Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/91

e-Konsel edisi 91 (15-7-2005)

Awas Autis!

><>                Edisi (091) -- 15 Juli 2005                    <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar           : Takut akan Autis
    - Cakrawala           : Mengenal Autis
    - Tips                : Apakah Autis itu dan
                            Apa yang bisa Kita Lakukan?
    - Tanya Jawab         : Apakah Anak Saya Autis?
    - Kesaksian           : Keponakanku Autis?
    - Surat               : Terima Kasih Bantuannya

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Penyakit "Autis" sering menjadi perbincangan hangat di kalangan
  orangtua dan pakar kesehatan anak. Kurangnya informasi tentang
  penyakit ini sering membuat orangtua dicekam rasa takut dan kuatir,
  terutama jika mendapati anaknya dinilai memiliki tingkah laku yang
  aneh. Bahkan, ada orangtua yang berceletuk, "Lebih baik memiliki
  anak yang menderita bibir sumbing daripada menderita autis."

  Nah, apakah sebenarnya penyakit autis? Gejala-gejala apa saja yang
  patut diwaspadai untuk melakukan deteksi dini? Kami mengajak Anda
  menyimak e-Konsel edisi kali ini karena pokok bahasan yang kami
  sajikan dalam edisi ini adalah tentang penyakit autisme. Selamat
  menyimak. (Tes)

  Redaksi

*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                        -*- MENGENAL AUTIS -*-

  Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara
  garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi
  pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan
  interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada
  anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil.

  Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik
  diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri:
  berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.

  Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada
  penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia
  disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada
  anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan.

  Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun.
  Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang
  ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan
  melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun.
  Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap
  mata.

  Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak,
  digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (International
  Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and
  Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis
  Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.
  Kriteria tersebut adalah:

  Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari
  no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan
  masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).

  1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.
     Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:
     - Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
       kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
       gerik kurang tertuju.
     - Tidak bisa bermain dengan teman sebaya.
     - Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
       lain).
     - Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
       timbal balik.

  2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus ada
     satu dari gejala-gejala di bawah ini:
     - Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.
       Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal.
     - Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk
       berkomunikasi.
     - Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
     - Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang
       dapat meniru.

  3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam
     perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala
     di bawah ini:
     - Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat
       khas dan berlebihan.
     - Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas
       yang tidak ada gunanya.
     - Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
     - Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

  Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
  bidang: a. interaksi sosial,
          b. bicara dan berbahasa,
          c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

  Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan
  Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis
  selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan
  karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan
  autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau
  hiperaktivitas.

  Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari
  berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di
  Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini
  dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana
  penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase
  kesembuhannya lebih besar.

  Bila Anda membutuhkan informasi yang lebih detail tentang autis,
  silakan menghubungi alamat di bawah ini:

  - Pusat Pelayanan Gangguan Perkembangan Anak Fakultas Psikologi
    (P2GPA) Unika Soegijapranata Jl. Imam Bonjol 186 A, Semarang 50132
    Telp. (024) 554613

  - Perkumpulan Orangtua Pembina Anak Autistik (POPAA)
    Jl. Erlangga Tengah III/34, Semarang
    Telp. (024) 313083

  - Yayasan Autisma Indonesia
    Jl. Buncit Raya No. 55, Jakarta Pusat
    Telp. (021) 7971945 - 7991355

-*- Sumber diambil dari: -*-
  Kumpulan Artikel Psikologi yang terdapat di Situs Angelfire
  http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Mengenal%20Autisme

*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

       -*- APAKAH AUTIS ITU DAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN? -*-

  Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang
  diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang
  menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu
  bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah
  penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak
  diketahui oleh para peneliti.

  Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu
  dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit
  sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata,
  faktor-faktor orangtua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan
  oleh beberapa peneliti.

  Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan
  penyakit anak mereka ini, beberapa orangtua terus-menerus mengatakan
  bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu berinteraksi dengan
  anak mereka. Berikut ini adalah apa yang diketahui tentang autis.

  1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi
     -------------------------------------
     Penderita autis lepas dari kemampuan intelektual mereka, ternyata
     memiliki kesulitan mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar
     autis mungkin bisa menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap
     perang yang terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke
     kelas. Murid-murid ini bisa jadi seorang yang sangat rapi atau
     paling jorok. Orangtua harus selalu ingat untuk tidak memaksakan
     kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu mengatur diri
     mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik. Seorang anak
     penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan mengatur dengan
     menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik supaya berfungsi
     dalam situasi sosial dan akademis.

