Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/109

e-Konsel edisi 109 (3-4-2006)

Aborsi

 
<=>                 Edisi (109) -- 01 April 2006                   <=>

                               e-KONSEL
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

Daftar Isi:
  = Pengantar            : Masalah Aborsi: Benar atau Salah?
  = Renungan             : Persiapan Paskah (2): Mazmur 22:13-32
  = Cakrawala            : Aborsi: Masalah Etis Rohani
  = Bimbingan Alkitabiah : Abortus
  = Info                 : Publikasi Berita YLSA

<=> PENGANTAR REDAKSI -------------------------------------------- <=>

  Salam dalam Yesus Kristus,

  Masalah aborsi sampai hari ini terus menjadi topik yang hangat
  diperdebatkan. Sebagian orang membenarkan tindakan aborsi sedangkan
  sebagian lainnya menentang keras. Sebagian menganggap bahwa janin
  yang ada di dalam kandungan masih belum dapat dikatakan sebagai
  manusia sedang sebagian lainnya beranggapan sebaliknya. Bagaimana
  sikap seorang Kristen dalam menghadapi masalah ini?

  Melalui edisi kali ini, kami berusaha meluruskan permasalahan
  seputar aborsi melalui Kolom Cakrawala dan Bimbingan Alkitabiah yang
  kami sajikan. Kolom Cakrawala membahas aborsi sebagai suatu masalah
  etis-rohani -- tidak hanya sebatas masalah moral belaka. Sedangkan
  dalam Kolom Bimbingan Alkitabiah kita akan mendapat penjelasan
  singkat tentang aborsi sekaligus arahan untuk melayani orang-orang
  yang sedang mempertimbangkan aborsi serta mereka yang telah
  melakukannya dan kini sedang tertekan oleh perasaan bersalah mereka.

  Mengingat bulan April ini kita akan memperingati Paskah, maka
  simaklah sajian renungan yang diharapkan dapat mempersiapkan hati
  kita untuk menyongsong Paskah.

  Staf Redaksi,
  (Raka)

<=> RENUNGAN ----------------------------------------------------- <=>

                       <=> MAZMUR 22:13-32 <=>

  Persiapan hati untuk Paskah (2)
  -------------------------------
  Penderitaan seorang manusia dalam Mazmur 22 ini seakan tiada
  berkesudahan. Setelah dicemooh dan ditolak, ia pun mengalami
  penyiksaan fisik luar biasa yang datang bukan dari 1 atau 2 orang
  (13-14, 17). Begitu dahsyatnya penderitaan itu sampai digambarkan
  segala tulangnya terlepas dari sendi, bahkan tulang-tulangnya dapat
  dihitung oleh dirinya sendiri. Penderitaan fisik itu juga
  menghancurkan psikisnya (15b). Hati yang hancur akan melemahkan
  tubuh seseorang, karena itulah dikatakan bahwa kekuatannya kering
  seperti beling yang mudah dihancurkan. Ia pun menjadi tidak berdaya
  untuk mengajukan pembelaan. Situasi dan kondisi yang dihadapi benar-
  benar seperti lingkaran setan di mana derita fisik menyebabkan
  derita batin dan derita batin melemahkan fisik, demikian seterusnya.
  Apakah ada harapan bagi dirinya? Tidak, sebab ia tidak lagi
  mempunyai harta untuk memulihkan keadaannya (19), ditambah lagi
  Allah memang telah menempatkan dirinya dalam debu maut.

