Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/83

e-Konsel edisi 83 (16-3-2005)

Bebas dari Obat Terlarang

><>		     Edisi (083) -- 15 Maret 2005		  <><

			       e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
	Milis Publikasi	Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar		   : Memahami tentang Kecanduan
    - Cakrawala		   : Kecanduan dan Penyalahgunaan Obat-obatan
    - Bimbingan	Alkitabiah : Penyalahgunaan Obat Bius
    - TELAGA		   : Ketergantungan Remaja pada	Obat-obatan
			     [T	025B]
    - Info		   : Seminar Konseling LK3
    - Surat		   : Talk Show ke Papua

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

		    -*-	PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Sebagai lanjutan dari	edisi dua minggu lalu, maka e-Konsel Edisi
  083/2005 mengusung topik BEBAS DARI OBAT TERLARANG. Pernahkah	Anda
  melihat orang-orang yang sedang kecanduan obat-obatan	terlarang?
  Atau apakah Anda sendiri pernah dan masih bergumul untuk melepaskan
  diri dari pemakaian obat-obat	terlarang? Kalau jawaban ya, maka Anda
  pasti	mengetahui betapa berbahayanya terlibat	dengan pemakaian obat-
  obat terlarang itu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
  mengetahui bagaimana cara menghindarkan diri dari terjerembab	ke
  dalam	kebiasaan yang sangat merusak ini. Beberapa sajian e-Konsel
  minggu ini, kami harap dapat menolong	Anda untuk memahami gejala dan
  tindakan-tindakan preventif yang bisa	dilakukan. Bagi	Anda yang
  ingin	menolong mereka	yang sudah terlibat, ada beberapa bimbingan
  yang bisa Anda lakukan, termasuk bagi	diri sendiri, untuk melangkah
  ke arah proses penyembuhan.

  Selamat menyimak dan mempelajarinya. (Ra)

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

	   -*- KECANDUAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN	-*-

  Sebagai gejala "non psychotic	personality disorder", penyalahgunaan
  obat-obatan merupakan	bencana	manusia	yang universal.	Tidak ada satu
  negara pun di	dunia ini yang bebas dari gejala tersebut. Dan sama
  seperti alkoholisme, maka gejala ini seringkali menjadi sangat
  serius oleh karena gejala tersebut:
    a. merupakan gejala	bunuh diri dan dehumanisasi, dimana manusia
       sebagai peta dan	gambar Allah memperlakukan tubuh mereka	secara
       sewenang-wenang;
    b. merupakan gejala	penghindaran diri dari realita tanggung	jawab
       kehidupan.

  Secara natural memang	setiap orang tidak suka	dan akan selalu
  menghindarkan	diri dari rasa sakit, tertekan,	susah, dan perasaan-
  perasaan yang	tidak menyenangkan. Dan	memang setiap orang berhak
  untuk	mengatasi dan menyelesaikannya.	Tetapi apa artinya? Apakah
  setiap orang berhak memakai obat-obatan (drugs) untuk	meniadakan
  rasa sakit yang harus	ditanggungnya atau untuk menghilangkan
  ketegangan-ketegangan	dalam kehidupannya? Ini	menyangkut masalah
  Etika	Kristen	yang rumit. Persoalan kita bukan hanya persoalan
  pemakaian obat mana yang boleh dan mana yang terlarang (pengertian
  tentang obat-obatan terlarang, berbeda dengan	itu), tetapi lebih
  dari itu juga	persoalan tentang motivasi dan tanggung	jawab dalam
  pemakaian obat-obatan	itu.

  Mengapa orang	melakukan penyalahgunaan obat-obatan?
  ---------------------------------------------------

  Motivasi dan penyebabnya bisa	bermacam-macam:

  Motivasi:
  a. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
     rasa tertekan (stres dan ketegangan hidup).
  b. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan
     perasaan nyaman, menyenangkan.
  c. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari	dari realita dan
     tanggung jawab kehidupan.

