Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/135

e-Konsel edisi 135 (1-5-2007)

Memulihkan Trauma karena Perkosaan

                      Edisi (135) -- 01 Mei 2007

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar           : Wanita Rawan Menjadi Korban
  = Cakrawala           : Bagaimana Menolong Wanita yang Diperkosa?
  = Bimbingan Alkitabiah: Pengampunan Terhadap Kesalahan Sesama
                          Manusia
  = Tips                : Menolong Korban Perkosaan
  = Info                : National Counseling & Healing Conference
                          2007


                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Perkosaan sering meninggalkan bekas yang sulit dipulihkan. Korbannya
  bisa benar-benar terguncang dan jika tidak segera ditangani dengan
  benar bisa menyebabkan trauma berkepanjangan. Untuk memulihkan
  korbannya pun dibutuhkan penanganan yang serius dan waktu yang tidak
  sebentar.

  Bagaimana bila hal ini terjadi pada salah satu dari orang-orang di
  sekitar kita? Apa yang dapat kita lakukan untuk menolong mereka?
  Simak sajian artikel dan ayat-ayat Alkitab berikut ini yang kami
  harapkan bisa pembaca gunakan untuk mendampingi mereka atau
  setidaknya bisa menambah wawasan pembaca. Silakan simak, kiranya
  menjadi berkat.

  Redaksi e-Konsel,
  Christiana Ratri Yuliani


                   ========== CAKRAWALA ==========

               BAGAIMANA MENOLONG WANITA YANG DIPERKOSA


  APAKAH PERKOSAAN ITU?

  Perkosaan adalah perbuatan seseorang yang memaksakan dirinya atas
  seorang lain secara seksual tanpa persetujuan orang tersebut. Sering
  kali ini dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap seorang wanita
  atau seorang gadis, namun hal yang sama dapat juga terjadi atas
  seorang anak laki-laki atau seorang pria. Dalam suasana damai,
  perkosaan sudah merupakan masalah sosial, seperti dalam kisah Tamar
  (2 Samuel 13) di mana perkosaan adalah wujud hawa nafsu dalam
  hubungan "incest", antarsaudara. Terlebih lagi dalam waktu perang,
  perkosaan merupakan bagian dari tindak kekerasan. Perkosaan bisa
  dilakukan oleh seorang anggota keluarga, seorang kawan yang
  dipercaya, atau oleh seorang yang sama sekali asing.

  MENGERTI AKIBAT-AKIBAT DARI PERKOSAAN

  Perkosaan adalah salah satu pengalaman yang paling menyakitkan yang
  dapat dialami seorang wanita. Pengalaman itu meninggalkan
  bekas-bekas luka yang dalam dan terasa sakit untuk waktu yang lama.
  Karena kaum wanita merasa malu oleh perkosaan, luka yang
  diakibatkannya ditutupi dan sangat dirahasiakan.

  Tidak ada orang lain yang mengetahui apa yang terjadi. Karena ia
  tidak menceritakan peristiwa perkosaan itu kepada orang lain,
  bukanlah berarti bahwa peristiwa itu tidak terjadi padanya.

  A. Bagaimana akibat perkosaan terhadap seorang wanita?
  ------------------------------------------------------
  1. Ia akan diliputi satu perasaan malu yang mendalam. Ia akan merasa
     seolah dirinya ditutupi oleh kotoran yang tak dapat
     disingkirkannya.

  2. Ia bisa merasa diri hancur, tidak lagi berharga. Kalau ia belum
     menikah, ia mungkin merasa bahwa tidak seorang pun yang akan mau
     menikahinya. Ia bisa merasa begitu sedih sampai kepada titik di
     mana ia ingin membunuh dirinya sendiri.

  3. Ia bisa merasa marah kepada semua laki-laki. Mungkin juga hal ini
     terjadi bahwa ia marah kepada Allah karena membiarkan hal itu
     terjadi atasnya. Kemarahan ini dapat ditujukan kepada siapa saja
     yang sedang bersama-sama dia.