  Apakah itu merupakan akhir dari perjalanan hidupnya? Tidak! Ia tetap
  berharap kepada Allah yang pada akhirnya menjawab segala
  permohonannya (20-21). Apakah kelepasan ini akhir dari perjalanan
  hidupnya? Tidak juga! Karena setelah ia mendapatkan kelepasan itu,
  ia akan memasyurkan dan memuliakan Allah di antara manusia (23-25).
  Ia juga akan mewartakan siapakah Allah kepada manusia lain sehingga
  mereka pun dapat berharap dan memuliakan Allah (26-27). Namun, ini
  pun bukan akhir dari perjalanan hidupnya. Akhir perjalanan hidupnya
  adalah ketika ia menyatukan segenap suku bangsa, orang yang berdosa
  dan orang yang menderita, serta membawanya berbalik kepada Allah
  (28-32). Itulah akhir perjalanan hidupnya. Semua itu tercapai
  setelah ia memasuki fase penderitaan yang luar biasa.

  Renungkan:
  ----------
  Itulah gambaran karya Yesus Kristus. Setelah mengalahkan penderitaan
  dan maut, Ia mewartakan kabar anugerah dari Allah yang menyatukan
  seluruh umat manusia di dalam diri-Nya dan mempersembahkannya kepada
  Allah. Menjelang peringatan Paskah ini mulai pikirkanlah apa yang
  harus Anda lakukan di bumi Indonesia agar karya Kristus yang
  mempersatukan segenap bangsa juga dapat mempersatukan bangsa
  Indonesia yang terancam perpecahan karena konflik etnis dan golongan
  yang tak berkesudahan.

  Sumber diambil dari:
  Publikasi e-Santapan Harian
  Edisi: 16 Maret 2001
  ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-sh/2001/03/16/

<=> CAKRAWALA ---------------------------------------------------- <=>

                 <=> ABORSI: MASALAH ETIS ROHANI <=>

  Masalah aborsi merupakan persoalan kontroversial yang mesti
  dicermati dengan lemah lembut dan penuh kehati-hatian. Penyajian
  informasi yang tidak berimbang juga sering mengundang reaksi keras,
  seakan-akan semua pelaku aborsi bayi dalam janin adalah para
  pembunuh berdarah dingin. Bagi para wanita muda yang hamil di luar
  pernikahan, pilihan aborsi acap kali merupakan keputusan yang
  diambil dengan penuh kebingungan, ketakutan, dan keputusasaan - jauh
  berbeda dengan profil seorang pembunuh berdarah dingin. Bagi mereka
  dan bagi banyak wanita lain, aborsi merupakan suatu jalan keluar
  yang menyakitkan dan memang demikianlah seharusnya karena ada hal-
  hal dalam hidup ini yang tak akan terselesaikan melalui proses
  rasionalisasi yang seberapa canggihnya pun. Aborsi harus ditatap
  dengan hati nurani, bukan rasio!

  Masalah Etis-Rohani, Bukan Medis
  --------------------------------
  Karena praktik aborsi pada umumnya terjadi dalam suatu perawatan
  medis dan mengikutsertakan tenaga medis, maka ada yang beranggapan
  bahwa aborsi merupakan fenomena atau tindakan medis semata. Suatu
  asumsi yang keliru karena dilandasi dasar pemikiran yang keliru.
  Sebagai perbandingan saya akan memaparkan suatu kejadian yang
  melibatkan tenaga medis, namun sama sekali tidak dapat dikategorikan
  sebagai tindakan medis. Dalam upayanya memerangi obat-obatan
  terlarang yang masuk melalui pintu selatan, Amerika Serikat
  menyelundupkan salah seorang polisinya masuk menjadi salah seorang
  anggota kelompok pengedar obat terlarang di Meksiko. Malang tak
  dapat ditolak, penyamaran polisi ini terkuak dan akhirnya ia pun
  dibunuh secara kejam. Sebelum ia mati, ternyata polisi ini mengalami
  penyiksaan yang sangat biadab dan setiap kali ia pingsan kesakitan,
  ia menerima suntikan dari seorang dokter agar cepat siuman. Tujuan
  intervensi medis ini jelas, yakni supaya polisi tersebut mencicipi
  setiap siksaan dan penderitaan yang ditimpakan kepadanya dalam
  kesadaran penuh.

