Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/152

e-Konsel edisi 152 (15-1-2008)

Taat Melaksanakan Kehendak Tuhan



                    Edisi (152) -- 15 Januari 2008

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Meneladani Yesus
  = Cakrawala           : Melakukan Kehendak Allah
  = Bimbingan Alkitabiah: Tidak Menuruti Rencana Allah, Berarti Tidak
                          Memiliki Hidup dengan Berkelimpahan
  = Info                : Kolom Baru di e-Konsel
  = Surat Anda          : Selamat Natal dan Tahun Baru

               ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam dalam kasih Kristus,

  Sebagai orang Kristen, sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu
  mencari dan melakukan kehendak Tuhan atas diri kita, entah dalam
  pekerjaan, pasangan hidup, maupun dalam setiap pengambilan
  keputusan. Bila kita bisa mengenal dan mengetahui dengan jelas apa
  yang Tuhan ingin kita lakukan, maka kita pun harus melakukannya.

  Semasa pelayanan-Nya di dunia ini, Yesus senantiasa menjalankan
  kehendak Allah atas diri-Nya. Tidak sekali pun ia pernah mengeluh,
  membantah, apalagi menolak kehendak Bapa-Nya. Ia mengetahui alasan
  mengapa Ia harus taat; Ia mengetahui tujuan Bapa mengutus diri-Nya.
  Ketaatan-Nya dibuktikan sampai mati di atas salib. Hal itu pula yang
  harus kita teladani dalam menaati kehendak Allah. Lalu, bagaimana
  kita bisa senantiasa setia dalam melakukan kehendak-Nya?

  Bila di edisi e-Konsel yang lalu kita telah belajar mencari kehendak
  Tuhan bagi hidup kita, guna melengkapi edisi tersebut, e-Konsel
  menyajikan topik "Taat Melakukan Kehendak Allah". Harapan kami,
  edisi kedua pada awal tahun ini bisa menolong pembaca dan pelanggan
  setia e-Konsel untuk bisa semakin mengenal kehendak Allah dan setia
  melakukannya.

  Selamat membaca, Tuhan memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-Konsel,
  Christian Ratri Yuliani

                   ========== CAKRAWALA ==========

                       MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH

  Nats: 1 Yohanes 2:15-17; Yohanes 4:34, 6:38; Lukas 22:42; Kisah Para
        Rasul 13:22,36

  Pendahuluan
  -----------

  Kita akan membahas tema mengenai "kehendak Allah". Ini merupakan
  suatu tema yang besar dan begitu penting dalam hidup kita. John
  Calvin mengatakan, "Nothing is greater than the will of God except
  God Himself (Tidak ada yang lebih besar daripada kehendak Allah
  selain Allah sendiri)." Dalam perenungan yang singkat ini, kita akan
  berfokus kepada hal melakukan kehendak Allah sebagai filsafat hidup.

  I. Melakukan kehendak Allah sebagai filsafat hidup orang Kristen.

  Jika filsafat hidup kita salah, makna dan tujuan hidup kita juga
  akan salah, akibatnya hidup kita pun akan bermasalah. Menurut
  pengamatan saya, filsafat hidup kebanyakan orang ialah untuk mencari
  kebahagiaan. Banyak orang yang hidup dengan harapan mendapatkan
  kebahagiaan yang tidak pernah mereka dapatkan. Karena kebahagiaan
  bukanlah sasaran yang harus kita kejar, maka orang yang mencari
  kebahagiaan itu terperangkap dalam kehidupan yang tidak bahagia.
  Seperti mengejar bayangan; makin dikejar justru semakin menjauh.
  Orang Kristen seharusnya telah belajar untuk mengarahkan tujuan
  hidupnya pada sasaran yang lebih sejati, yaitu melakukan kehendak
  Allah. Kebahagiaan adalah buah dari hidup yang melakukan kehendak
  Allah (bdk. Matius 6:33).