  Sebab-sebabnya:
  a. Faktor-faktor Sosial dan Kebudayaan

     Sikap masyarakat dan lingkungan terhadap obat-obatan sangat
     menentukan	gejala ini (David N. Holvey, Ed., "Merck Manual",
     Merck & Co. Inc., NJ. 1972, p. 1411). Orang-orang yang hidup
     dalam lingkungan yang dengan bebas	memakai	opium misalnya,
     seperti pada beberapa desa	di daerah "segitiga emas", yaitu
     Muangthai,	Birma, dan Laos, dengan	sendirinya mempunyai sikap
     yang berbeda terhadap opium daripada di tempat-tempat lain
     seperti di	USA yang melarang keras	penggunaan bebas jenis obat
     itu (Zul. A. Aminuddin, "Penyalahgunaan Obat, Masalah Sosial yang
     Makin Serius", Sinar Harapan, 30 Agustus 1982, hal. V).

  b. Faktor-faktor Pendidikan dan Lingkungan

     Paul D. Meier menyatakan bahwa kita dapat membuat anak-anak
     menjadi pecandu obat-obatan di kemudian harinya, jikalau kita
     memanjakan	mereka,	melindungi mereka secara berlebih-lebihan,
     tidak mengizinkan mereka untuk mandiri, tidak pernah melatih
     mereka menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka
     sendiri dan memberi contoh	bahwa obat-obatan dapat	diminum	dengan
     penuh kebebasan, apa saja yang kita mau tanpa resep dokter
     ("Christian Child-Rearing and Personality Development", Baker
     Book House, Grand Rapids, Michigan, 1977, pp. 49-50).

     Yang dikatakan Meier itu benar, karena masa kecil yang seperti
     itu, maka akan menghasilkan:
     1.	Pribadi	yang tidak matang, labil, dan selalu ingin lari	dari
	tanggung jawab.
	Seorang	anak yang tidak	biasa menghadapi dan menyelesaikan
	persoalan-persoalan hidupnya sendiri, akan cenderung memilih
	obat-obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari
	realita	kehidupan yang menekan.

     2.	Pribadi	yang ikut-ikutan.
	Apalagi	kalau sedang mengalami group pressure (tekanan
	lingkungan) dimana sebagai pemuda/remaja yang sedang mencari
	identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi bagian
	dari peer/group/gang dimana penggunaan obat-obatan oleh	satu
	orang bisa diikuti oleh	setiap orang dalam group itu.

     3.	Ketergantungan total pada orangtuanya.
	Keterpisahan dengan orangtua (kematian,	putusnya hubungan,
	dsb.) akan menyebabkan si anak kehilangan pegangan, apalagi
	jikalau	ia menghadapi tekanan-tekanan hidup yang lain. Jikalau
	dalam rumah tangganya ia sudah belajar bahwa obat-obatan
	menjadi	jawaban	termudah atas segala penyakit dan rasa tidak
	enak, maka mereka juga akan memakai langkah-langkah yang sama.

  Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe
  keluarga dengan latar	belakang orangtua yang bercerai; ibu yang
  mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah; kedua orangtua yang
  memanjakan anak tunggal; orangtua peminum; pergaulan bebas, dan
  sebagainya.

  Apakah akibatnya?
  -----------------

  Akibatnya bisa bermacam-macam, misalnya:

  a. Habituation

     Habituation yaitu kebiasaan buruk yang menggantungkan diri	pada
     jenis obat-obatan tertentu	dalam bentuk ketergantungan secara
     psikis. Dalam hal ini penyetopan akan menimbulkan efek-efek
     kejiwaan seperti misalnya,	merasa seolah-olah tidak pernah
     sembuh. Sehingga akhirnya,	ia akan	memakai	obat itu lagi meskipun
     dosisnya tidak pernah bertambah besar.

  b. Addiction (kecanduan)

     Pemakaian heroin, morfin, dsb., biasanya mengakibatkan kecanduan.
     Kecanduan itu ditandai dengan beberapa gejala seperti:
     - Tolerance (toleransi), yaitu kebutuhan akan dosis yang semakin
       lama semakin besar.
     - Withdrawal (reaksi kemerosotan kondisi fisik), karena
       pengurangan dosis atau penyetopan pemakaian obat-obatan pada
       orang-orang yang	sudah kecanduan	akan mengakibatkan munculnya
       gejala-gejala withdrawal, yaitu seperti misalnya	keringat
       dingin, sakit kepala, gemetaran,	tidak bisa tidur, mau muntah,
       dsb. (Stanton Peele and Archie Brodsky, "Interpersonal Heroin,
       Love Can	Be an Addiction", Readings in Marriage and Family 77-
       78`; Annual Editions, Dushkin Pub., 1977, p.26).

