Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/147

e-Konsel edisi 147 (1-11-2007)

Memahami Remaja


                    Edisi (147) -- 01 November 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Dunia Remaja
  = Cakrawala           : Remaja, Mencari Identitas dan Pengakuan
  = TELAGA              : Perkembangan Remaja Putra-Putri (I)
  = Tips                : Konseling kepada Remaja
  = Tanya Jawab         : Berkomunikasi dengan Anak Remaja
  = Info                : National Counseling Workshop LK3

                   ======= PENGANTAR REDAKSI ==========

  Usia remaja boleh dibilang usia yang "tanggung" atau usia transisi
  menuju kedewasaan. Umumnya pada masa-masa ini, anak usia remaja akan
  mengalami banyak persoalan, baik yang berasal dari dirinya sendiri
  maupun dari lingkungannya. Persoalan yang biasa dialami para remaja
  pada umumnya adalah masalah mencari jati dirinya untuk mendapatkan
  sebuah pengakuan terhadap dirinya. Ini merupakan suatu persoalan
  yang cukup kompleks, mengingat remaja saat ini cenderung lebih
  bersikap kritis terhadap dirinya. Keterlibatan orang tua dalam
  kondisi ini sangat diperlukan. Orang tua perlu memahami perubahan
  yang sedang dialami oleh si anak. Di samping itu, komunikasi dua
  arah antara anak dan orang tua sangat diperlukan. Perhatian dan
  kasih sayang serta sikap bijak dari orang tua sangat memengaruhi
  pembentukan karakter si anak.

  Untuk menolong orang tua maupun pendidik yang bergelut dengan dunia
  remaja, e-Konsel kali ini mengangkat berbagai sajian yang akan
  membawa kita memahami dunia remaja. Diharapkan dengan memahami
  mereka, kita dapat mendidik mereka dengan lebih baik lagi sehingga
  tercipta generasi yang membanggakan, dan lebih dari itu, nama Tuhan
  semakin dimuliakan melalui mereka. Selamat membaca!

  Redaksi Tamu e-Konsel,
  Novita Yuniarti

                   ========== CAKRAWALA ==========

               REMAJA, MENCARI IDENTITAS DAN PENGAKUAN

  Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan anak remajanya susah diajak
  bicara dan perilakunya sukar dimengerti.

  Ada dua hal utama yang menjadi perhatian remaja. Pertama, identitas
  dan kepribadian. Sedang yang kedua, remaja membutuhkan pengakuan.

  1. Identitas dan Kepribadian

  Penulis pernah dititipi anak remaja. Dari percakapan terbuka
  dengannya, penulis mendapat informasi bahwa remaja ini pernah
  tertarik merokok karena memerhatikan bagaimana pemuda-pemuda
  pengangguran di depan rumahnya begitu menikmati menghisap rokok pada
  pagi hari.

  Satu kali, seorang remaja datang ke studio foto dengan potongan
  rambut seperti helm tentara Romawi kuno. Kepalanya dicukur klimis,
  kecuali bagian tengah rambutnya, dari depan ke belakang diatur tegak
  lurus. Barangkali ia salah satu pengagum tentara Romawi.

  Anak remaja memang seperti itu. Mereka akan berusaha tampil seperti
  idolanya. Kalau idolanya pemain sepak bola terkenal seperti David
  Backham, rambutnya akan dicukur mirip potongan rambut idolanya.
  Bahkan, anak remaja yang suka menonton film laga seperti Wiro
  Sableng, sering kali kakinya bergerak seolah menendang dan tangannya
  bergerak seolah-olah memukul atau menangkis pukulan. Dari sini
  terlihat bahwa anak remaja memang sedang mencari identitas diri.

  Yang pasti, idolanya bukan pribadi yang cengeng dan "memble",
  melainkan satu tokoh yang dianggapnya keren, gagah, dan populer.
  Ketika anak tidak mendapatkan sesuatu yang dapat dijadikan idola
  dari ayah atau ibunya, mereka tidak sulit untuk mengambil tokoh
  idolanya dari tayangan tv, komik, atau majalah.