  Menurut para pencari kebahagiaan, bagaimanakah mereka dapat
  memeroleh kebahagian itu? Mereka berpikir akan berbahagia jika hidup
  mereka nyaman, bebas dari kesulitan, dan keinginan mereka terpenuhi.
  Orang yang demikian pasti akan selalu dalam keadaan labil dan tidak
  puas. Karena bukankah jika situasi hidup mereka tidak sesuai dengan
  yang mereka harapkan atau penuh kesulitan, itu berarti mereka sudah
  tidak dapat berbahagia? Dan jika kini mereka hidup dalam kenyamanan,
  apakah ada jaminan keadaan itu tidak berubah? Bukankah dunia ini
  penuh dengan perubahan dan ketidakpastian? Ketika perubahan tiba,
  mereka pasti akan menjadi tidak bahagia. Bahkan pikiran mengenai
  kesulitan sudah akan membuat mereka tidak dapat merasa bahagia
  ketika berada di dalam kenyamanan hidup mereka. Filsafat hidup yang
  menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan utama adalah salah, menipu
  diri sendiri, dan merusak; karena membutakan orang untuk melihat
  anugerah Tuhan yang berlimpah dalam setiap situasi kehidupannya.

  Tuhan yang menjanjikan hidup yang berkelimpahan dan berkemenangan
  tidak pernah menjanjikan hidup yang tanpa masalah. Sebaliknya, Ia
  memperingatkan kita untuk mengantisipasi datangnya kesulitan dan
  penderitaan, namun dengan menjanjikan bahwa dalam semua itu kita
  dapat menjadi orang yang berkemenangan. Yesus Kristus, manusia yang
  penuh dengan kesengsaraan itu, justru memiliki hidup yang
  berkemenangan dan berkelimpahan, sehingga bukan saja Ia menjadi
  orang yang bahagia, tetapi dapat memberikan damai sejahtera dan
  sukacita-Nya kepada kita. Inilah salah satu ciri yang menjadikan
  kekristenan Yesus Kristus bersifat ilahi dan melampaui keagamaan
  alamiah; kehidupan yang berkelimpahan dan penuh sukacita sejati di
  tengah segala beratnya kesulitan yang menimpa-Nya.

  Sungguh ironis, orang yang paling bersukacita sering kali bukanlah
  yang hidupnya lancar, tetapi justru mereka yang mengalami banyak
  penderitaan dan kesulitan, namun menyikapinya dengan benar sehingga
  mereka muncul sebagai orang yang hidupnya paling berkelimpahan dan
  penuh sukacita. Kehidupan Richard Baxter menyaksikan kebenaran ini.
  Walaupun menghadapi banyak kesulitan, seperti dipenjara dan kematian
  istri, namun ia menemukan kesukaan terbesar di dalam Allah. Rahasia
  rohani ini diungkapkan Rasul Paulus ketika ia berkata, "... aku
  telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan ... baik dalam
  hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat
  kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi
  4:11-13).

  II. Mengapa kita harus menjadi pelaku kehendak Allah?

  1. Melakukan kehendak Allah merupakan esensi kehidupan manusia.

  Manusia diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, kewajiban kita ialah
  melakukan kehendak Allah. Adam adalah manusia pertama yang
  mengalami kegagalan. Akibatnya, kita pun hidup dalam kegagalan
  bersamanya sebagai pemberontak kehendak Allah. Yesus Kristus telah
  membalikkan keadaan ini. Dalam kehidupan-Nya sebagai manusia, Yesus
  Kristus telah menjalani seluruh kehendak Allah. Dialah satu-satunya
  manusia yang menjalani kehidupan-Nya dengan begitu sempurna sehingga
  mengenai Dia, Bapa berkata, "Inilah Anak-Ku yang kekasih,
  kepada-Nyalah Aku berkenan" (Matius 3:16). Dia telah memberikan
  kesempurnaan hidup-Nya sebagai kebenaran sehingga kita dapat
  diampuni dan diterima oleh Allah.