  Macam-macam obat-obatan yang menimbulkan kecanduan:
  ---------------------------------------------------

  a. Golongan Holusinogens

     Halusinogen berasal dari kata halusinasi. Jadi obat-obatan	jenis
     halusinogen ialah obat-obatan yang	dapat mengacaukan fungsi
     mental tertentu, menimbulkan halusinasi, pikiran kacau, dan
     sebagainya. Di satu pihak efeknya bisa "euphoria" (perasaan amat
     senang), tetapi di	pihak lain dapat juga mengakibatkan rasa
     takut, bingung, panik, dan	sebagainya.

     Jenis-jenis obat halusinogens yang	dilarang beredar oleh
     keputusan Menteri Kesehatan a.l.:
     - Fenmetrazin (Preludin dan Obezine) yang biasanya	digunakan
       untuk mengurangi	berat badan. Penderita bisa kecanduan dan
       mengalami depresi.
     - LSD (Lysergic Acid Diethylamide,	atau Delysid) yang
       mengakibatkan gangguan keseimbangan badan (ataxia), kelumpuhan
       kaki tangan, perubahan genetik (mempengaruhi keturunannya),
       bahkan kematian.
     - DOM dan STP dan THC (dari tanaman Canabis Sativa) yang
       seringkali disebut ganja	(Indonesia), marihuana (USA, Eropa),
       bhang (Timur Tengah, India) atau	hashis (Mesir).	Dulu dipakai
       sebagai untuk pengobatan	Mania. (Drs. Wahyudi, "Obat-obat yang
       dilarang	beredar	di Indonesia`",	Sinar Harapan, 2 Desember
       1980, hal. IV).

  b. Sedatives and Hypnotics (penenang)

     Pemakaian obat-obatan penenang biasanya untuk mengurangi rasa
     sakit, menimbulkan	rasa mengantuk (hypnosis), tetapi dapat	juga
     menyebabkan kelumpuhan kegiatan mental dan	fisik. Obat-obatan ini
     biasanya dipakai untuk menolong orang-orang yang menderita
     tekanan jiwa, kecemasan dan kurang	tidur. Pemakaian yang
     berlebihan	dapat mengakibatkan pingsan, dan kematian.

     Yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
     - narkotik: opium,	morfin,	demerol, methadone, heroin, codein.
     - barbiturates: phenobarbital, nembutal, seconal, dsb.
     - bromide:	bromo-seltzer, potassium bromide, dsb.
     - alkohol.

  c. Stimulants	(perangsang)

     Pemakaian obat-obatan perangsang akan merangsang pusat sistem
     syaraf manusia, menyebabkan timbulnya semangat, aktivitas yang
     naik, kepercayaan pada diri sendiri, dsb.;	bahkan rasa senang dan
     bebas dari	rasa lelah. Tetapi pemakaian yang berlebihan dapat
     mengakibatkan "drugs addict", dan gangguan	jantung, emosi yang
     tidak terkendali dan diikuti gejala-gejala	paranoid.

     Yang termasuk dalam kelompok ini:
     - cocaine
     - amphetamines (benzedrine, dexedrine, methedrine,	dsb.)
     - nicotine
     - caffeine

  d. Psycho-Therapeutics

     Obat-obatan ini dipakai untuk menolong gejala-gejala kejiwaan.
     Efeknya sama seperti sedatives.

     Yang termasuk dalam kelompok ini ialah:
     - anti-psychotic: reserpine, chlorpromazine.
     - anti-anxiety: meprobamat, phenobarbital,	dsb.; yang seringkali
       disebut juga tranquilizers.
     - anti-depresant: imipramine, tofrinal.