  4. Ia bisa merasa bersalah dan mengira bahwa Allah sedang menghukum
     dia. Mungkin timbul pertanyaan: "Apa yang telah saya perbuat
     sehingga saya harus mengalami semua ini?" Orang-orang lain dapat
     menguatkan perasaan seperti itu dengan menuduh dia ikut
     bertanggung jawab atas pengalaman diperkosa tersebut.

  5. Ia mungkin takut menceritakannya kepada siapa pun. Kalau mereka
     tahu, mungkin saja mereka menuduh dia berbohong atau menyalahkan
     dia untuk kejadian tersebut. Suami atau pacarnya dapat menolak
     dia dan masyarakat mungkin akan memandang rendah kepadanya.

  6. Ia mungkin tidak lagi bisa menikmati hubungan seksual, atau
     menjadi kaku dan dingin oleh rasa takut terhadap seks. Atau dia
     mulai melakukan hubungan seksual dengan banyak laki-laki karena
     merasa dirinya hancur dan tak berharga.

  7. Ia mungkin terluka pada organ seksualnya atau pada organ tubuh
     bagian dalam lainnya. Ketika seorang wanita bergumul melawan
     pemerkosanya, mungkin saja ia mengalami patah tulang atau
     luka-luka lainnya. Dia dapat tertular AIDS, penyakit kelamin lain
     yang menular, atau menjadi hamil. Dia mungkin ingin mengaborsi
     jabang bayi itu. Suatu hal yang dapat mengakibatkan kemandulan.

  8. Dia mungkin tidak dapat memercayakan dirinya kepada Allah untuk
     melindungi dirinya di masa depan.

  9. Ia mungkin berpikir bahwa dirinya dikuasai iblis.

  B. Bagaimana perkosaan memengaruhi pernikahan seorang wanita dan
     keluarganya?
  ----------------------------------------------------------------
  Apabila perkosaan dilakukan oleh seorang bersenjata atau seorang
  asing, keluarga dan masyarakat dapat bersimpati kepada wanita tadi.
  Seandainya mereka menyaksikan perkosaan tersebut, mereka dapat
  merasa seolah diri mereka ikut diperkosa.

  Apabila wanita itu tidak memberitahukan pengalaman itu kepada
  keluarganya, mereka mungkin tidak mengerti mengapa dia sedih dan
  marah. Suaminya mungkin tidak mengerti mengapa sulit baginya
  sekarang untuk berhubungan secara seksual.

  Apabila ia menceritakan pengalamannya kepada keluarganya dan
  perkosaan itu dilakukan oleh seorang yang mereka kenal, mungkin
  mereka tidak menerima kenyataan bahwa ayah, paman, abang, atau
  pendeta itu telah melakukan perbuatan biadab tersebut. Mereka
  mungkin takut untuk menuduh si pemerkosa, terlebih apabila ia
  merupakan seorang yang berkedudukan terhormat di dalam keluarga atau
  masyarakat. Demi memelihara perdamaian, mereka cenderung menolak
  bahwa itu benar terjadi dan berkata kepada wanita itu bahwa dia
  berdusta. Atau kalaupun mereka percaya apa yang terjadi, mereka
  menyalahkan wanita itu atas kejadian tersebut, menuduh dialah yang
  bersikap "mengundang" si pemerkosa untuk bertindak menghukum dia.
  Atau, seperti halnya Absalom mereka merencanakan bagaimana membalas
  dendam. Bagaimanapun, perkosaan akan menyebabkan masalah-masalah
  serius di dalam pernikahan seorang wanita dan keluarganya.

  Suami wanita itu secara khusus akan terpengaruh oleh perkosaan. Ia
  bisa merasa, bahwa sekarang istrinya sudah cemar sehingga ia tidak
  lagi mau bersama-sama dia. Apabila hal ini terjadi, rasa malu pada
  si wanita akan bertambah dan ia juga akan merasa lebih terkucil
  lagi.

