Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/122

e-Konsel edisi 122 (17-10-2006)

Pertanyaan-Pertanyaan Tentang Konseling Alkitabiah

                    Edisi (122) -- 15 Oktober 2006

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar: Bukan Sekadar Pembungkus
  = Cakrawala: Pertanyaan-Pertanyaan Tentang Konseling Alkitabiah yang
               Acapkali Diajukan
  = Tips     : Yang Perlu Diperhatikan oleh Konselor


                ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Hanya karena serangkaian ayat Alkitab disertakan dalam sebuah
  konseling, bukan berarti bahwa konseling tersebut merupakan
  konseling yang alkitabiah. Bahkan ketika nama Kristus turut
  disebutkan, juga tidak serta merta menandakan bahwa konseling ini
  adalah konseling yang Kristen. Bukan tidak mungkin bahwa hal-hal
  tersebut hanya menjadi pembungkus nilai-nilai sekular yang bersumber
  dari berbagai teori dan latar belakang ilmu psikologi dan psikiatri.

  Konseling yang alkitabiah jelas bukan sekadar menyertakan ayat-ayat
  Alkitab atau nama Kristus dalam konseling. Konseling yang alkitabiah
  akan menempatkan Alkitab sebagai prinsip utama dalam memberikan
  konseling. Rangkaian konseling tersebut harus menelanjangi setiap
  dosa yang menjadi sumber masalah setiap konseli.

  Edisi kali ini sengaja diangkat untuk memperjelas batasan-batasan
  antara konseling alkitabiah dan konseling yang non-alkitabiah. Bagi
  para konselor, hal ini jelas amat penting karena posisi mereka
  sangat vital. Sedangkan bagi pembaca awam, hal ini juga dapat
  menolong untuk memilah apakah suatu konseling yang diikuti adalah
  konseling yang benar-benar alkitabiah atau sebaliknya. Semoga
  bermanfaat.

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Raka

                   ========== CAKRAWALA ==========

         PERTANYAAN-PERTANYAAN TENTANG KONSELING ALKITABIAH
                        YANG ACAPKALI DIAJUKAN

  Apa beda antara konseling alkitabiah dan psikologi Kristiani atau
  konseling Kristiani?
  -----------------------------------------------------------------
  Bila dilihat sepintas lalu, seorang konselor yang alkitabiah dan
  seorang ahli psikoterapi Kristen sama-sama terlihat sebagai seorang
  Kristen yang melakukan banyak hal yang sama. Keduanya mengubah
  orang; keduanya peduli akan orang lain; keduanya berusaha mengenal
  orang; keduanya tertarik pada motivasi, pemikiran, emosi, dan
  perilaku; keduanya mempelajari berbagai tekanan yang dialami
  seseorang; keduanya memberikan umpan balik; keduanya berbicara
  tentang Yesus atau suatu bacaan Alkitab.

  Untuk mengetahui letak perbedaan antara psikoterapi yang di-
  Kristen-kan dan konseling alkitabiah, kita perlu melihat lebih dekat
  apa saja yang dipraktikkan dan diajarkan oleh masing-masing
  konselor. Berikut ini ada beberapa perbedaan.

  1. Sudut pandang Alkitab dan sumbangannya bagi konseling
  --------------------------------------------------------
  Sebagian besar psikolog Kristen memandang Alkitab sebagai sumber
  daya yang sifatnya inspirasional, tetapi sistem konseling dasar
  mereka, baik teori maupun teknik, sesuai dengan selera mereka.
  Sebaliknya, para konselor alkitabiah hanya mengikuti pandangan
  Alkitab sebagai sumber pendekatan yang komprehensif dan terinci
  untuk memahami serta melakukan konseling (2Tim. 3:15-17; 2Ptr. 1:4).