  Saya yakin ada di antara Saudara yang akan berseru bahwa dalam
  contoh di atas tindakan dokter itu tidak dapat disebut perawatan
  medis. Betul sekali! Sesuai dengan sumpah Hipokrates, perawatan
  medis selalu berorientasi pada pelestarian hidup, bukan penyiksaan,
  apalagi penghentian hidup. Tindakan dokter tersebut bukanlah
  perawatan medis melainkan intervensi medis yang tujuannya bertolak
  belakang dengan penyembuhan, apalagi pelestarian hidup. Demikian
  pula dengan praktik aborsi di kalangan wanita yang hamil di luar
  nikah. Tindakan medis yang terlibat dalam proses aborsi seperti itu
  tidaklah dapat dikategorikan sebagai perawatan medis karena tidak
  bertujuan untuk pelestarian atau pemulihan hidup. Sebaliknya, yang
  terjadi adalah penghentian hidup. Nah, sekarang mungkin ada di
  antara Saudara yang berkeberatan dengan istilah, "hidup" seperti
  yang saya gunakan di atas. Saudara mungkin mempertanyakan, apakah
  janin yang masih belum lengkap dapat dikategorikan hidup. Sebagai
  perbandingan saya akan menggunakan peristiwa menggemparkan yang
  terjadi beberapa tahun yang lalu. Ternyata manusia menemukan bahwa
  ada tanda-tanda kehidupan di planet Mars dan penemuan ini tentu
  menyenangkan hati para ilmuwan. Tetapi sebelum kita terlalu
  bersenang hati dengan penemuan itu, coba kita perhatikan terlebih
  dahulu apa yang mereka maksudkan dengan "kehidupan" di Mars.
  Ternyata yang disebut kehidupan di Mars tidak lain dan tidak bukan
  adalah tumbuhan-tumbuhan sejenis lumut yang hidup di sana - masih
  terlalu jauh untuk dapat dikategorikan sebagai kehidupan yang
  lengkap, apalagi jika dibandingkan dengan kemungkinan adanya makhluk
  hidup seperti manusia. Sungguh pun demikian para ilmuwan
  memanggilnya "kehidupan". Di pihak lain, janin yang sudah mempunyai
  sebagian anggota tubuh dan bisa ada karena ibu yang mengandungnya
  hidup, disebut gumpalan.

  Aborsi tidaklah dapat dilihat sebagai prosedur medis belaka karena
  masih ada kriteria medis itu sendiri yang belum terpenuhi oleh
  tuntutan aborsi. Aborsi tak dapat digumpalkan menjadi suatu
  terminologi medis yang hampa nilai etis-rohani, bak menghilangkan
  kutil dari kulit. Aborsi sarat dengan muatan etis-rohani sebab
  memang itulah aborsi.

  Masalah Etis-Rohani, Bukan Hak Asasi
  ------------------------------------
  Ada hukum yang melembagakan hak asasi ibu di atas hak asasi bayi
  selama bayi itu belum berumur 3 bulan. Dengan kata lain, aborsi
  bebas dilakukan secara legal pada trimester pertama kehamilan. Dasar
  pertimbangan ini adalah sebelum 4 bulan, bayi dianggap belum menjadi
  manusia; jadi, tidak mempunyai hak asasi tersendiri. Akibatnya, hak
  asasi ibu melampaui hak asasi janin itu. Itulah sebabnya gerakan
  pendukung aborsi di Amerika Serikat memanggil dirinya Pro-Choice.
  Wanita bebas menentukan pilihannya sebab keputusan aborsi menyangkut
  tubuhnya sendiri. Sudah tentu apabila kita mengukur manusia dari
  segi pertumbuhan jasmaninya saja, pada usia 4 bulan ia belumlah
  memiliki kematangan fungsi jasmani secanggih usia 4 tahun. Masalah
  akan timbul jika kita menilik dengan teliti hukum yang berlaku di
  Amerika Serikat pasca Roe vs Wade ini. Pada trimester terakhir
  aborsi menjadi ilegal dan ini yang menarik, pengguguran kandungan
  pada bayi di atas 6 bulan merupakan tindakan pidana. Saya masih
  teringat akan satu kasus yang terjadi beberapa tahun yang lalu di
  mana ada sepasang remaja yang membuang bayi mereka dan mereka
  didakwa dengan delik pembunuhan. Dalam selang beberapa bulan,
  makhluk yang sama (bayi itu) menerima pelabelan yang berbeda dan
  mendapatkan penganugerahan hak asasi pula.

