari Sudut Emosi
  -----------------------------

  Berangkat dari bingkai "kelebihan dan kekurangan", kita bisa membagi
  masalah pengaturan emosi dalam tiga jenis, dan ketiga jenis ini
  merefleksikan tipe relasi dan kepribadian suami-istri.

  Tipe pertama adalah tipe ketel mendidih; saya menjulukinya ketel
  mendidih sebab baik suami maupun istri tergolong vokal dan ekspresif
  dalam mengungkapkan emosinya. Tipe ini mudah bergejolak dan tidak
  tahan dengan hati yang panas. Bak kecipratan air panas, orang dengan
  tipe ini langsung mengibaskan air panas itu tanpa memedulikan siapa
  yang berada di dekatnya dan apa dampak perbuatannya terhadap orang
  lain. Yang penting adalah ia berhasil meredakan suhu panas yang
  menempel di kulit hatinya.

  Tipe ketel mendidih adalah tipe yang mudah meledak namun gampang
  melupakan pula. Dengan kata lain, suami-istri yang masuk dalam
  kategori ini sering bertengkar tetapi pertengkaran mereka biasanya
  tidak berlangsung berminggu-minggu. Masalahnya adalah, meski tidak
  berminggu-minggu, setiap minggu mereka akan bersitegang dan kalau
  tidak berhati-hati, akan mudah sekali terjadi pemukulan dan
  penganiayaan.

  Sekali lagi saya tekankan, orang tipe ketel panas ini tidak bisa
  hidup dengan hati yang panas. Hati panas harus didinginkan dengan
  seketika dan caranya adalah dengan mengeluarkan uap panas itu dengan
  segera. Jadi, letak problemnya bukan pada ketidakadaan sistem
  kontrol; problemnya terletak pada sistem kontrol itu sendiri. Sistem
  itu mengendalikan suhu panas dengan cara memuntahkan uap panas ke
  luar dan ia tidak tahu cara lainnya.

  Tipe kedua adalah tipe kapuk; saya memanggilnya kapuk karena kapuk
  bukanlah pengantar panas yang baik. Itulah sebabnya kapuk digunakan
  untuk membungkus pegangan kuali panas atau benda panas lainnya;
  dengan adanya lapisan kapuk, tangan kita terlindung dari suhu panas.
  Problem utama dengan suami-istri berkategori kapuk ini adalah mereka
  kurang mengeluarkan emosi, begitu kurangnya sehingga dapat dikatakan
  mereka jarang membagi perasaan dengan pasangan. Segala sesuatu yang
  dianggap dapat mengganggu stabilitas relasi akan diredam dan kalau
  bisa, disangkali keberadaannya.

  Pasangan dengan tipe ini jarang bertengkar namun mereka juga tidak
  terlalu intim. Keintiman menuntut keterbukaan dan bagi orang dengan
  tipe ini, keterbukaan bukanlah sesuatu yang terjadi dengan alamiah.
  Suami-istri tipe kapuk memilah hidup mereka dengan saksama dan hanya
  menyatukan bagian hidup mereka yang relatif ringan -- tidak
  mengundang risiko terjadinya konflik. Mereka bergantung pada daya
  lupa dan rasionalisasi untuk menurunkan suhu panas di antara mereka.
  Bak sabuk kapuk yang menutupi gagang ketel panas, mereka menggunakan
  daya lupa dan rasionalisasi untuk menyerap suhu panas itu dan
  memang, setelah beberapa saat, suhu panas itu akan turun.

  Masalah timbul bila daya lupa kita berkurang dan problem malah
  bertambah. Dalam kondisi seperti itu, akhirnya kita terpaksa
  mengingat peristiwa yang terjadi sebab besaran masalah yang (ingin)
  dilupakan tidak sebanding dengan besaran problem yang muncul.
  Masalah juga dapat muncul tatkala daya rasionalisasi berkurang,
  artinya kita gagal menghibur diri dengan cara menambah pengertian
  kita akan kondisi pasangan. Pada akhirnya kita berkata, kita tidak
  lagi dapat atau mau memahami kondisi pasangan. Di saat itulah sabuk
  kapuk tidak lagi berfungsi optimal menyerap panas dan akhirnya suhu
  panas terasakan. Dapat kita duga, jika ini yang terjadi, berarti
  panas itu sudah sangat panas dan kesanggupan untuk berasionalisasi
  dan melupakan telah meleleh. Dengan kata lain, pada titik itu,
  kapasitas untuk menyelesaikan problem dengan rasional sudah menguap.
  Masalah menjadi sulit dipecahkan.