  Para ahli psikoterapi Kristen sangat sedikit menggunakan Alkitab;
  meskipun ada banyak pula yang menggunakannya. Tetapi frekuensi
  pengutipan ayat kurang begitu penting dibandingkan dengan bagaimana
  cara bacaan-bacaan tersebut digunakan--atau salah penggunaannya--dan
  bahkan umumnya banyak sekali bacaan yang sama sekali salah
  penggunaannya. Ketika menafsirkannya menurut konteks (cara
  menafsirkan teks yang penting), terdapat banyak kekurangan; selain
  itu, banyak sekali terjadi eksegesis (memasukkan pemikiran sendiri
  dalam menafsirkan teks). Padahal konseling alkitabiah berpegang pada
  hal membiarkan Tuhan berbicara bagi diri-Nya sendiri melalui firman-
  Nya, termasuk menggunakan Perkataan Kebenaran dengan benar (2Tim.
  2:15).

  2. Sudut pandang Tuhan
  ----------------------
  Ada banyak aspek Tuhan yang diabaikan oleh para psikolog Kristen,
  terutama soal kedaulatan-Nya, kekudusan-Nya, sifat-Nya yang adil,
  dan kuasa-Nya sebagai raja. Bahkan mereka tidak menyebutkan kuasa
  Tuhan yang sebenarnya. Kasih Allah yang kebapakan merupakan tema
  penting bagi para ahli psikoterapi ini, tetapi sama sekali terpisah
  dari bagaimana Tuhan itu seutuhnya. Di mata mereka, kasih ini
  menjadi suatu penghormatan yang positif dan tanpa syarat terhadap
  Sang Ahli Terapi Agung di surga. Hal ini tidak ada bedanya dengan
  teologi liberal klasik. Sedangkan konseling alkitabiah mengikuti
  Alkitab dan berusaha melayani kasih Allah yang hidup dan benar, yang
  kasih-Nya mengalahkan dosa dan membuahkan ketaatan (1Yoh.).

  3. Pandangan terhadap sifat dan motivasi manusia
  ------------------------------------------------
  Hampir setiap psikolog Kristen mendukung teori-teori mengenai
  kebutuhan. Kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan kasih dan
  penerimaan, dan kebutuhan akan merasa dirinya bermanfaat menjadi
  kebutuhan yang cenderung mendominasi mereka. Apabila semua kebutuhan
  ini terpenuhi, mereka akan beranggapan bahwa orang pasti akan
  bahagia, baik hati, dan bermoral; apabila semua kebutuhan tadi tidak
  terpenuhi, orang tentu akan merasa sedih, penuh kebencian, serta
  menjadi tidak bermoral. Para psikolog Kristen meminjam langsung
  teori motivasi dari psikologi manusiawi. Alkitab menentang bulat-
  bulat semua teori kebutuhan seperti ini sebab isinya mengajarkan
  motivasi manusiawi yang penuh dosa yang terdapat dalam berbagai
  keinginan dan nafsu (Gal. 5:16-24; Ef. 2:3; Yak. 1:14-16, 3:13-
  4:12). Alkitab mengajarkan bahwa Tuhan mengubah semua hasrat kita
  dan motivasi yang saleh yang berasal dari hasrat kita akan Tuhan dan
  kekudusan. Apabila orang menginginkan rasa harga diri, cinta, dan
  merasa dirinya bermanfaat, mereka baru dapat merasa bahagia apabila
  berhasil mendapatkannya, tetapi sedih apabila tidak memperolehnya.
  Namun dalam kedua situasi itu, mereka akan tetap egosentris.
  Sebaliknya, apabila orang menginginkan Tuhan (Mzm. 42:1 dst.;
  73:25), kerajaan Tuhan (Mat. 6:9-13, 6:33, 13:45 dst.), hikmat Tuhan
  (Mzm. 3:15; 2Tim. 2:22), dan kemuliaan kebangkitan (Rm. 8:18-25),
  mereka akan menjadi hamba Tuhan yang puas, bahagia, taat, dan
  berguna.