-*- Sumber diedit dari:	-*-
  Judul	Buku: Pastoral Konseling
  Penulis   : Yakub B. Susabda
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang.
  Halaman   : 167 - 172


*TELAGA	*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

	    -*-	KETERGANTUNGAN REMAJA PADA OBAT-OBATAN -*-

  Masa remaja merupakan	masa yang rentan terhadap godaan, demikian
  pula dengan rasa keingintahuan mereka	akan segala hal. Kondisi
  seperti ini sering menjerumuskan mereka pada obat-obatan terlarang
  sehingga banyak dari mereka yang menjadi pecandu obat	perusak	ini.
  Simak	Kolom TELAGA dengan narasumber Pdt. Paul Gunadi	Ph.D. berikut
  ini yang mengungkap liku-liku	remaja yang menderita ketergantungan
  pada obat-obatan terlarang.

  T : Akhir-akhir ini makin banyak remaja atau anak-anak muda yang
      tergantung pada obat-obat	bius. Sebenarnya gejala	ini, gejala
      yang bagaimana?

  J : Sebetulnya ini merupakan buah dari mulai pecah atau rapuhnya
      pernikahan dalam keluarga. Seringkali kasus-kasus	penggunaan
      alkohol atau obat-obat terlarang itu muncul dalam	sistem
      keluarga yang bermasalah,	dimana pengawasan orangtua terhadap
      anak tidak efektif atau berkurang, dan anak-anak itu akhirnya
      mulai bisa melakukan hal-hal yang	melanggar hukum.
-----
  T : Bagaimana	awalnya	mereka memakai obat-obatan ini?

  J : Tahap PERTAMA, yang disebut sebagai tahap	coba-coba karena
      melihat teman-temannya menggunakan atau ditantang	oleh teman-
      temannya.	Biasanya kalau hanya tahap coba-coba, tidak akan
      menjadi suatu ketergantungan yang	permanen.

      Tahap KEDUA, tahap pemakaian sosial atau rekreasional. Orang-
      orang mulai menggunakan obat-obatan ini bukan sekadar untuk
      coba-cobai, melainkan untuk konteks atau suasana yang bersifat
      rekreasi,	pesta dengan teman. Mulailah mereka menggunakan
      ekstasi pada waktu pesta bersama-sama dengan teman. Mungkin
      mereka hanya menggunakan seminggu	sekali dan kalaupun makan
      paling hanya satu	pil, pada tahap	ini memang belum terjadi
      ketergantungan tapi sudah	mulai ada usaha	untuk mendapatkannya.

      Tahap KETIGA, tahap yang sebetulnya pemakaiannya belum begitu
      kronis dan akut sehingga pemakaiannya lebih dari sosial tapi
      mulai membeli untuk kepentingan sendiri.

      Tahap KEEMPAT, tahap yang	lebih serius, dimana orang mulai
      kecanduan	dan apabila dia	tidak mendapatkan obat tersebut,
      hidupnya akan sangat terpengaruh,	dia tidak bisa tenang,
      terganggu	sekali.	Jadi, obat bius	menjadi	bagian hidupnya	yang
      sangat sentral, tidak bisa tidak,	dia harus mendapatkan obat
      itu.
------
  T : Bagaimana	ciri-ciri dari pemakai obat-obatan itu?

  J : PERTAMA, pada anak-anak remaja akan terlihat perubahan
      perilakunya, ia tiba-tiba	tidak suka bergaul dengan teman-
      temannya yang dulu. Misalkan dia sebelumnya aktif	di gereja,
      tiba-tiba	sekarang tidak mau lagi	ke gereja dan teman-temannya
      pun mulai	berbeda, itu harus kita	waspadai.

      KEDUA, biasanya, tiba-tiba anak remaja itu membutuhkan uang yang
      banyak karena memang obat-obat itu harganya mahal	sekali.	Secara
      realistik, satu minggu kalau mereka cukup	sering memakainya,
      bisa menghabiskan	ratusan	ribu, biaya yang sangat	besar.