  Gerakan yang menentang aborsi di Amerika Serikat menyebut dirinya
  Pro-Life dan kelompok ini berusaha memperjuangkan hak asasi bayi
  yang belum mampu menyuarakan haknya untuk hidup. Mohon perhatikan
  istilah-istilah legal yang digunakan. Pada usia 4 bulan seorang bayi
  diaborsi sedangkan pada usia 6 bulan, ia dibunuh. Saya kira
  pendefinisian hidup seperti ini sangat dangkal. Ironisnya, untuk
  lumut di Mars para ilmuwan menggembar-gemborkan, "Ada kehidupan di
  Mars!" Sedangkan bagi bayi yang berusia 4 bulan, ia tidak lebih dari
  gumpalan daging dan darah - sama sekali bukan kehidupan - yang tidak
  memiliki hak asasi. Saya kuatir dasar pertimbangan aborsi seperti
  ini lebih dititikberatkan pada peribahasa "Out of sight, out of
  mind" (Tak terlihat, maka tak dipikirkan).

  Masalah Etis-Rohani, Bukan Psikologis
  -------------------------------------
  Pertimbangan memilih aborsi atau tidak kadang dialasi atas dasar
  psikologis. Aborsi dianggap dapat mengganggu kesehatan jiwa
  pelakunya atau kebalikannya, tidak memilih aborsi justru
  diidentikkan dengan stres pada si calon ibu. Menurut saya,
  pertimbangan psikologis tidaklah seharusnya menjadi faktor penentu
  dalam pertimbangan aborsi. Muatan psikologis dari aborsi sangat
  bergantung pada kematangan jiwa si pelaku dan terutama, nilai
  rohaninya. Walaupun aborsi sering kali membuahkan dampak psikologis
  yang berkepanjangan, namun masalah intinya tetaplah etis-rohani.

  Mungkin ada di antara Saudara yang menanyakan, bukankah aborsi
  justru merupakan alternatif yang lebih baik bagi seorang remaja
  putri daripada menanggung malu mengandung seorang bayi. Apalagi jika
  pacarnya menolak untuk bertanggung jawab. Mungkin ada pula yang
  meragukan kesiapan mental seorang remaja putri melahirkan seorang
  bayi di luar pernikahan. Semua ini adalah seruan keprihatinan yang
  sah dan sudah seharusnyalah kita memikirkan dampak-dampak ini.
  Keputusan untuk tidak aborsi harus mengikutsertakan faktor-faktor
  psikologis seperti ini. Tetapi untuk sejenak marilah kita melihat
  masalah ini dari sudut yang berbeda. Salah satu ketakutan orang tua
  adalah hancurnya masa depan si remaja putri apabila ia dibiarkan
  memelihara bayi dalam rahimnya itu. Namun, apakah ketakutan itu
  berdasar? Apakah masa depannya sungguh akan hancur bila ia melewati
  9 bulan masa kehamilan? Apakah jiwanya sungguh akan mengalami
  guncangan berat yang tak terbendung? Belum pasti. Yang lebih pasti
  adalah 9 bulan di depannya akan menjadi kurun yang sulit dan ia
  memerlukan bantuan untuk bisa melaluinya. Jadi, pertanyaan yang
  timbul ialah, apakah perbuatan menghilangkan hidup si bayi dapat
  dibenarkan guna memudahkan hidup si remaja putri selama 9 bulan
  mendatang? Mana yang lebih penting, pergumulan psikologis atau hidup
  seorang anak manusia?