  4. Pandangan terhadap Injil
  ---------------------------
  Bagi kebanyakan psikolog Kristen, Yesus Kristus adalah ukuran bagi
  kebutuhan batiniah seseorang dan penyembuh luka-luka jiwa. Kasih
  Tuhan di kayu salib semata-mata menggambarkan betapa tidak
  ternilainya manusia bagi Tuhan, sehingga hal ini melambungkan harga
  diri manusia serta dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk dicintai.
  Akan tetapi, menurut Alkitab, Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah
  yang disalibkan untuk menggantikan para pendosa. Kasih Tuhan
  sebenarnya menghancurkan rasa harga diri dan hasrat akan rasa harga
  diri. Sebaliknya, kasih Allah memberikan penghargaan yang besar dan
  penuh syukur bagi Putera Allah, yang mengasihi kita dan mengorbankan
  hidup-Nya bagi kita-- Anak Domba Allah sendiri sangat berharga.
  Kasih Tuhan tidak memuaskan hasrat kita untuk dikasihi sebagaimana
  yang kita inginkan. Kasih Allah menghancurkan nafsu yang memperdaya
  untuk dapat mencintai kita tanpa memandang siapa diri kita dan
  mengajar kita untuk mengasihi Allah dan sesama (1Yoh. 4:7-5:3).

  5. Pandangan terhadap konseling
  -------------------------------
  Pandangan psikolog Kristen terhadap konseling cenderung sama seperti
  pandangan psikolog sekular, yaitu sebagai suatu kegiatan profesional
  yang tidak perlu dikaitkan dengan gereja Yesus. Seorang klien,
  dengan kebutuhannya yang mendesak, terdorong untuk menyewa seorang
  profesional guna mendapatkan pertolongan dalam mencapai hal-hal
  seperti penyesuaian diri, kebahagiaan emosi, stabilitas, pemenuhan
  diri, dan semacamnya. Akan tetapi, para konselor alkitabiah hanya
  mengikuti Alkitab dan mereka menganggap konseling sebagai bagian
  dari kegiatan pastoral. Tujuan dari konseling mereka adalah
  pengudusan progresif dan menyampaikan isi Alkitab yang sebenarnya.
  Konseling alkitabiah secara logis dan struktural berhubungan dengan
  ibadah, kerasulan, pewartaan, kelalaian pastoral, pemanfaatan
  karunia, pendisiplinan jemaat, dan aspek-aspek kehidupan lain di
  dalam tubuh Kristus (David Powlison).

  Apakah disiplin sekular sama sekali tidak punya sumbangan bagi
  metodologi konseling alkitabiah?
  --------------------------------------------------------------
  Mari kita tegaskan terlebih dahulu apa yang kita maksud dengan
  metodologi konseling. Metodologi konseling adalah suatu sistem yang
  terdiri dari komitmen, prinsip, dan tujuan teoritis dan metode-
  metode yang cocok. Metode konseling merupakan suatu perangkat yang
  terdiri dari hal-hal yang saling berhubungan; bukan hanya kumpulan
  dari cuilan-cuilan pengamatan atau teknik yang didapat secara acak
  dan elektif. Metodologi konseling adalah cara memahami dan menangani
  masalah orang dengan cara yang sudah diatur dan ditentukan.

  Apakah psikologi sekular ikut menyumbangkan sesuatu pada metodologi
  konseling? Jawabnya adalah tidak. Alkitab telah menyediakan suatu
  sistem tersendiri bagi konseling alkitabiah. Bidang-bidang ilmu
  lain, seperti sejarah, antropologi, sastra, sosiologi, psikologi,
  biologi, bisnis, ilmu politik, mungkin bermanfaat dalam beraneka hal
  sekunder bagi para pendeta dan konselor alkitabiah; tetapi semua
  bidang ilmu ini tidak pernah menyediakan suatu sistem khusus untuk
  memahami serta menasihati orang lain.

  Bidang-bidang sekular mungkin bermanfaat sebab semuanya memberikan
  gambaran tentang manusia; mereka mungkin menantang kita saat semua
  bidang-bidang tersebut berusaha menjelaskan, menuntun, serta
  mengubah manusia. Tetapi bila dipandang dari segi nilai, semuanya
  sangat menyesatkan kita karena sifatnya sekular. Kesemuanya
  menjelaskan manusia, merumuskan bagaimana seharusnya manusia itu,
  dan mencoba memecahkan masalah manusia tanpa mempertimbangkan Tuhan
  dan hubungan manusia dengan Tuhan. Bidang-bidang ilmu sekular
  mempunyai komitmen yang sistematis untuk keliru.