  Tipe ketiga adalah tipe kombinasi antara ketel panas dan kapuk. Jadi
  di sini, yang satu berjenis ketel panas dan yang satunya berjenis
  kapuk; keduanya bersatu dalam pernikahan. Sebagaimana tipe lainnya,
  tipe ini pun memiliki kekuatan dan kelemahannya. Kekuatannya adalah
  mereka bisa saling mengimbangi. Jika yang satu sedang meluapkan suhu
  panasnya, yang lain dapat menyerap suhu panas itu tanpa perlawanan
  berarti. Atau, bila yang satu mengunci diri dan menolak untuk
  menyuarakan ketidaksukaannya, yang lain akan merasa terganggu dengan
  sikap diam itu dan memaksanya untuk berkata-kata. Dengan cara
  seperti inilah problem di antara mereka lebih cepat terselesaikan.

  Kelemahannya ialah, jika tidak berhati-hati, yang berjenis kapuk
  akan mudah merasa tertekan oleh uap panas yang dilontarkan dengan
  begitu mudahnya. Sebaliknya, yang berjenis ketel panas malah
  "menikmati" kebebasannya memuntahkan uap panas sebab pasangannya
  tidak bereaksi dan hanya menerima. Mungkin kita dapat menebak akhir
  dari relasi seperti ini: mereka akan makin renggang sebab yang
  menyerap tidak lagi bersedia dekat atau intim dengan pasangannya. Ia
  terlalu banyak menyimpan luka! Sebaliknya, yang bertipe ketel panas
  akan makin frustrasi karena merasa diabaikan dan kondisi frustrasi
  ini membuatnya makin agresif meluapkan kemarahannya. Demikianlah
  siklus ini berawal dan terus berputar tanpa henti.

  Penyelesaian
  ------------

  Apa pun tipe kita, yang penting adalah kita mampu mengatur suhu
  emosi -- meningkatkannya bila terlalu dingin dan menurunkannya jika
  terlalu panas. Sebagaimana telah kita lihat, emosi merupakan elemen
  yang menciptakan keintiman. Pengungkapan emosi membukakan lapisan-
  lapisan pada diri kita dan mengundang pasangan untuk mengenal diri
  kita secara lebih mendalam. Namun, pengungkapan emosi yang
  berlebihan bisa menenggelamkan relasi nikah dan menghancurkan hati
  pasangan. Bukannya mendekat, ia malah menjauh karena takut tersiram
  air panas dari mulut kita, atau sebaliknya, ia menjauh sebab tidak
  ada lagi respons dari kita sama sekali.

  Saya kira kita semua rindu untuk menjadi orang yang dapat mengatur
  suhu emosi dengan tepat. Kita mendambakan relasi yang intim tanpa
  harus melelehkan hati orang yang kita kasihi dan kita menginginkan
  relasi yang damai tanpa harus membekukan hatinya. Kita ingin menjadi
  orang yang "tepat emosi" dan "tepat kata" sebagaimana dilukiskan
  dengan begitu indahnya oleh firman Tuhan, "Perkataan yang diucapkan
  tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak."
  (Amsal 25:11) Perjuangan kita adalah perjuangan mengeluarkan buah
  apel emas dari mulut kita, bukan buah apel kecut, atau malah busuk.
  Pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita melakukannya dan hal inilah
  yang akan kita telaah sekarang.

  Memahami perbedaan
  ------------------

  Pertama, kita mesti menyadari bahwa masalah pengaturan suhu emosi
  merupakan masalah yang multidimensional. Penyederhanaan masalah
  tidak akan memberi solusi, malah menimbulkan kesan penghakiman yang
  semena-mena. Sekurang-kurangnya ada tiga dimensi yang perlu kita
  perhatikan. Pertama adalah faktor kepribadian. Ada sebagian kita
  yang bertemperamen flegmatis. Dan faktor kepribadian ini secara
  langsung berpengaruh terhadap betapa mudah dan berkobarnya
  pengekspresian emosi. Biasanya para insan flegmatis tidak begitu
  cepat mengeluarkan emosi dan secara keseluruhan memang level
  emosinya cenderung datar, berbeda dengan insan kolerik, sanguin, dan
  melankolik yang cenderung lebih terbuka dan seketika.