  2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang
     bersifat abstrak dan konseptual
     --------------------------------------------------------------
     Lepas dari apa yang dikatakan orangtua, beberapa penderita autis
     akhirnya memperoleh kemampuan abstrak, namun ada juga yang tidak.
     Pertanyaan: "Mengapa kamu tidak mandi?" nampaknya sesuai untuk
     dikatakan ketika sedang menghadapi anak yang tidak mau mandi.
     Dengan anak autis seringkali lebih baik menghindari kalimat
     pertanyaan yang mengundang perdebatan, sebaiknya Anda mengatakan:
     "Saya tidak suka kalau kamu tidak mandi. Ayo, masuk ke kamar
     mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, saya akan
     menolongmu tapi saya tidak akan memandikan kamu." Hindari
     menanyakan pertanyaan yang panjang lebar. Para orangtua ataupun
     perawat harus sekonkret mungkin dalam seluruh interaksi mereka.

  3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan
     stres
     --------------------------------------------------------------
     Dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab, akan
     menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya
     kontrol. Dalam kebanyakan contoh, stres bisa dikurangi ketika
     anak-anak diizinkan untuk keluar dari situasi yang menekan.
     Membuat program untuk membantu anak-anak menghadapi stres di
     sekolah sangat disarankan.

  4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati
     ---------------------------------------------------
     Penderita autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang
     selalu berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang
     lain atau mencoba membuat hidup jadi sulit bagi orang lain.
     Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif. Umumnya
     perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka keluar dari
     pengalaman yang menakutkan, atau membingungkan. Penderita autis,
     secara alami karena ketidakmampuan mereka, memiliki sifat
     egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi masa-masa sulit
     untuk bisa memahami reaksi orang lain karena adanya
     ketidakmampuan persepsi.

  5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya
     -------------------------------------------
     Secara sederhana, katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika
     pembicara tidak sangat mengenal si penderita autis, sebaiknya
     mereka menghindari penggunaan: singkatan/panggilan, ejekan,
     kalimat bermakna ganda, idiom, dan sebagainya.

  6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak
     berhasil
     ---------------------------------------------------------
     Umumnya, mayoritas penderita autis memiliki kesulitan membaca
     ekspresi wajah dan mentafsirkan bahasa tubuh atau perilaku dengan
     kesan-kesan tertentu.

  7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah
     tugas
     -------------------------------------------------------------
     Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas itu
     terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya
     adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda --
     baik secara visual, fisik, maupun verbal. Metode-metode ini
     seringkali diabaikan oleh guru-guru dan orangtua di rumah karena
     hal ini memerlukan kesabaran, waktu eksperimen, dan kemauan untuk
     mengubah metode atau kebiasaan lama.

  8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata
     -----------------------------------------------
     Para guru dan orangtua harus jelas, menggunakan kalimat-kalimat
     pendek dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud
     mereka. Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa
     memperhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa
     yang diajarkan dan informasi lainnya.

  9. Tetaplah konsisten
     ------------------
     Persiapkan dan berikan sebuah daftar pendek pelajaran yang akan
     Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah grafik. Datangi mereka setiap
     hari pertama-tama dengan anak yang muda. Jika perubahan terjadi,
     katakan padanya dan ulangi informasi tentang perubahan itu.

 10. Aturlah sikapnya
     ----------------
     Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap
     anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres
     pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap
     sosial yang positif dilakukan secara rutin.

 11. Hati-hati dengan lingkungan
     ---------------------------
     Dalam banyak contoh, seorang penderita autis bisa sangat sensitif
     dengan apa yang ada dalam ruangan. Cat tembok warna cerah atau
     dengungan lampu pijar sangat mengganggu bagi para penderita
     autis. Untuk membuat perubahan yang berarti, guru dan orangtua
     perlu waspada dan berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah-
     masalah yang ada.

 12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus
     membangkang merupakan sebuah tanda masalah
     ---------------------------------------------------------
     Sekalipun anak-anak kadang-kadang berperilaku menyimpang atau
     membangkang, seorang penderita autis seringkali bersikap demikian
     ketika dia kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa
     seseorang atau sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau
     terganggu. Hal yang sangat menolong ialah keluar dari lingkungan
     itu atau jika ia bisa menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi
     jangan mengharapkan sebuah respon positif misalnya ia melanjutkan
     untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode
     keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan apa
     yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia menjawab
     karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya.
     Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi
     kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan
     memperhatikan apa yang mengganggunya.

