Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/126

e-Konsel edisi 126 (19-12-2006)

Sukacita Natal

                    Edisi (126) -- 15 Desember 2006

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar            : Sukacita yang Hilang
  = Renungan             : Perayaan yang Penuh Sukacita
  = Cakrawala            : Menemukan Sukacita Natal
  = Bimbingan Alkitabiah : Bersukacitalah Senantiasa dalam Tuhan!
  = Kesaksian            : Karunia Berbagi Rasa
  = Tips                 : Bagaimana Sebaiknya Merayakan Natal?
  = Info                 : Pembukaan Kelas Baru PESTA:
                           Periode Januari/Februari 2007


                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam sukacita,

  Luangkanlah sejenak waktu Anda untuk memerhatikan kesibukan yang
  terjadi di masa Natal ini. Hampir setiap hari orang berlalu lalang
  di gereja mempersiapkan ini dan itu. Guru-guru sekolah minggu
  berburu hadiah Natal; latihan yang dilakukan hampir setiap hari;
  panitia-panitia Natal kehilangan senyum karena perbedaan pendapat
  atau kekurangan dana untuk merayakan Natal, dan kesibukan lainnya.

  Tanpa disadari, semua kesibukan itu dapat membuat kita kehilangan
  sukacita Natal yang sebenarnya. Saat perayaan tiba, yang tersisa
  hanyalah keletihan dan sisa-sisa tenaga. Oleh karena itu, melalui
  edisi Natal sekaligus penutup tahun 2006 ini, kami mengajak pembaca
  untuk menyambut dan merayakan Natal dengan sukacita dalam Kristus
  melalui sajian kami ini. Tak lupa seluruh Staf Redaksi e-Konsel
  mengucapkan:

                SELAMAT NATAL 2006 DAN TAHUN BARU 2007

  Sampai bertemu lagi di tahun 2007, Tuhan memberkati!

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Ratri, Evie, Raka


                    ========== RENUNGAN ==========

                     PERAYAAN YANG PENUH SUKACITA

  Bacaan: Matius 1:18-25

  Saat Allah menunjukkan kebaikan-Nya, Dia senang bila kita
  menanggapinya dengan sukacita. Sebagai contoh, saat Allah
  mengembalikan bangsa Israel dari pembuangan, Dia meminta mereka
  mengadakan sebuah perayaan untuk memperingati pembangunan kembali
  Bait Allah dan tembok-tembok Yerusalem (Nehemia 8). Dan mereka
  benar-benar merayakannya!

  Jika Allah menghendaki bangsa Israel bergembira karena kebaikan-Nya,
  mungkinkah Dia menghukum kita bila kita merayakan Natal dengan
  antusias? Bukankah salah satu pesan malaikat kepada para gembala
  adalah "kesukaan besar" (Lukas 2:10)?

  Memang benar Alkitab tidak meminta kita merayakan hari kelahiran
  Yesus. Kita bahkan tidak tahu tanggal kelahiran-Nya yang pasti.
  Banyak hal mengenai masa itu berlatar belakang penyembahan berhala.
  Namun, tidaklah salah untuk merayakannya, asalkan Kristus tetap
  menempati tempat yang terpenting dalam hidup kita. Kita tidak lagi
  memberhalakan tumbuh-tumbuhan tertentu yang biasa dipakai sebagai
  hiasan Natal seperti halnya kita juga tidak menghubungkan hari
  Minggu dan Senin dengan hari-hari penyembahan dewa matahari dan
  bulan. Sekalipun orang-orang tak percaya merayakan hari itu untuk
  tujuan lain, bukan berarti kita tidak dapat menikmati perayaan itu.