  Kedua, faktor pengalaman masa kecil. Sebagian dari kita terbiasa
  mengutarakan emosi karena memang diizinkan oleh orang tua atau
  sebaliknya, tidak diizinkan namun situasi rumah yang penuh konflik
  membuat kita tergenangi oleh kemarahan. Akibatnya, kendati tidak
  diizinkan secara verbal, pertengkaran demi pertengkaran orang tua
  yang kita saksikan menanamkan benih emosi marah dan menciptakan pola
  pengendalian emosi yang eksplosif. Kita tidak tahu cara lain untuk
  mengomunikasikan emosi selain dengan berteriak atau membanting
  barang. Dengan tersedianya cadangan emosi negatif di hati kita,
  ledakan kemarahan lebih mudah tersulut. Di sini kita dapat melihat
  bahwa pengalaman masa lampau berpengaruh besar terhadap pengaturan
  suhu emosi.

  Ketiga, faktor lingkungan hidup. Pernah saya berbincang-bincang
  dengan seorang pemuda yang bertumbuh besar di lingkungan keras dan
  kumuh di sebuah kota besar. Ia bercerita bahwa kekerasan sudah
  menjadi bagian hidupnya sejak kecil dan pada akhirnya ia pun
  terbiasa dengan pola hidup seperti itu. Sebaliknya, ada sebagian
  kita yang dibesarkan di lingkungan yang santun dan cenderung
  represif terhadap penyataan emosi. Tidak bisa tidak, lingkungan
  tenang akan lebih mendorong kita untuk menahan emosi, bukan
  mencetuskannya.

  Saya berharap ketiga dimensi ini memberi kita sedikit pemahaman
  terhadap kekompleksan masalah pengaturan suhu emosi. Jadi, kita
  tidak dapat dan tidak seharusnya dengan cepat melabelkan seseorang
  "kurang rohani" tatkala ia memunyai masalah dengan pengaturan
  emosi. Bagi sebagian kita, pengaturan emosi tidak pernah menjadi
  masalah; sebaliknya, bagi sebagian lainnya, pengaturan emosi selalu
  menjadi masalah -- baik itu karena kelebihan maupun karena
  kekurangan.

  Fokus pada masalah
  ------------------

  Masalah pengendalian emosi adalah masalah emosi, bukan masalah
  kurang mencintai atau kurang peduli dengan keluarga. Acap kali kita
  mengaitkan masalah emosi dengan hal lain dan ini dapat memerburuk
  relasi nikah. Mungkin sulit untuk kita percaya bahwa orang yang bisa
  membanting-banting barang tatkala marah sesungguhnya tetap mengasihi
  kita dan bahwa cintanya kepada kita tidak berkurang setelah ia
  marah. Contoh ekstrim ini (yang sudah tentu tidak saya anjurkan)
  menegaskan bahwa memang masalah pengendalian emosi adalah masalah
  emosi, bukan masalah cinta atau kurang memedulikan keluarga.

  Jadi, bila kita bermasalah dengan pengendalian emosi,
  sering-seringlah meyakinkan pasangan kita bahwa kita tetap
  mengasihinya. Akuilah bahwa masalah kita yang utama adalah masalah
  pengendalian emosi dan jangan salahkan orang lain atau situasi luar.
  Salah satu godaan terbesar bagi kita yang memunyai masalah dengan
  emosi adalah menyalahkan, baik itu pasangan atau anak atau faktor
  luar lainnya, seakan-akan kita hanyalah si pemberi reaksi sedangkan
  merekalah yang bertanggung jawab sebagai pemicu emosi kita. Atau
  sebaliknya, jika kita cenderung diam dan menutup diri, kita
  menyalahkan pasangan kita sebagai pihak yang bertanggung jawab
  membuat kita kurang mengekspresikan emosi.