  Apakah orang tua pernah menyediakan waktu untuk berbicara secara
  jujur dan terbuka dengan anak remajanya sehingga mengerti benar apa
  yang ada di dalam pikiran dan perasaan, serta kerinduan hatinya?

  Tidak sedikit orang tua yang menghadapi kesulitan karena sibuk
  bekerja, baik di luar maupun di dalam rumah sehingga tidak tersedia
  cukup waktu untuk berbicara dengan anak remajanya. "Koran Tempo"
  pernah memuat hasil survei yang menyatakan bahwa 59% orang tua di
  London sulit berperan sebagaimana layaknya orang tua, seperti
  meluangkan waktu untuk anak (Senin, 19 Juli 2004, hlm. B1). Juga
  harus dibuang mitos yang dipegang kebanyakan orang tua bahwa anak
  kelak juga akan mendapat pengertian sendiri sesuai dengan tingkat
  kedewasaan umurnya.

  Sesungguhnya, remaja sangat membutuhkan bimbingan dan arahan untuk
  hidupnya. Berikan bimbingan dan pengarahan kepada remaja dengan
  kasih, tetapi tegas. Hindari cara memerintah dengan keras. Usahakan
  berbicara dengan sabar perihal hak dan tanggung jawab, pendidikan
  dan disiplin, juga hukum tabur-tuai. Misalnya, setiap sore ingatkan
  untuk menyelesaikan tugas sekolah, menyiapkan perlengkapan sekolah
  dan menaruh di meja belajarnya. Baru keesokan paginya diperiksa
  kembali sebelum dimasukkan ke dalam tas. Dengan cara itu, diharapkan
  tidak ada perlengkapan yang tertinggal. Demikian juga harus
  terus-menerus diingatkan untuk menyimpan pakaian, tas, sepatu di
  tempat yang disediakan agar tidak menimbulkan kesulitan ketika
  diperlukan.

  Penulis pernah menguping seorang remaja yang menelepon temannya.
  Ketika telepon tersambung dan di seberang sana ada yang mengangkat,
  ia segera bicara, "Halo, saya mau ngomong sama Nurdin." Setelah ia
  menelepon, penulis memberitahu, "Sebaiknya ketika telepon diangkat,
  katakan `selamat pagi` jika waktu itu pagi. Selanjutnya, dengarkan
  baik-baik suara lawan bicara. Jika nada suaranya tidak pasti apakah
  itu suara orang tua atau bukan, sapalah dengan sebutan `Pak` jika
  itu suara pria, dan `Ibu` jika itu suara wanita."

  Bimbingan dan arahan orang tua kepada remaja tidak hanya melulu
  perkara lahiriah dan berhubungan dengan sekolah maupun etika
  pergaulan, tetapi juga berkenaan dengan kehidupan iman yang sangat
  penting artinya dan sangat perlu diberikan untuk remaja dengan
  kasih, tetapi tegas.

  Ada seorang remaja diterima di salah satu SLTA. Setelah mulai
  bersekolah, dia mengetahui bahwa hanya dia sendiri yang beragama
  Kristen. Dia memilih keluar dan tidak bersekolah. Ia mengalami
  kecemasan karena sendirian beragama Kristen.

  Ada seorang lulusan SLTA diterima bekerja di salah satu instansi
  pemerintah. Ketika akan menjalani pendidikan prajabatan, dia
  memilih mengundurkan diri karena tidak ada teman lain yang beragama
  Kristen. Dia tidak memiliki keyakinan bahwa beragama Kristen akan
  memberikan jaminan rasa aman.

  Penulis bertanya kepada seorang remaja, "Apakah kamu dapat berdoa?"
  Jawabnya, "Sulit, sebab di rumah, Mama mengajar bahwa berdoa harus
  memakai bahasa yang sesuai dengan anak-anak, remaja, atau orang
  dewasa." Lalu penulis memberitahu bahwa berdoa itu tidak keluar dari
  pikiran, melainkan percakapan dari dalam hati kita kepada Tuhan
  Yesus. Alamat doa harus benar, yaitu Tuhan Yesus (Mzm.
  62:8).

