Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/148

e-Konsel edisi 148 (15-11-2007)

Memahami Pemuda


                   Edisi (148) -- 15 November 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
 = Pengantar   : Serba-Serbi Kaum Muda
 = Cakrawala   : Masalah-Masalah yang Dihadapi Kaum Muda
 = TELAGA      : Pemuda dan Karier
 = Tips        : Konseling bagi Para Pemuda
 = Info (1)    : Seminar Konseling LK3
 = Info (2)    : In-Christ.Net

               ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam sejahtera,

  Dinamika dunia kaum muda memunyai banyak sisi yang menarik untuk
  diangkat. Dunia yang penuh dengan masa transisi dan berbagai
  permasalahan yang kompleks, seperti karier, hubungan interpersonal,
  dan permasalahan lainnya menuntut sebuah kedewasaan dari kaum muda.
  Di sisi lain, masa muda juga masa di mana keberadaan mereka sangat
  dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, seperti pergaulan, arus
  informasi yang keras, dan pengaruh lain yang terkadang membuat para
  pemuda menjadi labil. Keadaan semacam itu sering kali membuat kaum
  muda kehilangan kendali dan pegangan.

  Sebuah panggilan bagi para pelayan konseling atau hamba Tuhan untuk
  lebih dekat dengan segala macam permasalahan pemuda yang dewasa ini
  bak jamur di musim hujan. Untuk itu, di edisi e-Konsel pada minggu
  ketiga bulan November ini, kami sajikan berbagai fenomena
  permasalahan yang sering dihadapi oleh kaum muda, dan tentu saja
  tips untuk menolong mereka. Selamat menyimak edisi kali ini dan
  kiranya semakin memperlengkapi Anda. Tuhan Memberkati.

  Redaksi Tamu e-Konsel,
  Kristina Dwi Lestari


                    ========== CAKRAWALA ==========

               MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI KAUM MUDA

  Philip Tangdilingtin mengungkapkan empat masalah pokok yang dihadapi
  kaum muda pada umumnya, yaitu masalah dalam keluarga, masyarakat,
  gereja, dan diri kaum muda itu sendiri. Mengidentifikasi masalah
  merupakan tanggung jawab kaum muda itu sendiri untuk mengatasinya.
  Orang lain hanya dapat memberikan bantuan atau pendampingan. Dengan
  kata lain, kaum muda harus mendidik diri sendiri untuk mengatasi
  masalah secara mandiri. Jika memang tidak mampu, barulah minta
  tolong kepada orang lain.

  Dalam hubungan dengan keluarga, ada kesenjangan nilai dan norma yang
  membawa kepada konflik antara kaum muda dan orang tua. Kurangnya
  perhatian dan pengertian kebanyakan orang tua, menurunnya wibawa
  orang tua karena pengaruh media komunikasi (TV, radio, majalah,
  koran, film, internet), posisi anak dalam keluarga (bungsu, sulung);
  semua itu membawa akibat bahwa kaum muda kurang merasa damai, aman,
  dan terlindung. Lalu mereka tidak kerasan tinggal di rumah, serta
  kehilangan kesempatan dan tantangan untuk berkembang penuh.

  Dalam masyarakat transisi, pengaruh materialisme, hedonisme,
  konsumerisme, aturan ketat serba imperatif, keseragaman perilaku
  yang mengurangi tantangan dan daya cipta, kurang diberi kesempatan
  mengemukakan pendapat dan berdialog secara leluasa, kenaifan dalam
  soal seksualitas dan realitas sosial, sikap pengangguran dan
  "drop-out", serta urbanisasi, sangat memengaruhi kehidupan kaum muda
  yang terpaksa harus menghadapi tantangan itu. Kaum muda sering
  terlahir dalam struktur sosial yang tanpa mereka sadari sering
  menguasai dan memanipulasi hidup mereka. Akibatnya, terjadilah sikap
  apatis, frustrasi, dan tidak aman dalam transisi.