  C. Bagaimana perkosaan itu berakibat pada si pemerkosa?
  -------------------------------------------------------
  Tentara yang memerkosa sering kali kelihatan bangga atas
  perbuatannya, namun kekerasan yang mereka lakukan terhadap orang
  lain akan membunuh sesuatu di dalam dirinya.

  Kalau orang itu adalah seorang Kristen, dia dapat merasa sangat
  bersalah dan malu. Dia akan lebih takut daripada wanita itu untuk
  menceritakan perbuatannya kepada orang lain. Ia akan menjadi
  seseorang yang penuh dengan pergumulan batin. Perasaan malunya dapat
  menjadi kian membesar sehingga mungkin pada satu saat dapat
  mendorongnya untuk bunuh diri.

  BAGAIMANA MENOLONG SEORANG YANG TELAH DIPERKOSA?
  
  a. Dia memerlukan bantuan medis.
     Korban perkosaan perlu sesegera mungkin mendapat perawatan medis.
     Ada obat yang dapat diberikan segera setelah perkosaan sehingga
     mengurangi kemungkinan wanita itu tertular AIDS. Dokter perlu
     memeriksanya dari kemungkinan infeksi atau luka-luka lainnya.

  b. Wanita itu perlu didampingi seseorang kepada siapa dia dapat
     berbicara dan yang dapat dia percayai.
     Karena perkosaan membuat seorang wanita sangat dipermalukan, dia
     hanya akan mau membuka masalahnya dan membagi rasa sakitnya
     kepada seseorang yang dia percayai akan menjaganya sebagai
     rahasia pribadi. Karena korban perkosaan sudah merasa kurang enak
     dengan dirinya sendiri, mereka tidak akan mau berbagi perasaan
     dengan orang yang akan mempersalahkan mereka tentang apa yang
     telah terjadi. Biasanya seorang wanita tahu siapa yang dapat dia
     percayai dan dia harus dapat memilih kepada siapa dia mau
     berbicara. Mungkin itu seorang pendeta, seorang istri pendeta,
     seorang wanita yang bijaksana di dalam jemaat, atau seorang
     wanita lain yang pernah mengalami perkosaan. Para pendeta
     seyogianya mengenali orang-orang dalam jemaat yang mempunyai
     kemampuan ini, memberikan mereka pelatihan untuk meningkatkan
     kemampuannya.

     Ketika seorang wanita berbicara kepada seorang lain tentang
     pengalamannya diperkosa, pembicaraan itu menjadi sangat pribadi
     dan suatu ikatan dapat terjadi di antara mereka. Oleh karena itu,
     lebih baik kalau seorang wanitalah yang berbicara kepada wanita
     yang diperkosa itu. Kalau itu dilakukan seorang laki-laki,
     sebaiknya seorang wanita lain diminta hadir. Apakah itu istrinya
     atau seorang wanita dewasa lain dari jemaat. Kalau tidak dapat
     dihadiri oleh seorang wanita lain, maka istrinya dan seseorang
     lainnya dari jemaat perlu mengetahui bahwa ia sedang mengadakan
     pembicaraan dengan wanita yang diperkosa itu, dan di mana serta
     kapan pembicaraan itu dilakukan.

     Beberapa wanita tidak bebas membagikan perasaannya kepada orang
     lain. Karena itu, para pendeta harus memasukkan pokok-pokok doa
     dan ajaran tentang korban perkosaan dalam kebaktian yang mereka
     pimpin. Kalau itu dilakukan, seberkas harapan dapat timbul pada
     seseorang yang memiliki rasa sakit yang dalam dan tersembunyi.
     Hal itu juga menolong mereka menyadari bahwa mereka dapat
     berbicara tentang pokok itu kepada orang lain.