  Sangatlah strategis menanamkan kehidupan iman kepada remaja. Bahkan
  semestinya lebih dini lagi. Sejak kanak-kanak, mereka harusnya sudah
  diperkenalkan secara pribadi kepada Tuhan Yesus. Tidak perlu harus
  menunggu ketika mereka sudah beranjak remaja. Sejak balita,
  anak-anak dituntun untuk berdoa kepada Tuhan Yesus, baik pada saat
  bangun tidur, sebelum tidur, sebelum makan, atau sebelum berangkat
  ke sekolah. Dan yang penting diperhatikan, anak-anak maupun remaja
  akan dengan mudah mengambil teladan hidup dari iman orang tuanya
  sendiri. Oleh sebab itu, orang tua patut hidup dalam iman dengan
  sungguh-sungguh. Setiap orang tua perlu memerhatikan perkataan Tuhan
  Yesus, "Siapa saja yang menyebabkan salah satu dari anak-anak kecil
  ini yang percaya kepada-Ku ini berbuat dosa, lebih baik baginya jika
  sebuah batu giling diikatkan pada lehernya lalu dibuang ke dalam
  laut" (Mrk.9:42).

  Betapa seriusnya Tuhan Yesus memberikan kepercayaan dan tanggung
  jawab kepada orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak kecil
  yang sudah dikaruniai iman kepada-Nya. Penyesatan yang menyebabkan
  anak berbuat dosa dapat dilakukan orang tua secara pasif atau aktif.
  Secara pasif, misalnya dengan cara orang tua tidak memberitahukan
  dan membimbing anak untuk melakukan hal yang benar; tidak memberikan
  teladan yang benar. Secara aktif, penulis menjumpai di suatu daerah
  gersang sewaktu musim palawija, anak-anak disuruh orang tuanya
  mencuri mentimun, terong, atau buah nangka untuk disayur. Atau anak
  disuruh berbohong dengan mengatakan ibunya tidak ada ketika tukang
  kredit datang menagih angsuran pembayaran.

  Pembentukan identitas dan kepribadian sedemikian penting pada masa
  remaja. Sehingga kelalaian dan pengabaian memberikan bimbingan dan
  arahan identitas hidup iman Kristen tentu akan memunyai pengaruh dan
  akibat yang jauh di dalam hidup remaja.

  Pembentukan kepribadian dapat diperoleh melalui didikan dan disiplin
  yang terus-menerus dengan sentuhan kasih. Didikan yang dimaksud
  bukanlah belajar di sekolah, melainkan didikan orang tua kepada anak
  sejak balita, anak-anak, dan remaja menuju dewasa. Remaja, bahkan
  sejak anak-anak, harus banyak mendapat didikan, pemberitahuan,
  informasi, nasihat, teguran, bahkan jangan dihindarkan hajaran atau
  disiplin bilamana diperlukan. Hajaran atau disiplin itu bisa berupa
  suatu hukuman tidak diberi uang saku untuk sementara waktu.

  2. Remaja Butuh Pengakuan

  Ada orang tua yang menyebutkan anak remajanya sangat cinta teman.
  Hampir sepanjang hari dan malam bersama teman-temannya sehingga
  sangat sedikit waktu berada di rumah, kecuali untuk tidur malam
  saja.

  Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Orang tua harus mampu meneropong
  penyebab yang mengakibatkan perilakunya demikian. Remaja mendapat
  tempat dan pengakuan sebagai satu pribadi, baik dalam hal
  mengemukakan pendapat maupun dalam mengekspresikan dirinya di
  antara sesama temannya. Mereka dapat dengan leluasa berbicara dengan
  sesamanya, dapat bercerita asyik mengenai idolanya, hobi, dan
  kesukaannya tanpa takut dicemoohkan atau diremehkan.