  Kesimpulan
  ----------
  Aborsi mengandung unsur etis-rohani sebab segala keputusan yang
  menyangkut mati hidupnya manusia berkaitan dengan pertanyaan-
  pertanyaan berikut ini.

  Siapakah yang menciptakan manusia dalam rahim ibunya? Firman Tuhan
  berkata, "Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun
  aku dalam kandungan ibuku." (Mazmur 139:13) Tuhanlah yang
  menciptakan manusia dalam rahim ibunya. Dengan kata lain, Tuhan
  tidak berhenti mencipta sejak Ia menciptakan Adam. Ia terus mencipta
  dan senantiasa terlibat dalam proses penciptaan setiap manusia yang
  dibuahkan oleh pria dan wanita. Alkitab terjemahan New International
  Version menggunakan istilah "my inmost being" sebagai ganti kata
  "buah pinggangku" yang menandakan bahwa Tuhan menciptakan bagian-
  bagian terdalam dari diri manusia.

  Di ayat berikutnya (14) pemazmur melantunkan pujiannya, "Aku
  bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib;
  ajaib apa yang Kaubuat." Ayat ini menyatakan bahwa Tuhan membuatnya
  secara dahsyat dan ajaib. Menurut keterangan The Defender`s Study
  Bible, istilah "ajaib" sesungguhnya merujuk pada makna "unik".
  Dengan kata lain, Tuhan membuat manusia secara unik, tidak ada yang
  persis sama. Tuhan tidak memproduksi manusia secara massal; Tuhan
  menenun setiap bayi secara khusus.

  Selanjutnya, pemazmur menegaskan bahwa, "Tulang-tulangku tidak
  terlindung bagi-Mu..." (ayat 15). The Defender`s Study Bible
  menjelaskan bahwa istilah "tulang-tulangku" mengacu pada kerangka
  manusia, sebagaimana diterjemahkan oleh Alkitab New International
  Version, "frame".

  Saya kira firman Tuhan bersikap tegas dalam hal penciptaan manusia.
  Tuhanlah yang membuat setiap manusia mulai dari kandungan dan semua
  ciptaan telah Ia ciptakan secara khusus, baik itu bagian dalam tubuh
  maupun kerangka tulangnya. Semua adalah karya tangan-Nya sendiri.

  Sejak kapankah manusia menjadi manusia yang hidup? Injil Lukas 1
  mencatat dua peristiwa kelahiran, yaitu kelahiran Yohanes Pembaptis
  dan Tuhan Yesus. Pada pertemuan antara Maria, ibu Yesus dan
  Elisabet, ibu Yohanes, terjadilah sesuatu yang penting, yang dicatat
  di ayat 41-44.

    "Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang
    di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu
    berseru dengan suara nyaring, "Diberkatilah engkau di antara semua
    perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai
    ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika
    salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku
    melonjak kegirangan."

  Perhatikan bahwa Elisabet yang sedang mengandung 6 bulan (ayat 36)
  memanggil kandungannya, "anak" dan anak itu melonjak kegirangan
  menyambut kehadiran Maria. Juga, Elisabet menyebut Maria, "ibu
  Tuhanku." (yang sedang mengandung muda). Sebagai mana dijelaskan
  oleh The Defender`s Study Bible, Elisabet pun sudah menyebut "buah
  rahim" Maria sebagai "Tuhan." Jadi, semua ayat ini menegaskan bahwa
  bayi dalam kandungan sudah merupakan manusia yang hidup dan wanita
  yang mengandungnya disebut "ibu." Pada usia 6 bulan dalam rahim,
  Yohanes sudah melonjak kegirangan dan bayi Yesus dalam kandungan
  sudah dipanggil, "Tuhan."