  Tempatkan Kristus di tempat yang terutama dalam hati Anda. Rayakan
  kelahiran-Nya. Nyanyikan lagu-lagu yang riang. Berkumpullah dan
  bersukacitalah dengan keluarga. Jadikanlah waktu belanja sebagai
  saat untuk mengingat kebaikan Allah. Bila kita mengasihi Yesus, Dia
  pun memberkati perayaan kita --HVL

                      KITA DAPAT MENIKMATI NATAL
              SEBAB KITA MENGENAL SUKACITA DALAM KRISTUS

  Bahan diambil dan diedit dari:
  Publikasi e-Renungan Harian
  Edisi: Sabtu, 16 Desember 2000
  ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2000/12/16/


                   ========== CAKRAWALA ==========

                       MENEMUKAN SUKACITA NATAL

  Syair salah satu lagu Natal berbunyi, "It`s the most wonderful time
  of the year" (Natal adalah saat yang terindah sepanjang tahun). Bagi
  orang Kristen, ungkapan ini seharusnya benar. Namun bagi beberapa
  orang, Natal adalah saat untuk mempertahankan hidup, depresi,
  dukacita, dan kesepian. Semua itu sering kali diperparah dengan
  keadaan keluarga yang terpecah belah dan meningkatnya dana yang
  harus dikeluarkan.

  Di beberapa tempat di dunia ini, Natal telah menjadi sasaran yang
  empuk bagi para pengusaha dan para konsumen. Keceriaan Natal datang
  dengan serangan yang meremukkan. Antrian panjang terjadi pada pintu
  kasir-kasir toko. Orang-orang marah dan merengek saat hanya satu
  dari sepuluh loket yang buka. Tidak ada yang mau memberi tempat di
  halaman parkir dan orang berburu tempat parkir yang susah dicari,
  seperti serigala.

  Desember adalah hari-hari yang penuh dengan tuntutan panjang dan
  puncaknya adalah menyanyikan lagu "Malam Kudus" dengan letih. Lelah
  karena paduan suara, perayaan-perayaan, belanja, perjamuan, keluarga
  dan perjalanan, hingga akhirnya kita tiba di "palungan Bethlehem"
  dengan letih lesu. Malam Natal akan melambungkan suara kita yang
  letih saat menyanyi, "Joy to the world, the Lord is come" (Hai dunia
  bersukalah, Rajamu telah datang). Lalu kita terburu-buru dari
  kebaktian di gereja untuk mendapatkan satu hadiah terakhir atau
  mengunjungi satu pesta Natal yang terakhir.

  Itu semua segera berakhir. Kita kemudian menyimpan hiasan-hiasan
  Natal, membakar pembungkus-pembungkus, melepas pohon Natal, dan
  mengerjakan resolusi tahun baru kita. Kita terlalu sering melewatkan
  inti pentingnya. Kita seperti orang yang pergi ke pantai, namun
  tidak pernah melihat lautan. Pembajakan pada saat liburan adalah
  sangat nyata. Jika kita tidak menetapkan hati kita pada sukacita
  perayaan Natal yang sesungguhnya, kita akan mudah terperangkap dalam
  suasana yang tidak berarti dan tidak berguna. Ketika kita kehilangan
  pandangan akan arti dari Natal, masa-masa itu benar-benar tidak
  berguna.

  Yesaya melihat perayaan keagamaan terpisah dari penyembahan yang
  benar. Orang-orang Israel senang dengan pesta-pesta dan
  festival-festival, namun mereka kehilangan pandangan mereka. Allah
  berbicara melalui Yesaya seperti angin yang berhembus, "Kalau kamu
  merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan,
  Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
  Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap,
  Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah
  payah menanggungnya" (Yesaya 1:13-14). Anak-anak Israel mengubah
  hari kudus menjadi hari libur dan Tuhan diturunkan menjadi salah
  satu daftar tamu yang hadir. Jika saat ini Yesaya masih ada, dia
  dapat menawarkan kembali nubuatan yang sama tanpa mengubah satu kata
  pun.