  Seorang remaja dengan jujur mengakui bahwa ia merasa lebih tenang
  dan khusyuk berdoa di gereja tetangganya daripada di gedung gereja
  lingkungannya sendiri di mana orang tuanya bergabung. Hal seperti
  ini memungkinkan terjadi di kota-kota. Janganlah hal seperti itu
  dipandang sebagai satu kesalahan yang perlu dicela, melainkan yang
  terpenting ialah bagaimana kita menyikapinya.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul majalah: Kalam Hidup, Edisi Januari 2005, Tahun ke-75 no. 707
  Penulis      : Wiharja Jian
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2005
  Halaman      : 34 -- 37

                     ========== TELAGA ==========

                 PERKEMBANGAN REMAJA PUTRA-PUTRI (I)

  Yang disebut remaja adalah anak-anak yang berusia sekitar 11 -- 20
  tahun. Masa remaja adalah masa pertumbuhan, jadi anak-anak remaja
  ini belum mencapai bentuk akhir dari tubuhnya.

  Bagi remaja pria, pada waktu-waktu tertentu suaranya akan berubah
  sebagai bagian dari perubahan fisik yang khas bagi pria. Yang
  penting hal ini dirayakan, dalam pengertian dimengerti dan
  disambut. Jangan sampai si anak pria ini menjadi malu karena
  diolok-olok oleh orang tuanya, suaramu kok jadi begini, sebentar
  kecil, sebentar keras, sebentar tinggi, sebentar rendah, sebentar
  seperti perempuan, kok tidak pecah seperti pria lainnya. Hal seperti
  ini sebaiknya jangan dipermasalahkan oleh orang tua.

  Remaja putri juga mengalami suatu perubahan yang besar ketika dia
  mengalami masa haidnya yang pertama. Perubahan yang paling utama dan
  yang pasti terjadi dalam diri remaja, baik yang putra maupun yang
  putri adalah terjadi perubahan hormonal. Di mana mulailah diproduksi
  hormon-hormon pria pada diri si anak atau remaja pria. Misalnya,
  hormon testosteron, akibat hormon ini remaja pria mengalami
  perubahan pada suaranya, juga perubahan pada bentuk tubuh dengan
  akan munculnya bagian-bagian tubuh yang sebelumnya tidak ada pada
  remaja putra. Tanda jelas lainnya adalah pada umumnya dengan adanya
  perubahan hormon tersebut, si remaja putra mulai mengembangkan rasa
  ketertarikan kepada lawan jenisnya, yaitu wanita. Dan rasa ingin
  dikagumi serta disukai oleh wanita ini adalah salah satu ciri yang
  dominan dalam perkembangan remaja putra. Sebenarnya, ini merupakan
  suatu masa yang unik bagi manusia yang menginjak usia remaja putri
  dan remaja putra. Karena menurut teori, dan memang kenyataannya kita
  lihat, secara fisik perempuan itu pada masa ini tinggi dan ukuran
  badannya bisa jauh lebih tinggi duluan daripada remaja putra.

  Ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal siapa yang
  akan disukai. Remaja putri cenderung menyukai remaja putra yang
  matang, lebih besar, suaranya lebih berat, serta pikirannya juga
  lebih matang, dia akan memiliki daya tarik yang kuat. Karena
  kebanyakan remaja putri menyenangi figur-figur pria yang seperti
  itu.

  Yang mungkin menjadi masalah adalah tidak semua remaja pria itu bisa
  bertumbuh tinggi dan juga tidak semua remaja putri itu tubuhnya
  langsing-langsing. Di sini peranan orang tua cukup penting.
  - Pertama, mereka harus peka, bahwa hal-hal yang bersifat fisik itu
    sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa remaja.
  - Kedua, yang kita tekankan kepadanya adalah bahwa yang akhirnya
    menjadi kunci keberhasilan dia diterima bukanlah bentuk tubuhnya,
    melainkan isi hatinya.

  Mazmur 119:41,42 berkata, "Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya
  TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu, supaya
  aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku
  percaya kepada firman-Mu."

