Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/114

e-Konsel edisi 114 (15-6-2006)

Menumbuhkan Pengharapan Dalam Diri Konseli

 
                     Edisi (114) -- 15 Juni 2006

                               e-KONSEL
======================================================================
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================

Daftar Isi:
  = Pengantar            : Teruslah Berharap
  = Renungan             : Seseorang yang Diandalkan
  = Cakrawala            : Menumbuhkan Pengharapan Dalam Diri Konseli
  = Bimbingan Alkitabiah : Harapan (Hope)
  = Surat Anda           : Berbagi Berkat


               ========== PENGANTAR REDAKSI ==========

  Salam sejahtera,

  Tidak satu pun manusia yang memiliki kesempurnaan dalam melakukan
  segala sesuatu. Semua orang tanpa terkecuali pasti pernah mengalami
  kegagalan dalam hidupnya. Menyadari hal ini, marilah kita tidak
  berlarut-larut dalam penyesalan. Setiap kegagalan yang kita alami
  harus kita hadapi dengan sikap yang positif, yaitu percaya bahwa
  Tuhan pasti mempunyai rencana bagi kebaikan kita.

  Sayangnya, tidak semua orang mampu melihat segi positif dari
  kegagalan. Tak sedikit orang yang mengalami stres akibat kegagalan
  yang dialaminya. Bagi mereka, kegagalan dalam dunia kerja, dalam
  pendidikan, ataupun hubungan dengan sesama sering dipandang sebagai
  akhir dari segalanya. Karena itu seringkali mereka tidak dapat lagi
  melihat adanya harapan untuk melanjutkan kehidupan yang berharga
  ini.

  Sebagai orang percaya, kita memiliki pengharapan kepada Tuhan.
  Biarlah pengharapan ini dapat kita tularkan kepada mereka yang ada
  di sekitar kita yang sedang kehilangan harapan. Ada banyak
  pengharapan yang ditawarkan oleh dunia kepada mereka, tapi marilah
  kita menolong mereka menemukan pengharapan yang sejati dan bukan
  yang semu. Untuk itulah e-Konsel edisi kali ini mengetengahkan topik
  yang dapat memberikan pengertian mengenai pengharapan yang sejati
  yang dapat kita berikan kepada orang-orang yang kita layani
  (konseli).

  Staf Redaksi e-Konsel,
  Raka


                   ========== RENUNGAN ==========

                     SESEORANG YANG DIANDALKAN

  Bacaan : Mazmur 91

  Dalam bukunya, "The Fisherman and His Friends", Louis Albert Banks
  menceritakan dua pelaut yang ditugaskan untuk mengawasi kapal-kapal
  yang berlayar jauh ke tengah laut. Sepanjang malam itu badai
  mengamuk sehingga ombak melemparkan satu orang dari mereka ke laut.
  Anehnya, pelaut yang tenggelam justru yang berada dalam ruang kapal
  yang terlindung, sedangkan yang selamat adalah pelaut yang berada di
  ruang terbuka dan lebih dekat dengan laut. Apa sebabnya? Karena
  orang yang tenggelam itu tidak berpegangan.

  Itulah gambaran sikap orang-orang ketika mengalami ujian dalam
  hidupnya! Ketika hidup berjalan dengan baik, mereka merasa tidak
  memerlukan bantuan. Namun ketika keadaan menjadi sulit, kakinya pun
  terpeleset sampai jatuh. Karena mereka menolak pertolongan Allah dan
  tidak mau berpegangan, mereka sangat mudah tenggelam.

  Sebaliknya orang-orang yang berpegang erat kepada Tuhan akan dapat
  melewati kemalangan berat yang menimpa. Mereka cenderung berkata,
  "Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa Tuhan." Itu
  berarti mereka tahu bahwa Bapa surgawi selalu bersama mereka untuk
  menguatkan, menjaga, dan melindungi mereka.