 13. Jangan menduga apa pun saat mengevaluasi kemampuan atau
     keahliannya
     -------------------------------------------------------
     Orang-orang yang menangani anak-anak autis melaporkan bahwa
     beberapa orang autis sangat pintar matematika, tetapi tidak mampu
     menghitung uang kembalian yang sederhana di kasir. Atau, mereka
     memiliki kemampuan mengingat setiap kata yang ada dalam sebuah
     buku yang dibacanya atau pidato yang ia dengar, tetapi tidak
     ingat untuk membawa kertas ke kelas atau dimana ia menaruh sepatu
     olahraganya. Perkembangan kemampuan yang tidak seimbang merupakan
     sifat autisme. Autisme, sebagaimana disebutkan di atas, tidak
     begitu diketahui atau dipahami dengan baik. Ini masih merupakan
     masalah yang membingungkan bagi orangtua, guru dan mereka yang
     bekerja dan mengobservasi anak-anak semacam ini.

 14. Kunci
     -----
     Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah:
     BERSABARLAH, BERPIKIRAN POSITIF, KREATIF, FLEKSIBEL, dan
     OBJEKTIF.

  Tips tambahan bagi para orangtua:

  1. Temuilah dokter
     ---------------
     Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter
     ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan
     tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu
     ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan
     informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa
     jawaban.

  2. Pelajarilah hak-hak orang cacat
     -------------------------------
     Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan
     takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah,
     pengurus sekolah atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa
     yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini,
     kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan
     memberikan hasil yang baik.

  3. Carilah bantuan
     ---------------
     Banyak anak cacat tidak pernah memperoleh bantuan karena orangtua
     mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah
     Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain
     juga punya masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak Anda.
     Teruslah mencari informasi.

  4. Bersabarlah
     -----------
     Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak
     seperti itu tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan
     perhatian dari dunia dan sekitar mereka.

  5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak
     ---------------------------------------------------------------
     Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin.
     Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa jadi malapetaka.
     Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, mundurlah
     dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu yang lebih
     sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah mencapai
     batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian. Cobalah
     untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indera kontrol
     dan stabilitas diri.                                      (T/Sil)

-*- Sumber diterjemahkan dari: -*-
  Situs Faithwriters
  ==>  http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=28047

*TANYA-JAWAB *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TANYA-JAWAB*

                   -*- APAKAH ANAK SAYA AUTIS? -*-

  PERTANYAAN
  ==========
  Perkembangan putra sulung saya sangat memprihatinkan. Dia tak peduli
  dengan lingkungan sekitarnya dan lebih senang mengucilkan diri
  ketimbang bermain dengan teman-teman seusianya. Saya harus berteriak
  saat memanggil, untuk membuatnya menoleh ke arah saya. Tidak cuma
  itu, dia juga kurang `nyambung` kalau diajak bicara. Apalagi kalau
  saya berkomunikasi lewat telepon, padahal usianya sudah 5 tahun.
  Awalnya, saya kira dia punya kelainan dengan telinganya. Tetapi
  setelah diperiksa, dokter bilang telinga anak saya baik-baik saja.
  Yang lebih mengkuatirkan, dia sanggup menangis berjam-jam jika
  sedang marah atau ngambek.

  Seorang teman mengatakan kemungkinan anak saya menderita autis.
  Ketika saya bawa ke dokter, diagnosanya menyatakan baru sebatas
  gejala dan anak saya disarankan ikut terapi. Yang ingin saya
  tanyakan, benarkah semua perilaku anak saya adalah gejala autis?
  Kalau ya, bisakah disembuhkan dan bagaimana perkembangannya setelah
  dia dewasa? Apakah autis berkait erat dengan keterbelakangan mental?

  JAWABAN
  =======
  Austis adalah gangguan perkembangan yang luas yang terjadi pada
  anak, dan bisa terjadi pada siapa saja. Anak yang menderita autis
  biasanya mengalami gangguan perkembangan di bidang komunikasi,
  interaksi, perilaku, emosi, dan sensoris. Gejala autis sudah tampak
  sebelum anak berusia 3 tahun, yakni:
  - tidak adanya kontak mata,
  - tidak menunjukkan respon terhadap lingkungan,
  - kurang dalam berhubungan dengan orang lain (misalnya dalam bentuk
    komunikasi non verbal yang lemah),
  - kurang ekspresif serta kurang beremosi.

  Selain itu, perkembangan bahasanya juga lambat. Misalnya:
  - jumlah kosa kata yang dikuasai sangat minim dan tidak sesuai
    dengan usianya,
  - kurang berinisiatif dalam berkomunikasi dengan orang lain,
  - penggunaan bahasa yang diulang-ulang,
  - kurang spontan,
  - mengulang-ulang gerakan dan sebagainya.