  Konsep diri yang benar bagi anak-anak remaja itu penting sekali. Dan
  konsep yang benar itu berasal dari pengenalan yang benar akan siapa
  Tuhannya. Tuhan adalah Tuhan yang mendatangkan kita atau mendatangi
  kita dengan kebaikan-Nya. Tuhan yang mengasihi kita dan menciptakan
  kita. Jadi, konsep diri itu jangan sampai berkisar dari firman Tuhan
  sehingga dikatakan aku bisa memberi jawab kepada orang yang mencela
  aku. Pada masa remaja, saya kira banyak celaan-celaan terhadap diri
  sendiri, ia harus percaya pada yang firman Tuhan katakan.

  Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T056A
  yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
  Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
  e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
                            atau: < TELAGA(at)sabda.org >
  atau kunjungi situs TELAGA di:
  ==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?perkembangan_remaja_1.htm

                      ========== TIPS ==========

                       KONSELING KEPADA REMAJA

  Sekitar tahun 1950, pengaruh terbesar dalam kehidupan remaja adalah
  rumah. Selanjutnya adalah sekolah, gereja, teman sebaya, dan
  televisi. Sebuah survei yang diadakan tahun 1990 menunjukkan bahwa
  teman sebaya memunyai pengaruh terbesar dalam kehidupan remaja,
  berikutnya adalah musik rap, televisi, rumah, dan sekolah. Gereja
  bahkan tidak masuk dalam daftar itu!

  Selain berita ini, sebagian besar remaja (92%) ingin lebih banyak
  belajar tentang nilai-nilai. Tampaknya secara intuisi, anak-anak
  muda ini memahami bahwa masalah-masalah berat seperti kekerasan,
  seks bebas, ketidakhadiran orang tua, penyalahgunaan obat-obatan,
  dan kehamilan di usia remaja memiliki kesempatan yang lebih baik
  untuk diselesaikan saat nilai-nilai moral diajarkan dan dipercayai.

  Oleh sebab itu, pendeta yang melayani konseling untuk para remaja
  harus memahami bahwa remaja generasi sekarang adalah remaja yang
  pesimis. Banyak anak muda yang melihat bahwa warisan yang mereka
  terima adalah dunia yang telah terpolusi dan masyarakat sosial yang
  terpecah-belah secara rasial yang dibebani dengan masalah-masalah
  sosial. Generasi baru dari orang-orang muda ini mempertanyakan
  wewenang dan meremehkan kebiasaan yang telah turun-temurun. Dalam
  banyak hal, para remaja ini adalah orang-orang yang tak kenal lelah,
  memunyai keinginan yang besar untuk bertumbuh tetapi takut pada
  konsekuensinya.

  Berdialog dengan remaja
  -----------------------
  Tidak semuanya sesuram gambaran menakutkan yang sudah dikemukakan.
  Berikut beberapa saran yang bisa membantu kita untuk bisa melayani
  para remaja itu dengan efektif.

  1. Hindari berlaku seperti seorang anak remaja untuk bisa menjalin
     relasi dengan mereka. Ini merupakan kesalahan yang sering terjadi
     di berbagai tempat. Seorang konselor tidak perlu mengenakan
     pakaian dengan model terbaru, mendengarkan musik pop, atau
     menggunakan bahasa slang/gaul untuk bisa menjalin relasi dengan
     anak-anak muda ini.

  2. Jadilah pendengar yang ahli. Dengarkan para remaja itu dengan
     "telinga ketiga" seperti yang dikatakan oleh Theodore Reik.
     Konseling yang benar kepada remaja tidak akan berjalan baik bila
     tanpa mendengarkan hati yang terluka -- kecemasan, kesedihan,
     rasa malu, kesepian, rasa tidak nyaman -- yang dialami oleh para
     remaja ini yang mungkin akan membosankan bila diceritakan.
     "... cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata
     ..." (Yak. 1:19).

