Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/75

e-Konsel edisi 75 (18-11-2004)

Kepribadian Konselor Kristen


><>                 Edisi (075) -- 15 November 2004                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Kepribadian Seorang Konselor
    - Cakrawala (Artikel 1): Kepribadian Konselor
                (Artikel 2): Berfokus Pada Tuhan
    - Bimbingan Alkitabiah : Yesus Sebagai Konselor Krisis
    - Tips                 : Mengasihi -- Sebagai Dasar Melayani
    - Stop Press           : Counseling For Kids & Family
    - Dari Redaksi         : ICW Edisi Konseling


*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Salam sejahtera,

  e-Konsel edisi ini masih mengusung tema mengenai KONSELOR. Secara
  spesifik, topik yang dibahas adalah tentang "Kepribadian Konselor
  Kristen". Dua artikel yang kami sajikan akan menolong kita mengerti
  pentingnya kepribadian seorang konselor Kristen dan apa yang
  seharusnya menjadi fokus seorang Konselor. Adapun Bimbingan
  Alkitabiah minggu ini, akan membawa kita kepada pengetahuan mengenai
  Yesus Sebagai Konselor Krisis. Pada Kolom Tips, kita akan belajar
  cara-cara praktis tentang bagaimana menyatakan kasih kita dalam
  melayani konseli.

  Juga, jangan lupa menyimak informasi-informasi penting lainnya dalam
  edisi ini. Harapan kami, edisi e-Konsel minggu ini dapat membawa
  berkat bagi Anda dan menolong Anda memiliki kepribadian yang sesuai
  dengan yang dikehendaki Tuhan. Selamat belajar!

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  Artikel (1)

                     -*- KEPRIBADIAN KONSELOR -*-

  Kepribadian konselor sangat menentukan hubungan yang terjadi di
  dalam konseling pastoral. Kata kunci yang perlu dibangun melalui
  kepribadian konselor ialah menjadi kepercayaan dari konseli agar
  konseli merasa penting membukakan hal-hal yang ia rasakan sangat
  berharga dalam permasalahannya atau beban-bebannya.

  Konselor dalam pendampingan pastoral adalah menolong konseli atau
  fungsi "sustaining" seperti yang terdapat pada kesimpulan Yehezkiel
  34:16 dalam rangka pertanggungjawaban terhadap Allah berdasarkan
  kasih Allah yang menyelamatkan.

  Kasih adalah hukum Kristus dan kita diminta untuk saling menolong
  (bndk. dengan Galatia 6:2). Dalam kaitan konseling, H. Norman Wright
  dalam Konseling Krisis menyebutkan bahwa menolong berarti membantu
  si konseli melakukan sesuatu untuk perbaikan keadaannya. Menolong
  berarti menyokong atau meningkatkan pertumbuhan seseorang dalam
  kekudusan, kebajikan, kasih karunia dan hikmat Kristiani. Pribadi
  yang menolong adalah ungkapan belas kasihan Yesus kepada orang yang
  telantar, sakit, terpenjara dan semua orang yang terampas
  sukacitanya di jalan-jalan Yerikho modern. Semua Injil
  memperlihatkan perhatian dan kasih Tuhan Yesus kepada manusia.

  Seorang gembala dalam tugas pastoralnya merasakan panggilan Allah
  terhadap dirinya yang mau memakai sejarah hidupnya sendiri dalam
  praktik pastoral dan hal tersebut dilakukannya sebagai arena
  pertanggungjawaban kepada Allah. Dalam praktik pastoral, seorang
  gembala atau konselor harus tetap menyadari kelemahan dan
  keterbatasannya, sehingga ia tetap menjadi rendah hati dan sabar
  dalam mendengarkan dan menghargai konseli seperti apa adanya demi
  pertumbuhan dan kebaikan konseli.

  Sukses tidaknya dalam praktik konseling pastoral sangat tergantung
  pada kepribadian konselor. Ada beberapa syarat yang perlu
  diperhatikan oleh seorang konselor, yaitu:

  1. Memiliki kepribadian yang kuat.
  ----------------------------------
  Tanda kepribadian yang tidak sehat, misalnya dalam hidup setiap hari
  sering dijumpai hal yang aneh-aneh, antara lain bila bertemu dengan
  seseorang terus merasa benci atau sebaliknya terus merasa simpati.
  Juga dasar pengalaman yang aneh-aneh, misalnya sewaktu dia dulu
  anak-anak pernah dipukul oleh orang yang tampangnya kurus, tinggi,
  dan berkumis. Pengalaman ini terpendam. Setiap kali dia bertemu
  dengan orang yang kurus, tinggi, dan berkumis, dia terus terpancing.
  Ini semua tanda kepribadian yang tidak sehat. Seorang konselor harus
  mampu mengontrol gejala seperti ini di dalam dirinya sendiri.