  Semangat yang benar dari Natal yang dirayakan oleh orang Kristen
  harus dibangun kembali dalam hati kita dan di rumah kita. Tidak ada
  yang hilang. Inti dari cerita kasih Allah masih tetap nyata.
  Kemuliaan itu masih ada untuk disaksikan oleh orang-orang yang mau
  bersaksi. Bagaimana kita dapat benar-benar mengalami sukacita Natal?
  Bagaimana kita dapat menjelaskan semangat Natal yang benar?

  Sukacita Natal ada dalam semangat perdamaian. Natal harus memusatkan
  hati kita pada karya perdamaian Kristus. Paulus menuliskan
  kedatangan Kristus dengan istilah perdamaian. "Allah mendamaikan
  dunia dengan diri-Nya oleh Kristus" (2Korintus 5:19). Berbagai
  perayaan Kristus harus merefleksikan inti tujuan kedatangan-Nya.

  Hal utama yang memisahkan manusia dengan Allah adalah kepicikan dan
  keegoisan. Adalah sebuah tragedi jika perayaan Natal sering kali di
  dilatarbelakangi oleh motivasi untuk mengubah sikap kasar atau
  keletihan karena luka pada masa lalu.

  Dalam semangat Kristus, sukacita yang kita tahu adalah ketika kita
  melakukan hak istimewa yang sama dengan yang Tuhan lakukan ketika Ia
  mengirimkan Putra Tunggal-Nya ke dunia, kita mendapatkan hak
  istimewa pengampunan dan perdamaian. Natal dapat menjadi pengingat,
  bahwa orang-orang yang kedinginan bisa mendapatkan tempat yang
  hangat bersama-sama dengan kita di sekitar pohon Natal andai saja
  kita mau menjadi lebih serupa lagi dengan Pribadi yang kita rayakan.

  Sukacita Natal ada dalam semangat rekoneksi. Kabar baik harus
  diberitakan. Natal sekali lagi harus mendorong kita memberitakan
  kabar sukacita terbesar di dunia dan memberikan persekutuan yang
  sejati. Yesus menceritakan seorang wanita yang kehilangan uangnya
  yang sangat berharga. Wanita itu mencari ke seluruh penjuru rumahnya
  sampai uang itu ditemukan dan ketika uang yang berharga itu
  ditemukan kembali, ia memanggil tetangga-tetangganya dan
  teman-temannya sehingga mereka bersukacita bersama-sama. Dampaknya
  tak dapat dihindarkan. Kabar baik menyebabkan berkumpulnya
  orang-orang yang berada jauh maupun dekat dengan kita datang
  bersama-sama untuk merayakannya. Keluarga yang bertengkar pada saat
  Natal menunjukkan ketidakhormatan kepada Allah.

  Keluarga yang tidak akur jarang menghasilkan sesuatu selain
  kebencian dan kepahitan yang lebih dalam lagi. Perayaan Natal
  seharusnya menyingkirkan keluhan yang membatasi sukacita kita, jika
  ingin benar-benar menghormati Kristus. Perayaan yang tepat dan
  membagikan kemuliaan karya Kristus sering kali akan dapat
  menyelesaikan perselisihan dan menyembuhkan hati yang terluka.

  Semakin tua, saya semakin menghormati Natal dengan membaca cerita
  terbesar sepanjang masa pada pagi hari di hari Natal. Ada sesuatu
  yang sangat kuat dan suci ketika inti dari iman kita dibagikan
  secara turun-temurun.

  Hubungan antara cucu dan kakek-nenek menciptakan kenangan bagi
  generasi yang akan datang. "Natal" dan "sendiri" adalah dua kata
  yang seharusnya tidak pernah dihubungkan. Sukacita pada masa Natal
  ada ketika kita berhubungan kembali dengan orang yang kita kasihi
  dan bahkan dengan mereka yang sudah lama tidak kita temui.

  Sukacita Natal ada dalam semangat untuk tetap bersukacita. Lukas
  mengatakan bahwa kelahiran Kristus disertai dengan pujian bala
  tentara surga (Lukas 2:13-14). Kita harus melakukan yang berkenan
  bagi Tuhan jika ingin bergabung dengan bala tentara surga yang
  menaikkan pujian itu. Setiap orang percaya, dengan sadar harus
  berusaha menyingkirkan semua rintangan untuk menaikkan pujian.