  Jawaban dari pertanyaan, "Siapakah yang menciptakan manusia dari
  rahim ibunya?" adalah, Tuhanlah yang menciptakan setiap manusia.
  Implikasinya jelas, yakni apa yang kita perbuat kepada manusia -
  bahkan yang masih berada dalam kandungan sekalipun - harus tunduk
  pada nilai etis-rohani sebab Dialah pencipta kita. Tuhanlah yang
  berhak dan telah mengatur hubungan antar manusia, tidak terkecuali
  manusia yang masih tersimpan di dalam rahim ibunya.

  Jawaban untuk pertanyaan, "Sejak kapankah manusia menjadi manusia
  yang hidup" adalah, sejak ia berada dalam rahim ibunya. Dan, jawaban
  ini mempunyai dampak yang penting sebab apa pun yang kita perbuat
  terhadap manusia yang hidup haruslah kita pertanggungjawabkan kepada
  penciptanya, yakni Tuhan sendiri. Kesimpulannya nampak jelas;
  masalah aborsi bayi adalah masalah etis-rohani karena bertalian
  langsung dengan Sang Penciptanya. Tinggal ada dua pilihan; menutup
  mata atau dengan air mata berlinang mengakui fakta rohani ini.

  Bahan diambil dari sumber:
  Judul Buletin: Seri Psikologi Praktis:
                 Aborsi: Masalah Etis-Rohani
  Penulis      : Pdt. Paul Gunadi Ph.D
  Penerbit     : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001
  Halaman      : 1 - 8

<=> BIMBINGAN ALKITABIAH ----------------------------------------- <=>

                           <=> ABORTUS <=>

  AYAT ALKITAB
  ============
  Keajaiban Hidup:
  Mazmur 127:3
  Mazmur 139:13-15

  Keampunan:
  1Yohanes 1:9
  Yesaya 55:7
  Mazmur 103:3,4
  Mazmur 32:1-5 (Ayat-ayat ini ditulis oleh seorang yang bersalah
  karena melakukan perzinahan dan pembunuhan.)

  Pengharapan dan kekuatan untuk bertahan:
  Yesaya 40:31
  Mazmur 42:11

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Sebagian besar orang Kristen menganggap, tidak ada dokter atau
  tenaga medis mana pun yang boleh mengambil hak Allah mengakhiri
  suatu kehidupan dengan menggugurkan kandungan. Tidak seorang wanita
  pun bebas atas tubuhnya, sampai berhak dengan sengaja membinasakan
  anak yang belum dilahirkannya itu. Janin yang bertumbuh dalam
  tubuhnya lebih dari sekedar bagian dirinya. Janin itu memiliki
  keberadaan tersendiri. Ia memiliki hidupnya sendiri!

  Alkitab memberi nilai tinggi atas hidup manusia. Hidup ini kudus dan
  sangat berharga di hadapan Allah yang telah menciptakannya "dalam
  gambar dan rupa-Nya" (Kejadian 1:26,27), yang memeliharanya ("di
  dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap
  manusia" (Ayub 12:10)) dan yang menebusnya (2Korintus 5:19).

  Abortus salah karena Alkitab berkata, "Jangan membunuh" (Ulangan
  5:17). Tindakan itu salah karena setiap janin memiliki kemungkinan
  untuk berkembang menjadi suatu pribadi dewasa penuh, bertanggung
  jawab di hadapan Allah. Daud, ribuan tahun yang lampau menulis,
  "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya
  tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun
  daripadanya." (Mazmur 139:16).

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  Masalah ini beraspek ganda. Dua hal yang harus Anda urus ialah
  wanita yang sedang merencanakan pengguguran dan rasa bersalah dari
  orang yang terlanjur telah melakukannya. Masing-masing harus
  dihadapi secara berbeda. Ada kalanya para pembimbing perlu pula
  melayani orang tua gadis yang sedang hamil, ayah dari janin tersebut
  atau ahli medis yang sudah membantu pelaksanaan abortus dan lain-
  lain.