     Seorang konselor perlu membuat si korban dapat berbicara dengan
     bebas tentang apa yang telah terjadi dan apa yang dia rasakan.
     Dia perlu mendapat kesempatan untuk mengeluarkan rasa marah dan
     malu yang disimpannya. Sangat biasa kalau korban perkosaan juga
     marah kepada Tuhan. Ini tidak apa-apa. Allah kita dapat menerima
     kemarahan itu dan tetap mengasihi dia. Jauh lebih baik dalam
     tahap ini, kalau dia dapat berbicara sejujurnya tentang semua
     perasaannya daripada menyembunyikannya. Mendorong dia menuliskan
     suatu nyanyian ratapan akan merupakan cara yang baik untuk
     menolong dia mencurahkan perasaannya.

     Langkah pertama menuju pemulihan adalah ketika wanita itu
     menyadari dampak dari perkosaan itu dalam kehidupannya. Ini akan
     terjadi apabila dia membicarakan tentang itu dengan seseorang
     yang mendengarkan dengan baik, mengerti dia dan mengerti
     perasaannya. Wanita itu akan memerlukan waktu banyak untuk
     berbicara tentang hal itu dalam hari-hari atau bulan-bulan
     mendatang.

  c. Dia perlu meyakini bahwa ia dikasihi.
     Mula-mula, wanita itu mungkin marah sekali kepada Tuhan
     sedemikian sampai dia tidak mau berdoa atau mendengar firman
     Allah. Kasih yang mungkin dapat dia terima adalah kasih dari
     orang di sekeliling dia. Kalau dia melihat bahwa orang masih
     menghargai dan mengasihi dia, lambat laun dia akan sadar bahwa
     dia tidak hancur. Suami dan anggota keluarga lain memainkan peran
     penting dalam hal ini. Pada waktunya dia akan siap untuk menerima
     penghiburan dari firman Allah dan mendengar orang-orang lain
     berdoa buat dia. Beberapa bagian Firman yang akan menolong di
     antaranya Maz. 71:19-20 dan 1Yoh. 3:1-3.

  d. Dia perlu membawa rasa sakitnya kepada Tuhan.
     Pada waktunya, bila dia siap, dia perlu membawa sendiri rasa
     sakitnya kepada Allah dalam doa dan meminta Tuhan
     menyembuhkannya. Lebih baik kalau dia dapat menyebutkan
     kehilangan-kehilangan yang dialami dengan rinci ketika diperkosa,
     misalnya kemurniannya, keperawanannya, atau sukacitanya. Dia
     perlu didorong untuk meminta Allah memulihkan semuanya di dalam
     hidupnya (Mzm. 10:17-18).

  e. Dia perlu dapat mengampuni orang yang memerkosa dirinya.
     Kalau rasa sakit di hatinya sudah disembuhkan Tuhan, dia akan
     mulai dapat mengampuni si pemerkosa. Orang itu telah melakukan
     sesuatu yang jahat, akan tetapi Allah memerintahkan kita
     mengampuni mereka yang berbuat jahat kepada kita (Mat. 6:14-15).
     Proses mengampuni itu mungkin memerlukan waktu panjang. Apabila
     seorang anak lahir dari perkosaan, mengampuni si pemerkosa dalam
     hatinya akan menolong si ibu untuk sepenuhnya menerima anak itu.

  Bahan diambil dan disesuaikan seperlunya dari:
  Judul buku: Menyembuhkan Luka Batin Akibat Trauma
  Penulis   : Margaret Hill, Harriet Hill, Richard Bagge, dan
              Pat Miersma
  Penerjemah: Melly Situmorang Wenas
  Penerbit  : Kartidaya dan Gloria Graffa, Jakarta dan Yogyakarta 2006
  Halaman   : 76 -- 88


              ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========

             PENGAMPUNAN TERHADAP KESALAHAN SESAMA MANUSIA

  1. Kristus telah memberikan contoh: Lukas 23:34
  2. Diperintahkan: Markus 11:25; Roma 12:19
  3. Tidak terbatas: Matius 18:22; Lukas 17:4
  4. Satu sifat orang-orang kudus: Mazmur 7:5
  5. Alasan untuk:
     - Keperluan kita untuk diampuni: Markus 11:25
     - Kemurahan hati Allah: Lukas 6:36
     - Pengampunan Allah kepada kita: Efesus 4:23
     - Pengampunan Kristus kepada kita: Kolose 3:13
  6. Suatu kemuliaan bagi orang-orang kudus: Amsal 19:11
  7. Harus disertai dengan:
     - Kebaikan: Kejadian 45:5-11; Roma 12:20
     - Berkat doa: Matius 5:44
     - Kesabaran: Kolose 3:13
  8. Janji-janji tentang: Matius 6:14; Lukas 6:37
  9. Tidak mengampuni, tidak akan diampuni: Matius 6:15; Yakobus 2:13
  10. Dilukiskan di dalam: Matius 18:23-35
  11. Contoh-contoh:
      - Daud: 1Samuel 24:7; 2Samuel 18:5, 19:23
      - Paulus: 2Timotius 4:16
      - Salomo: 1Raja-raja 1:53
      - Stefanus: Kisah Para Rasul 7:60
      - Yusuf: Kejadian 50:20,21

  Bahan diambil dari:
  Pedoman Pokok-pokok Isi Alkitab (CD SABDA 2.0)
  Nomor topik: 6031
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]


                     ========== TIPS ==========

                      MENOLONG KORBAN PERKOSAAN

  Korban perkosaan dikelompokkan menjadi tiga, tergantung respons
  korban terhadap perkosaan itu. Kebanyakan korban menunjukkan gejala
  trauma pada perkosaan. Gejala ini diawali dengan stres akut yang
  muncul segera setelah perkosaan itu terjadi. Mungkin ada ketakutan,
  kemarahan, kecemasan, "shock", menyalahkan diri sendiri, dan
  ketidakpercayaan, yang sering kali diekspresikan dengan berteriak,
  menangis tersedu-sedu, ketegangan/kegugupan, rasa muak, atau
  kegelisahan, tetapi kadang-kadang disembunyikan dalam ketenangan
  yang tampak dari luar. Dalam tahap ini, korban mungkin dipenuhi
  dengan perasaan diancam keselamatannya dan merasa bersalah karena
  tidak berusaha lebih keras. Beberapa wanita bahkan mempertanyakan
  kebenaran mitos yang mengatakan bahwa wanita diam-diam bisa menarik
  pemerkosa.

  Dalam kasus seperti ini konseli mungkin akan peka terhadap seseorang
  yang mau mendengarkan, menerima, dan percaya kepadanya, khususnya
  jika dia telah mengalami ketidakpercayaan dan penolakan yang tidak
  terlihat dari keluarga, teman, polisi atau petugas medis. Konselor
  bisa memberi dorongan kepada konseli supaya mengekspresikan
  perasaannya, menolong korban mencari perawatan dan pertolongan medis
  yang tepat dan resmi/legal. Konselor juga dapat memberikan dukungan
  semangat ketika korban menghadapi kritikan, menolong korban dan
  teman-temannya mengenali mitos mengenai perkosaan, mendorong korban
  untuk membicarakan ketakutan akan keamanan masa depannya, dan
  meyakinkan korban bahwa ia akan terus memberikan dukungan khususnya
  ketika korban menghadapi masa-masa sulit di minggu-minggu
  berikutnya.

  Dua atau tiga minggu setelah perkosaan, korban mulai mengalami mimpi
  buruk, ketakutan yang tidak masuk akal, dan kegelisahan. Sering kali
  ada keputusan untuk pindah tempat tinggal, mengganti nomor telepon,
  berada di dalam ruangan pada malam hari, atau lebih banyak
  menghabiskan waktu dengan teman-teman. Dalam tahap ini korban sedang
  berada dalam proses mengatur kembali hidupnya setelah mengalami
  peristiwa yang, bagi beberapa orang, sangat mengerikan. Korban yang
  seperti ini membutuhkan dukungan, kebebasan untuk mengekspresikan
  perasaannya, penerimaan, suatu kesempatan untuk berbicara dengan
  seseorang yang menganggapnya normal, dan bimbingan ketika ia membuat
  keputusan. Beberapa korban akan ingin membicarakan "Mengapa saya?"
  yang perlu diyakinkan lagi pada pemeliharaan Tuhan, kasih dan
  perhatian Tuhan yang terus diberikan kepadanya. Sering kali konselor
  akan terbantu jika konselor mengambil inisiatif untuk lebih dahulu
  menolong korban, daripada menunggu korban mencari konseling yang
  lebih tradisional. Jika memungkinkan, konselor juga akan terbantu
  jika memberikan konseling kepada keluarga atau pasangan korban.
  Orang-orang ini akan sangat membantu dalam memberikan semangat
  kepada korban, tetapi seperti yang telah kita lihat, sanak saudara
  sering kali memiliki perasaan mereka sendiri yang perlu diungkapkan,
  perilaku yang perlu diubah, dan konsep yang salah yang perlu
  diluruskan.