  Dengan kata lain, fokuskan pada masalah juga berarti memfokuskan
  pada tanggung jawab pribadi. Inilah langkah awal untuk mengatur
  emosi. Dengan kita mengalihkan tanggung jawab ke pundak pribadi,
  secara tidak langsung kita mengalihkan fokus masalah, dari "Kamu
  membuat saya marah!" menjadi "Saya harus menguasai kemarahan saya!"
  Jika kita tetap bertahan pada pandangan bahwa orang lainlah yang
  membuat kita marah, kita menjadikan diri tidak berdaya dan berperan
  sebagai korban semata. Dan, dengan menjadikan diri tidak berdaya dan
  hanya berperan sebagai korban, kita benar-benar menjadi tidak
  berdaya mengendalikan diri sendiri, seakan-akan kita berada pada
  kemurahan orang belaka. Jika orang membuat kita marah, kita marah;
  sebaliknya, bila orang tidak membuat kita marah, kitapun tidak akan
  marah. Perspektif seperti ini melepaskan kita dari tanggung jawab
  dan membuat kita tidak terlalu merasa bersalah tatkala kita
  menghancurkan hidup orang lain.

  Bergiliran
  ----------

  Masalah pengendalian emosi sebenarnya adalah masalah
  kekurangteraturan -- munculnya emosi secara tidak teratur. Jadi,
  salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan memasukkan
  keteraturan ke dalam pola komunikasi kita. Sejak TK, kita belajar
  untuk hidup teratur; masuk kelas dengan berbaris, berbicara
  bergantian, bertanya bergiliran, dan seterusnya. Tanpa terasa, iklim
  keteraturan mulai tercipta dan inilah rahasia mengapa suasana kelas
  bisa berjalan dengan begitu adem -- tanpa banyak adegan dan gejolak.

  Biasanya pertengkaran memburuk tatkala kita mulai berebut berbicara
  -- laju percakapan bertambah cepat karena kita menganggap pasangan
  tidak mendengarkan kita lagi atau kita merasa kian terdesak. Itulah
  sebabnya penting bagi kita untuk menerapkan aturan "bicara
  bergantian" di mana seseorang memunyai hak untuk berbicara dan
  kewajiban untuk mendengarkan. Di dalam kerangka keteraturan ini,
  luapan emosi lebih terkendali sebab kita tidak merasa diburu-buru
  untuk menyampaikan isi hati kita. Keteraturan juga berfaedah bagi
  sebagian kita yang mengalami kesulitan mengekspresikan emosi. Kita
  "dipaksa" untuk menguraikan pendapat dan perasaan hati karena
  giliran kita telah tiba. Singkatnya, keteraturan membantu kita untuk
  mengatur emosi dan menyalurkannya dengan lebih bijak. Ternyata,
  pelajaran TK ini sangat berfaedah sampai usia dewasa.

  Kesimpulan
  ----------

  Dalam praktik konseling, saya telah menjumpai pelbagai masalah rumah
  tangga. Ada yang terganggu oleh kehadiran pria atau wanita lain, ada
  yang terganggu oleh anak yang bermasalah, dan ada yang terganggu
  oleh tragedi yang menimpa mereka. Namun, penyebab kehancuran rumah
  tangga yang paling umum ternyata bukanlah salah satu dari ketiga
  contoh yang saya sebut di atas. Emosi kitalah yang menghancurkan
  relasi nikah jauh sebelum problem lain itu mengemuka, baik itu
  ekspresi emosi yang berlebihan atau yang berkekurangan. Kesimpulan
  akhirnya adalah, jika kita ingin menyelamatkan pernikahan kita jauh
  sebelum masalah berat lainnya datang, mulailah dengan mengatur suhu
  emosi kita -- sekarang?

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Nama Situs: TELAGA
  Penulis   : Pdt. Dr. Paul Gunadi
  URl       : http://www.telaga.org/artikel.php?mengatur_suhu_emosi.htm

                      ========== TIPS ==========

             PRINSIP-PRINSIP PRAKTIS MENGENDALIKAN AMARAH

  Memang baik jika kita mengerti apa itu amarah, penyebabnya,
  bermacam-macam respons terhadapnya, penyataan Alkitab, reaksi yang
  sehat dan tak sehat, dan sebagainya. Namun lebih dari itu, apa yang
  Anda lakukan terhadap perasaan marah saat Anda mengalaminya sendiri.

  Sebagai ringkasan, ada sepuluh prinsip praktis untuk menghadapi
  perasaan marah dan mengendalikannya.