  Natal membuka kesempatan untuk menyingkirkan hati yang sedih dan
  murung. Harapan mencerahkan dan memutihkan semua yang tersentuh.
  Palungan Betlehem lebih dari sekadar batu ukur yang bersejarah;
  palungan Betlehem merupakan sebuah janji yang diberikan kepada semua
  orang percaya. Yesus adalah Karunia yang terus memberi. Orang
  Kristen dapat bersukacita untuk hal-hal yang abadi, meskipun
  kadang-kadang dalam keadaan yang sulit.

  Sukacita Natal ada pada semangat kemurahan hati. Ayat Natal favorit
  saya adalah Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan
  dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
  supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
  beroleh hidup yang kekal." Kita perlu menegaskan kembali dasar yang
  suci yang mendukung tradisi membagikan hadiah pada saat Natal. Kita
  tidak boleh hanyut dalam anggaran belanja yang berlebihan dan
  kesombongan dalam mengadakan perayaan, melainkan kita harus belajar
  untuk bermurah hati dalam perbuatan dan semangat sebagai suatu
  perayaan yang benar-benar untuk Yesus. Ingatlah bahwa hadiah selalu
  menyentuh hati. Kebanyakan hadiah mudah menjadi rusak, digunakan,
  dan dilupakan, namun hati yang mengasihi dan memberi akan abadi.

  Jika kita tidak memaknai Natal dengan arti dan pesannya yang mulia,
  Natal akan berlalu seperti festival penyembah berhala. Jika kita
  tidak benar-benar merayakan Kristus, cerita terbesar yang pernah ada
  akan hilang di tengah-tengah lonceng, anak panah, dan hiasan-hiasan
  yang kecil nilainya. Jadikan hari libur Anda hari yang suci.
  Tambahkan satu atau dua kursi di dekat meja Anda. Lepaskan dendam
  atau iri hati yang ada dalam diri Anda. Nyanyikan lagu-lagu Natal
  dengan sepenuh hati. Ceritakan cerita Natal dengan ucapan syukur dan
  perasaan kagum. Bungkuslah setiap hadiah dengan kasih. Anda adalah
  alasan bagi Yesus untuk datang ke dunia ini. Tidak seorang pun dapat
  merayakannya dengan lebih meriah lagi seperti yang Anda lakukan.
  (t/Ratri)

  Bahan diterjemahkand dan disunting dari sumber:
  Penulis      : David B. Crabtree
  Judul artikel: Finding the Joy of Christmas
  Nama situs   : Pentacostal Evangelical
  URL artikel  : http://pentecostalevangel.ag.org/Articles2001/4571_crabtree.cfm


              ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========

  Sudah seharusnya Natal disambut dengan penuh sukacita. Ayat-ayat
  berikut ini menegaskan bahwa Allah membuktikan kasih-Nya kepada kita
  melalui kelahiran Yesus di dunia. Oleh karena itulah, kita patut
  bersukacita karena Juru Selamat ada bersama kita.

                BERSUKACITALAH SENANTIASA DALAM TUHAN!
                             (Filipi 4:4)

  a. Peristiwa kelahiran Tuhan Yesus:
     Yesaya 9:1-6, 11:1-9;
     Mikha 5:1-14;
     Matius 1:18,25;
     Lukas 2:1-14;
     Yohanes 1:14, 3:16, 5:32,37;
     Roma 8:32; 1Korintus 1:25;
     Efesus 1:3-6;
     Filipi 2:7; 1Timotius 3:16;
     Ibrani 1:1,6,8.

  b. Kebesaran dan kejayaan peristiwa itu:
     Yesaya 55:8,9;
     Maleakhi 4:2;
     Matius 18:11;
     Yohanes 1:14,17;
     Roma 8:32; 2Korintus 5:19-21, 8:9;
     Filipi 2:7; 1Timotius 3:16;
     Titus 2:11,14, 3:4-7;
     Ibrani 1:3; 1Yohanes 3:5, 4:9,10.

  c. Bagaimanakah kita menyambutnya?
     Yoel 2:12,13;
     Matius 2:11;
     Markus 5:19;
     Lukas 2:15-20, 9:60;
     Yohanes 1:11,12,16; 2Korintus 5:14,15;
     Titus 2:11-14; 1Yohanes 3:23, 4:11,19.

