Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/66

e-Konsel edisi 66 (6-7-2004)

Makna Uang Bagi Orang Kristen

><>                  Edisi (066) -- 01 Juli 2004                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Edisi Tentang Uang
    - Cakrawala            : Pandangan Kristen Tentang Uang
    - Telaga               : Anak dan Uang [#62A]
    - Bimbingan Alkitabiah : Keuangan: Kesulitan Keuangan
    - Tips                 : Mencegah Masalah-masalah Keuangan
    - Surat                : Masalah Psikologi Anak

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Pada awalnya, uang dipakai untuk memberikan kemudahan manusia dalam
  memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun, pada kenyataannya
  tidak jarang uang justru menimbulkan berbagai masalah dan konflik.
  Persoalan yang timbul sering dipicu karena kesalahan pandangan kita
  tentang uang. Banyak prinsip, metode, maupun cara menggunakan uang
  yang ditawarkan oleh dunia. Namun, sebagai orang Kristen, pertanyaan
  yang perlu kita tanyakan adalah "Sesuaikah pandangan itu dengan
  firman Tuhan?".

  Untuk menjawab pertanyaan di atas, dua edisi e-Konsel bulan Juli ini
  akan mencoba mengulas tentang uang dari sudut pandang iman Kristen.
  Sebagai sajian pertama, e-Konsel edisi 066/2004 akan mengambil topik
  "Makna Uang bagi Orang Kristen". Nah, selamat merenungkan sajian
  kami dengan harapan, para pembaca e-Konsel akan mempelajari lebih
  banyak tentang prinsip-prinsip Alkitab sehubungan dengan masalah
  uang.

  Selamat menyimak dan Tuhan memberkati!

  Staf Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                -*- PANDANGAN KRISTEN TENTANG UANG -*-

  Pandangan Kristen tentang uang sangat berlainan sekali dengan
  pandangan dunia. Pandangan dunia mengatakan bahwa uang merupakan
  sesuatu yang kita peroleh karena usaha kita sendiri, karena nasib
  baik, atau karena kemujuran. Uang adalah untuk kita pakai dan demi
  kepuasan kita, dan sangat sering menjadi tujuan akhir. Banyak
  orang menikmati tantangan dalam mencari uang dan dengan gairah yang
  sama saat mereka menghabiskannya.

  Dunia melihat uang sebagai hasil dari usaha sendiri. Itu milik saya.
  Beberapa ahli teori ekonomi bahkan mengatakan bahwa pajak adalah
  perampokan sebab uang itu benar-benar milik individu.

  Pandangan orang Kristen tentang uang yaitu bahwa uang kita miliki
  agar kita bisa menggunakannya dengan cara-cara yang mendatangkan
  kemuliaan bagi Allah. Uang bukan sesuatu yang atasnya kita mempunyai
  kekuasaan penuh; kita hanyalah penatalayan kekayaan Allah. Ilustrasi
  yang baik tentang prinsip ini terdapat dalam perumpamaan tentang
  talenta, yang menunjukkan bahwa uang yang kita peroleh karena kerja
  sekalipun bukan merupakan milik kita sebab Allahlah yang sebenarnya
  memberikan kita kesempatan untuk memperolehnya.

  Sebagai orang percaya, kita selalu dianggap bertanggung jawab atas
  cara kita menggunakan uang. Kisah tentang Ananias dan Safira dalam
  Kisah Para Rasul 5 merupakan pelajaran yang baik. Petrus berkata
  kepada Ananias, "Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap
  kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam
  kuasamu?" Dengan kata lain, Ananias bertanggung jawab atas
  penggunaan uangnya. Ia dihukum karena ia mengemukakan hal yang tidak
  benar dan menyalahgunakan kekayaannya.

  Kita bisa menikmati pemberian yang baik dari Tuhan jika kita
  menggunakannya dengan penuh tanggung jawab dan tidak berpendapat
  bahwa kalau pemberian itu diambil dari kita, kita akan susah. Saya
  tidak setuju dengan orang-orang yang percaya bahwa memiliki harta
  benda itu salah. Saya merasa bahwa Allah memberi kita pemberian yang
  baik secara melimpah untuk kita nikmati dan orang-orang kaya dalam
  Alkitab merupakan gambaran yang baik tentang prinsip tersebut.
  Tetapi saya juga mempunyai perasaan yang teguh bahwa orang-orang
  yang mempunyai kekayaan perlu memandang dengan jelas tuntutan dan
  kebutuhan dunia, dengan berusaha menanggapi tuntutan dan kebutuhan
  tersebut.