  Untuk orang yang sedang mempertimbangkan pelaksanaan abortus:
  -------------------------------------------------------------
  1. Kuatkan hatinya. Katakan bahwa tindakannya mengungkapkan
     kekuatirannya adalah benar. Anda senang berbicara dengannya dan
     berharap dapat membagi sesuatu yang mungkin membantu dia membuat
     keputusan yang benar.

  2. Secara bijaksana katakan bahwa yang bersangkutan mungkin memiliki
     perasaan-perasaan kuat tentang implikasi moral dari abortus, atau
     bila tidak demikian tentu dia tidak meminta bimbingan.

     Jangan menghakimi situasinya. Misalnya, bila dia masih muda dan
     belum menikah, kehamilannya mungkin disebabkan oleh usahanya
     mencari kasih, perhatian dan rasa sayang yang tidak diterimanya
     di rumah. Tetapi jangan pula meringankan kesalahan tindakannya
     yang berdosa itu.

  3. Tanyakan perasaan-perasaannya tentang abortus.
     Apa yang membuat Anda ingin agar masalah Anda dilayani?
     Bagaimana perasaan terdalam Anda tentang abortus?
     Adakah bagian Firman Tuhan yang telah menyentuh hati Anda? Apa?

  4. Entah dia menyadari kesalahan abortus atau tidak, dengan lembut
     tetapi pasti, jelaskan pandangan Alkitab (Lihat Latar Belakang).

  5. Minta dia memikirkan kemungkinan lain. Jika dia ingin
     menggugurkan kandungannya karena merasakan aib memiliki anak
     tidak sah, dia memperumit situasi dan melipatgandakan
     keberhasilannya. Mengambil nyawa janinnya akan menyebabkan mimpi
     buruknya menjadi gelap yang mengerikan! Usahakan dia untuk
     menerima bayi tersebut dan memohon agar Allah memungkinkan dia
     memetik kebaikan dari pengalaman itu. "Kita tahu sekarang, bahwa
     Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
     kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
     terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

     Jika yang dipikirkannya ialah ketidakmampuannya untuk merawat dan
     memelihara anak itu, minta dia untuk mempertimbangkan kemungkinan
     memberikan anak itu pada orang lain. Ada banyak pasangan yang
     mencari anak dan yang mampu mengasihi dan memeliharanya. Ada
     banyak organisasi yang dapat membantunya. Usulkan agar dia
     meminta petunjuk pendeta yang mungkin dapat mengatur proses
     pengangkatan anak tersebut.

  6. Tanyakan apakah dia pernah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
     dan Juruselamatnya. Jika belum, gunakan Damai dengan Allah,
     [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
     non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
     Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD SABDA versi 2.0: Topik
     17750.]].

  7. Bimbing dia untuk mulai membaca Alkitab. Untuk membangun
     kehidupannya agar sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, dia
     perlu membaca dan mempelajari Firman Allah.

  8. Tanyakan apakah dia sudah menjadi anggota penuh dari suatu
     gereja. Dia harus melibatkan diri penuh dalam ibadah dan
     persekutuan yang mendorong dan menumbuhkan hidup Kristennya pada
     salah satu gereja yang mementingkan Alkitab.

  Untuk orang yang sudah melakukan abortus dan sedang tertindih rasa
  bersalah:
  ------------------------------------------------------------------
  1. Hibur dia dan katakan bahwa dia telah menghubungi tempat yang
     tepat. Kita memperhatikan dan berusaha sekuat mungkin untuk
     menolongnya. Allah memiliki jawaban bagi setiap situasi manusia
     dan dia dapat memercayai-Nya melakukan yang baik untuk dia.

  2. Jangan menekan dia tentang dosanya; jangan juga meringankannya.
     Kenyataan bahwa dia bersedia mengungkapkan rasa bersalahnya
     adalah petunjuk bahwa Allah telah berbicara kepada dia.