  Allah menghendaki kita, yang telah menerima penebusan Kristus,
  menjadi penurut-penurut Allah. Kita patut mengikuti teladan Kristus,
  yang melakukan seluruh kehendak Bapa. Yesus Kristus telah memberikan
  paradigma baru bagi kehidupan yang benar: "Not my will, but Thy will
  be done!" Dasar penilaian atas kehidupan kita bukanlah karena pernah
  hidup enak, jenius, dan berkuasa, tetapi apakah kita melakukan
  kehendak Allah atau tidak. Alasan orang-orang yang merasa mengikuti
  dan melayani Tuhan, namun akhirnya justru dibuang Tuhan ialah karena
  mereka bukan pelaku kehendak Allah (Matius 7:21). Kerinduan terbesar
  orang Kristen ialah supaya kehendak Allah diberlakukan di dalam
  dunia ini melalui kehidupan dan pelayanan kita. Itulah sebabnya,
  kita selalu berdoa, "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga"
  (Matius 6:10).

  Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud; Saul menolak
  kehendak Allah dalam hidupnya dan mendukakan hati Allah sehingga ia
  ditolak oleh Allah. Sebaliknya, Daud adalah "seorang yang berkenan
  di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku" (Kisah Para Rasul
  13:22). Tetapi tokoh rohani terbesar yang harus menjadi teladan kita
  ialah Yesus Kristus, yang menjadikan ketaatan kepada kehendak Allah
  sebagai inti hidupnya dan esensi pelayanan-Nya. Menjadi orang
  Kristen yang tidak melakukan kehendak Allah adalah hal yang tak
  terbayangkan.

  2. Melakukan kehendak Allah adalah kuasa transenden untuk mengatasi
     keremehan dan kefanaan menuju makna dan kekekalan.

  Manusia hidup dengan segala aktivitas dan kesibukannya, tapi apakah
  semua itu membuat kita bahagia? Kitab Pengkhotbah mengajarkan bahwa
  semua yang kita lakukan itu merupakan hal yang sia-sia. Mungkin
  banyak orang yang ingin hidup seperti Salomo: terkenal, berkuasa,
  kaya raya, dan berlimpah dengan kenikmatan. Keberhasilan kita
  mungkin membuat orang lain mengagumi kita, tetapi semua itu sia-sia
  jika Tuhan menolak dan menganggap kita miskin dan bodoh, seperti
  orang kaya yang bodoh dalam perumpamaan Yesus (Lukas 12:13-21). Ia
  dikecam bukan karena ia kaya, tetapi karena hatinya bodoh dan
  jiwanya miskin di hadapan Allah.

  Dalam perspektif Alkitab, kesuksesan manusia mungkin merupakan
  penghalang dan kutuk karena membuat kita berpuas diri, tenggelam
  dalam kenikmatan dunia, dan mengalihkan perhatian kita dari Tuhan
  dan kehendak-Nya. Seperti diungkapkan oleh Blaise Pascal, kebodohan
  manusia tampak dalam sikapnya yang meremehkan hal terpenting bagi
  jiwanya yang kekal, untuk mengejar hal-hal yang sekunder dan remeh.
  Itulah sebabnya, pengalaman kehancuran atau berada di tepi jurang
  kematian telah menolong banyak orang untuk menyadari esensi hidup
  mereka yang sesungguhnya. Hidup di dunia hanya sementara, jadi
  janganlah sia-siakan hidupmu selama di dunia!

  Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan konsep kekal
  (Pengkhotbah 3:11). Oleh karena itu walaupun hidupnya singkat, ia
  ingin mengatasi kesementaraan dan mengarahkan dirinya pada
  kekekalan. Satu-satunya jalan supaya kita tidak ditelan oleh waktu
  dan kefanaan ialah melakukan kehendak Allah. Waktu dan masa berlalu
  dan kerajaan Mesir yang pernah begitu megah dan mulia kini hanya
  tinggal prasasti dan piramida. Begitu juga para Firaun itu kini
  hanya tinggal mumi yang diawetkan, tetapi Musa meninggalkan segala
  kemuliaan Mesir demi melakukan kehendak Allah yang tidak dapat
  disapu oleh kesementaraan waktu. Sebaliknya, dia berdiri tegak untuk
  memberikan makna bagi pergerakan sejarah umat manusia di sepanjang
  masa. "Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang
  yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya"
  (1 Yohanes 2:17).