  Kita perlu waspada terhadap pendapat Thorstein Veblen yang disebut
  konsumsi yang mencolok -- memiliki terlalu banyak barang sehingga
  kita tidak mungkin dapat menggunakannya dengan baik. Misalnya, yang
  seharusnya cukup dengan alat transportasi yang ada, kita menjadi
  ingin beberapa kendaraan yang mewah; atau sebaliknya daripada rumah
  yang nyaman, kita ingin istana yang megah. Konsumsi yang mencolok
  menunjukkan bahwa kita belum memperhatikan kebutuhan dunia yang
  menjadi tanggung jawab kita sebagai orang Kristen.

  Dalam Efesus 4:28 Paulus menulis:
     "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah
     ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan
     tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada
     orang yang berkekurangan."
  Kenikmatan dari pemberian yang indah dari Tuhan harus kita imbangi
  dengan memenuhi kebutuhan mereka yang kekurangan, terutama mereka
  yang seiman dengan kita.

  Pasal 12, 16, dan 18 dalam Injil Lukas semuanya memberikan
  peringatan tentang uang. Pada pasal 12, dalam cerita mengenai orang
  kaya yang bodoh, kita melihat bahwa uang jangan sampai menjadi
  tempat berlindung orang Kristen. Pada pasal 16, dalam kisah mengenai
  orang kaya dan Lazarus, kita melihat bahwa umat Tuhan sekalipun bisa
  begitu dikuasai oleh uang sehingga mereka mengabaikan Alkitab. Pada
  pasal 18, dalam cerita mengenai percakapan Yesus dengan seorang
  pemimpin muda yang kaya, kita melihat bagaimana uang dapat
  memperlemah dedikasi kita kepada Tuhan.

  Orang Kristen perlu bertanya pada diri sendiri: Seandainya Tuhan
  mengambil semua sumber kekayaan saya, apakah saya akan tetap
  mengasihi-Nya dan tetap percaya kepada-Nya, atau apakah saya akan
  mengutuk-Nya karena mengambil berkat-berkat saya? Apakah sumber
  keuangan saya begitu penting sehingga bila Tuhan mengambilnya, saya
  tidak akan lagi percaya pada-Nya atau mau melayani Dia?

  Kisah Ayub merupakan ilustrasi yang sangat baik tentang seorang
  percaya yang tidak membiarkan uang -- atau kekurangan uang --
  menghalangi kasih-Nya kepada Allah. Istrinya berkata,
     "Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi Ayub menjawab, "Engkau
     berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang
     baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?"
     (Ayub 2:9-10)

     "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
     telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi,
     Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" (Ayub 1:21)

  Orang Kristen hendaknya mengetahui bahwa beberapa orang yang penting
  dan saleh saat ini menyimpulkan bahwa jika kita taat dan mempunyai
  iman yang kuat, Allah akan membuat kita semua menjadi orang kaya.
  Hal ini tidak diajarkan atau diberikan di dalam Alkitab.

  Misalnya, orang-orang Kristen yang setia yang disebut dalam Ibrani
  11 dengan jelas kehilangan semua harta milik mereka, tetapi orang
  tidak pernah dapat membuktikan bahwa mereka kurang iman ataupun
  tidak penting dalam pandangan Tuhan. Sudah tentu menggelikan kalau
  orang berpikir bahwa mereka tidak layak menerima kebaikan Tuhan
  karena mereka kehilangan segala sesuatu dan dianiaya. Jika saudara
  mengingat orang-orang saleh yang hidup di negara totaliter saat ini,
  atau orang-orang pada masa lalu yang kehilangan segalanya untuk
  Tuhan, -- tidak selayaknya kita berpendapat bahwa mereka bukan orang
  -orang beriman atau bahwa mereka kurang mempercayai Allah untuk
  dapat menerima berkat-Nya.