  Dalam gereja yang bertransisi, masalah yang dihadapi kaum muda
  berkaitan dengan sikap mental, baik dari pihak
  rohaniawan-rohaniawati maupun kaum awam. Pemahaman tentang sikap
  hidup bergereja (berjemaat) yang kurang tepat: sikap paternalistis,
  belum jelasnya konsep inkulturasi, sikap tak mau berubah dari
  sebagian umat, kemerosotan kesadaran akan perbuatan dosa dan upaya
  pertobatan yang kurang dalam hubungan dengan transisi nilai-nilai
  moral, pandangan terhadap kaum muda sebagai "komponen masa depan"
  semata-mata, dan seterusnya; semua itu mengakibatkan timbulnya sikap
  pasif, terasing, tidak diterima, dan tidak dihargai sehingga merasa
  tidak betah (kerasan).

  Problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada
  penampilan psikis dan fisik mereka yang masih serba labil dan
  terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi
  pergaulan, misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri
  yang kurang mendapat tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar
  kebebasan, kurang menyadari potensi dan mengenal diri, rasa rendah
  diri, kurang atau tak adanya kesempatan mengenyam pendidikan bagi
  sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang "tak punya", juga
  pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya
  mengubah sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan
  sekitar perumahan, lingkungan belajar, dan pergaulan bagi mereka
  yang datang dari desa ke kota besar. Semuanya itu mengakibatkan kaum
  muda menjadi gelisah, bingung, tidak pasti, dan masa depan suram.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul Buku: Keluarga sebagai Sekolah Cinta
  Penulis   : Teha Sugiyo
  Penerbit  : Lembaga Literatur Baptis, Bandung 1995
  Halaman   : 106 -- 108

                     ========== TELAGA ==========

  Selain masalah pasangan hidup, masalah lain yang menjadi pergumulan
  besar kaum muda adalah karier. Banyaknya pilihan karier kerap kali
  membingungkan mereka dalam menentukan profesi apa yang cocok untuk
  mereka tekuni. Ringkasan tanya-jawab dengan narasumber Pdt. Paul
  Gunadi Ph.D. berikut ini, menguraikan bagaimana para pemuda bisa
  menentukan karier yang tepat bagi mereka. Silakan simak ringkasannya
  berikut ini.

                          PEMUDA DAN KARIER

  T : Apa penyebab seseorang mengalami kesulitan dalam menentukan atau
      mengetahui dengan tepat di mana tempatnya di dalam dunia ini?

  J : Sebetulnya banyak sekali penyebabnya. Salah satu teori karier
      mengatakan bahwa aktivitas yang kita mulai pada masa kecil yang
      kemudian mendapat tanggapan positif, akan menumbuhkan minat kita
      pada bidang atau lapangan kerja itu. Saat kita semakin bertumbuh
      dewasa, kita termotivasi untuk mendalami bidang tersebut.
      Akhirnya, kita mulai mengembangkan kompetensi, kemampuan, dan
      keterampilan kita. Dengan kompetensi ini, akhirnya kita bisa
      memasuki jalur kerja. Dari teori ini, kita bisa menyimpulkan
      bahwa peranan orang tua, keluarga, atau guru-guru kita
      berpengaruh besar dalam masa-masa pertumbuhan kita, dalam
      penentuan atau penetapan karier kita. Sudah tentu akan ada juga
      faktor-faktor bawaan, kemampuan-kemampuan lahiriah, yang telah
      kita warisi pada masa bayi.

      Menjawab pertanyaan tadi, salah satu penyebabnya adalah ada
      orang tua yang memang tidak memberikan bimbingan, tidak
      memberikan penguatan, imbalan, tanggapan positif tentang apa
      yang bisa dilakukan oleh anak sehingga si anak tidak pernah tahu
      apa yang bisa dilakukannya. Akhirnya, dia tidak memunyai minat.
      Waktu dia sekolah pun, dia hanya menjalani kewajibannya tanpa
      ada minat karena semua dilakukan dalam kesunyian, tidak pernah
      ada yang memberikan tanggapan apa-apa kepadanya.
------
  T : Bagaimana dengan anak-anak usia SMP dan SMA yang sering kali
      masih kebingungan karena pilihannya banyak sekali dan masih
      tidak bisa menentukannya?