  Camkanlah selalu bahwa sebagai orang Kristen, kita tidak dapat
  mengendalikan amarah (atau masalah lain) dengan mengandalkan
  kekuatan sendiri! Kita harus bersandar pada bimbingan dan kekuatan
  Roh Kudus. Dan bimbingan Roh Kudus paling dibutuhkan jika seseorang
  merasa dirinya baik tetapi sekaligus sedang marah.

  Inilah sepuluh langkah praktis yang dapat Anda ambil.

  1. Sadari reaksi emosi Anda. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang
     saya rasakan?", 2. Kenali perasaan-perasaan Anda dan akui bila Anda memiliki
     perasaan tersebut. Mengakui perasaan marah tidak berarti Anda
     harus menyatakannya.

  3. Coba mengerti mengapa Anda marah. Apa penyebabnya? Kemarahan
     sering timbul karena frustrasi. Kita frustrasi karena keinginan,
     kerinduan, ambisi, harapan, dorongan, kehausan, atau kehendak
     kita. Tanyakan pada diri Anda, "Apakah saya marah karena
     frustrasi? Apa atau siapa penyebab frustrasi? Jalan positif
     bagaimana yang dapat saya pikirkan?"

     Alasan lain mengapa kita marah termasuk kemungkinan terluka,
     baik secara fisik maupun emosi. Rasa aman kita terancam, dan
     sebagai benteng pertahanan, kita marah. Adanya ketidakadilan,
     baik terhadap orang lain, diri sendiri, maupun masyarakat.
     Sering kali, amarah semacam ini disebut "marah suci" yang dapat
     dibenarkan. Tetapi berhati-hatilah dan jangan mengizinkan amarah
     Anda yang benar terhadap ketidakadilan dikacaukan oleh penyebab
     amarah yang mendasar, yakni sikap mementingkan diri sendiri,
     penyebab utama amarah pada sebagian besar manusia. Jika kita mau
     jujur, kita menjadi sangat marah karena tidak dapat menjalankan
     cara kita, dan tidak memeroleh yang kita inginkan.

  4. Dapatkah Anda membangun situasi lain sehingga amarah tidak akan
     timbul? Apa yang telah Anda lakukan, yang menyebabkan orang lain
     bereaksi sedemikian rupa sehingga Anda marah?

  5. Apakah marah adalah respons yang paling baik? Tuliskan
     akibat-akibat jika Anda marah. Respons apa yang paling baik?
     Apakah keramahan, simpati, dan pengertian dari orang lain dapat
     menyelesaikan masalah? Dapatkah Anda mengakui perasaan Anda
     kepadanya?

  6. Apakah amarah Anda terlalu cepat muncul? Jika demikian, tariklah
     napas dalam-dalam atau hitunglah sampai sepuluh sebelum Anda
     marah. Pusatkan perhatian pada kelebihan dan kualitas positif
     orang lain daripada kebobrokannya.

  7. Apakah Anda terlalu kritis terhadap orang lain? Apa akibatnya?
     Jangan terlalu curiga terhadap orang lain. Dengar apa yang mereka
     katakan dan rasakanlah. Evaluasi komentar-komentar mereka
     daripada menyalahkannya. Mungkin saja mereka memunyai sesuatu
     yang ingin ditawarkan kepada Anda. Apakah amarah atau kekritisan
     Anda yang berlebihan muncul dari keinginan untuk merasa diri
     lebih baik? Apakah pendapat-pendapat Anda selalu tepat atau
     dapatkah usul-usul tersebut diperbaiki? Perhalus bicara dan
     reaksi Anda terhadap orang lain. Perhatikan sikap dan ekspresi
     Anda yang akan menunjukkan penolakan dan kritik terhadap orang
     lain. Dapatkah Anda mengungkapkan penghargaan dan pujian untuk
     menggantikan kekritisan yang berlebihan?

  8. Mungkin ada kalanya amarah atau sikap kritis yang berlebihan
     dapat dibenarkan. Jika Anda akan mengungkapkannya, rencanakan
     terlebih dulu dan nyatakan dengan kata-kata yang dapat diterima
     orang lain. Gunakan waktu, kebijaksanaan, dan sertailah dengan
     kerinduan untuk menolong orang lain, bukannya menjatuhkannya.