  Saya tidak bisa menerima pendapat bahwa Allah akan membuat kita kaya
  dan sehat jika kita mempunyai cukup iman dan percaya kepada-Nya,
  melainkan Dia akan melengkapi beberapa orang di antara kita dengan
  sumber harta benda waktu kita melakukan penatalayanan yang
  sepatutnya dan bersedia menggunakan apa yang kita miliki sesuai
  dengan Alkitab.

  Sering kali para pengkhotbah mendorong orang untuk memberi, dengan
  menegaskan bahwa Allah akan memberi kembali kepada mereka sepuluh
  kali lipat. Mereka mendasarkan pendapat ini pada Maleakhi 3:10,
     "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah
     perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan
     ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak
     membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat
     kepadamu sampai berkelimpahan."

  Saya sungguh yakin bahwa Allah akan menyediakan kebutuhan kita jika
  kita setia dalam penatalayanan. Kadang-kadang kami mengalami hal
  berikut ini. Kami menyumbangkan uang, kemudian pada hari berikutnya
  tanpa disangka-sangka uang itu kembali dari sumber yang berbeda.
  Tetapi, ada kalanya juga ketika kami menyumbang, uang itu tidak
  kembali. Allah dalam pemeliharaan-Nya dapat melakukan hal-hal yang
  berbeda atau mewujudkan berkat dalam dimensi yang berlainan.
  Sebaliknya daripada uang, Ia dapat memberi kita suatu perasaan
  diberkati secara rohani.

  Orang Kristen di Makedonia memberi meskipun "mereka sangat miskin"
  (2 Korintus 8:2). Tidak pernah dikatakan bahwa mereka memperoleh
  kembali apa yang mereka berikan secara materi, tetapi Allah toh
  memberkati mereka karena kesetiaan mereka. Uang bisa merupakan
  berkat, tetapi bagi orang Kristen uang sama sekali bukan berkat
  terbesar.

-*- Diedit dari sumber -*-:
  Judul Buku   : Pola Hidup Kristen
  Judul Artikel: Pandangan Kristen Tentang Uang
  Penulis      : Hudson T. Armerding
  Penerbit     : Gandum Mas, Kalam Hidup, LLB, Yakin
  Halaman      : 911 - 914

*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                         -*- ANAK DAN UANG -*-

  Mengenalkan arti uang kepada anak sedini mungkin sangatlah penting
  dalam mendidik anak. Orangtua yang bijaksana akan mencari cara yang
  tepat untuk mengajarkannya, sehingga anak tidak memiliki konsep yang
  salah tentang uang. Lalu, bagaimana caranya? Simak perbincangan
  dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini! Selamat menyimak!
-----
  T: Kapan sebaiknya konsep tentang uang mulai diajarkan pada anak?

  J: Sesungguhnya, kita perlu mengajarkan mereka tentang uang sejak
     masih kecil, sewaktu mereka mulai mengerti barang-barang dan
     mengerti bahwa untuk memperoleh barang-barang tersebut diperlukan
     uang. Biasanya, ini terjadi pada anak-anak sekitar usia 5-6 tahun
     tatkala mereka mulai bersekolah. Mereka mulai melihat apa yang
     dimiliki oleh teman-temannya. Jadi, memang ada perbedaan konsep
     yang mendasar tentang uang bagi anak-anak yang berusia antara
     0-4,5 tahun hingga usia sekitar 10-11 tahun dan anak-anak remaja
     yang berusia antara 12-18 tahun. Bagi anak-anak kecil, makna
     uang adalah sebagai sarana untuk mendapatkan keinginannya,
     sedangkan pada anak-anak remaja uang itu mempunyai dimensi yang
     berbeda -- uang menjadi lambang atau status sosial ekonomi
     mereka. Uang lebih mewakili keadaan mereka dalam tatanan
     masyarakat.
-----
  T: Bagaimana sikap orangtua menghadapi anak yang selalu menuntut?