  Manusia tidak rela digeser oleh waktu, mereka ingin selalu diingat
  sehingga mereka mendirikan monumen sebagai peringatan akan dirinya.
  Tetapi berhati-hatilah, kalau bukan atas kehendak Allah, maka
  monumen yang kita dirikan bukannya mendatangkan kebanggaan,
  sebaliknya justru menjadi peringatan tentang dosa dan kehancuran
  kita.

  Sejarah dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam
  pengertian yang mendasar, benang merah sejati dari sejarah ialah
  kehendak Allah. Ada saatnya gereja atau kita berada di dalam posisi
  yang dimarginalkan, pihak yang disingkirkan, dianiaya, dibunuh, atau
  sebaliknya berada di posisi puncak dan terhormat, tetapi semua itu
  tidak ada artinya. Hal yang menentukan ialah apakah mereka menjaga
  dirinya agar terus berada di garis benang merah kehendak Allah,
  setelah itu baru mereka memiliki signifikansi dalam sejarah.

  Hidup akan terus berjalan dan waktu pun akan berlalu. Semua talenta,
  harta, dan kesempatan yang kita miliki akan hilang atau menjadi
  tidak berarti. Biarlah semua yang kita kerjakan di dunia ini kita
  lakukan dalam ketaatan kepada kehendak Allah, sehingga semua itu
  memunyai nilai kekal, memuliakan Tuhan, dan menghasilkan buah.
  Jangan sia-siakan karunia yang telah Tuhan berikan kepada Anda;
  pakailah talenta yang Tuhan berikan itu untuk melakukan kehendak
  Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. Seperti kata Bunda
  Teresa, "Biarlah setiap orang yang datang kepada kita tidak kita
  biarkan pergi tanpa merasakan hidupnya lebih berarti dan dikasihi
  Tuhan." Ingat peribahasa ini: "Bukan karena berkelimpahan maka kita
  memberi, tetapi ketika memberi kita menjadi limpah.", 3. Melakukan kehendak Allah adalah kuasa transformasi yang mengubah
     kelemahan dan penderitaan menjadi kemenangan dan hidup yang
     berkelimpahan.

  Situasi kehidupan ada saatnya menjadi terasa begitu berat untuk
  dijalani. Kesusahan, pencobaan, penderitaan, dan kesedihan melanda
  hidup kita. Dalam keadaan demikian, sebagian orang mungkin menjadi
  goncang dan mempertanyakan kebaikan Allah. Tetapi orang yang percaya
  pada providensia Allah, berusaha mencari maksud dan kehendak Allah
  di dalam situasi hidup mereka. Ketika mengetahui bahwa kesulitan
  yang ia alami itu adalah bagian dari kehendak Allah, kesulitan itu
  tidak lagi menjadi terlalu berat, apalagi jika melalui kesulitan itu
  Tuhan mengerjakan perkara yang mulia, mereka akan menyambutnya
  dengan sukacita. Penderitaan menjadi ringan ketika Rasul Paulus
  mengetahui maksud baik Allah yang terkandung di dalamnya (2 Korintus
  4:17).

  Apakah di tengah penderitaan yang kita alami, kita tetap setia atau
  mulai mengeluh, bersungut-sungut, dan mendukakan hati Tuhan? Tuhan
  tidak akan memberikan pencobaan yang melampaui kekuatan kita, dan
  waktu kita dicobai, Ia akan memberikan kepada kita jalan keluar
  (1 Korintus 10:13). Ia berkuasa mengubah pengalaman suram kita
  menjadi pengalaman indah bersama Tuhan. Paulus mengatakan umat Allah
  mengalahkan dunia, "We are more than conquerors", kita lebih
  daripada pemenang karena kuasa transformasi yang Tuhan berikan.