  J : Memang kebingungan itu bisa muncul dari berbagai faktor. Faktor
      pertama adalah anak-anak yang memunyai banyak kemampuan juga
      bisa bingung karena bisa dalam banyak hal. Ini salah satu hal
      yang harus orang tua perhatikan sehingga orang tua tidak
      terlalu tergesa-gesa menyalahkan anak. Kalau anak itu memunyai
      banyak kemampuan, tidak usah khawatir, biarkan saja. Memang yang
      lebih mudah untuk masuk jalur adalah anak-anak yang kemampuan
      atau minatnya itu terfokus pada satu bidang saja, misalkan
      bidang Kimia, dari SMP sudah tahu jelas dia sangat senang dengan
      Kimia. Tapi ada sebagian anak yang memang tidak seperti itu.

      Faktor kedua adalah ada sebagian anak yang memang tidak
      mendapatkan pantulan dari orang tua atau dari lingkungannya.
      Anak tidak pernah diberi tahu bisa apa, bagus sekali dalam
      hal apa, dan sebagainya. Semuanya biasa sehingga dia tidak tahu
      apa yang dia sukai.

      Faktor ketiga adalah ada anak-anak yang memang kemampuannya
      kurang atau di bawah rata-rata sehingga di dalam semua bidang
      dia merasa tidak memunyai kebisaan dan tidak ada kepercayaan
      diri untuk memasuki salah satu bidang pun. Ini bisa terjadi
      karena bidang-bidang yang selama ini dia geluti kebetulan
      bidang-bidang yang tidak dia kuasai. Bisa jadi juga akan ada
      bidang lain yang belum dia ketahui tapi muncul belakangan. Ada
      pula anak-anak yang sebetulnya sudah tahu dia bisanya di bidang
      apa tapi dia tidak bisa menerima kekuatannya itu sehingga dia
      terus-menerus mencari. Masalahnya adalah dia mencoba membangun
      di tempat yang memang dia tidak memunyai modal sehingga selalu
      kandas. Tempat di mana dia punya modal justru dia tinggalkan dan
      tidak pernah dibangunnya.
------
  T : Seandainya ada anak remaja atau orang tuanya yang datang pada
      kita lalu menanyakan memang ada satu karier yang dia sukai tapi
      itu tidak cukup untuk menutup biaya hidupnya nanti. Kalau itu
      terjadi dan ditanyakan, bimbingan apa yang bisa kita berikan?

  J : Pertama-tama, kita selalu akan mengembalikan anak itu kepada
      kemampuannya. Karena minat harus selalu disertai dengan
      kemampuan. Meskipun meminati bidang tertentu, tapi dia tidak
      memiliki kemampuan di sana, sebagai orang tua atau konselor,
      kita tidak mendorongnya untuk ke sana. Jadi, jika ada hal-hal
      yang bisa dikembangkan, itu sudah tentu betul. Tapi ada hal-hal
      yang tidak bisa dikembangkan karena memang tidak ada kemampuan
      di sana.