  Jika tidak dilakukan terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan
  anak akan terhambat atau mundur, seperti misalnya, kurang mengenal
  suara orangtuanya dan kurang mengenal namanya.

  Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Namun diduga akibat
  gangguan neurobiologis pada susunan syaraf pusat, yaitu:
  - faktor generik,
  - gangguan pertumbuhan sel otak pada janin,
  - gangguan pencernaan,
  - keracunan logam berat,
  - dan gangguan autoimun.

  Mengenai kesembuhan penyakit autis, sebetulnya tergantung pada
  penyebabnya. Jika penyebabnya faktor gangguan pada otak, maka autis
  tidak dapat sembuh total, meski gejalanya dapat dikurangi dan
  perilakunya dapat diubah ke arah positif dengan berbagai terapi.

  Untuk anak Anda, sebelum menjatuhkan vonis autis, sebaiknya Anda
  membawanya ke psikiater anak agar bisa diperiksa secara lebih
  terarah. Dengan demikian, bisa diketahui apakah betul anak Anda
  menderita penyakit autis atau tidak. Ini dilakukan agar Anda bisa
  mengambil langkah ke depan secara lebih tepat. Anda juga dapat
  melakukan berbagai tindakan seperti, mengamati perilaku anak secara
  mendalam, mengetahui riwayat perkembangannya, melakukan pemeriksaan
  medis (kerjasama dengan dokter, psikolog), serta melakukan terapi
  wicara dan perilaku. Yang pasti, terapi ini bisa memakan waktu lama,
  sampai berbulan-bulan. Keberhasilan terapi itu sendiri tergantung
  diagnosa. Semakin dini diagnosa dilakukan, semakin tinggi
  keberhasilan pengobatan anak Anda. (PG)

-*- Sumber diambil dari: -*-
  Situs Parentsguide
  http://www.parentsguide.co.id/asktheexpert.php?ss=det&ID=15

*KESAKSIAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* KESAKSIAN*

                      -*- KEPONAKANKU AUTIS? -*-

  Pada 18 Maret 2005 lalu anak pertama kakak saya meninggal dunia.
  Tentu, kami sekeluarga, khususnya kakak dan suami kakak saya sangat
  terpukul karena peristiwa ini. Hampir semua keluarga dekat dan
  teman-teman kami menghibur dengan mengatakan bahwa ini adalah
  kehendak Tuhan dan pasti ada rencana yang indah di balik kematian
  Yudhist (nama anak itu). Sebenarnya, waktu itu saya shock sekali.
  Sekalipun saya sudah menerima keadaan itu, selama berhari-hari
  kesedihan itu tidak juga pergi dari hati saya. "Orang memang dapat
  dengan mudah mengatakan bahwa itu adalah kehendak Tuhan karena
  mereka tidak mengalami sendiri sehingga mereka tidak dapat merasakan
  apa yang kami rasakan," itulah yang saya pikirkan selama berhari-
  hari. Namun, kemudian Tuhan membuka hati dan pikiran saya. Dia
  membuat saya mengerti bahwa ini adalah kehendak dan rencana-Nya.

  Benar sekali,... setelah kematian Yudhist, perhatian kami tertuju
  kepada Bintang, adiknya yang berusia kurang lebih 1,5 tahun. Dengan
  berjalannya waktu kami sekeluarga melihat ada sesuatu yang aneh pada
  dirinya. Dia sangat aktif (hiperaktif), dan pertumbuhan ataupun
  perkembangannya tidak sesuai dengan tahapan usianya, khususnya dalam
  hal berbicara. Bukan hanya itu saja, dia bahkan tidak pernah
  memperhatikan jika diajak bicara (tidak ada kontak mata). Dan,
  ibunya mengira dia autis. Hal itu membuat kami semua gelisah. Saya
  berpikir, "Apalagi ini?"