  2. Bersikap menerima seseorang sebagaimana adanya.
  --------------------------------------------------
  Menerima seseorang sebagaimana adanya (as he/she as) adalah penting
  sekali. Apabila konseli datang (masuk) dengan celana pendek,
  misalnya, atau memaki-maki, atau tersenyum, jangan terus terpengaruh
  oleh kemampuan konseli.

  Menerima seseorang sebagaimana adanya adalah ciri pendekatan Yesus
  (bndk. Yohanes 3; Yohanes 4; Lukas 19). Sewaktu Yesus bertemu dengan
  perempuan Samaria, Ia menerima perempuan itu apa adanya, tanpa
  menghakiminya. Ia menerima perempuan yang didapati berzinah; Ia juga
  menerima Zakheus, seorang pemungut cukai yang tidak jujur itu.

  Yesus berbelaskasihan terhadap orang lain. Belas kasih Yesus
  merupakan gambaran pendekatan-Nya perlu menjadi jiwa pelayanan
  konseling pastoral (bndk. Markus 8:2, 6:34).

  3. Empati (Emphaty).
  --------------------
  Seorang konselor harus menanamkan perasaan empati di dalam dirinya.
  Empati ialah mampu merasakan problem seseorang seperti orang itu
  merasakannya (bndk. Karo: kepate), namun konselor tidak bisa hanyut
  dalam perasaan konseli.

  Gembala sebagai konselor memasuki atau merasakan bagaimana perasaan
  konseli.

  4. Jaminan Emosional.
  ---------------------
  Seorang konselor harus mempunyai jaminan emosional (emotional
  security). Apabila konseli menangis, misalnya, konselor tidak usah
  ikut menangis. Apabila konseli tertawa, konselor tidak perlu ikut
  tertawa. Seandainya konseli mengharapkannya, cukuplah tersenyum
  saja. Tujuan kita berbuat demikian agar kita (konselor) berfungsi
  sebagai cermin bagi konseli, agar dia melihat dirinya sendiri
  melalui sikap kita (konselor).

  5. Menghindari nasihat-nasihat.
  -------------------------------
  Memberikan nasihat-nasihat adalah pekerjaan yang paling mudah, akan
  tetapi yang paling sulit adalah menolong. Konselor harus menahan
  diri untuk tidak memberikan atau menjejali nasihat-nasihat, kecuali
  di akhir pertemuan. Ini pun hanya bila perlu. Menasihati sering
  disebut directive counseling. Menasihati berarti konselor yang terus
  berbicara. Cara ini tidak baik. Keadaan konseli jangan kita tinjau
  dari sudut moral dan lantas kita memarahinya (misalnya, bagaimana
  konseli telah mencuri uang ibunya, dan lain-lain). Jangan memberikan
  penilaian moral (moral evaluation) dalam konseling agar yang
  bersangkutan tidak takut. Jangan terlalu cepat meminta berdoa atau
  membaca Alkitab. Ini semua akan menutupi masalah-masalah yang telah
  lama disimpannya.

  6. Ilmu jiwa-dalam atau psikologi dan psikoterapi.
  --------------------------------------------------
  Konselor seharusnya telah mendapatkan latihan-latihan konseling dan
  memahami ilmu jiwa-dalam, antara lain: Freud, Jung, Adler, dan lain-
  lain. Penyakit gangguan jiwa ditentukan oleh ada atau tidaknya rasa
  rendah diri yang tidak wajar (MC) sebagai hasil persaingan ketika
  dia kalah. Belajarlah tentang psikoterapi, dan sebaiknya seorang
  konselor pernah dikonseling (dianalisis).

  Siapakah yang kita terima dalam konseling? Semua orang, kecuali
  orang gila (Schizophrenia). Kita bisa menolong orang yang neurosis;
  tetapi apabila dalam keadaan parah, orang tersebut perlu kita bawa
  ke psikiater.