  Orang-orang yang percaya pada pimpinan dan anugerah Tuhan akan
  memanfaatkan setiap kesulitan dan malapetaka yang menimpa hidupnya
  itu untuk mendatangkan kebaikan. Ketika kita mentransformasi
  kesulitan menjadi berkemenangan, kesulitan justru tidak menjadi batu
  sandungan, tapi batu loncatan. Namun, bagaimana hal itu dapat
  terjadi? Mereka menyelaraskan hidup mereka dengan kehendak Allah,
  mereka memilih untuk melakukan kehendak Allah. Walaupun Fanny Crosby
  mengalami kebutaan sejak bayi, ia tidak pernah mengeluh, bahkan
  menyatakan kebaikan di dalam situasinya itu. Banyak hal indah yang
  ia alami dan hasilkan karena ia mencari kehendak Allah di dalam
  situasi hidupnya. Hidupnya menjadi berkat bagi banyak orang melalui
  syair lagu yang digubahnya. Begitu juga dengan Joni Eareckson Tada,
  wanita abad ke-20, yang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan.
  Setelah ia dapat menerima kehendak Allah di dalam kelumpuhannya itu,
  kelumpuhannya ditransformasi menjadi berkat bagi jiwanya, dan dari
  situlah hidupnya dapat menjadi berkat bagi jutaan orang.

  Orang yang menerima kehendak Allah di dalam hidupnya akan
  mentransformasi semua kelemahan, kesulitan, dan penderitaan yang ia
  alami itu menjadi berkat, kekuatan, dan kemenangan. Kerohanian yang
  terbaik, karya terbaik, dihasilkan melalui pengalaman kesulitan yang
  ditransformasi karena menyerahkan hidup mereka kepada kehendak
  Allah. Setelah pergumulan rohani yang penuh kepahitan itu diubahkan,
  barulah Asaf dapat berkata, "Sekalipun dagingku dan hatiku habis
  lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya"
  (Mazmur 73:26). Orang yang menyerahkan hidupnya untuk taat kepada
  kehendak Allah akan melihat bagaimana kelemahan kita itu diubah
  menjadi kekuatan; kesedihan kita diubah menjadi kesukaan; pengalaman
  pahit kita diubah menjadi pengalaman terindah bersama Tuhan.

  Saya sampai pada kesimpulan: lebih baik kita menderita asal
  melakukan kehendak Allah daripada hidup bahagia, tetapi di luar
  kehendak Allah. Apakah kita mau bertekad melakukan kehendak Allah
  meski tantangan besar menghadang di depan kita? Jangan takut, Tuhan
  pasti akan memberikan kekuatan sehingga kita dapat melaluinya dan
  kita akan beroleh kemenangan dan hidup yang berlimpah. Amin.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs   : Gereja Reformed Injili Indonesia Surabaya-Andhika
  Judul artikel: Melakukan Kehendak Allah (Ringkasan khotbah 15 Juni 2003)
  Penulis      : Ev. Solomon Yo
  Alamat URL   : http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2003/20030615.htm

              ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========

                    TIDAK MENURUTI RENCANA ALLAH,
          BERARTI TIDAK MEMILIKI HIDUP DENGAN BERKELIMPAHAN

  Allah menghendaki supaya umat-Nya menikmati kehidupan dengan
  berkelimpahan. Tuhan Yesus telah berkata: "Aku datang, supaya mereka
  mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes
  10:10). Banyak yang dikatakan Tuhan yang sejalan dengan pikiran ini:

    "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
    kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
    dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes
    14:27).

    "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah
    banyak" (Yohanes 15:5).

    "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam
    kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan
    menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika
    kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
    murid-murid-Ku" (Yohanes 15:7-8).

    "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam
    kamu dan sukacitamu menjadi penuh" (Yohanes 15:11).

    "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia
    tidak akan haus untuk selama-lamanya, sebaliknya air yang akan
    Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
    terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal" (Yohanes
    4:14).

    "Barangsiapa yang percaya kepada-Ku seperti yang dikatakan oleh
    Kitab Suci; dari dalamnya akan mengalir aliran air hidup"
    (Yohanes 7:38).

  Daud memberi gambaran yang hampir sama di dalam Mazmur 23.