  Bahan diambil dari:
  Ayat yang Tepat (CD SABDA)
  Nomor Topik: 17030
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA 2.0)]


                   ========== KESAKSIAN ==========

                        KARUNIA BERBAGI RASA

  Hari itu malam Natal tahun 1933. Ibu bersiap-siap memanggang kue
  buah yang sangat sederhana, yang hanya berisi kismis. Walaupun kue
  itu hanya berisi kismis, bagi kami kue itu sangat istimewa.
  Saudara-saudara perempuan saya, Lottie, Vivian, Estelle, Dolly, dan
  saya duduk mengelilingi meja dapur, mengupas kacang untuk kue itu.

  Tidak ada seorang pun, kecuali ibu, yang bersemangat dan saya
  mengira ibu hanya berpura-pura saja. "Ibu," tanya saya, " mengapa
  Nenek, Bibi Ela, Bibi Fran, dan Paman Hugh serta semua saudara
  sepupu kita tidak bisa datang pada hari Natal tahun ini seperti
  tahun lalu? Kita tidak bisa mendengar musik, kecuali Joe datang dan
  membawa gitarnya."

  Kami tidak keberatan tidak memiliki pohon Natal karena kami tidak
  pernah memilikinya dan ibu serta ayah sudah mempersiapkan kami akan
  kemungkinan tidak ada hadiah. Tetapi kenyataan bahwa tidak hadirnya
  tamu yang berkunjung atau musik yang mengalun, membuat kami
  kehilangan semangat. Dolly, yang berumur lima tahun dan yang bungsu,
  menangis tersedu-sedu.

  "Mengapa kita harus pindah?" tanyanya sambil menangis. Maka ibu
  menjelaskan masalah resesi ekonomi lagi.

  "Ketika kita harus menjual tanah pertanian yang kita miliki, kita
  beruntung menemukan tempat yang bisa disewa dan memang tempat ini
  terlalu jauh untuk dikunjungi saudara-saudara kita. Tetapi jangan
  khawatir," kata ibu menenangkan kami. "Karena bisa saja Tuhan
  mengirimkan seseorang untuk merayakan Natal bersama kita di tengah
  kesedihan kita, apabila kita benar-benar percaya." Ibu mulai
  mengaduk kismis yang dimasak dan melembutkannya.

  Sewaktu kami bekerja, angin bertiup mengalun dan bergemerisik di
  atas koran yang kami taruh di sudut ruangan. Hembusan angin yang
  dingin dan kencang menerpa kami waktu ayah masuk melalui pintu
  belakang setelah bekerja di lumbung. "Tampaknya kita diserang angin
  yang sangat dingin dari utara," kata ayah sambil menggosok-gosok
  tangannya.

  Setelah itu, ayah menyalakan perapian di ruang tamu dan kami baru
  saja mau memakai baju tidur flanel ketika seseorang mengetuk pintu.
  Seorang pengembara, yang badannya terbungkus gulungan alas tempat
  tidur, tersesat dan ia berhenti untuk ikut berteduh dari badai
  selama satu malam.

  "Apakah Anda tidak keberatan," katanya sembari meminum secangkir
  kopi panas. "Saya tidak mau dikasihani. Saya bekerja mencari nafkah.
  Saya akan ke California, katanya ada lowongan pekerjaan di sana."