  Respons umum yang kedua terhadap perkosaan adalah "reaksi menutup
  diri" (compound reaction). Korban yang sebelumnya bermasalah dalam
  hal fisik, psikis, maupun sosial kadang-kadang membentuk gejala yang
  lebih parah, misalnya depresi, perilaku psikotik atau keinginan
  bunuh diri, kelainan psikosomatik, menggunakan obat-obatan, minum
  yang berlebihan, atau perilaku seksual yang ditunjukkan kepada orang
  lain. Beberapa korban memerlukan penyerahan diri untuk ditolong
  melalui konseling yang lebih dalam lagi.

  Respons ketiga terhadap perkosaan adalah "reaksi diam". Korban,
  termasuk beberapa di antaranya yang diperkosa pada waktu masih
  anak-anak atau remaja, tidak menceritakan perkosaan ini kepada siapa
  pun, tidak pernah membicarakan perasaan atau reaksinya dan mengalami
  beban psikologis yang berat. Dalam kehidupannya yang akan datang,
  korban ini bisa saja mengalami kecemasan, ketakutan pada pria,
  menghindari perilaku seksual, ketakutan yang tanpa alasan ketika
  sendirian atau bepergian sendiri, mimpi buruk dan kehilangan harga
  diri. Jika korban ini mengalami pelecehan seksual lagi, sering kali
  dia menghabiskan lebih banyak waktu konseling untuk membicarakan
  emosi yang dikendalikan tentang perkosaan yang pertama daripada
  keadaan mereka saat ini.

  Penelitian terhadap korban perkosaan menunjukkan bahwa wanita
  biasanya dapat mengatur kembali hidupnya dan melindungi diri mereka
  sendiri dari peristiwa yang mengerikan. Hal ini bisa terjadi bila
  korban mendapatkan perawatan medis, pertolongan psikologis, dan
  tuntunan praktis yang mereka perlukan setelah perkosaan.

  Penempatan wanita sebagai korban perkosaan atau kejahatan lainnya
  adalah penyimpangan rencana Tuhan yang menimbulkan kesengsaraan.
  Namun, tidak ada bukti yang menguatkan mitos bahwa pemerkosa pada
  umumnya adalah para pria yang sangat ingin menundukkan wanita.
  Beberapa pemerkosa adalah pria yang pada waktu itu berada dalam
  situasi di mana perkosaan memungkinkan untuk terjadi sehingga
  tindakan mereka adalah keputusan yang diambil pada saat itu juga.
  Sering kali pemerkosa itu adalah orang yang masih muda, sudah
  menikah, dan bekerja yang kehidupan keluarganya kacau, yang tidak
  berhasil menjalin hubungan dengan wanita, dan yang menyangkali bahwa
  mereka adalah orang-orang yang berbahaya. Di setiap kasus, pemerkosa
  membutuhkan dukungan konseling yang lebih mendalam. Mereka perlu
  mengenal pengampunan dari Allah, mengalami perubahan hidup yang
  dikerjakan oleh Allah, dan ikut serta dalam konseling bagi mereka
  yang berada dalam masalah-masalah yang mendorong mereka melakukan
  perkosaan. (t/Ratri)