  3. Temukan inti dari masalah yang disampaikan oleh para remaja itu.
     Gunakan bahan-bahan pendukung, misalnya "Helping the Struggling
     Adolescent: A Counseling Guide" (Zondervan). Sumber-sumber
     seperti ini menyediakan bentuk-bentuk dan tuntunan untuk
     pendekatan yang lebih cepat terhadap masalah-masalah seperti
     depresi, rasa bersalah, kecemasan, kedukaan, penyalahgunaan
     obat-obatan, penyimpangan terhadap pola makan, dan
     masalah-masalah lain.

  4. Tantanglah para remaja ini untuk membicarakan berbagai topik
     percakapan. Banyak remaja menempatkan situasi hidup mereka dalam
     bentuk yang global, seperti "semuanya payah", "tidak ada yang
     benar", dan "Ayah payah". Selama mereka melihat dunia dengan cara
     yang seperti ini, mereka tidak akan berkembang. Rajin-rajinlah
     melayani mereka untuk menyingkirkan pernyataan-pernyataan mereka
     yang tidak masuk akal.

  5. Biasakan diri dengan masalah-masalah yang sering terjadi. Remaja
     zaman sekarang membutuhkan konselor yang tidak malu membicarakan
     masalah-masalah seperti masturbasi, pengunaan obat-obatan,
     perceraian orang tua, kematian seorang teman, kencan perkosaan,
     atau masalah-masalah seksual lainnya. Dengan atau tanpa bantuan,
     para remaja ini akan menghadapi masalah-masalah ini.

  6. Mintalah bantuan komunitas dan kelompok-kelompok pendukung. Bagi
     mereka yang tidak memiliki pengalaman dalam melayani para remaja
     dengan masalah khusus, bisa mereferensikan mereka kepada orang
     lain yang lebih berpengalaman. Remaja yang menghadapi masalah
     pelecehan yang dilakukan oleh orang tua, depresi yang parah,
     bunuh diri, gangguan tidur, atau ketergantungan pada obat-obatan
     harus ditangani oleh ahli yang sudah terlatih. Pendeta tidak akan
     mampu menolong setiap pergumulan yang dialami oleh para remaja.

  Buddy Scott, penulis "Relief for Hurting Parents", mendirikan dan
  memimpin suatu agen/komunitas yang menolong para keluarga yang
  memiliki anak remaja. Kelompok pendukung yang dia dirikan,
  "Parenting Within Reason", merupakan sumber yang tepat bagi para
  orang tua dan pelayan lainnya.

  Sayangnya, tidak ada rumus yang universal atau sederhana untuk
  menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang dihadapi oleh para
  remaja. Jika ingin membuat sesuatu yang berbeda dalam hidup mereka,
  kita perlu mempraktikkan prinsip-prinsip yang telah terbukti dalam
  psikologi kontemporer, tergantung pada teologi yang alkitabiah, dan
  meminta tuntunan Roh Kudus dalam setiap usaha kita. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku        : Leadership Handbook of Outreach and Care
  Judul asli artikel: Adolescent Counseling
  Penulis           : Les Parrot III
  Penerbit          : BakerBooks, Michigan 1997
  Halaman           : 318 -- 319

                  ========== TANYA JAWAB ==========

                   BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK REMAJA

  Pertanyaan:
  -----------
  Sejak anak saya memasuki usia remaja, sikapnya mulai berubah. Ia
  lebih sering diam di kamarnya dan tidak banyak bicara dengan kami
  lagi. Tetapi ia dapat menghabiskan waktu berjam-jam bercakap-cakap
  melalui telepon. Apakah ini gejala yang wajar atau tidak?
  Bagaimanakah cara menghadapinya?