  J: Sudah merupakan kodrat anak untuk meminta jika mereka melihat apa
     yang mereka sukai. Alasan orangtua bahwa harganya mahal atau
     memang belum punya uang, mengembangkan pengertian bahwa untuk
     mendapatkan barang tersebut diperlukan uang. Dari situlah, anak
     mulai mendapatkan pemahaman tentang uang. Ketika orangtua
     mengatakan tidak punya uang, mereka sebetulnya belum begitu
     mengerti mengapa uang itu tidak dimiliki oleh orangtuanya. Oleh
     sebab itu, anak-anak sering menuntut terus karena untuk anak
     usia di bawah 8 tahun pada umumnya, belum mengerti konsep bahwa
     orang itu harus bekerja sekian jam untuk mendapatkan uang. Mereka
     hanya berpikir, uang itu seharusnya memang harus dimiliki.
-----
  T: Memberikan uang saku pada anak sebenarnya berdampak positif atau
     negatif?

  J: Berdampak positif karena kita berkesempatan melatih anak
     menggunakan uang dengan baik. Nomor satu yang harus kita pikirkan
     untuk anak-anak yang kecil adalah kita tidak semestinya
     memberikan uang yang berlebihan. Anak-anak kecil belum bisa
     menggunakan uang dengan bijaksana jika memiliki uang berlebihan.
     Dia hanya baru bisa menggunakan uang dengan jumlah yang tepat
     untuk membeli barang yang memang dia inginkan tersebut. Itu jauh
     lebih baik daripada memberikan uang yang berlebihan pada anak-
     anak kecil. Dampak buruknya anak-anak kecil ini bisa menjadi
     sinterklas di antara teman-temannya dan kalau anak masih umur 6-7
     tahun sudah jadi sinterklas, sebetulnya kita sudah mendidik dia
     bukannya murah hati, tapi tidak menghargai uang sama sekali dan
     menganggap uang itu sebagai sesuatu yang seharusnya dia peroleh
     dan bahkan ia bisa menggunakan uang untuk mendapatkan
     persahabatan. Jadi, orangtua memang harus berhati-hati.
-----
  T: Kapan anak diajar untuk menyisihkan uang persembahan?

  J: Memberikan persembahan mungkin bisa dijelaskan pada usia sekitar
     8-9 tahun sebab anak-anak seusia itu mulai lebih mengerti apa
     artinya memberikan persembahan. Pada awalnya, kitalah yang
     memberikan uang untuk mereka persembahkan, tapi pada usia sekitar
     9 tahun, anak mulai bisa mengerti apa artinya memberikan
     persembahan dari uang sakunya sendiri.
-----
  T: Kalau anak itu sudah beranjak remaja, uang menjadi suatu status
     sosial dan ekonomi, apa maksudnya?

  J: Anak-anak memang kadang merasa lebih diterima oleh lingkup
     sosialnya kalau dia mempunyai uang, seperti yang dimiliki oleh
     teman-temannya. Oleh karena itu, anak-anak dari keluarga kurang
     mampu merasa sangat tertekan karena mereka tidak punya uang.
     Tidak punya uang berarti sama dengan hinaan, tidak dianggap.
     Itu memang bagian dari kehidupan yang nyata, yang harus dihadapi
     oleh anak itu. Yang terpenting adalah remaja ini sejak kecil
     perlu kita latih memakai uang dengan pas. Perlahan-lahan, waktu
     menginjak usia 12 tahun, izinkan dia untuk memakai atau mempunyai
     uang sedikit lebih, sebab kita mau tahu apa yang dia gunakan
     dengan uang itu. Anjurkan supaya dia tidak memakai uang itu
     terus-menerus. Kita bisa mulai membimbing dia untuk menabungkan
     uangnya agar nanti dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang
     sungguh-sungguh diinginkannya. Kalau kita tahu dia mampu membeli
     barang dengan uangnya sendiri, berikan tanggapan yang positif.
     Perlahan-lahan uang lebih yang kita berikan boleh ditambah. Saat
     itu dia sudah lebih tahu bagaimana memakai uang dengan jumlah
     lebih banyak sehingga tidak terlalu tergesa-gesa atau sembarang
     dalam memakainya.
-----
  T: Apa yang Alkitab katakan sehubungan dengan anak dan uang?