  Mereka yang menyandarkan harapan kepada Allah memiliki Seseorang
  yang senantiasa dapat diandalkan dalam setiap keadaan hidupnya.
  Mereka dapat mengatakan bahwa Tuhan adalah "Tempat perlindunganku
  dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai" (Mazmur 91:2).
  Bagaimana dengan Anda? Dapatkah Anda berkata seperti itu? -- Richard
  De Haan

               ALLAH TIDAK MENJANJIKAN HIDUP TANPA BADAI
           TETAPI DIA BERJANJI AKAN MENOLONG KITA MELEWATINYA

  Sumber diambil dari:
  Publikasi e-Renungan Harian
  Edisi: 24 Juni 2003
  http://www.sabda.org/publikasi/e-rh/2003/06/24/


                   ========== CAKRAWALA ==========

               MENUMBUHKAN PENGHARAPAN DALAM DIRI KONSELI

  Membedakan Pengharapan yang Sejati dengan yang Semu
  ---------------------------------------------------
  Menumbuhkan pengharapan kepada konseli merupakan hal yang penting
  untuk dilakukan konselor. Namun pada kenyataannya, seringkali
  pengharapan yang diberikan oleh konselor adalah pengharapan semu
  yang dasarnya tidak alkitabiah (Amsal 10:28, 11:7). Untuk itu,
  amatlah penting bagi konselor untuk bisa membedakan pengharapan yang
  semu dan pengharapan sejati.

  Ciri-Ciri Pengharapan Semu
  --------------------------
  1. Didasari oleh pemikiran manusia tentang apa yang menyenangkan dan
     yang sangat diinginkan.

     Tuhan tidak pernah mengatakan bahwa dengan mendapatkan segala
     yang kita ingini dan kehendaki, seseorang akan menjadi bahagia.
     Tuhan juga tidak pernah menjanjikan manusia akan terbebas dari
     penderitaan selama mereka ada di dunia (Yohanes 16:33; band.
     Yakobus 1:2-4).

  2. Didasari oleh penyangkalan terhadap realita.

     Konselor seharusnya mengatakan keadaan yang sebenarnya kepada
     konseli. Menutupi keadaan yang sebenarnya dengan maksud menghibur
     konseli adalah tindakan yang tidak benar. Contohnya, seorang
     wanita datang kepada konselor dan menceritakan bahwa dia telah
     ditinggal pergi oleh suaminya. Teman-temannya mengatakan bahwa
     suaminya pasti akan kembali. Tindakan ini memang menghibur tetapi
     ini adalah penghiburan yang tidak benar dan seorang konselor
     seharusnya tidak melakukan hal seperti ini.

  3. Didasari oleh suatu pemikiran yang gaib atau mistis.

     Kegiatan-kegiatan rohani, misalnya ibadah pagi dan membaca
     Alkitab setiap hari, bukanlah suatu cara atau senjata untuk
     mengusir kesulitan. Sering kali orang Kristen menganggap
     kegiatan-kegiatan ini memiliki kekuatan mistik sehingga apabila
     terlewatkan akan mengakibatkan kecelakaan atau ketakutan
     sepanjang hari.

  4. Didasari oleh pandangan yang tidak alkitabiah terhadap doa.

     Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa kita dapat mencapai
     keselamatan tanpa bekerja keras (1 Timotius 4:7b). Demikian pula
     dengan doa, jika hanya berdoa saja tanpa pernah melakukan apa
     pun, persoalan tidak akan pernah dapat diselesaikan. Untuk
     menyelesaikan masalah dibutuhkan kerja keras dan kekuatan dari
     Tuhan. Melalui doalah kita meminta kekuatan itu.

  5. Didasari oleh penafsiran yang keliru tentang Alkitab.

     Penafsiran yang keliru tentang Alkitab seringkali terjadi karena
     ketika seseorang membuka Alkitab, ia memasukkan pengertiannya
     sendiri ke dalam suatu bacaan, bukannya mencari arti yang
     dimaksudkan oleh penulis bacaan itu. Contohnya, ketika seseorang
     membuka Alkitab secara acak dan kemudian mengartikannya tanpa
     melihat konteksnya. Akibatnya terjadilah kesalahmengertian dan
     apabila janji-janji yang diperkirakan tidak terwujud, orang
     tersebut menjadi kecewa.

  Seorang konselor perlu menantang pengharapan yang dimiliki konseli
  untuk mengetahui apakah pengharapan yang dimiliki oleh konseli itu
  merupakan pengharapan semu atau pengharapan sejati. Reaksi konseli
  mungkin tidak menyenangkan, namun ini perlu ditanyakan agar konselor
  mengetahuinya. Orang yang berpengharapan semu akan kesal jika orang
  mempertanyakan pengharapannya itu. Namun, pengharapan sejati justru
  akan melekat erat meskipun orang lain menentangnya. Nabi Mikha
  adalah contoh tokoh yang berpengharapan sejati. (2 Tawarikh 18).