    "Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku, Ia membaringkan
    aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
    tenang; Ia menyegarkan jiwaku, aku tidak takut bahaya sebab Engkau
    besertaku, gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghiburku, ...
    pialaku penuh melimpah."

  Bukankah ayat-ayat Alkitab ini dan ayat-ayat yang lain menjanjikan
  dan menunjukkan suatu kehidupan berlimpah-limpah untuk umat Allah?
  Di dalamnya dapat terlihat hidup yang berkelimpahan, sejahtera yang
  sempurna dan abadi, kesuburan, kemuliaan kepada Allah, sukacita yang
  bercahaya dan kekal, kepuasan jiwa dan batin, pengalaman yang
  melimpahkan berkat seperti yang dilukiskan oleh Daud, piala yang
  membumbung, untuk hidup ini sampai selama-lamanya. Hidup yang
  demikian adalah warisan dan milik yang mungkin dialami oleh
  tiap-tiap anak Tuhan. Allah sudah menyediakannya bagi kita dan sudah
  menjanjikannya kepada kita, dan rindu sekali supaya kita
  memilikinya. Kalau begitu, apakah sebabnya begitu sedikit orang
  Kristen yang benar-benar mengalami hidup yang berkelimpahan ini?
  Apakah sebabnya begitu banyak orang Kristen seolah-olah merangkak di
  dalam debu, dan tidak pernah mendapat kepuasan yang penuh di dalam
  Kristus? Apakah sebabnya begitu sedikit orang Kristen menikmati
  pergaulan dengan Tuhan? Dalam kata lain, apakah sebabnya ada orang
  beriman yang masih belum mengalami kehidupan yang berkelimpahan di
  dalam Kristus yang sebenarnya begitu sering disebut dalam Alkitab
  dan dalam kesaksian Kristen? Jawabannya adalah karena mereka tidak
  hidup di dalam atau menurut kehendak Allah yang sempurna.

  Apabila seorang Kristen tidak menuruti kehendak Allah yang sempurna,
  entah karena kelemahannya, entah ketidaktaatan yang sengaja, entah
  pula karena kurang pengetahuan akan kehendak itu, maka ia tidak
  mengenal sukacita dari kehidupan yang berkelimpahan itu. Dapatkah
  seorang istri yang tidak setia kepada perjanjian pernikahannya dan
  kepada kerinduan cinta suaminya yang tulus ikhlas, menikmati
  persekutuan yang mesra dan sempurna dengan suaminya? Dapatkah
  seorang anak laki-laki yang tidak taat dan melanggar kehendak
  ayahnya memunyai persekutuan yang bahagia dan sempurna dengan
  ayahnya? Dapatkah seorang usahawan memunyai hubungan yang sempurna
  dan persekutuan yang betul dengan rekannya jikalau ia selalu
  mengabaikan dan melanggar kehendak dan keinginannya itu? Dapatkah
  seorang bersekutu dengan sahabatnya, bilamana yang satu tidak
  menghiraukan kehendak yang lain atau dengan sengaja melanggar
  keinginannya yang pribadi? Tentu saja seorang Kristen yang tidak
  hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah bagi hidupnya, tidak
  dapat mengalami berkat dan sukacita yang berkelimpahan. Hal ini
  tidak dapat dibantah.

  Jika dipandang dari sudut hak-hak yang luar biasa dan dari sudut
  kehendak ilahi yang sempurna, sekurang-kurangnya kehidupan Kristen
  akan meliputi tiga perkara.

  1. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan memuaskan segala
     keinginan batin hati sendiri. Mazmur 23:5, 63:6-7, 107:9, Yohanes
     4:13-14, 7:37-38, 14:27, dan seterusnya.

  2. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan mempermuliakan
     Allah -- bagi Allah. Yohanes 15:8, Matius 5:10; 1 Korintus 6:20,
     Efesus 1:6.

  3. Kehidupan Kristen dalam kehendak Allah akan menghasilkan
     keselamatan, kebangunan, dan berkat bagi orang lain -- bagi
     manusia. Kisah Para Rasul 4:13, 9:15; 1 Korintus 4:9; 2 Korintus
     4:10-11, Galatia 1:16, 6:10, Filipi 1:20, Lukas 24:47-48, dan
     seterusnya.