  Apa batas jiwa yang sehat dengan yang tidak sehat? Ada dua jenis
  penyakit jiwa (mental illness) atau mental disorder, yaitu:
  a) Neurosa (Neurosis);
  b) Psikhosa (Psychosis, gila).
  Penderita neurosa pada umumnya masih bisa bekerja mencari makan,
  tetapi ia sering terganggu oleh suatu gejala kejiwaan yang tidak
  bisa dikontrol sendiri karena dia (konseli) tidak mengetahui apa
  penyebabnya dan sejak kapan gejala itu menimpa dirinya.

-*- Sumber: -*-
  Judul buku: Gembala dan Konseling Pastoral
  Penulis   : E.P. Gintings
  Penerbit  : Yayasan Andi, Yogyakarta, 2002
  Halaman   : 17 - 19


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  Artikel (2)

  Dalam artikel yang kedua ini, kita akan sekali lagi diingatkan bahwa
  kepribadian seorang konselor Kristen sangat menentukan bagaimana ia
  akan membimbing konselinya dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
  Pribadi seorang konselor Kristen haruslah berpusat kepada Kristus,
  supaya ketika ia membimbing konseli, ia juga dapat menolong
  konselinya untuk mengarahkan fokus hidupnya pada Tuhan.

                     -*- BERFOKUS PADA TUHAN -*-

  Sekali lagi kita melihat perlunya memfokuskan diri pada kemuliaan
  Tuhan dalam memberikan pelayanan konseling. Tentu saja tragedi akan
  menimpa orang-orang yang setiap hari hidup untuk berusaha
  mendapatkan kepuasan, karena dengan upaya itu juga mereka akan
  kehilangan kepuasan tersebut!

  Bilamana orang-orang yang sakit jiwanya ini datang pada kita untuk
  konseling, kita perlu mendorong mereka supaya menghormati dinamika
  paradoks spiritual Yesus; yaitu mengalihkan arah fokus mereka, agar
  jiwa mereka mendahulukan Tuhan sebelum hal-hal yang bersangkutan
  dengan mereka, dan sesudah itu mengatur cara-cara hidup mereka
  supaya konsisten dengan fokus tersebut. Sungguh disesalkan, banyak
  konseling masa kini yang bertujuan menguatkan fokus konseli pada
  diri sendiri. Menjungkirbalikkan eksegese (penafsiran Alkitab) serta
  teologi untuk membenarkan strategi tersebut. Sekalipun demikian,
  dalam upaya seperti ini, nasihat yang diberikan semakin menyedihkan:
  selain jelas salah menurut Kitab Suci, juga membahayakan diri
  konseli.

  Betapa jauh lebih bijaksana dan menghormati Tuhan apabila kita mau
  mengakui kuasa utusan Yesus dan kebenaran firman-Nya, serta
  membuktikan bahwa paradoks spiritual yang diberikan-Nya kepada kita
  mempunyai kekuatan untuk mengubah kehidupan manusia.

    "Mungkin di mata dunia, penyaliban diri dan pengudusan diri tampak
    sebagai suatu kebodohan serta kesia-siaan; karena kedua hal itu
    sama tidak berartinya seperti menanamkan benih jagung yang baik
    bagi seorang anak dan seorang bodoh. Namun, tidak demikian
    kehidupan seorang yang menemukan hal itu, yaitu dengan menaburkan
    benih Roh Kudus, ia akan menuai kehidupan kekal."
    [J.C. Ryle, Expository Thoughts on the Gospels: John (Greenwood,
    S.C.: Attic Press, 1965), 2:333.]

  Ringkasnya, kerohanian seorang konselor alkitabiah harus serupa
  dengan yang diungkapkan oleh pemazmur Daud:
    "Tinggikan diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah
    kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!" (Mazmur 57:5).

  Jadi, tujuan utama seorang konselor seharusnya adalah mengusahakan
  supaya semangat yang sama ini berfungsi sebagai sikap pengendali
  dalam kehidupan konseli. Hanya hati orang yang mau mengalah pada
  hasrat yang disebutkan oleh pemazmur tadi yang akan dipenuhi oleh
  doa, "Tinggikan diri-Mu, ya Allah," maka orang tersebut akan
  mengenal kedamaian yang ingin sekali diberikan Tuhan kepada anak-
  anak-Nya.