      KETIGA, mereka mulai berbohong. Mereka berkata mau pergi ke
      suatu tempat, tapi mereka	tidak pergi ke sana, dan tentang uang,
      misalnya,	kita bertanya, "Mana benda yang	kaubeli, mana barang
      yang kaubeli?" Ia	akan mengatakan, "Tidak	jadi beli, tadi
      uangnya dicuri." Di sini kita bisa melihat bahwa ada sesuatu
      yang tidak beres sebab ia	telah berbohong.

      KEEMPAT, ia mulai	melawan	kalau keinginannya tidak dituruti.
      Dulu biasa-biasa saja, tapi sekarang kalau kita tolak
      permintaannya, terutama yang berkaitan dengan uang, dia marah
      sekali, dan dia harus mendapatkan	uang itu.

      KEEMPAT, hal ini cukup baik  kita	gunakan	untuk menilai apakah
      anak kita	ini mulai bermain-main dengan obat-obatan terlarang.
      Biasanya,	orangtua baru menyadari	bahwa anaknya itu kecanduan
      obat-obat	setelah	keadaannya sudah cukup parah.
------
  T : Kalau tanda-tanda	itu sudah mulai	tampak dan kita	tidak
      menghendaki anak remaja kita terjerumus lebih dalam, sebagai
      orangtua langkah apa yang	bisa kita lakukan?

  J : PERTAMA, kita harus memaksa dia untuk mengaku. Kemungkinan besar
      dia tidak	akan mengaku, jadi cara	terampuh adalah	tidak
      memberinya uang lagi. Pada saat dia tidak	punya uang, dia	akan
      mulai memberikan reaksi karena dia sangat	membutuhkan uang. Dia
      akan mulai marah,	melawan, dan menuntut kita agar	memberikan
      uang. Di saat itulah kita	memaksa	dia untuk mengaku.

      KEDUA, kita bisa membawa dia kepada seseorang untuk dibimbing
      secara pribadi. Jadi, kalau dia sudah menjadi pecandu, dia harus
      dilepaskan dulu, istilahnya adalah ditoksifikasi.	Ditoksifikasi
      adalah pelepasan dari ketergantungan itu,	dia harus dibawa ke
      rumah sakit jiwa atau rumah-rumah	perawatan dan di sana
      diturunkan kadar ketergantungannya secara	bertahap sehingga
      setelah dirawat di rumah sakit itu, dia benar-benar bisa lepas
      dari ketergantungan terhadap obat-obatan,	tapi itu bagian	awal
      dari perawatan. Setelah dia lepas	dari ketergantungan, barulah
      dibimbing	secara lebih intensif tentang duduk permasalahannya.
      Dari jenis obat yang dia gunakan,	kita bisa mengetahui apa yang
      sedang menjadi pergumulan	hidupnya. Misalnya, orang yang
      menggunakan kokain kemungkinan besar mempunyai hidup yang	begitu
      menjenuhkan, tidak ada lagi semangat hidup. Kebalikannya,	orang-
      orang yang menggunakan mariyuana atau heroin atau	opiet-opiet,
      opium-opium seperti morfin dan sebagainya	adalah orang-orang
      yang memang ingin	tenang,	melarikan diri dari masalah-masalah
      hidupnya.

      KETIGA, setelah dia mulai	lepas dari obat	itu, baru kita masuk
      ke akar permasalahannya, kita mencoba untuk mengoreksinya.

      KEEMPAT, kita merehabilitasi dia untuk kembali kepada
      masyarakat. Untuk	ini, kita memang harus melengkapinya dengan
      ketrampilan hidup	yang lain dan ketrampilan mengatasi stress
      karena selama ini	stress diatasi dengan obat-obatan. Kita	harus
      melatih dia untuk	bisa menggunakan cara lain yang	sehat dan
      bagaimana	akhirnya memisahkan diri dari teman-temannya karena
      faktor teman merupakan faktor lingkungan luar biasa kuatnya.