  Lalu ibu menyiapkan kasur jerami yang nyaman di belakang perapian.
  Kami masuk ke kamar tidur dan semua pelan-pelan merangkak ke tempat
  tidur yang sama supaya terasa hangat. "Mungkinkah dia yang dikatakan
  ibu, bahwa Tuhan dapat mengirim seseorang untuk menghibur kita pada
  hari Natal?" bisik saya.

  "Ya, pastilah dia. Siapa yang mau bepergian dalam cuaca seperti
  ini?" kata Lottie. Vivian dan Estelle sependapat. Kami merapat,
  merenung sebentar, lalu tertidur.

  Waktu sarapan pagi, tamu kami mencelupkan biskuit ke dalam saus.
  "Seingat saya, saya tidak mempunyai keluarga," katanya. "Saya tidak
  bisa mengingat satu nama pun, kecuali Gibson. Kalian dapat memanggil
  saya Pak Gibson." Ia tersenyum, yang kelihatan hanya gusinya,
  giginya sudah tanggal semua. Kelihatannya ia tidak mempunyai apa-apa
  di balik gulungan alas tidur yang dipakainya, tetapi ia mengeluarkan
  harmonika yang besar dari saku celananya dan berkata, "Saya selalu
  membawa harmonika ini. Mau mendengar saya memainkannya?"

  Maka Pak Gibson merayakan hari Natal bersama kami dan ternyata ia
  sangat menyenangkan! Ia ikut membantu, bercerita, dan memainkan
  lagu-lagu Natal yang indah dengan harmonikanya. Ia mengiringi kami
  menyanyikan lagu-lagu gereja. Setelah kami bujuk-bujuk, ia mau
  menetap satu malam lagi.

  Besok paginya waktu kami bangun, Pak Gibson sudah pergi. Saya
  menemukan harmonikanya di meja dapur. "Bu!" seru saya. "Pak Gibson
  lupa membawa harmonikanya, satu-satunya yang dimilikinya."

  Ibu berpikir sebentar. "Tidak," katanya pelan. Ibu mengambil
  harmonika itu dan meraba ukiran di pinggirnya. "Ibu rasa ia memang
  sengaja meninggalkannya."

  "Oh, ya! Saya tahu," kata saya. "Seperti sebuah hadiah Natal. Tetapi
  kita tidak memberikannya apa-apa."

  "Kita sudah memberinya hadiah. Sebuah keluarga untuk merayakan
  Natal," kata ibu sambil tersenyum.

  Kami tidak pernah bertemu Pak Gibson lagi. Ayah memang berbakat
  dalam musik; dalam waktu singkat ia belajar memainkan harmonika.
  Selama bertahun-tahun, harmonika itu membangkitkan kenangan manis
  yang tidak terlupakan waktu Tuhan mengirim Pak Gibson untuk
  menghibur kami yang sedang mengalami kesedihan -- angin dingin dari
  utara -- untuk menemani kami merayakan Natal. Karena Tuhan tahu,
  seorang pria yang piawai bermain musik, yang merindukan sebuah
  keluarga, dan menemukan sebuah keluarga tanpa musik, yang merindukan
  seorang teman; saling membutuhkan satu sama lain.

  Sumber diedit dari bahan:
  Judul buku: Kisah Nyata Seputar Natal
  Penulis   : Doris Crandall
  Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993
  Halaman   : 54 -- 56


                      ========== TIPS ==========

                 BAGAIMANA SEBAIKNYA MERAYAKAN NATAL?

  Natal sudah menjadi hari libur yang sangat umum. Karena sibuk
  membeli hadiah, orang-orang cenderung lupa pada makna Natal yang
  sesungguhnya. Di samping mengadakan makan malam istimewa dan memberi
  hadiah-hadiah yang mahal, ada cara lain untuk merayakan Natal yang
  mencerminkan makna Natal sebenarnya.

  Berikut tips yang dapat Anda gunakan untuk merayakan natal.