  Nyatanya, dunia moral menuntut saya menjalani hidup dengan cara-cara
  yang dapat memuliakan-Nya ketimbang untuk kemuliaan saya sendiri;
  bagaimanapun juga, Tuhan adalah Allah, dan saya bukan Tuhan! Akan
  tetapi, kebutuhan jiwa saya yang terdalam juga mencegah saya
  memuliakan Tuhan sebagai Allah, dengan tunduk pada semua standar-Nya
  serta mengikuti perintah-Nya; hanya dengan merasa lapar serta haus
  akan kebenaran saja, maka saya akan dipenuhi. Jadi, seperti kita
  telah diperingatkan Tozer:

    "Di balik perkataan Tuhan tentang keunggulan terdapat logika,
    yaitu baik dunia maupun surga adalah tempat-Nya. Sementara kita
    mengambil tempat-Nya sepanjang hidup kita adalah di luar ikatan.
    Tidak ada sesuatu pun yang bakal atau dapat menerima kedamaian
    sebelum hati kita membuat keputusan besar, yaitu: memuliakan Tuhan
    di atas segala-galanya."

-*- Sumber: -*-
  Judul Buku: Pengantar Konseling Alkitabiah -- Pedoman Dasar Prinsip
              dan Praktik Konseling
  Penulis   : John F. MacArthur, Jr. dan Wayne A. Mack
  Penerbit  : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002
  Halaman   : 210 - 212


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                -*- YESUS SEBAGAI KONSELOR KRISIS -*-

  Salah satu contoh konseling krisis yang kita kenal adalah yang
  terdapat dalam Yohanes 11. Pasal ini menyebutkan suatu penyakit yang
  parah, bahaya pribadi, dan kematian orang yang dikasihi.

  Ketika Lazarus dari Betania menderita sakit parah, saudara
  perempuannya mengirimkan pesan kepada Yesus: "Tuhan, dia yang Engkau
  kasihi, sakit."

  Menurut apa yang tertera dalam Alkitab, Yesus mengasihi Lazarus,
  Maria, dan Marta. Mungkin lebih dari tempat lainnya, rumah mereka
  (Lazarus, Maria, dan Marta) yang terletak di dekat Yerusalem adalah
  tempat dimana Yesus bisa bersantai. Dan saat itu, Yesus tidak segera
  memenuhi permintaan mereka untuk pergi ke Betania, tetapi Ia tinggal
  di tempat Ia melayani selama dua hari. Tentu saja, Yesus tahu apa
  yang akan terjadi di Betania, dan bahkan Ia menggunakan saat-saat
  krisis itu untuk mengajar murid-murid-Nya (ayat 4,9-15) sebelum
  mereka menyadari bahwa penyakit Lazarus sudah parah.

  Namun, para murid juga menghadapi krisis mereka masing-masing. Hidup
  Yesus berada dalam bahaya dan begitu juga dengan hidup para murid
  itu karena mereka memiliki hubungan dengan Yesus, sosok yang
  diinginkan banyak orang (ayat 8,16). Jika mereka muncul di depan
  umum, maka risiko yang mereka hadapi adalah kematian yang kejam,
  tetapi ketika Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Lazarus telah
  meninggal, mereka bersedia menemani Tuhan ke Betania.

  Ketika sampai di Betania, mereka melihat pemandangan yang
  menyedihkan. Banyak saudara berkumpul untuk menghibur saudara
  perempuan Lazarus, tetapi ketika Marta mendengar bahwa Yesus telah
  tiba, ia meninggalkan rumahnya dan berlari ke jalan untuk menyambut
  Yesus. Perhatikan bagaimana Yesus menangani situasi ini:

  o) Ia menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada para murid-Nya yang
     bingung (ayat 4,14,15).
  o) Ia membiarkan Marta mengekspresikan perasaan dan kebingungannya
     (ayat 21,22).
  o) Ia meyakinkan Marta dengan sikap yang lembut dan menanamkan
     harapan kepadanya (ayat 23,25,26).
  o) Ia mengarahkan Marta untuk melihat Pribadi Kristus (ayat 25).
  o) Ia membiarkan Maria mengekspresikan perasaannya, perasaan yang
     mungkin saja mengandung kemarahan (ayat 32).
  o) Ia tidak menghentikan kesedihan orang lain tetapi sebaliknya, Ia
     mengekspresikan kedukaan-Nya sendiri (ayat 33-36).
  o) Ia dengan lembutnya menanggung rasa permusuhan dari orang-orang
     yang berduka (ayat 37), meskipun hal itu sangat melukai-Nya (ayat
     37,38).