-*- Sumber diedit dari:	-*-
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #025B
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk	tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)xc.org
			      atau: < TELAGA(at)sabda.ylsa >	    ]]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

		   -*- PENYALAHGUNAAN OBAT BIUS	-*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Yohanes 8:36		       1Petrus 4:3
  Roma 6:11-13		       Yakobus 1:14,15
  Lukas	4:18,21,36

  LATAR	BELAKANG
  ==============

  Obat bius adalah zat-zat kimia tertentu yang menghasilkan perubahan-
  perubahan jasmani, mental, dan psikologis pada pemakainya. Sejak
  dulu kala, manusia telah melakukan berbagai percobaan	dengan obat-
  obatan, dalam	usahanya melarikan diri	dari kenyataan.	Kini, ratusan
  juta manusia terlibat	dalam penyalahgunaan obat, khususnya obat
  bius,	dari taraf kecanduan ringan seperti kafein, sampai pada
  kecanduan berat dan ilegal seperti heroin dan	kokain.

  Siapa	pun dapat mengalami kecanduan, baik fisik maupun jiwa pada
  obat macam apa pun, jika digunakan dalam dosis tinggi	dalam jangka
  waktu	cukup lama.

  Pecandu obat bisa berasal dari segala	lapangan hidup.	Kebanyakan
  akar penyebab	ketergantungan berpangkal pada kegelisahan, ketakutan,
  rasa bersalah, kekecewaan, pelanggaran susila, penyimpangan
  kehidupan seks, frustrasi, stress, tekanan kelompok dan persaingan
  sengit seperti dalam olahraga	profesional, dan sebagainya. Tambahkan
  pada urutan tadi, kekosongan rohani yang besar yang mengakibatkan
  tumbangnya patokan-patokan moral, kehancuran rumah tangga,
  peperangan-peperangan	besar, dan banjir obat yang memungkinkan orang
  dari segala lapisan usia, termasuk anak-anak kecil,
  mempergunakannya.

  Ketergantungan pada obat adalah masalah pribadi seutuhnya -- rohani,
  jasmani, emosi, dan sosial. Sekali kecanduan,	orang bersangkutan
  hidup	dalam alam khayal, ditandai oleh lumpuhnya perasaan dan
  tanggapan emosional, penolakan mental	dan berkhayal, pengasingan
  sosial dan hampa rohani. Untuk sebagian orang, keadaan ini tanpa
  harapan dan pertolongan, suatu keadaan tanpa kemungkinan untuk
  kembali.

  Bagi mereka yang mencari kelepasan, penarikan	diri dari masyarakat
  dapat	berakibat pedih, baik jasmani maupun rohani. Penarikan diri
  ini, bila tidak diikuti perkembangannya, bisa	berbahaya! Kelepasan
  dari ketergantungan dan kemudian pemulihannya, biasanya merupakan
  suatu	proses panjang.	Diperlukan suatu sistem	pertolongan yang kuat
  yang melibatkan unsur	rohani,	emosional, mental, dan jasmani.

  Untuk	memperoleh pertolongan rohani, pecandu obat harus memiliki
  keinginan untuk ditolong dan harus mengambil langkah mencari bantuan
  itu. Di sinilah peran	pembimbing Kristen dimulai. Kita harus
  mengusahakan agar dia	menyerahkan diri kepada	Yesus Kristus sebagai
  Juruselamat dan Tuhannya. Langkah awal ini seharusnya	membawa	dia
  pada sudut pandang dan motivasi hidup	baru yang kemudian, mudah-
  mudahan, membawanya pada pemulihan hidup seutuhnya.

  Bahkan sesudah penyerahan diri kepada	Kristus	pun, seringkali
  dibutuhkan penyorotan	terhadap masalah-masalah pribadinya, seperti
  citra	diri rendah, kegelisahan, hubungan seks	dengan sesama anggota
  keluarga, homoseks, pelanggaran susila, takut, rasa bersalah,	dan
  sebagainya.

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================

  Dapat	kita bagi dalam	tiga hal:
  - Menolongnya	secara rohani dengan menganjurkannya menyerahkan diri
    kepada Kristus.
  - Mengusahakan hubungan dengan kelompok bantuan pada ketergantungan
    obat, yang di dalamnya ia dapat mengasingkan diri dan mengalami
    pemulihan.
  - Temani dia dan berilah dukungan dan	kekuatan, sampai dia memiliki
    pengertian lebih dalam tentang penyerahan dirinya kepada Kristus
    serta akibat-akibatnya.