  3. Berpeganglah pada pengampunan yang Allah sediakan bagi yang mau
     bertobat dan mengakui dosa-dosa mereka kepada Tuhan. Kepada
     perempuan yang kedapatan berzinah, Yesus berkata, "Aku pun tidak
     menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai
     dari sekarang." (Yohanes 8:11)

  4. Jika terjadi pengakuan, jangan berputar-putar pada masa lampau
     (Lihat Filipi 3:13,14).

  5. Selidiki apakah dia sudah menerima Yesus Kristus sebagai
     Juruselamat pribadinya. Jika belum, uraikan Damai dengan Allah,
     [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
     non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
     Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD SABDA versi 2.0: Topik
     17750]].

  6. Anjurkan dia untuk memupuk persekutuan dengan Allah dengan
     menggali Alkitab dan berdoa.

     Pengampunan langsung diterima, namun penghayatan tentang
     pemulihan dan penerimaan Allah membutuhkan waktu. Melalui
     ketekunan berdoa dan mempelajari Alkitab, dia akan bertumbuh
     dalam hubungannya dengan Allah.

  7. Anjurkan dia untuk mencari atau kembali ke persekutuan di suatu
     gereja yang mementingkan Firman Tuhan. Di sana dia bisa meminta
     bimbingan pendeta, mendengarkan pengajaran Firman Tuhan dan
     mendapatkan kekuatan melalui persahabatan Kristennya.

  8. Berdoalah bersamanya. Minta pengampunan, penyerahan diri, dan
     kekuatan untuk masa depan pada Allah.

  Sumber diambil dan diedit dari:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
  Halaman   : 15 - 18

<=> INFO --------------------------------------------------------- <=>

                    <=> PUBLIKASI Berita YLSA <=>

  YLSA (Yayasan Lembaga SABDA) adalah yayasan yang selama ini menaungi
  terbitnya Publikasi e-Konsel dan juga Situs Christian Counseling
  Center Indonesia (C3I). Dalam kiprah pelayanannya YLSA telah
  mengembangkan sayap yang cukup lebar dalam memberi kontribusi bagi
  pelayanan di Indonesia, khususnya sebagai penyedia sumber-sumber
  bahan literatur kekristenan. Bagaimana masyarakat Kristen mengenal
  dan mengetahui perkembangan pelayanan YLSA?

  BERITA YLSA adalah newsletter elektronik yang diterbitkan oleh YLSA
  untuk memberikan informasi aktual mengenai pelayanan dan
  perkembangan pelayanan YLSA. Publikasi yang dikirimkan sebulan
  sekali ini diterbitkan secara khusus untuk menjangkau pribadi/
  yayasan yang selama ini telah mendukung atau yang ingin mendukung
  menjadi sahabat YLSA; baik sebagai donatur, relawan, mitra, pendoa,
  dan teman-teman YLSA. Melalui dukungan inilah diharapkan eksistensi
  YLSA semakin berdampak bagi kemajuan pelayanan di Indonesia.

  Nah, jika Anda berminat untuk bergabung menjadi Sahabat-sahabat
  YLSA, maka silakan kirimkan email kosong untuk berlangganan Berita
  YLSA di:
    ==>   < subscribe-i-kan-berita-ylsa(at)xc.org >

  Untuk arsip publikasi Berita YLSA yang telah diterbitkan sejak
  November 2004 bisa dibaca di:
    ==> http://www.sabda.org/ylsa/
    ==> http://www.sabda.org/publikasi/berita-ylsa/

  Kami tunggu keikutsertaan Anda dalam Berita YLSA!

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=> e-KONSEL <=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                          Ratri, Evie, Raka
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2006 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                       http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>
Anda punya masalah/perlu konseling?   < masalah-konsel(at)sabda.org >
Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
dapat dikirimkan ke alamat:          < owner-i-kan-konsel(at)xc.org >
=====================================================================
  Berlangganan: < subscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Berhenti    : < unsubscribe-i-kan-konsel(at)xc.org >
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP       : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  Situs C3I   : http://www.sabda.org/c3i/
<=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=><=>

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org