  Kemudian, Yesus mulai bertindak -- tindakan yang mengubah kesedihan
  menjadi sukacita, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan menyebabkan
  banyak orang percaya kepada Kristus (ayat 38-45). Pada kesempatan
  ini, Yesus tidak mengusir orang-orang yang berkerumun, seperti yang
  Ia lakukan pada waktu membangkitkan anak perempuan Yairus. Dengan
  memanggil Lazarus keluar dari kubur, Yesus dengan sangat mantap
  menunjukkan kemenangan-Nya atas maut, krisis terbesar dari segala
  krisis. Beberapa hari kemudian ketika diri-Nya sendiri ditangkap,
  Yesus memikul salib-Nya dengan tenang dan kemudian Dia bangkit
  kembali. Tidak mengherankan, Rasul Paulus bisa menyerukan kepada
  jemaat di Korintus bahwa maut telah ditelan dalam kemenangan
  sehingga orang-orang percaya mendapatkan kepastian hidup setelah
  kematian, hidup bersama dengan Kristus (1Korintus 15:51-58).

  Memang benar bahwa tak seorang pun dari kita bisa membangkitkan
  orang mati seperti yang dilakukan oleh Yesus, tetapi benar juga
  bahwa sebagai penolong dalam krisis, kita bisa menggunakan setiap
  teknik-teknik lain yang digunakan Yesus pada saat menghadapi krisis
  di Betania. Bahkan tanpa kebangkitan Lazarus, krisis di Betania akan
  memberikan tujuan yang bermanfaat. Yesus mencoba meyakinkan hal ini
  kepada para murid (Yohanes 11:4), tetapi mereka dengan jelas tidak
  menangkap pesan yang disampaikan itu sampai Ia menjelaskannya.

-*- Sumber diterjemahkan dari: -*-
  Judul Buku        : How To Be a People Helper
  Judul Asli Artikel: Jesus as a Crisis Counselor
  Penulis           : Dr. Gary Collins
  Penerbit          : Regal Books, USA, 1976
  Halaman           : 81 - 82


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

  Kepribadian seorang konselor Kristen harus dilandasi dengan sifat
  mengasihi, sebagaimana Kristus mengajarkannya kepada kita. Bagaimana
  cara seorang konselor menunjukkan kasihnya? Ikutilah beberapa tips
  berikut ini:

          -*- MENGASIHI -- SEBAGAI DASAR MELAYANI KONSELI -*-

  Garry Collins, menegaskan bahwa walaupun konselor menerapkan teknik
  yang setinggi apa pun dalam menolong konseli, tetapi apabila hal itu
  tidak dilandasi dengan "hati yang rela menolong", maka upaya itu
  tidak akan efektif. Oleh karena itu, ada beberapa sikap yang perlu
  dibangun dalam menghadapi dan memberikan pertolongan kepada konseli
  yang beragam usia dan memiliki kondisi masalah yang majemuk.

  1. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap kasih yang hangat
     disertai perasaan "menerima dengan penuh perhatian" (concern).
     Sikap ini akan membuat konseli merasa betah -- dan dapat
     mempercayai serta bersikap terbuka.

  2. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap yang tulus
     disertai perasaan yang murni dan sikap terbuka. Konselor perlu
     menghindari sikap cepat menghakimi dan tidak membiarkan dirinya
     dipengaruhi oleh hal-hal yang tiba-tiba terjadi dan membagi
     perhatian sementara bimbingan konseling berlangsung.

  3. Konselor perlu menghadapi konseli dengan sikap empatik. Konselor
     harus mengembangkan sikap sensitif, mudah mengerti dan menghadapi
     konseli dengan raut yang siap untuk memahami konseli. Seorang
     konselor Kristen perlu melayani dengan kasih, sekalipun ia juga
     memerlukan ilmu pengetahuan yang memadai tentang teknik
     membimbing untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

  4. Konselor dan konseli perlu menjadikan satu dengan yang lainnya
     sebagai sahabat, dimana konseli dapat terbuka untuk menyatakan
     permasalahannya. Alasan terpenting untuk sikap ini adalah:

     a. Konseli akan terbuka kepada orang yang disukainya.
     b. Konseli akan terbuka kepada konselor apabila ia memperoleh
        perhatian yang hangat.
     c. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor memiliki
        kompetensi untuk memberi pertolongan kepadanya.
     d. Konseli akan terbuka bila ia yakin bahwa konselor adalah
        memiliki etika moral yang tinggi di mana ia dapat dipercaya
        untuk menyimpan masalah orang lain (Amsal 25:19).
     e. Konseli akan terbuka karena ia yakin bahwa konselor adalah
        seorang yang mengenal dan memiliki hubungan yang baik dengan
        Tuhan, dimana ia pun yakin bahwa ia akan menerima pertolongan
        Tuhan melalui konselor tersebut.