  1. Jangan memoralisasi tentang kejahatan obat	atau obat bius atau
     kecanduannya. Pakailah ayat-ayat Alkitab untuk menunjukkan	dosa,
     hanya bila	secara wajar Anda butuhkan dalam menyampaikan Injil
     kepadanya.

  2. Bersikaplah ramah dan penuh kasih.	Berilah	dia kekuatan dengan
     menyatakan	bahwa Anda bersimpati dan bersedia mendengar serta
     membimbingnya.

  3. Dengarkanlah baik-baik. Berilah dia cukup kesempatan untuk
     mengungkapkan semua perasaan dan pandangannya. Yakinkan dia
     tentang kasih Allah. Kasih	karunia	Allah cukup mampu menjawab
     segala kebutuhan hidupnya.	(Arti kasih karunia ialah: Allah
     mengasihi kita tanpa ada sedikit pun kelayakan dalam diri kita
     untuk menerimanya).

  4. Dia perlu diperhadapkan pada tanggung jawabnya akan kecanduannya.
     Dia yang pada satu	titik tertentu,	secara sadar memilih untuk
     menjadi candu jika	dia berusaha mengelak dengan menyalahkan
     keadaan, orang lain, masyarakat, dan sebagainya, usahakan dengan
     lembut untuk mengembalikan	dia pada tanggung jawab	pribadi	dan
     moralnya. "Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya
     sendiri, karena ia	diseret	dan dipikat olehnya (Yakobus 1:14)".

  5. Pada saat yang menguntungkan, jelaskan "Damai dengan Allah",
     [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun orang
     non-Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau
     Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.]]

  6. Bila nampaknya positif, lanjutkan dengan langkah-langkah tindak
     lanjut: Mulai membaca dan mempelajari Alkitab. Belajar berdoa.
     Mulai bersekutu dalam suatu gereja	yang berlandaskan Alkitab.

  7. Orang yang	kecanduan itu harus menyingkirkan orang	dan lingkungan
     yang melibatkannya	pada candu. Dia	harus berhenti menggunakan
     segala jenis obat-obatan. Ada baiknya itu dilaksanakan di suatu
     lembaga pengobatan	ketergantungan obat, supaya pengasingan	diri
     dan pemulihannya dapat diikuti terus. Biasanya perlu diadakan
     pengawasan	penuh sepanjang	hari.

     CATATAN: Pembimbing seringkali harus memprakarsai orang yang
	      kecanduan	untuk mendapatkan lembaga pertolongan,
	      mendaftarkan diri, atau menganjurkan pihak keluarganya
	      melakukan	itu. Orang yang	kecanduan itu sendiri, tidak
	      bisa diandalkan untuk melakukan itu. Janjinya, biasanya
	      tak akan ditepati.

	      Selama dan sesudah pengobatan, pembimbing	harus terus
	      mendukungnya. Sering-seringlah mengunjungi, bantu	dia
	      memulai penelaahan Firman	dan doa. Jika mungkin, tolong
	      dia untuk	mendapatkan kontak dengan kelompok Kristen eks
	      pecandu untuk mendukungnya. Libatkanlah dia dalam
	      kehidupan	suatu gereja yang mementingkan Firman dan
	      memperhatikan dia. Ajaklah dia berhubungan dengan
	      bimbingan	Kristen	atau kelompok yang berpengalaman
	      menangani	kasus kecanduan. Dia masih harus ditolong
	      dalam masalah-masalah pribadi yang menjadi pangkal sebab
	      keterlibatannya dalam kecanduan.

  8. Pembimbing	boleh menyatakan bahwa dia akan	berusaha menolong
     orang yang	dilayaninya untuk mendapatkan pusat pertolongan	pada
     masalah ketergantungan obat dan menolong orang yang tinggal di
     daerah tempat tinggalnya.

     PERINGATAN: Jangan	menjanjikan bahwa Anda pasti mampu menolong.
		 Katakan bahwa Anda akan berusaha menolong sedapat
		 mungkin.