  Jawaban:
  --------
  Menurut Erik Erikson, pada saat anak memasuki usia remaja, dia pun
  memulai proses pembentukan identitas atau jati dirinya. Sebetulnya,
  anak sudah mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk pembentukan jati
  dirinya jauh sebelum masa itu. Namun, pada masa remajalah jati diri
  anak mencapai bentuk yang relatif matang. (Saya katakan relatif
  sebab menurut hemat saya, pembentukan jati diri merupakan suatu
  proses yang berkesinambungan melampaui masa remaja.) Identitas diri
  sebenarnya adalah gambar atau pemahaman tentang siapakah kita ini.
  Pada waktu kita masih kanak-kanak, kita sangat bergantung pada
  orang tua yang mengasuh kita. Perlahan-lahan kebergantungan pada
  orang tua semakin berkurang seiring dengan kemampuan kita memenuhi
  kebutuhan pribadi kita. Pada masa remaja, praktis dapat dikatakan
  bahwa kita sudah dapat hidup secara mandiri, kecuali dalam aspek
  keuangan. Pada saat itu, barulah kita mulai bisa melihat diri kita
  secara lebih jelas, terpisah dari orang tua. Gambar atau pemahaman
  tentang siapakah kita (jati diri) mulai muncul dan kita pun semakin
  menyadari keinginan-keinginan dalam diri kita.

  Pada masa ini, kehidupan sosial anak juga sudah meluas sehingga
  peran orang tua mulai menciut. Orang tua yang tadinya merupakan
  pusat kehidupan sosial anak sekarang tersisihkan dan digantikan
  dengan teman-teman sebayanya. Sebelumnya anak selalu bertanya bila
  hendak melakukan sesuatu. Sekarang anak mulai menunjukkan
  keengganannya meminta pendapat, apalagi izin orang tua. Kalau dulu
  anak selalu menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, sekarang
  anak mulai menyimpan rahasia. Nah, di sini letak kesulitannya.
  Acapkali orang tua menafsirkan perilaku anak ini secara negatif,
  seolah-olah anak merahasiakan sesuatu yang buruk. Sudah tentu
  adakalanya anak memang menyimpan hal-hal yang buruk. Namun, yang
  biasanya terjadi adalah anak bukannya merahasiakan sesuatu tetapi
  hanya tidak lagi merasa perlu menceritakan setiap peristiwa yang
  dialaminya kepada orang tua.

  Kecenderungan anak untuk lebih "seru" jika sedang berbincang-bincang
  dengan teman-temannya sebenarnya masuk akal. Bukankah kita juga pada
  umumnya lebih bisa "masuk" kalau berbicara dengan teman-teman sebaya
  kita dibanding dengan orang-orang yang 25 tahun lebih tua dari kita
  (jarak usia antara anak dan orang tua juga sekitar 25 tahun). Teman
  sebaya sudah pasti lebih memiliki kesamaan dengannya karena hidup
  dalam dunia yang sama. Di sinilah dituntut kesediaan orang tua untuk
  memelajari dunia anak remaja agar anak remaja dapat melihat bahwa
  orang tuanya sungguh memahami pikirannya.

  Ada beberapa cara yang dapat orang tua lakukan. Misalnya, kita
  mengajak anak pergi berduaan sehingga kita dapat berbincang-bincang
  dengannya seperti teman. Bercakap-cakaplah dengannya, jangan
  menginterogasinya. Lakukan hal ini (interogasi) pada saat dan tempat
  yang lain bilamana memang ada alasan yang kuat untuk mencurigai
  perilakunya. Jangan memarahinya karena ia memakai telepon terlalu
  lama. Marahilah karena ia lalai melaksanakan tanggung jawabnya
  akibat terlalu lama berbicara di telepon. Marahilah karena ia kurang
  memedulikan orang lain yang juga ingin memakai telepon, namun tidak
  bisa. Satu hal lagi yang penting, jangan memarahinya karena ia
  memakai telepon selama lima puluh menit sedangkan Saudara hanya
  menyisakan lima menit untuk pembicaraan per telepon. Meski ia adalah
  anak kita, namun kepribadiannya dapat bertolak belakang dengan kita.
  Mungkin ia tipe anak yang senang bergaul, sedangkan kita lebih suka
  menyendiri. Kita perlu menyadari dan menerima perbedaan ini dengan
  lapang dada, asalkan anak tidak berbuat hal-hal yang salah.