      Tahap berikutnya adalah tahap spesifikasi. Di tahap ini,
      anak-anak mulai menyempitkan pilihan-pilihannya. Misalkan dari
      lima sekarang menjadi dua atau satu. Usianya adalah sekitar
      18 -- 21 tahun atau usia pasca-SMA, usia perguruan tinggi.
      Inilah yang kadang-kadang menciptakan masalah: orang tua
      kadang-kadang frustrasi dengan anaknya karena ada sebagian anak
      yang memang memerlukan waktu dua atau tiga tahun setelah SMA
      untuk mengetahui dengan jelas dan spesifik bidang yang dia
      minati dan mampu dilakukannya. Atau kasus yang kedua, dia
      mungkin masih mau meneruskan, namun tidak bisa. Makin tinggi
      tingkatan, makin susah dan makin jeblok angka-angkanya.
      Akhirnya, si anak sampai pada kesimpulan dan menerima diri apa
      adanya. Kasus seperti ini biasa dijumpai pada anak-anak yang
      sudah masuk, misalnya ke bidang teknik atau komputer. Setelah
      dibimbing, akhirnya baru dia menyadari bahwa bidangnya,
      misalnya, ke bahasa Inggris atau ekonomi, dan sebagainya. Pada
      saat itulah si anak dihadapkan pada pilihan untuk meneruskan,
      memaksakan, atau pindah. Kalau memungkinkan untuk pindah, memang
      sebaiknya pindah. Sebab biasanya kalau sudah sampai pada tahap
      ini dan anak ini memang memunyai sejarah yang lumayan stabil,
      biasanya pada waktu dia pindah dia memang sudah benar-benar
      jelas, sudah sangat spesifik sekali.
------
  T : Bagaimana kita sebagai orang tua membimbing anak supaya sebelum
      masuk ke perguruan tinggi dia sudah menemukan spesifikasinya?

  J : Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Pertama, sejak anaknya
      berusia enam belas tahun, orang tua sudah harus mulai
      sering-sering mengajak anak berbicara. Kedua, selain mengajak
      berbicara dan menanyakan minatnya, orang tua juga bisa mulai
      menyediakan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan tertentu atau
      memberikan keterangan atau mengenalkan anak dengan orang-orang
      tertentu pada bidang-bidang itu sehingga akhirnya anak-anak ini
      menyadari bidang yang disukai.

      Tiga tahapan berikutnya adalah tahapan yang memang sudah
      menginjak ke usia dewasa. Tahap pertama adalah implementasi,
      dari usia 18 -- 25 tahun, tergantung anak-anak remaja atau
      pemuda ini mengambil keputusan untuk menempuh jalur karier
      tertentu dengan menindaklanjuti tekad atau pilihannya itu dengan
      langkah-langkah konkret. Bisa dengan masuk ke perguruan tinggi
      atau pindah bidang studi, pindah jurusan, atau justru masuk ke
      tempat-tempat yang lebih bersifat praktis, seperti kursus dan
      sebagainya.

      Berikutnya adalah tahap stabilisasi, tahap di mana pemuda sudah
      masuk jalur. Sudah lulus sekolah, menyelesaikan pelatihan,
      usianya sekitar 21 atau 22 hingga usia 30 tahun. Disebut tahap
      stabilisasi sebab di sini remaja atau pemuda ini mulai
      menancapkan akar di bidangnya. Dia mulai belajar, lebih banyak
      pengalaman, lebih mengerti seluk-beluk pekerjaannya, dan
      perlahan-lahan mereka mulai membangun konsep diri yang sesuai
      dengan pilihan kariernya. Lama-lama profesi atau jabatan itu
      dikaitkan dengan siapa dirinya. Dengan kata lain, dia menjadi
      satu dengan profesinya.

      Setelah itu barulah memasuki tahap konsolidasi, yaitu usia
      sekitar 30-an hingga usia 45 -- 50 tahun. Ini adalah tahap di
      mana pemuda atau orang-orang dewasa mengembangkan kariernya,
      meningkatkan kemampuan atau pindah pekerjaan, dan memasuki
      jabatan yang lebih baik lagi, namun jalurnya biasanya sama.
------
  T : Seandainya masih ada suatu keraguan di dalam dirinya atau belum
      ada kemantapan, apa yang terjadi pada orang itu?