  Ciri-ciri Pengharapan yang Sejati
  ---------------------------------
  1. Pengharapan sejati dibuat berdasarkan pengharapan yang baik
     menurut Alkitab.

     Pengharapan sejati adalah sebuah harapan yang didasari atas semua
     janji Tuhan dan kepercayaan. The New International Dictionary of
     New Testament Theology memberi makna yang alkitabiah pada kata
     "pengharapan" ini sebagai berikut.

       "Pengharapan iman ... adalah pengharapan pribadi yang konkret.
       Meskipun perwujudan keselamatan "belum terlihat", pengharapan
       akan menanti dengan penuh keyakinan walaupun bukannya tanpa
       ketegangan. Namun demikian, Yahwe, kepada siapa pengharapan itu
       menanti, tidak seperti kita manusia. Sebab Ia mengetahui,
       menjanjikan, dan mewujudkan apa yang dimiliki oleh masa depan
       bagi umat-Nya, maka di alam pernyataan, pengharapan mendapat
       kepastian yang tidak tertandingi. Meski saat ini segala sesuatu
       tidak sesuai dengan janji keselamatan, orang yang berharap
       tentu mempercayai Tuhan yang demi kesetiaan-Nya tidak
       mengecewakan pengharapan yang telah ia bangkitkan melalui
       firman-Nya (Yesaya 8:17; Mikha 7:7; Mazmur 42:3).

     Abraham adalah salah satu tokoh dalam Alkitab yang memegang
     pengharapan sejati (Roma 4:18).

  2. Pengharapan sejati adalah buah keselamatan sejati.

     Kristus adalah inti dari pengharapan yang sejati. Oleh karena
     itu, pengharapan yang sejati hanya dapat dimiliki oleh orang yang
     sudah mengenal Dia, mengasihi Dia, beriman kepada-Nya, dan tentu
     saja sudah lahir baru oleh Roh Kudus. Perhatikan 1 Petrus 1:3;
     Kolose 1:4-5; Kolose 1:25-27; dan 1 Timotius 1:1.

  3. Pengharapan sejati mempunyai fokus yang holistis.

     Yang dimaksud dengan holistis adalah pengharapan sejati yang
     tidak hanya berfokus pada bagian (suatu kehidupan) saja, namun
     juga seluruhnya (rencana Tuhan bagi dunia). Rasul Paulus adalah
     contoh tokoh dalam Perjanjian Baru yang fokus pengharapannya
     holistis (lihat Filipi 1:12-14, 1:19-20, 2:17; 2 Timotius 2:8-
     10). Paulus meletakkan pengharapannya pada Kerajaan Surga dan
     rencana Allah di dunia. Ia tidak menghiraukan apa yang menimpa
     dirinya karena baginya kemuliaan Tuhan lebih penting.

     Dalam Perjanjian Lama, Yusuf dan Ayub adalah tokoh yang
     berpengharapan sejati dengan fokus yang holistis (Kejadian 50:20;
     Ayub 13:15, 19:25). Pengharapan sejati berfokus pada kemuliaan
     Tuhan sehingga tidak pernah goyah dalam keadaan apa pun juga.

  4. Pengharapan sejati itu realistis.

     Pengharapan sejati bisa datang dari berbagai cobaan, air mata,
     dan dukacita. Pengharapan sejati juga tidak menyangkal realita
     dosa dan penderitaan. Pengharapan sejati yang realistis tidak
     didasari pada kemampuan diri sendiri, melainkan didasari oleh
     kemampuan Tuhan untuk melakukan apa pun yang tidak mungkin
     dikerjakan oleh manusia. Pengharapan sejati diciptakan dengan
     pertimbangan cermat yang dilandasi dengan pengharapan akan kuasa
     Allah. Contohnya adalah pengharapan yang dimiliki Abraham bahwa
     ia akan dikaruniai anak meskipun rahim Sara, istrinya, telah
     menutup.

  5. Pengharapan sejati harus diperbaharui setiap hari.

     Pengharapan sejati perlu diperbaharui setiap hari dengan
     memelihara hubungan yang konsisten dengan Tuhan seperti yang
     dilakukan oleh Paulus (2 Korintus 4:16). Pembaharuan setiap hari
     perlu dilakukan supaya pengharapan sejati tetap kita miliki.

  6. Pengharapan sejati tidak terpisahkan dari suatu pendalaman akan
     firman Tuhan yang dilakukan dengan rajin dan cermat.