  Tidak dapat disangkal lagi, kaum sekular sering kali merupakan
  pengamat manusia yang cemerlang. Mereka acapkali merupakan kritikus
  yang jujur dan teoritis. Akan tetapi, mereka juga mengubah apa yang
  terlihat. Ajaran dan tindakan mereka menyesatkan. Bila ditilik dari
  sudut pandang Tuhan, hikmat dunia hanya berisi ketololan yang
  fundamental. Mereka tidak akan mengakui bahwa Tuhan telah
  menciptakan manusia sebagai makhluk yang berhubungan dengan Tuhan
  dan makhluk yang dapat bertanggung jawab pada Tuhan. Pikiran sekular
  ibarat gergaji listrik yang memiliki suatu alat yang dapat
  menyimpang dari sudut siku-siku. Gergaji itu mungkin gergaji yang
  kuat dan dapat memotong banyak sekali kayu, tetapi setiap potong
  kayu yang dihasilkannya mungkin tidak lurus.

  Mengingat adanya penyimpangan inheren ini, apa manfaat yang dapat
  diberikan oleh pengamatan, gagasan, serta praktik sekular kepada
  orang Kristen? Semua hal yang sekular itu seharusnya tidak ikut
  berperan dalam konseling kita. Akan tetapi, apabila kita pikirkan
  kembali, semua itu dapat memainkan peran ilustratif, seperti
  memberikan contoh-contoh dan rincian yang menggambarkan model
  alkitabiah dan mengisi pengetahuan kita. Hal-hal tersebut juga dapat
  memainkan peran yang provokatif, seperti menantang kita untuk
  mengembangkan model konseling alkitabiah hingga ke bidang-bidang
  yang belum terpikirkan oleh kita atau telah kita abaikan atau salah
  kita tanggapi. Dalam bukunya "Competent to Counsel", Jay Adams
  menyatakan secara ringkas dan menjelaskan bahwa psikologi dapat
  menjadi "suatu tambahan yang bermanfaat" bagi konseling alkitabiah
  dalam dua hal: (1) "untuk tujuan penggambaran, pengisian
  generalisasi dengan hal-hal yang khusus" dan (2) "menantang
  penafsiran manusia yang keliru mengenai Alkitab, dengan demikian
  memaksa orang yang mempelajari konseling untuk mengkaji ulang
  Alkitab" (Jay Adams, "Competent to Counsel", Grand Rapids:
  Zondervan, 1970, xxi).

  Apa yang dapat diberikan oleh bidang-bidang ilmu sekular kepada para
  konselor alkitabiah? Tuhan adalah pakarnya bila sampai pada soal
  manusia, dan Ia telah berkata dan bertindak untuk mengubah kita
  serta membekali kita untuk menolong sesama agar berubah. Kaum
  sekularis mempunyai sudut pandang yang kacau dan tertutup. Sudut
  pandang mereka hanya dapat berguna bagi para konselor alkitabiah
  setelah ditafsirkan ulang secara radikal dan disesuaikan dengan
  metodologi konseling seperti yang diungkapkan dalam Alkitab (David
  Powlison).

  Mengingat Alkitab bukan buku pegangan tentang psikologi, apakah kita
  tidak perlu melengkapinya dengan beberapa disiplin ilmu lain supaya
  mampu memahami serta menolong orang lain yang memiliki kebutuhan
  psikologis yang dalam?
  --------------------------------------------------------------------
  Bila dilihat sepintas, pertanyaan ini tampaknya masuk akal. Beberapa
  disiplin ilmu telah memperlihatkan kebenaran di luar kebenaran
  Alkitab. Kita semua sudah menikmati manfaat pengetahuan kedokteran,
  yang bagaimana pun juga berada di luar Alkitab. Misalnya saja,
  operasi usus buntu sudah menyelamatkan tidak terhitung banyaknya
  nyawa selama beberapa ratus tahun belakangan. Vaksinasi cacar
  membasmi cacar. Apabila ilmu kedokteran kita batasi khusus hanya
  pada pengobatan yang diungkapkan dalam Alkitab, kita akan merasakan
  kerugian yang sangat besar dalam pengobatan penyakit.