  J : Sebetulnya, kalaupun mengalami keraguan, itu salah satu gejolak
      yang wajar. Kira-kira ada dua penyebabnya. Pertama,
      kadang-kadang kita ini sudah masuk ke bidang yang tepat, tapi
      kita belum menemukan tempat kerja yang tepat. Itu dua hal yang
      berbeda. Ada orang-orang yang harus berganti tempat kerja sampai
      empat atau lima kali, baru akhirnya bisa mengakarkan diri di
      situ. Kita tidak bisa mengatakan orang ini tidak stabil karena
      gonta-ganti tempat pekerjaan. Selama dia di bidang yang sama,
      kemungkinan memang dia hanya belum menemukan tempat kerja yang
      tepat. Di sini dia harus bercermin, melihat apakah ada
      faktor-faktor kepribadiannya yang membuat dia tidak stabil,
      membuat teman-temannya tidak cocok dengan dia. Faktor kedua,
      bisa jadi ada orang setelah usia empat puluh tahun di dalam
      menekuni bidangnya selama dua puluh tahun ingin pindah karier.
      Ada sebuah teori lain yang dipaparkan oleh Ann Roe dan John
      Holland, bahwa sebetulnya waktu kita berpindah karier, kita
      pindah ke karier di sebelah karier kita. Contohnya, seorang
      konselor masuk dalam kategori sosial. Sosial diapit oleh dua
      bidang yang lain, yaitu seni dan hiburan dan bidang bisnis atau
      "entrepreneur". Jadi, orang yang ada di bidang sosial memang
      bisa pindah ke bidang di sebelahnya, baik itu seni dan hiburan
      atau ke bidang bisnis. Demikian pula sebaliknya.
------
  T : Apakah firman Tuhan berbicara mengenai proses pertumbuhan pemuda
      yang menentukan kariernya ini?

  J : Amsal 3:5-6, "Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan
      janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia
      dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Jadi
      benar-benar berserah, kita lakukan yang bisa kita lakukan.
      Langkah di depan kita, kita ambil, tapi selalu bawakan dalam
      doa.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T143A
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin
  mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim
  surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
  atau: <TELAGA(at)sabda.org> atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?pemuda_dan_karier.htm

                      ========== TIPS ==========

                      KONSELING BAGI PARA PEMUDA

  Jurnal-jurnal profesional sering kali menyertakan artikel-artikel
  mengenai masalah-masalah konseling dengan para mahasiswa (hal ini
  mungkin karena sebagian besar artikel-artikel dalam jurnal itu
  ditulis oleh para profesor di universitas), tetapi sangat sedikit
  penerbit yang mendiskusikan konseling bagi para pemuda usia
  mahasiswa (kuliah). Sering kali konseli (mahasiswa) ini menghadapi
  masalah-masalah depresi, ketidakpastian karier, kecemasan, konflik
  interpersonal, atau masalah-masalah lain yang tidak terbatas pada
  satu kelompok usia mana pun. Dalam menghadapi masalah ini dan
  masalah-masalah lainnya, konselor sering kali merasa sangat puas
  karena bisa bekerja sama dengan para pemuda ini. Bila dibandingkan
  dengan orang yang lebih tua, para pemuda sering kali lebih
  fleksibel, antusias, mau untuk berubah, dan tidak terlalu takut pada
  konseling.

  Sama seperti para konseli pada umumnya, para pemuda sering kali
  menunjukkan kemajuan yang pesat saat mereka bekerja sama dengan
  seorang konselor yang mau menjalin hubungan dengan mereka yang mau
  memahami kebutuhan dan perjuangan yang unik dari kelompok usia ini,
  dan yang mau untuk melayani, setidaknya sebagai seorang mentor.
  Sering kali, konseli perlu diyakinkan kembali bahwa masalah-masalah
  mereka adalah masalah yang umum terjadi dan tidak terbukti sebagai
  penyakit mental. Tak jarang ada suatu kebutuhan untuk membimbing
  mereka dalam membuat keputusan, membantu memilih suatu karier atau
  membentuk suatu identitas, mendukung dan memberi semangat selama
  menjalani masa-masa sulit atau tidak menentu, memberi konseling
  untuk memecahkan konflik interpersonal atau membangun
  keakraban/keintiman, menolong dalam menghadapi masalah-masalah
  seksual, termasuk perjuangan dan ketakutan terhadap homoseksualitas,
  atau mendampingi mereka dalam menghadapi stres, kemarahan, perasaan
  gagal, depresi, atau pikiran-pikiran untuk bunuh diri.