  9. Berdoalah dengan orang yang kecanduan itu,	agar dia mendapatkan
     kekuatan, penyerahan, dan kuasa Roh Kudus yang membebaskan
     hidupnya. Semua ini sangat	diperlukan dalam proses	pelepasannya.
     "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
     melainkan roh yang	membangkitkan kekuatan,	kasih dan ketertiban
     (2Timotius	1:7)."

-*- Sumber diedit dari:	-*-
  Judul	Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
  Halaman   : 216 - 218


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*	INFO*

		   -*- SEMINAR KONSELING LK3 -*-

  Seminar Konseling LK3	kembali	hadir dengan topik yang	menarik. Kali
  ini "Membedakan Gangguan Jiwa	(depresi, skizofenia, dll.) Dengan
  Kerasukan Setan". Bagi Anda yang tertarik, silakan bergabung pada:
  Hari,	tanggal	   : Sabtu, 2 April 2005
  Pukul		   : 10.00 - 12.30 WIB
  Tempat	   : Parenting & Counseling Education Center,
		     Gajah Mada	Plaza, Lantai 7
  Pembicara	   : 1.	dr. Charles Damping Sp.Kj; (seorang psikiater
			dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo)
		     2.	Pdt. Julianto Simanjuntak, MSi.	(seorang
			konselor yang berpengalaman mendampingi	kasus
			depresi, skizofrenia dan kasus-kasus kerasukan
			setan.)
  Deskripsi Singkat:
	 Banyak	orang yang masih sulit membedakan antara orang yang
	 menderita gangguan jiwa (secara khusus	Skizofrenia) dengan
	 orang kerasukan setan.	Namun, sebenarnya ada ciri-ciri
	 tertentu antarkeduanya	yang dapat dibedakan pada tahap
	 diagnosa. Sesi	ini, akan membahas secara komprehensif tentang
	 diagnosa kerasukan setan gangguan jiwa, serta langkah-langkah
	 konseling yang	harus dilakukan	terhadap penderita gangguan
	 tersebut.

  Informasi selengkapnya dapat Anda peroleh di:
  KANTOR LK3
  Taman	Permata	Sektor 5 Blok A	7 No. 38, Lippo	Karawaci
  Telp./Fax : 021-55650281, 021-70281762, 021-55654851
	      (dengan Sdr. Nita, Wita, Rumini, atau Samurai)
  Jam kantor: Selasa - Sabtu, pukul 09.00 - 17.00 WIB.


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI Anda-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari:	Herlin <Hervaleloveu@>
  >konseling spt ini bagus bngt	utk kaum muda, sayangnya ini hanya
  >berlangsung lewat internet kenapa `ga buat talk show, ttp jgn hanya
  >di bag. jawa	saja sekali2 dtng donk di papua	(merauke). kami	rindu
  >akan	sapaan Tuhan

  Redaksi:
  Senang sekali	membaca	surat yang Anda	kirimkan, bersyukur e-Konsel
  bisa menjangkau pembaca yang ada di Papua (Merauke). Terima kasih
  untuk	usulan Anda yang menarik sekali	tersebut. Namun	saat ini fokus
  kami hanya pada pelayanan melalui internet. Selain dapat menghemat
  biaya, juga dapat memberikan jangkauan yang lebih luas. Tetapi
  jangan kuatir, usulan	Anda ini bisa menjadi masukan bagi kami	untuk
  mengembangkan	pelayanan kami di masa mendatang. Redaksi juga mohon
  dukungan doa agar pelayanan kami bisa	terus menjadi berkat bagi
  lebih	banyak orang.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

			STAF REDAKSI e-Konsel
		      Ratri, Tesa, Evie, Lisbeth
		    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
			 Yayasan Lembaga SABDA
		     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
			  Sistem Network I-KAN
		      Copyright(c) 2005	oleh YLSA
		      http://www.sabda.org/ylsa/
		     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
		 No. 0790266579	/ a.n. Yulia Oeniyati

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu	konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat	dikirimkan ke alamat:		  <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan:	Kirim e-mail kosong ke:	subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:	Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris:	http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP	publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org