  Tentu saja, Alkitab tidak mengatakan bahwa Alkitab adalah buku
  pegangan pengobatan yang mendalam, ataupun buku pegangan bagi ilmu-
  ilmu lainnya. (Bilamana Alkitab berbicara tentang salah satu dari
  soal-soal ini pun, sesungguhnya yang dinyatakannya itu benar, dapat
  diandalkan, serta tanpa salah: "Segala tulisan yang diilhamkan Allah
  memang bermanfaat mengajar ...." (2Tim. 3:16).) Tetapi psikologi
  jelas berbeda dari kedua hal penting ini. Pertama, psikologi bukan
  ilmu pengetahuan murni. Psikologi tidak berhubungan dengan data-data
  objektif yang dapat diukur dan diuji secara ilmiah dengan
  menggunakan tes-tes yang dapat diandalkan dan dipastikan. Oleh sebab
  itu, psikologi sebenarnya adalah ilmu pengetahuan semu; lagi pula,
  sebagian besar doktrin utama psikologi hanyalah bersifat spekulasi,
  bukan merupakan kebenaran yang dapat diandalkan.

  Kedua dan yang terpenting, yaitu psikologi itu tidak seperti ilmu
  kedokteran atau pun ilmu fisika sebab psikologi berkenaan dengan
  hal-hal yang pada dasarnya bersifat rohaniah. Sesungguhnya, kata
  "psikologi" secara harfiah berarti `ilmu yang mempelajari jiwa`. Apa
  saja kebutuhan psikologis yang mendalam, jika bukan hal-hal rohaniah
  seperti yang diajarkan dalam Injil? Alkitab sendiri juga menyatakan
  perihal kecukupan mutlak yang dimilikinya untuk membahas semua
  kebutuhan tersebut "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang
  bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
  memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
  Dengan demikian tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk
  setiap perbuatan baik" (2Tim. 3:16-17, ditambahkan penekanan).
  "Mazmur Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa" (Mzm. 19:8). Alkitab
  sendiri menjanjikan sumber-sumber daya rohani yang paling
  komprehensif kepada kaum beriman: "segala sesuatu yang berguna untuk
  hidup yang saleh" (2Ptr. 1:3).

  Apakah masalahnya adalah depresi? Ataukah rasa bersalah? Alkitab
  mempunyai satu-satunya pengobatan yang dapat diandalkan untuk
  depresi. Pemecahan yang ditawarkan oleh psikologi untuk mengatasi
  rasa bersalah pun berada di luar pemecahan Alkitab yang sempurna,
  yaitu "darah Kristus ... [menyucikan] hati nurani kita dari
  perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada
  Allah yang hidup" (Ibr. 9:14). Setiap kebutuhan psikologis yang
  tidak dapat ditelusuri penyebab fisiknya, sebenarnya adalah masalah
  rohaniah dan Alkitab sendiri menyatakan diri sebagai satu-satunya
  pedoman yang berkecukupan untuk mengatasi masalah rohaniah. Berusaha
  menambahkan teori psikologi pada pernyataan firman Tuhan yang tidak
  pernah keliru sama seperti menyelewengkan kebenaran Tuhan dengan
  pendapat manusia (John MacArthur Jr.).

  Bagaimana kedudukan kasih karunia Tuhan dan Injil dalam konseling
  alkitabiah?
  -----------------------------------------------------------------
  Alkitab berbicara tentang kasih karunia Tuhan dalam kabar baik
  mengenai Yesus Kristus. Sewaktu membuka pikiran para rasul agar
  memahami Alkitab, Yesus juga menjelaskan hal-hal yang berkaitan
  dengan diri-Nya. Alkitab bertutur tentang Yesus Kristus, Sang
  Juru Selamat. Oleh sebab itu, konseling alkitabiah juga mengenai
  Yesus Kristus, Sang Juru Selamat itu, dan Allah. Ketika membuka
  pikiran para rasul-Nya agar memahami Alkitab, Yesus berbicara soal
  pertobatan, pengampunan dosa, serta soal menjadikan "rasul". Alkitab
  berisi hal-hal yang membuat para pendosa menjadi anak-anak Bapa.
  Ketika membuka pikiran para rasul agar memahami Alkitab, Yesus
  mengajar mereka untuk memberikan pelayanan seperti Guru mereka yang
  penuh rahmat. Oleh karena itu, konseling alkitabiah membawa pesan
  yang penuh rahmat. Para konselor alkitabiah membuat suatu metode
  yang penuh rahmat, keterusterangan yang penuh kasih, kerendahan
  hati, ketergantungan pada doa, kebijaksanaan, kelemahlembutan,
  kegagahan, keramahan, keuletan, keberanian, wibawa, keluwesan,
  pengorbanan diri, serta kesabaran. Alkitab berisi tentang bagaimana
  memperlengkapi para konselor untuk melayani seluruh umat Tuhan.
  Karena itu, konseling alkitabiah berkenaan dengan soal
  memperlengkapi para konselor agar dapat melayani seluruh jemaat
  Tuhan.