  Selain pentingnya masalah-masalah ini, mungkin tantangan terbesar
  bagi para konselor pemuda ini adalah mengajarkan keterampilan hidup
  yang akan membantu orang lain untuk berubah. Meskipun terkadang
  Tuhan bekerja dengan cara yang misterius untuk mewujudkan
  tujuan-tujuan-Nya dan membuat perubahan, Alkitab menunjukkan bahwa
  sering kali Tuhan menggunakan manusia untuk mencapai tujuan-Nya.
  Konselor Kristen harus bisa memampukan diri mereka menjadi alat yang
  dipakai Tuhan untuk menyembuhkan dan membuat orang lain bertumbuh.
  Tak jarang penyembuhan ini terjadi ketika konseli dibantu untuk
  mempelajari keterampilan-keterampilan yang akan membantu mereka
  mengubah diri mereka sendiri dan/atau lingkungan mereka.

  Tiga pendekatan untuk menolong orang lain agar berubah yang dibuat
  oleh konselor pastoral William Miller dan Kathleen Jackson dapat
  diterapkan dalam konseling dengan para pemuda ini. Pendekatan
  pertama adalah harus ada kesadaran. Konseli tidak akan mau berubah
  bila mereka belum memiliki kesadaran penuh atas masalah yang ada.
  Tidak banyak orang yang mau mempelajari keterampilan baru dalam
  hidupnya sampai mereka melihat kebutuhan atas pengembangan
  keterampilan. Dengan demikian, konselor dan konseli terlebih dahulu
  bersama-sama berusaha untuk menemukan masalahnya, memahami lebih
  jauh lagi apakah perilaku konselilah yang menjadi penyebab masalah
  dan kemudian tentukan tujuan sementara atau tujuan untuk perubahan.

  Selanjutnya adalah mencari jalan keluar saat berusaha menjawab
  pertanyaan: "Apa yang bisa kita lakukan untuk membuat perubahan?"
  Selama beberapa waktu, mereka perlu mencari dan membangun berbagai
  ide dan solusi lain (kadang-kadang diperlukan untuk mencatatnya)
  tanpa perlu mengoreksinya terlebih dahulu. Kemudian, lihatlah
  kembali daftar itu bersama-sama. Apa yang sudah dikerjakan dan apa
  yang tidak perlu dikerjakan? Apa yang baru dan apa yang perlu
  dikerjakan? Bagaimana kemampuan-kemampuan ini bisa dipelajari dan
  dipraktikkan? Akhirnya, tentu saja setelah didoakan selama beberapa
  waktu, akan ada satu atau dua strategi pilihan yang dapat dicoba dan
  kemudian dievaluasi secara mendalam.

  Melalui semuanya ini, akan muncul kebutuhan yang menekankan
  penerimaan. Konseli sering kali gagal dan jatuh saat mereka
  mempelajari keterampilan hidup. Hal ini bisa memicu rasa menghukum
  diri sendiri dan meningkatkan kefrustasian. Adanya pertolongan dan
  hubungan mentoring tentu memudahkan konselor menunjukkan penerimaan,
  empati, pengertian, dorongan semangat, dan dukungan yang dibutuhkan
  konseli saat mereka belajar keterampilan baru dan membuat perubahan,
  tentu saja dengan pertolongan Tuhan.

  Sindrom Terjebak (The Stuck Syndrome)
  -------------------------------------
  Sebagai contoh, perhatikan pemuda yang merasa terjebak dalam suatu
  pekerjaan, situasi hidup, daerah geografis, relasi, atau kewajiban
  lain yang tidak diinginkan. Semakin lama kita menemukannya, semakin
  sulit pula untuk diubah; risikonya mungkin lebih besar dan
  konsekuensi yang muncul bersamaan dengan kegagalan mungkin lebih
  sulit untuk diperbaiki. Namun, kesempatan lebih mudah didapat pada
  saat masih muda. Sebagai contoh, pada saat sebagai mahasiswa, saya
  merasa terjebak di kampung halaman tempat saya bersekolah. Lalu saya
  bersekolah di Inggris tanpa persediaan dana yang cukup untuk hidup
  atau untuk kembali ke Atlantik. Bila saya melakukannya sekarang,
  keluarga saya bisa menderita, pajak hipotek saya tidak akan
  terbayar, dan orang-orang mungkin akan kurang menghargai orang asing
  daripada mereka sendiri saat saya berusia 23 tahun.