     Carilah teman yang dapat diajak bicara dari hati ke hati dan Anda
     dapat memeroleh masukan dari saran-sarannya. Akui perasaan Anda
     dan mintalah bimbingannya.

     Sediakan waktu untuk mendoakan kesulitan-kesulitan dalam
     mengendalikan perasaaan. Akui keadaan Anda secara terbuka kepada
     Allah. Mohon pertolongan-Nya. Hafalkan ayat-ayat Alkitab yang
     berkaitan dengan amarah dan cara-cara berperilaku terhadap orang
     lain. Hafalkan dan pahami ayat-ayat tersebut dan praktikkanlah
     dalam hidup sehari-hari.

  Diambil dari:
  Nama situs: Indo Lead
  Penulis   : Lenny
  Alamat URL: http://lead.sabda.org/?title=marah

                     ========= INFO 1 =========

            SABDA.ORG DAN IN-CHRIST.NET PINDAH SERVER

  Puji Tuhan! Setelah situs-situs SABDA.org dan situs In-Christ.Net
  mengalami beberapa kali masalah selama beberapa waktu (tidak dapat
  diakses), akhirnya kami menemukan solusi dengan memindahkan server
  SABDA.org dan In-Christ.Net ke tempat yang baru dan lebih besar.
  Minggu pertama Maret 2008, situs-situs SABDA.org dan situs
  In-Christ.Net sudah dapat diakses kembali. Kami sungguh mengucap
  syukur karena bisa melewati masa-masa sulit ini dengan baik.

  Proses pemindahan ke server yang baru dimulai pada hari Sabtu, 1
  Maret 2008 yang lalu. Beberapa staf YLSA, dibantu oleh beberapa
  sahabat YLSA, mengerjakan proses pemindahan yang cukup menegangkan
  ini hingga Minggu pagi. Pertolongan Tuhan sungguh nyata dan semua
  akhirnya bisa selesai dengan baik. Kami sungguh mengucap syukur
  kepada Tuhan karena tanpa campur tangan-Nya, proses pemindahan data
  yang begitu besar ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan mulus.
  Melalui kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
  staf dan sahabat-sahabat YLSA yang telah membantu, terutama Sdr.
  Daniel dan Sdr. Kalpin. Kerja keras Anda sungguh kami hargai. Kami
  juga mengucapkan terima kasih kepada mereka yang telah memberikan
  dukungan doa. Tuhan sungguh menjawab doa-doa kita.

  Bersamaan dengan pemindahan situs-situs SABDA.org ke server yang
  baru, maka kami memutuskan untuk sekaligus melakukan serangkaian
  pembenahan dan peningkatan di situs-situs SABDA.org. Kami mohon
  dukungan doa Anda semua, agar server baru yang telah Tuhan berikan
  ini dapat digunakan semaksimal mungkin untuk pengembangan pelayanan
  Tuhan di YLSA.

  To God be the glory!

                      ========= INFO 2 =========

           LOWONGAN PEKERJAAN YLSA -- EDITOR DAN PENERJEMAH

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah
  yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi
  informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan
  kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka
  lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta
  terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang editor atau
  penerjemah.

  Kualifikasi Khusus untuk Editor:
  1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik.
  2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam
     pengembangan bahasa Indonesia.
  3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa.

  Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah:
  1. S1 Sastra Inggris.
  2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari Bahasa Inggris ke
     bahasa Indonesia dan sebaliknya.
  3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan.

  Kualifikasi Umum:
  1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
  2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan.
  3. Diutamakan yang belum menikah.
  4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia.
  5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan
     diri.
  6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat
     waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan
     berkeinginan besar untuk terus belajar.
  7. Nilai tambah:
     a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (editor).
     c. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (penerjemah).
     b. pernah mengikuti seminar tentang Bahasa Indonesia/Inggris.
  8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk dua
     tahun.

  Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi
  di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV,
  fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat
  referensi) ke alamat:
        HRD - YLSA
        Kotak Pos 25/SLONS
        Surakarta 57135

  Untuk informasi lebih lengkap, silakan kirim e-mail ke:
  ==>    < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org >

  Catatan:
  --------
  Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan.

============================== e-KONSEL ==============================
             PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                     STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2008 oleh YLSA
                         http://www.ylsa.org/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
                Anda punya masalah/perlu konseling?
         atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
           sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
               silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
               atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org

  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org