  Lalu, di mana kedudukan kasih karunia Tuhan dan Injil dalam
  konseling alkitabiah? Pertanyaan tersebut sama seperti menanyakan
  "di mana letak air dan oksigen dalam fisiologi manusia". Injil
  merupakan materi konseling alkitabiah yang mendasar. Setiap bagian
  dari konseling alkitabiah mengandung Injil dan kasih karunia; dari
  memahami orang lain beserta permasalahan mereka untuk menyelesaikan
  semua masalah tersebut.

  Mengapa orang bertanya-tanya apakah kasih karunia merupakan pusat
  dari konseling alkitabiah? Mungkin ada tiga alasan. Pertama, banyak
  orang mengira bahwa tujuan Alkitab adalah menyelamatkan manusia
  serta memberitahukan apa yang harus mereka kerjakan. Dari sudut
  pandang tersebut, semua konselor alkitabiah dapat mengatakan kepada
  orang banyak bahwa, "Inilah cara menerima kabar baik dan karunia
  pengampunan Tuhan supaya masuk surga. Sekarang, lakukan ini terlebih
  dahulu. Jangan lakukan itu. Bersiap-siaplah. Katakan saja, `tidak`.
  Jadilah orang baik." Namun demikian, ajaran seperti ini adalah
  ajaran yang anti Alkitab. Alkitab tidak melekatkan kehendak dan
  swausaha pada kasih karunia. Kabar baik dan kasih karunia Tuhan
  bukan soal pengampunan dosa saja, melainkan soal kuasa Tuhan yang
  mengubah kaum beriman secara progresif sepanjang hidup mereka. Roh
  yang diam di dalam hati kita berniat mengubah manusia secara rinci
  dalam menjalani hidupnya. Pernyataan diri oleh Tuhan dijadikan-Nya
  sebagai lingkungan tempat kita hidup; semua janji Tuhan dijadikan-
  Nya makanan dalam kehidupan kita. Pantaskah orang yang meragukan
  kelayakan konseling alkitabiah menyandang sebutan sebagai pelayanan
  kuasa Tuhan sendiri dalam kabar baik, yang mampu mengubah diri
  manusia, baik hati dan pikirannya, maupun sikap dan tindakannya?

  Berikut ini adalah alasan kedua yang diajukan orang ketika
  menanyakan letak kasih karunia dalam konseling alkitabiah. Para
  konselor alkitabiah mengarahkan konseli agar hidup taat. Banyak
  orang berpendapat bahwa menekankan soal ketaatan terhadap semua
  perintah Tuhan sama seperti mengabaikan atau melawan karunia Kabar
  Baik yang cuma-cuma itu. Akan tetapi, karunia cuma-cuma itu adalah
  karunia yang efektif. Tak ada gunanya seseorang mendapatkan
  pengampunan atas perzinahan bila ia tetap berzinah. Tuhan tidak akan
  mendapatkan kemuliaan apabila Ia mengampuni kemarahan, namun
  kemudian membiarkan orang tersebut menyerah pada keinginan untuk
  amarahnya. Bukanlah suatu kehormatan bagi Injil apabila kecemasan
  diampuni, tetapi para pendosa yang gugup itu tetap hidup dalam rasa
  kurang percaya. Tidak dapat disebut sebagai suatu kemajuan bagi
  kerajaan Tuhan apabila orang-orang yang egosentris diberi
  pengampunan, tetapi mereka dibiarkan tetap tidak belajar memikirkan
  kepentingan orang lain hingga taraf tertentu.