  Saat seseorang menyadari bahwa dia terjebak dalam suatu situasi yang
  harus diubah, akan sangat membantu bila ia memerhatikan perilaku apa
  yang menyebabkan masalah itu tidak bisa lagi ditoleransi dan apa
  yang perlu diubah. Dengan pertolongan konselor, individu itu bisa
  mempertimbangkan jalan keluarnya. Keterampilan apa yang diperlukan
  supaya tidak terjebak? Tindakan apa yang bisa dilakukan? Rencana apa
  yang bisa dikerjakan untuk memecahkan masalah? Jika diperlukan
  perubahan yang besar -- misalnya, pindah ke tempat yang baru atau
  kembali ke sekolah -- buatlah rencana sebaik mungkin, buatlah
  catatan apa saja yang perlu dikerjakan dan kapan mengerjakannya.

  Konselor bisa memberikan penerimaan, dukungan dan, tuntunan atas
  perubahan-perubahan yang diinginkan dan diterapkan. Namun, ingatlah
  bahwa beberapa bisa saja memilih untuk tidak berubah dan tetap sama
  seperti mereka adanya. Bahkan kadang-kadang para pemuda telah
  melalui berbagai perubahan hidup sehingga mereka kehilangan tenaga
  atau keberanian untuk melakukan perubahan lainnya. Tekankan bahwa
  menunggu beberapa saat tidaklah menjadi masalah. Namun, semakin lama
  kita menunggu dan menunda membuat keputusan, semakin berkurang pula
  usaha kita untuk berubah atau untuk berhasil. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul Buku        : Christian Counseling, a Comprehensive Guide
  Judul Asli Artikel: Counseling Young Adults
  Penulis           : Gary R. Collins
  Penerbit          : Word Publishing, U.S.A 1998
  Halaman           : 192 -- 193

                     ========== INFO 1 ==========

                         SEMINAR KONSELING LK3

  Dengan moto "Orang Bijak Peduli Konseling", LK3 mengajak Anda untuk
  mengikuti seminar konseling yang diselenggarakan di Jakarta dan Solo
  sebagai berikut:

  Jakarta
  -------
  MEMBANGUN KARAKTER DAN GENDER SEKSUAL ANAK SEJAK DINI
  Hari, tanggal: Sabtu, 24 November 2007
  Pukul        : 10:00 -- 13:00 WIB
  Tempat       : Gedung LK3, Jl. Kiai Tapa 99A, Grogol (samping Bank
                 Mandiri dan Bengkel Trisakti)
  Pembicara    : Ir. Samurai Sompie
  Biaya        : Rp 50.000,00 (khusus untuk peserta Kursus IKPT
                 Angkatan 10 FREE)

  MENCINTA HINGGA TERLUKA: SENI MENGAMPUNI DAN MEMULIHKAN HUBUNGAN
  YANG RETAK
  Hari, tanggal: Sabtu, 1 Desember 2007
  Pukul        : 10:00 -- 16:00 WIB
  Tempat       : Landmark Building Tower A Lt.22
                 Jl. Jend.Sudirman Kav 1 Jakarta (seberang Wisma BNI
                 46)
  Pembicara    : Pdt. Julianto Simanjuntak dan Irwanto, Ph.D.
  Biaya        : Rp 50.000,00 (khusus untuk peserta Kursus IKPT
                 Angkatan 10 FREE)

  Pendaftaran dan informasi lebih lengkap, silakan hubungi:

  Layanan Konseling Keluarga & Karier (LK3)
  Jl. Kiai Tapa 99A, Grogol (samping Bank Mandiri dan Bengkel
  Trisakti)
  Telp. 021-5608477, Faks. 021-5644129 atau HP 0817 4844 333 (Ning)