  Untuk membuktikan semua dugaan kami, sang ibu membawanya ke pusat
  pendidikan terapi autisme di Solo untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan
  dokter menyatakan bahwa keponakan saya itu sedang di ambang autis.
  Penyebabnya adalah kurang perhatian dan kasih sayang dari
  orangtuanya. Saya tersentak waktu mendengarnya. "Bagaimana dia bisa
  kurang kasih sayang?" Dengan penuh rasa sesal, ibunya bercerita
  bahwa selama ini, Yudhist dan Bintang mengalami pertumbuhan yang
  berbeda. Yudhist mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih
  banyak daripada Bintang. Orangtuanya selalu menganggap bahwa Bintang
  bisa dinomorduakan karena dia tidak pernah mengungkapkan aksi protes
  terhadap perlakuan orangtuanya. Hal itu menjadi kebiasaan, sehingga
  akhirnya Bintang tumbuh menjadi anak yang cuek, tidak peduli dengan
  keadaan, dan seolah-olah memiliki dunianya sendiri. Dokter
  mengatakan jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka Bintang akan
  benar-benar menjadi autis.

  Peristiwa ini betul-betul membuka mata saya. Mengingat janji Tuhan
  yang mengatakan bahwa segala sesuatu diizinkan terjadi untuk
  mendatangkan kebaikan (Roma 8:28). Hikmah di balik kematian Yudhist
  sedikit demi sedikit mulai dinyatakan-Nya. Terbayang di benak saya,
  "Bagaimana jika Tuhan tidak memanggil Yudhist, apakah Bintang benar-
  benar akan menjadi autis? Apakah orangtuanya akan menyadari hal
  ini?"

  Sekarang saya mulai mengerti. Dengan seluruh kemampuan, saya mencoba
  untuk mengerti semua yang terjadi, namun saya gagal untuk mengerti
  karena saya mengandalkan kekuatan sendiri. Dan, setelah saya
  memutuskan untuk merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat,
  saya mulai mengerti bahwa di balik kematian Yudhist ada rencana
  indah yang dikerjakan Tuhan bagi semuanya, khususnya bagi Bintang.
  Namun, ini juga bukan berarti demi kebaikan Bintang Tuhan mengambil
  Yudhist. Saya masih terus bergumul untuk mencoba mengerti hal-hal
  yang belum saya mengerti. Namun, saya yakin suatu saat nanti, entah
  kapan, Allah akan menyatakan semua yang belum saya ketahui.

  Beberapa bulan ini Bintang menjalani terapi di pusat pendidikan
  terapi autisme di Solo. Dan, selama menjalani terapinya, ia harus
  masuk setiap hari Senin hingga Jumat untuk belajar berinteraksi dan
  mengenali lingkungan. Selain itu, dia juga harus menjalani diet
  untuk tidak makan makanan yang terbuat dari tepung terigu.
  Terkadang, saya merasa kasihan melihatnya. Seharusnya, anak seusia
  dia paling suka dengan makanan yang bervariasi, termasuk yang
  terbuat dari tepung terigu. Namun, saya mengerti itu harus
  dijalaninya demi kesembuhannya.

  Satu hal yang membuat saya bersyukur, setelah beberapa bulan
  menjalani terapinya, Bintang menunjukkan perkembangan yang baik.
  Bintang mulai mengerti bahwa ada orang-orang di sekelilingnya yang
  sangat peduli dan sayang padanya. Rasa cueknya mulai terkikis
  meskipun belum 100% hilang, namun saya yakin pasti dia akan tumbuh
  menjadi anak yang normal asal kami terus berdoa dan bergantung pada
  pertolongan-Nya. Bintang mulai berbicara, mendengar, melihat, dan
  mengenal keluarganya ... saya senang saat dia memanggil namaku
  dengan "Cesa...". Hatiku bersorak mendengarnya. Sekalipun dia belum
  sembuh total, saya yakin dengan kasih sayang yang diberikan
  keluarganya, dia pasti akan sembuh total.

  Perkataan dan janji Allah adalah seperti emas yang murni dan perak
  yang teruji (Mazmur 12:6). Allah tidak pernah mengecewakan orang
  yang sungguh menanti-nantikan Dia dan sungguh berharap kepada-Nya.
  Terima kasih Tuhan.

-*- Sumber: -*-
  Kesaksian di atas ditulis oleh Tesa, Koordinator Publikasi YLSA

*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: Evert <Evert@>
  >Salam dalam kasih Kristus, saya ucapkan terima kasih banyak sudah
  >membantu mencarikan artikel tentang aborsi, Tuhan Yesus Kristus
  >senantiasa selalu Memberkati setiap pelayanan saudara/i.
  >Salam/Evert

  Redaksi:
  Kami bersyukur, artikel-artikel e-Konsel dapat dipakai Tuhan untuk
  membantu Anda. Kiranya berkat yang Anda terima dapat disebarkan
  kepada teman-teman Anda yang lain. Selamat melayani.

e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                       Ratri, Tesa, Evie, Silvi
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2005 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
                     http://www.sabda.org/katalog/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                 No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org