  Bukanlah suatu kebahagiaan bagi seorang pengeluh yang mendapatkan
  pengampunan, apabila ia tetap asyik dengan dirinya sendiri,
  menuntut, serta pesimis. Tidak akan membawa kebaikan bagi dunia
  ataupun gereja apabila para pembuat perang tidak mempelajari cara
  menjadi pencipta kedamaian yang praktis. Tuhan sibuk melatih para
  murid-Nya melalui karunia Injil. Roh akan memenuhi semua hasrat-Nya
  dan buah-Nya, sedangkan konseling alkitabiah adalah seorang hamba
  dari perubahan praktis dan manis seperti ini.

  Alasan ketiga mengapa orang menanyakan kedudukan kasih karunia dalam
  konseling alkitabiah, yaitu karena ada kalanya para calon konselor
  alkitabiah jauh dari nilai alkitabiah. Konselor alkitabiah macam
  apakah yang tidak menyadari berbagai kegagalannya dalam hal hikmat
  pastoral sewaktu berusaha melayani jemaat Tuhan? Jalan keluar dari
  dilema ini sebenarnya singkat dan jelas: para konselor alkitabiah
  perlu lebih alkitabiah. Mereka perlu meminta pada Tuhan supaya
  berkenan mengungkapkan semua kekurangan mereka; mereka perlu
  menyesali semua ketololan mereka; mereka perlu mencari Tuhan yang
  memberikan hikmat tanpa memarahi; dan mereka perlu dengan rendah
  hati belajar dari para konselor alkitabiah yang lebih terampil dan
  lebih dewasa. Konseling alkitabiah merupakan pelayanan dari kasih
  karunia Tuhan bagi setiap orang, sebagaimana pewartaan Alkitab
  merupakan pelayanan dari kasih karunia Tuhan kepada orang banyak
  (David Powlison).

  Apa manfaat konseling alkitabiah bagi mereka yang non-Kristen, yang
  datang untuk konseling?
  -------------------------------------------------------------------
  Pertama-tama, konselor alkitabiah menyadari bahwa kaum beriman dan
  tidak beriman tidak dapat diberi nasihat dengan cara yang sama. Kita
  tidak dapat menggunakan Alkitab untuk menasihati orang non-Kristen
  yang tidak terikat akan kuasa Alkitab. Memang, konseli sendiri tidak
  dapat dan tidak bakal menanggapi kebenaran Alkitab apabila mata
  rohani mereka yang buta tidak dicelikkan oleh Tuhan. Seperti
  dikatakan oleh Paulus, "Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa
  yang berasal dari Roh Allah karena hal itu baginya adalah suatu
  kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat
  dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu,
  tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain" (1Kor. 2:14-15).
  Maka, supaya orang bisa berubah, mereka harus mengalahkan kehendak
  mereka dan mengikuti kehendak Tuhan. Satu-satunya perubahan yang
  dapat terjadi pada diri orang tidak beriman, yaitu perubahan yang
  tidak mendalam dan yang tidak akan mengubah hatinya. Padahal tujuan
  konseling alkitabiah adalah mengubah hati orang supaya dapat
  menanggapi Tuhan.

  Kemudian apa manfaat konseling alkitabiah bagi mereka yang belum
  dilahirkan kembali? Kita dapat menyampaikan kebenaran Alkitab, yakni
  tak seorang pun akan dapat berubah apabila ia tidak mau merangkul
  Yesus Kristus sebagai Juru Selamat dan Tuhannya hingga taraf
  tertentu. Di situlah awal dari perubahan sejati. Konseling
  alkitabiah dapat mengajarkan Injil yang berisi jawaban bagi segala
  kebutuhan manusia yang terdalam. Mengajarkan Injil adalah tujuan dan
  dasar dari konseling dengan kaum tak beriman. Apabila orang tersebut
  menolak mengakui perlunya karya penyelamatan Kristus, berarti tidak
  ada cara lain yang benar-benar dapat menolong orang tersebut (S.
  Lance Quinn).