     Mazmur 119:49 dan Mazmur 130:5 mengingatkan kita supaya kita
     memiliki pengharapan yang sejati kepada Allah. Alkitab merupakan
     sarana yang Allah pakai untuk memberikan pengharapan yang sejati
     kepada kita. Dengan tekun dan setia membaca Alkitab serta
     mendalaminya kita bisa memiliki pengharapan yang sejati.

  7. Pengharapan sejati adalah soal kehendak.

     Kita memiliki kebebasan untuk memiliki pengharapan atau tidak. Di
     dalam Alkitab disebutkan bahwa kita mempunyai kemampuan untuk
     memiliki apa yang benar (1 Korintus 10:13; Filipi 2:12, 4:13).
     Oleh sebab itulah, meskipun kita sedang mengalami masa-masa yang
     sulit tetapi sudah seharusnya kita tetap memiliki pengharapan.
     Kita memilih meletakkan pengharapan kita ke dalam tangan-Nya;
     mengandalkan Dia dan memegang janji-janji-Nya.

  8. Pengharapan sejati didasari oleh adanya pengetahuan.

     Paulus dan Yakobus mengatakan bahwa pengharapan sejati tidak
     didasarkan pada perasaan melainkan sesuatu yang kita ketahui.
     Semakin kita memahami kebenaran yang diajarkan firman Allah,
     semakin besar pula harapan kita di saat-saat yang buruk sekalipun
     (Roma 5:2-3 dan Yakobus 1:2-3). Harapan yang didasari pada
     perasaan justru akan mengakibatkan kehancuran.

  Cara Membangkitkan Pengharapan
  ------------------------------
  Jika sudah memahami perbedaan pengharapan semu dan pengharapan
  sejati, kini dukunglah konseli untuk bisa menumbuhkan pengharapan
  sejati dalam dirinya.

  1. Bantulah sesama untuk bertumbuh dalam hubungan mereka dengan
     Kristus.

     Yesus Kristus adalah pengharapan kita (1 Timotius 1:1) dan
     pengharapan sejati ada pada Dia. Oleh sebab itu, untuk memiliki
     pengharapan yang sejati diperlukan hubungan yang mesra dengan-
     Nya. Untuk itulah konselor perlu memastikan bahwa konseli juga
     memiliki hubungan yang mesra dengan Kristus.

  2. Ajarlah orang untuk berpikir secara Alkitabiah.

       - Berpikirlah secara alkitabiah tentang situasi tertentu.
         Banyak orang yang tidak mengetahui bahwa Alkitab juga
         membicarakan masalah-masalah tertentu yang tidak kita duga.
         Misalnya saja Mazmur 3:1-6, 4:1-8; Amsal 3:13-16, 19:23 dan
         Pengkhotbah 5:12 adalah ayat-ayat yang menyangkut soal tidur.
         Mengetahui bahwa Tuhan memberikan perintah-perintah tertentu
         tentang keadaan kita masing-masing merupakan pengharapan yang
         luar biasa.

       - Berpikirlah secara alkitabiah tentang sifat Tuhan.
         Konsep yang keliru tentang Tuhan seringkali menjadi
         penghalang untuk berpengharapan. Tumbuhkan pengharapan
         konseli dengan meluruskan konsep mereka yang keliru tentang
         Tuhan. Mungkin konseli memandang Tuhan sebagai penegak hukum
         yang disiplin sehingga tidak ada harapan jika kita masih
         berada dalam dosa. Atau bisa juga konseli memandang Tuhan
         sebagai pemaaf sehingga dosa merajalela dalam hidupnya dan
         akibatnya dia tidak lagi berpengharapan.

       - Berpikirlah secara alkitabiah tentang berbagai kemungkinan
         akan munculnya sesuatu yang baik.
         Konselor harus dapat menolong konseli untuk melihat sisi
         positif dari permasalahan yang dihadapi. Konselor perlu
         meyakinkan konseli bahwa setiap permasalahan, penderitaan
         ataupun kesengsaraan yang dihadapi konseli akan membawa
         kebaikan baginya seperti yang dikatakan di Yakobus 1:2-4.