  Semakin banyak kita menaklukkan diri dan menyesuaikan diri
  dengan kehendak Allah, semakin nyata ketiga perkara ini di dalam dan
  melalui kehidupan kita. Semakin kurang kita menyesuaikan diri dengan
  kehendak itu, semakin kurang nyata juga hal-hal itu. Ini dapat
  dimengerti dengan mudah.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pedoman Mencari Kehendak Allah
  Penulis   : Christian Weiss
  Penerbit  : YAKIN, Surabaya
  Halaman   : 21 -- 24

                      ========== INFO ==========

                        KOLOM BARU DI E-KONSEL

  Mulai Februari 2008, e-Konsel akan menghadirkan satu kolom baru,
  yaitu "KonseLinks". Kolom yang akan dihadirkan sebulan sekali ini
  berisi ulasan mengenai situs-situs konseling Kristen maupun
  situs-situs Kristen lainnya yang ada kaitannya dengan topik-topik
  yang disajikan. Situs-situs ini bisa berupa situs lokal maupun luar
  negeri (dalam bahasa Inggris). Untuk itu, Redaksi mengundang pembaca
  ataupun pelanggan e-Konsel untuk ikut berpartisipasi di kolom baru
  ini. Partisipasi Anda bisa berupa informasi mengenai nama dan tautan
  atau pun ulasan situs-situs konseling yang bisa kita gunakan
  untuk melengkapi publikasi ini.

  Silakan kirim partisipasi Anda kepada Redaksi di:
  ==> konsel(at)sabda.org

  Jangan segan-segan mengirimkannya kepada Redaksi karena partisipasi
  Anda pasti bisa menjadi berkat bagi pembaca atau pelanggan e-Konsel
  lainnya. Ayo, berbagi berkat melalui kolom KonseLinks ini :)

                  ========== SURAT ANDA ==========

  Dari: Tuti <tuti(at)xxxx>
  >Dear all,
  >Selamat hari Natal 2007 & Tahun baru 2008,
  >Kiranya kasih karunia dan penyertaan NYA tak berkesudahan...
  >bertambah-tambah ketaatan dan kesetiaan kita pada NYA, karena Yesus
  >sudah lebih dulu mengasihi kita selalu..... Tuhan Yesus
  >memberkati....
  >salam,
  >tuti

  Dari: LBKK <telaga(at)xxxx>
  >Keluarga Besar Lembaga Bina Keluarga Kristen (LBKK) & program
  >TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga) mengucapkan "Selamat Natal
  >,2007 & Selamat Natal 2008" kepada seluruh pelanggan e-Konsel.
  >Tuhan memberkati kita semua.

  Dari: Ita <ita(at)xxxx>
  >Syaloom and marry christmas for all of you. Saya berterimakasih
  >untuk pelayanan Sabda secara online. Kiranya damai Natal menyertai
  >kita semua. Biarlah ketika kita mengingat dan merenungkan kasihNya
  >dapat mendorong kita untuk semakin taat dan setia melayaniNya. GBU

  Redaksi:
  Melalui kesempatan ini, Redaksi mengucapkan terima kasih atas
  partisipasi pembaca dan pelanggan setia e-Konsel yang telah
  mengirimkan ucapan Selamat Natal 2007 dan Tahun Baru 2008 melalui
  e-Konsel. Kiranya ajang ini semakin mempererat relasi antara
  Redaksi e-Konsel dengan para pembaca atau pelanggan e-Konsel. Kami
  mohon terus dukung pelayanan ini baik dalam doa, saran/kritik, atau
  pun masukan demi kemajuan e-Konsel. Sekali lagi, kami mengucapkan
  terima kasih atas partisipasi Anda sekalian. Tuhan memberkati.

============================== e-KONSEL ==============================
               PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                    STAF REDAKSI: Davida Welni Dana
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2008 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
                Anda punya masalah/perlu konseling?
         atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
           sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
               silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
               atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org

  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org