  Bahan diambil dan diedit dari:
  Judul buku     : Pengantar Konseling Alkitabiah
  Judul artikel  : Pertanyaan-Pertanyaan yang Acapkali Diajukan
                   tentang Konseling Alkitab
  Penulis artikel: Dennis M. Swanson
  Penyunting     : John F. Mac Arthur, Wayne A. Mack
  Penerbit       : Gandum Mas, Malang 2002
  Halaman        : 438--457


                      ========== TIPS ==========

                YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH KONSELOR

  Seorang konselor dalam pelayanannya hendaknya memerhatikan hal-hal
  berikut ini.

  1. Tujuan bimbingan adalah pertumbuhan rohani dan penyelesaian
     masalah (Kol. 1:28).
  2. Belajar dan bertumbuh secara aktif dalam hidup Anda sendiri
     bersama Allah.
  3. Bekerja sama dengan proses Allah yang kreatif dalam mengubah
     orang yang dibimbing melalui pembaruan akal budi (Rm. 12:1-2).
  4. Mendengarkan untuk mengomunikasikan kasih dan perhatian, serta
     memahami orang itu dan sifat masalahnya.
  5. Pengajaran yang meliputi koreksi, didikan, dan juga
     mengomunikasikan cara-cara Allah (2Tim. 3:16-4:4).
  6. Mengasihi dan menerima orang itu sebagai orang yang berharga bagi
     Allah (Yoh. 15:12).
  7. Membangun, yang meliputi menumbuhkan orang itu dalam Tuhan,
     menguatkan iman dan kepercayaannya kepada Allah, dan memperluas
     konsepnya tentang Tuhan (Ef. 4:12,16,29).
  8. Membimbing, menasihati, atau menyarankan suatu kebijaksananan
     atau rencana tindakan atau tingkah laku, menurut prinsip-prinsip
     alkitabiah.
  9. Menyarankan cara-cara untuk menerapkan kitab suci pada tiap
     keadaan (2Tim. 3:16-17).
  10. Melatih kesabaran; karena masalah-masalah yang telah berkembang
      dan berlangsung bertahun-tahun mungkin akan memakan waktu lama
      untuk diselesaikan (Ef. 4:1-2).
  11. Memercayakan karya penyembuhan dan pengubahan yang sesungguhnya
      kepada Allah.
  12. Mendorong orang yang dibimbing untuk bekerja sama dengan Allah
      dalam proses penyembuhan.
  13. Bersikap objektif tanpa kehilangan belas kasih.
  14. Menentukan bidang pertumbuhan dalam rencana dan waktu Allah bagi
      orang yang dibimbing.
  15. Menghibur orang dalam penderitaan; menguatkan dan memberikan
      pengharapan dengan penghiburan untuk meringankan kesedihan dan
      kesusahan seseorang, namun harus waspada terhadap bahaya akan
      sikap simpati yang berlebihan; tidak membiarkan diri terseret
      oleh arus pederitaan atau mengasihani seseorang yang sedang
      merana dalam keadaannya (2Kor. 1:4).
  16. Melihat tujuan rohani bagi orang yang dibimbing dan menolongnya
      untuk maju ke tujuan itu tanpa memaksakan suatu bentuk
      legalisme.
  17. Memelihara sikap rendah hati.
  18. Berdoa secara konsisten dan terus-menerus.
  19. Memercayai janji-janji Allah dan kesetiaan-Nya untuk mengatasi
      pencobaan dari keputusasaan.
  20. Memberikan semua pujian dan kemuliaan kepada Allah atas karya-
      Nya dalam mengubah seseorang yang dibimbing.

  Bahan diambil dan diedit dari:
  Judul buku   : Bimbingan Berdasarkan Firman Allah
  Judul artikel: Suatu Rencana Bimbingan dalam Gereja Anda
  Penulis      : Martin dan Deidre Bobgan
  Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996
  Halaman      : 254--256


============================== e-KONSEL ==============================
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:               owner-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://c3i.sabda.org/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org