  Apabila konselor mengasihi dengan tulus, maka ia akan lebih siap
  untuk melayani konseli setiap saat. Dengan kasih, seluruh kemampuan
  konselor dapat digunakan dengan baik, di mana konseli akan lebih
  siap pula untuk terbuka, sehingga masalah yang dihadapinya dapat
  diatasinya oleh pertolongan konselor.

-*- Sumber: -*-
  Judul Buku: Konselor Kompoten - Pengantar Konseling Terapi untuk
              Pemulihan
  Penulis   : Magdalena Tomatala, Ph.D.
  Penerbit  : YT Leadership Foundation - Jakarta 2000
  Halaman   : 49 - 51


*STOP PRESS*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*STOP PRESS*

                 -*- COUNSELING FOR KIDS & FAMILY -*-

  Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3) mengadakan program
  pembelajaran konseling bagi para orangtua, guru, dan siapa pun juga
  yang terlibat dan tertarik dengan dunia anak. Program ini bisa
  menjadi bekal bagi mereka, khususnya dalam menghadapi anak-anak yang
  mengalami masalah-masalah tertentu, dengan difasilitatori oleh para
  pemerhati masalah keluarga dan anak, pendeta, praktisi konselor,
  dosen konseling, psikolog, psikiater, dan seksolog yang memiliki
  wawasan dan pengalaman yang terintegrasi dengan iman Kristiani.
  Program ini sekaligus mempersiapkan kita menjadi konselor bagi
  masalah keluarga yang umum terjadi.

  Bagi Anda yang tertarik, silakan mengikutinya pada:
  Hari, tanggal    : Sabtu, 27 November 2004
  Pukul            : 10.00 - 12.30 WIB
  Tempat           : Parenting & Counseling Education Center,
                     Gajah Mada Plaza, Lantai 7
  Materi           : KONSELING BAGI ANAK DENGAN MASALAH KECANDUAN
                     GAME & INTERNET
  Pembicara        : Ev. Ir. Martin Elvis, M.Div. (hamba Tuhan
                     sekaligus pakar di bidang komputer dan
                     multimedia)
  Deskripsi Singkat:
      Sesi ini memberikan pengertian kepada kita mengenai cara terbaik
      mendampingi anak yang mulai lebih mementingkan game dan internet
      dari segalanya. Selain itu, akan dibahas juga materi tentang
      bagaimana menciptakan lingkungan dan komunikasi keluarga yang
      sehat, sehingga anak terhindar dari masalah ini dan tindakan
      preventif apa saja yang dapat dilakukan oleh orangtua.

  Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:
     Kantor LK3
     Taman Permata Sektor 5 Blok A 7 No. 38 Lippo Karawaci
     Tel/Faks: 021-55650281, 021-70281762, 021-55654851
     (dengan Sdr. Nita, Wita, Rumini atau Samurai)
     Jam Kantor: Selasa-Sabtu pukul 09.00 - 17.00 WIB.


*DARI REDAKSI*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*DARI REDAKSI*

                     -*- ICW EDISI KONSELING -*-

  Kami menginformasikan bahwa Publikasi ICW (Indonesian Christian
  WebWatch) Edisi 1035/2004 (terbit tanggal 9 November 2004) telah
  membahas tema tentang KONSELING. Sajian utama dalam edisi ini adalah
  review situs-situs Konseling Kristen, baik situs berbahasa Indonesia
  maupun Inggris. Selain itu juga disajikan artikel dan informasi
  tentang situs, milis dll.. Jika Anda ingin membuka arsip ICW edisi
  1035/2004, silakan berkunjung ke Situs SABDA.org di:

  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/icw/arsip/1035/

  Jika Anda ingin berlangganan Publikasi ICW, silakan mendaftarkan
  diri dengan menulis email kosong ke: <subscribe-i-kan-ICW@xc.org>


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                           Ratri, Tessa, Evi
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                         Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org