  Institut Konseling Parenting Terapan (IKPT)
  Landmark Building Tower A Lt.22 Jl. Jend.Sudirman Kav 1 Jakarta
  (seberang Wisma BNI 46)
  Telp. 021-92692345, 021-5732521; HP 0856 1134272 (Devi)
  E-mail: konseling_lk3<at>cbn.net.id
  Website: http://www.lk3web.info/

  Solo
  ----
  Bagi Anda yang berdomisili di Solo dan sekitarnya, bekerja sama
  dengan Yayasan Lembaga SABDA (YLSA), LK3 juga akan menyelenggarakan
  seminar konseling dengan tema SELF HEALING & SELF COUNSELING pada:

  Hari, tanggal: Senin -- Selasa, 26 -- 27 November 2007
  Pukul        : 18:00 -- 21:00 WIB
  Tempat       : Rumah Makan Adem Ayem, Jl. Slamet Riyadi 342 Solo
  Pembicara    : Pdt. Julianto Simanjuntak
  Biaya        : Rp 50.000 (sampai 19 November 2007)
                 Rp 65.000 (sesudah 19 November 2007)

  Dalam rangkaian seminar ini diselenggarakan juga Pelatihan Dasar-
  dasar Konseling pada:

  Hari, tanggal: Selasa, 27 November 2007
  Pukul        : 09:00 -- 12:00 WIB
  Tempat       : Resto Cafe Atria Lt. 3, Jl. Kartini 33 Solo
  Pembicara    : Pdt. Julianto Simanjuntak
  Biaya        : Rp 25.000 (sampai 19 November 2007)
                 Rp 35.000 (sesudah 19 November 2007)

  Pendaftaran dan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
  Yulia/Evi/Kristin/Daniel: 0271-719198
  Yenny                   : 081 2297 3497
  Maria                   : 081 2261 7998
  Toko Buku Tunas Mekar   : 0271-713413
  Toko Buku Metanoia      : Jl. Sutan Syahrir, Solo


                     ========== INFO 2 ==========

      PELAYANAN KONSELING MELALUI INDONESIAN CHRISTIAN NETWORKS

  Awal bulan November ini, Yayasan Lembaga SABDA kembali melebarkan
  sayap pelayanannya dengan meluncurkan situs baru dengan nama
  Indonesian Christian Networks (In-Christ.Net). Dengan mengusung moto
  "Equiping One Another" (Melengkapi Satu Sama Lain), situs ini
  diharapkan mampu memfasilitasi semua aspek pelayanan yang dikerjakan
  oleh gereja, yayasan/lembaga Kristen, maupun perorangan agar dapat
  terlibat aktif dalam bidang pelayanan elektronik. Informasi dan
  interaksi yang terdapat di In-Christ.Net ini dibagi ke dalam
  beberapa "network", di antaranya Pelayanan Anak, Gereja, Renungan,
  Kepemimpinan, Literatur Kristen, Pendidikan, Musik dan Audio, dan
  tentu saja Konseling.

  Beberapa fasilitas yang disediakan bagi pengunjung situs ini
  meliputi artikel, blog, direktori situs Kristen (Links), dan halaman
  kolaborasi yang memanfaatkan teknologi Wiki. Melalui
  fasilitas- fasilitas tersebut, pengunjung bisa mengetahui situs,
  artikel, maupun informasi lengkap yang berkaitan dengan dunia
  konseling. Pengunjung juga bisa berinteraksi dengan memberikan
  komentar terhadap setiap informasi yang terdapat dalam "network"
  Konseling. Saat ini "network" Konseling juga telah diperkaya dengan
  sebuah kursus jarak jauh secara tersambung yang diselenggarakan oleh
  Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3).

  Nah, lengkap `kan isi situs ini ...? Jadi segera kunjungi dan
  ikutlah ambil bagian dan memperkaya informasi di dalamnya. Klik
  alamat berikut ini.

  ==> http://www.in-christ.net
  ==> http://www.in-christ.net/topic_blog/konseling
  ==> http://www.in-christ.net/topic_artikel/konseling


============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                  REDAKSI TAMU: Kristina Dwi Lestari
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:           owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org