  Nah, saya harap jawaban ini dapat menolong Saudara sekalian yang
  memunyai anak remaja di rumah.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buletin: Parakaleo (Edisi Okt. - Des. 1995)
  Penulis      : Pdt. Paul Gunadi Ph.D.
  Penerbit     : Dept. Konseling STTRII, Jakarta 1995
  Halaman      : 3 -- 4

                      ========== INFO ==========

                   NATIONAL COUNSELING WORKSHOP LK3

  Semakin banyaknya masalah yang muncul dalam pernikahan, mendorong
  LK3 untuk mengadakan "National Counseling Workshop". Dengan
  menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya, LK3 mengundang
  Anda para suami-istri, pemimpin gereja, hamba Tuhan, praktisi,
  konselor, guru, pemimpin sekolah dan lembaga kristiani, profesional,
  dan Anda yang peduli pada masalah keluarga untuk menghadiri seminar
  yang dibagi dalam dua tahap ini.

  National Counseling Workshop 1 (NCW1) yang mengangkat tema
  "EVERLASTING INTIMACY: MERAYAKAN PERNIKAHAN SELAMANYA", diadakan
  pada:
  Hari, tanggal: Senin -- Rabu, 12 -- 14 November 2007
  Pukul        : 09.00 -- 17.00 WIB
  Tempat       : Landmark Building Tower A Lt. 22,
                 Jl. Jend. Sudirman, Jakarta

  Disusul National Counseling Workshop 2 (NCW 2) yang mengangkat tema
  "REMAJA: PERMASALAHAN REMAJA DAN SOLUSI TERBAIK" pada:
  Hari, tanggal: Kamis -- Sabtu, 15 -- 17 November 2007
  Pukul        : 09.00 -- 17.00 WIB
  Tempat       : Landmark Building Tower A Lt. 22,
                 Jl. Jend. Sudirman, Jakarta

  Beberapa pembicara yang hadir untuk menyajikan materi-materi menarik
  dalam kedua acara tersebut antara lain:
  1. Pdt. Julianto Simanjuntak (Ketua LK3)
  2. Dr. Andik Wijaya, M.Rep.Med (Direktur Yada Institute Medical
     Sexologist)
  3. Anne Parapak, M.A. (Fasilitator Keluarga)
  4. Puspita Zorawar, M.Psi. (Trainer Personality & Communication)
  5. Pdt. Dr. Daniel Ronda (Rektor STTJ)
  6. DR. Jonatan Parapak (Rektor UPH)
  7. Pdt. Joshua Lie, M.Phil. (Teolog)
  8. M.S.H. Lesminingtyas (Penulis dan Staf LK3)
  9. KRMT Roy Suryo Notodiprojo (Pakar Telematika dan Komunikasi)

  Pendaftaran dan informasi lebih lanjut sehubungan dengan kedua acara
  ini, bisa Anda dapatkan di:
  1. Gedung Mutiara
     Jl. Kiai Tapa 99A Grogol, Jakarta Barat
     Telp. 021-5608477, Fax. 021-5644129
     HP. 08174844333 (Ning); 08121030564 (Duma); 081932123738

  2. Landmark Building Tower A Lt. 22
     Jl. Jend. Sudirman Kav. 1 Jakarta Pusat
     Telp. 021-7055705 -- 08151661312

  3. Taman Permata Sektor 5D7/20
     Lippo Karawaci, Tangerang
     Telp. 021-55658224
     HP. 08194242369 (Frida); 08174969794 (Samurai)
     Email: konseling_lk3(at)cbn.net.id
     Web  : http://www.lk3web.info/

  Dapatkan diskon sebesar 20% bagi Anda yang mendaftar melalui
  publikasi e-Konsel. Silakan mengisi formulir berikut ini dan kirim
  ke: <konsel(at)sabda.org>

----------------------------potong di sini----------------------------

        Formulir Pendaftaran National Counseling Workshop LK3
----------------------------------------------------------------------

  Nama         :
  Alamat rumah :
  Alamat e-mail:
  No Telp/HP   :
  Pekerjaan    :
----------------------------------------------------------------------

============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:           owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org