       - Berpikirlah secara alkitabiah tentang pelbagai sumber daya
         ilahi.
         Menganggap diri sendiri tidak dapat menangani setiap
         permasalahan yang timbul merupakan salah satu penyebab
         seseorang tidak memiliki pengharapan. Anggapan ini perlu
         dihilangkan karena Allah telah mengaruniakan kepada kita
         keyakinan diri untuk menghadapi berbagai permasalahan (Roma
         8:37; 2Korintus 9:8 dan Filipi 4:13)

       - Berpikirlah secara alkitabiah tentang sifat dan penyebab
         masalah.
         Banyak orang yang beranggapan bahwa masalah yang mereka
         hadapi adalah bersifat kejiwaan sehingga untuk menyelesaikan
         masalah tersebut mereka melakukan tindakan-tindakan yang
         tidak alkitabiah, misalnya:
         1. mereka melangkahi Kristus dan Alkitab dan memandang obat-
            obatan serta gagasan psikologi sekuler sebagai
            pemecahannya,
         2. mereka menganggap Kristus datang untuk membereskan semua
            masalah kejiwaan mereka,
         3. mereka putus asa dan kehilangan harapan, dan
         4. mereka menjadi kecil hati karena menganggap jalan keluar
            dari permasalahan mereka adalah dengan menolong diri
            mereka sendiri atau melalui pertolongan orang lain.

         Orang-orang yang demikian sudah pasti kehilangan pengharapan
         karena menganggap tidak akan terjadi perubahan. Orang Kristen
         seharusnya tidak memiliki sifat seperti ini karena justru di
         saat seperti ini seharusnya kita mulai menyadari bahwa pada
         dasarnya permasalahan mereka adalah masalah rohani. Di saat
         seperti inilah pengharapan kepada Kristus mulai mekar. Dengan
         hidup di dalam Kristus, Yesus memampukan kita menghadapi
         semua permasalahan yang muncul.

       - Berpikirlah secara alkitabiah mengenai apa yang dikatakan
         konseli.
         Pemilihan kata adalah salah satu unsur penting dalam
         konseling. Oleh sebab itu, sewaktu melakukan konseling
         alkitabiah, penting bagi konselor untuk memilih kata-kata
         yang dapat membantu konseli untuk berpikiran jernih dan
         alkitabiah saat mengutarakan permasalahannya. Kata "dosa,
         takut, maut, dusta, cemas, kepahitan atau kepedihan, dan
         menginginkan" adalah kata-kata yang sering digunakan dalam
         Alkitab dan kata-kata seperti ini dapat membantu konseli
         untuk memusatkan pikirannya pada Alkitab.

         Konseli mungkin menggunakan kata-kata yang tidak alkitabiah
         untuk menggambarkan permasalahannya. Kata-kata yang dapat
         memadamkan pengharapan konseli ini misalnya:

         - "Saya tidak dapat." Kata-kata ini bisa berarti "saya tidak
           mau", "saya tidak memahami sumber daya-sumber daya yang
           saya miliki dalam Kristus", atau "saya tidak tahu cara
           mengerjakan semua yang diperintahkan Alkitab kepada saya".
           Jika kata-kata "saya tidak dapat" ini diucapkan berulang
           kali, konselor perlu benar-benar memahami apa maksud dari
           ungkapan tersebut. Misalnya, jika kata-kata itu memang
           menunjukkan bahwa konseli merasa tidak mampu atau merasa
           tidak memiliki kecakapan praktis atau ketrampilan untuk
           mempraktikkan ajaran Alkitab, konselor perlu membantunya
           untuk mendapatkan ketrampilan dalam menerapkan ajaran
           Alkitab tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

         - "Istri saya membuat saya marah." Menurut Alkitab,
           pernyataan ini bersifat semu karena sebenarnya justru si
           suamilah yang tidak bisa menolong dirinya sendiri untuk
           tidak marah dan memberikan respon positif terhadap
           istrinya. Jika si suami tersebut adalah seorang Kristen, ia
           perlu belajar untuk memberi tanggapan yang benar meskipun
           istrinya memancing dia untuk marah.

         - "Saya telah mencoba semua cara, namun tidak berhasil."
           Kata-kata ini bisa saja menunjukkan bahwa konseli telah
           putus asa karena usaha-usahanya dalam berbagai cara tidak
           berhasil. Untuk itu, amatlah penting bagi konselor untuk
           menanyakan apakah konseli sudah benar-benar mengusahakan
           semua cara termasuk yang belum pernah dicobanya. Bisa jadi
           kegagalan ini disebabkan oleh karena konseli hanya
           mengusahakan cara-cara yang menyenangkan dirinya saja,
           tidak alkitabiah, dan pemilihan waktu yang tidak realistis.
           Kegagalan ini bisa juga terjadi karena alasan-alasan yang
           keliru meskipun tindakan mereka adalah tepat.