  1. Ingatlah bahwa kita tidak mengetahui dengan pasti kapan Yesus
     dilahirkan, dan Allah juga tidak memerintahkan kita merayakan
     ulang tahun Yesus. Allah justru berfirman supaya kita merayakan
     dan mengingat kematian-Nya melalui Perjamuan Kudus. Renungkanlah
     makna Natal dengan melakukan beberapa penelitian. Dalam Alkitab
     kita menemukan kisah-kisah Natal di Kitab Lukas pasal 1 dan 2.

  2. Pilihlah kegiatan-kegiatan yang bisa Anda nikmati bersama
     teman-teman atau keluarga Anda. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
     sebaiknya disesuaikan dengan makna Natal sekaligus menyenangkan
     untuk dilakukan. Pertimbangkan untuk memberikan makanan kepada
     orang miskin dan orang-orang lain yang membutuhkan bantuan Anda.
     Perlakukan mereka seperti Anda memberi hadiah kepada orang yang
     Anda kenal. Pelajarilah lagu-lagu Natal yang tidak bersifat
     komersil.

  3. Luangkan waktu untuk merayakan Natal bersama orang lain.

  4. Adakan saat teduh untuk bersyukur pada Tuhan atas kelahiran Yesus
     ke dunia yang kita rayakan pada hari Natal ini.

  5. Undang Tuhan untuk datang dan merayakan hari itu bersama dengan
     Anda.

  6. Natal Anda mungkin tanpa pohon cemara yang berselimut salju, atau
     segudang hadiah, atau paduan suara yang menyanyikan kidung Natal,
     tapi sesungguhnya yang diperlukan adalah perayaan Natal dan
     ucapan syukur Anda. Yang lainnya adalah bonus.

  7. Jangan membeli hadiah yang melebihi anggaran Anda. Belilah sesuai
     dengan kemampuan Anda.

  8. Jangan terbawa bujukan penjual yang akan menjadikan Natal Anda
     menjadi ajang pemborosan, karena hal itu sangat menyimpang dari
     makna yang sesungguhnya. (t/Lanny)

  Bahan diterjemahkan dari:
  Judul artikel: How to Celebrate Christmas
  Kontibutor   : Ben Rubenstein, Pastor Zack, Sondra C, Ausgang, Jen,
                 dan lain-lain.
  Nama Situs   : Wikihow
  Alamat situs : http://www.wikihow.com/Celebrate-Christmas


                      ========== INFO ==========

      PEMBUKAAN KELAS BARU PESTA: PERIODE JANUARI/FEBRUARI 2007

  Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) kembali membuka
  Kelas Virtual DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK). Bahan DIK ini terdiri
  dari sepuluh pelajaran yang menyajikan pokok-pokok pengajaran
  penting dalam iman Kristen, khususnya tentang penciptaan manusia,
  kejatuhan manusia dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui
  Yesus Kristus, dan hidup baru. Selain tugas-tugas tertulis, peserta
  kursus juga harus berpartisipasi dalam diskusi bersama peserta lain
  tentang pokok-pokok yang dipelajari bersama.

  Waktu Pelaksanaan:

  Tgl. 2 -- 20 Januari 2007 : Waktu bagi peserta untuk mempelajari
                              materi kursus serta mengerjakan tugas
                              tertulis dari sepuluh pelajaran.
  Tgl. 1 -- 28 Februari 2007: Waktu berdiskusi (via e-mail) tentang
                              bahan DIK bagi peserta yang telah
                              selesai mengerjakan semua tugas
                              tertulis.

  Biaya: GRATIS!
  Untuk dapat mengikuti kursus teologia tersambung (online) ini Anda
  harus terlebih dahulu mengisi formulir pendaftaran yang tersedia di
  situs PESTA Online di alamat:
  ==>     http://www.sabda.org/pesta/?q=user/register

  atau menulis surat ke: "Admin PESTA" < kusuma(at)in-christ.net >

  Untuk mengunduh (download) bahan kursus DIK, silakan klik:
  ==>     http://www.pesta.org/kursus.php?modul=dik


============================== e-KONSEL ==============================
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:               owner-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org