  Bahan diterjemahkan dari:
  Judul buku: Christian Counseling: A Comprehensive Guide
  Penulis   : Gary R. Collins, Ph.D.
  Penerbit  : Word Publishing, Dallas, 1988
  Halaman   : 303 -- 304


                      ========== INFO ==========

           NATIONAL COUNSELING AND HEALING CONFERENCE 2007

  LK3 didukung oleh Institut Konseling & Parenting Terapan akan
  menyelenggarakan National Counseling and Healing Conference 2007
  dengan tema:

       "MENDIDIK ANAK SESUAI DENGAN ZAMAN, UMUR, DAN KEMAMPUAN"

  Dalam seminar ini akan dibahas 15 masalah anak dan remaja terkini
  dengan menghadirkan pembicara:
  1. Andreas Harefa
  2. Yohanes Surya
  3. Irwanto Ph.D
  4. Meilania
  5. Julianto Simanjuntak
  6. James T. Riady

  Seminar yang diperuntukkan bagi Anda para orang tua, guru dan
  konselor sekolah, guru sekolah minggu, pembina remaja, hamba Tuhan
  yang peduli konseling dan konselor LSM/gereja ini akan
  diselenggarakan pada:
  Hari, tanggal: Rabu - Sabtu, 16 - 19 Mei 2007
  Tempat       : Landmark Building Tower A Lt.22,
                 Jl. Jend. Sudirman no 1 Jakarta Pusat.
  Biaya        : Rp 450.000 (membayar sebelum 21 April 2007)
                 Rp 500.000 (membayar sebelum 16 Mei 2007)
                 Rp 550.000 (membayar saat acara berlangsung)

  Pembayaran melalui rekening Bank BCA Cabang Pluit Kencana AN. Lioe
  Sui Fa: AC. 2440149467

  Keuntungan yang Anda peroleh bila mengikut seminar ini adalah:
  1. Biaya termasuk makan siang, snack, dan makalah (Panitia tidak
     menyediakan penginapan dan transport, peserta mengusahakan
     sendiri). Pendaftaran lebih dari 5 orang (1 lembaga) diskon 10%.

  2. Bagi 100 pendaftar pertama GRATIS buku "Mendidik Anak Sesuai
     Dengan Zaman, Umur, dan Kemampuan" senilai Rp 50.000.

  3. Bagi utusan resmi gereja/lembaga (dengan surat) mendapat satu
     paket buku dan VCD Konseling LK3 senilai Rp 200.000, satu paket
     untuk satu lembaga.

  4. Dapatkan voucher diskon Rp 500.000 mengikuti Kursus Konseling
     Jarak Jauh (KKJJ) dari LK3 untuk program 2 tahun. Peserta KKJJ
     akan mendapat Free 35 VCD dan 5 buku pegangan konseling
     terlengkap.

  5. Mendapat sertifikat dari Institut Konseling & Parenting Terapan
     LK3.

  6. Difasilitasi 20 konselor dan pendidik yang mengintegrasikan
     konseling dalam kehidupan sehari-hari.

   Informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
   1. Gedung Mutiara, Jl. Kiai Tapa 99A - Grogol, Jakarta
      Telp. (021) 5608477; (021) 5636815; Fax. (021) 5644129
      HP: 081 932 123 738 (Ning); 0817 4844 333 (Rumini)

   2. Landmark Building Tower A Lt.22, Jl. Jend. Sudirman no Kav.1
      Jakarta Pusat.
      Fren: 0888 273 3272; HP: 085 228 030 993 / 70555705 (Prinses)

   3. Rumah Konseling SHARE: Taman Permata, Sektor 5 Blok D7 / 20
      Lippo Karawaci, Tangerang
      Telp./Fax.: (021) 55658224; HP: 081 749 697 94 (Soni)
      E-mail: konseling_lk3(at)cbn.net.id
      Website: www.lk3.web.info

============================== e-KONSEL ==============================
              PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
                   PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                        Yayasan Lembaga SABDA
                    INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                         Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2007 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:           owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org