           Apabila pernyataan-pernyataan ini sering dilontarkan oleh
           konseli, konselor perlu menolong konseli untuk menjernihkan
           semua alasan dalam bahasanya yang tidak alkitabiah ini dan
           memberikan pengharapan dengan memperbaiki kesalahpahaman
           mereka.

  3. Berikan contoh-contoh dari Tuhan kepada konseli.
       - Contoh pengharapan dari diri kita sendiri.
         Konselor perlu meyakinkan konseli bahwa dalam situasi sesulit
         apa pun juga kita harus tetap percaya bahwa Tuhan mampu
         berbuat jauh lebih banyak dan melebihi apa yang kita
         pikirkan, serta tidak ada yang mustahil bagi-Nya (Efesus
         3:20; Matius 19:26). Sikap konselor yang menaruh pengharapan
         dengan berdasarkan Alkitab akan mengilhami konseli untuk juga
         berpengharapan penuh. Berikan pujian kepada konseli untuk mau
         mencari nasihat, bisa dengan menggunakan kata-kata Paulus di
         Filipi 1:6.

       - Berilah contoh pengharapan yang dimiliki orang lain.
         Konselor bisa menunjukkan kepada konseli bahwa apa yang
         dialami bisa juga terjadi pada orang lain (1 Korintus 10:23).
         Konselor bisa menggunakan contoh-contoh dalam Alkitab,
         misalnya saja para jemaat yang disurati Paulus.

  Sumber diringkas dari:
  Judul buku: Pengantar Konseling Alkitabiah
  Penulis   : John F. MacArthur, Jr dan Wayne A. Mack
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2002
  Halaman   : 215 - 232


              ========== BIMBINGAN ALKITABIAH ==========

                            HARAPAN (HOPE)

  Ada banyak sekali ayat di dalam Alkitab yang menyerukan kepada kita
  untuk tidak berhenti berharap kepada Allah. Berikut ini ayat-ayat
  tersebut.

  Perjanjian Lama:

  Mazmur 9:18, 16:9, 31:24, 33:18,22, 38:15, 39:7;
  Mazmur 78:7, 119:74,81,116,166, 130:7, 146:5
  Amsal 10:28, 13:12, 14:32, 23:18, 24:14
  Yesaya 38:18
  Yeremia 17:7
  Ratapan 3:21,24,26
  Yoel 3:16
  Zakharia 9:12

  Perjanjian Baru:

  Kisah Para Rasul 23:6, 24:15, 28:20
  Roma 4:18, 5:2,5, 8:24, 12:12, 15:4
  1Korintus 13:13, 15:19
  2Korintus 3:12
  Galatia 5:5
  Efesus 1:18, 4:4
  Filipi 1:20
  Kolose 1:5,23,27
  1Tesalonika 1:3, 5:8
  2Tesalonika 2:16
  1Timotius 1:1;2
  Titus 2:13, 3:7
  Ibrani 3:6, 6:11, 11:1
  1Petrus 1:3,13,21, 3:15
  1Yohanes 3:3

  <=> Sumber diambil dari: <=>, 200 Topik Penting (CD SABDA versi 2.0)
  Nomor Topik: 09243
  Copyright  : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]


                   ========== SURAT ANDA ==========

  Dari: Ruth <rtma(at)>
  >Kepada pimpinan Konsel, terima kasih untuk naskahnya. Saya
  >pelayanan di suatu TK yang sering mendengar kondisi ortu. Sedih
  >sekali, karena sangat berdampak kepada anak-anaknya, sayangnya
  >ortu-ortu tsb bukan kristen, sehingga sulit untuk diajak bicara.
  >Saya percaya naskah-naskah e-Konsel sangat dibutuhkan oleh ortu-
  >ortu zaman sekarang. Terima kasih, kiranya Tuhan memberkati
  >pelayanan konsel.

  Redaksi:
  Saya bisa ikut merasakan kesedihan Anda melihat kondisi orang tua
  murid-murid yang Anda layani, khususnya yang belum mengenal Tuhan.
  Harapan Anda agar e-Konsel ini bisa menjadi berkat bagi orang tua
  juga menjadi harapan kita semua. Oleh karena itu mari kita berdoa
  agar melalui pelayanan kita masing-masing Tuhan bekerja menjangkau
  mereka. Selamat melayani.


============================== e-KONSEL ==============================

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?        masalah-konsel(at)sabda.org
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:               owner-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Berhenti    : unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://www.sabda.org/c3i/
======================================================================

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org