  J: Paulus di surat 1 Tesalonika pasal 4 memberi kita nasihat tentang
     bekerja dengan tangan. Dia berkata (ayat 11), "Anggaplah sebagai
     suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-
     persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan." Dia mengulang lagi
     di 1 Tesalonika 5:14, "Kami juga menasihati kamu, saudara-
     saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib." Tidak
     tertib berarti memang sembarangan, tidak ada disiplin sama
     sekali. Tuhan menghendaki orang bekerja dengan tangannya sendiri,
     tidak bergantung pada orang lain. Ini yang perlu kita tanamkan
     pada anak-anak kita dalam hal penggunaan uang. Jika mereka
     bijaksana, mereka bisa menabung, membeli yang mereka inginkan,
     dan tidak usah bergantung pada orang lain -- dalam hal ini
     ketergantungan pada orangtuanya untuk menyediakan uang bagi
     mereka.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #62A
    yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
       email, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                 atau: < TELAGA@sabda.org >        ]]

*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                 -*- KEUANGAN: KESULITAN KEUANGAN -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Mazmur 50:10,14,15     Matius 6:33        1 Yohanes 5:14,15
  Maleakhi 3:8-103       Filipi 4:19

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Pengertian dan kemampuan menangani keuangan secara tepat, harus
  menjadi prioritas utama setiap orang. Banyak ketegangan, keretakan
  keluarga, perselisihan dan frustrasi disebabkan langsung atau tidak
  langsung oleh uang. Seringkali, suami istri bercerai karena
  ketidaksetujuan dalam soal keuangan. Keluarga Kristen tidak luput.
  Jika suatu keluarga tidak dapat membayar bon-bon hutangnya, atau
  dibebani oleh masalah-masalah lain berkaitan dengan keuangan, ia
  menjadi suatu kesaksian yang buruk. Sedikit sekali gereja yang
  membina warganya soal pertanggungan jawab keuangan.

  Sebab-sebab Utama Masalah Keuangan:
  -----------------------------------
  1. Sikap salah terhadap uang. Ketamakan dan keserakahan segera
     membawa pada berbagai jenis kejahatan (1 Timotius 6:10). Gejala
     ingin cepat kaya melalui penanaman uang secara spekulatif, sering
     membawa pada berbagai bencana.

  2. Hidup melebihi kemampuan seseorang. Kegagalan memperhitungkan
     secara matang menyebabkan kebiasaan membelanjakan uang
     berlebihan (Lukas 14:28-30). Beberapa orang sangat lemah pada
     iklan dan mudah takluk pada barang menarik dan kreditan yang
     nampaknya menguntungkan.

  3. Beli secara kredit. Nasihat terbaik bagi mereka yang sedang
     menghadapi kesulitan keuangan ialah menjauh dari toko dan ruang
     pamer dan menyetop kebiasaan berhutang.

  4. Kebiasaan hidup enak. Membeli barang-barang yang tidak perlu,
     penggunaan minuman keras, tembakau, atau jajan makanan-makanan
     tambahan adalah bagian dari kebiasaan hidup enak. Sebagai
     contoh, suami-istri yang menjadi perokok berat bisa menghabiskan
     lebih dari setengah juta rupiah per tahunnya untuk rokok saja.

  5. Pemikiran salah bahwa bertambahnya benda milik akan menghasilkan
     kepuasan dan kebahagiaan hidup. "Berjaga-jagalah dan waspadalah
     terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-
     limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada
     kekayaannya itu" (Lukas 12:15).

  6. Kurang penganggaran: memperkirakan dan mengendalikan pengeluaran.
     Pendapatan kita akan habis terpakai, sesuai cara kita
     memperlakukannya. Berikut kami usulkan cara mengatur keuangan
     dalam persentase masing-masing pos pengeluaran. (Anda dapat
     menyesuaikannya supaya lebih cocok dengan keadaan Anda).
     Rumah        30%   Rekreasi/liburan    5%
     Makanan      14%   Pakaian             5%
     Transport    13%   Kesehatan           5%
     Asuransi      4%   Tabungan            5%
     Hutang        5%   Macam-macam         4%
     Perpuluhan   10%

  Prinsip Alkitab tentang cara mengelola keuangan:
  ------------------------------------------------
  1. Hakikat masalah ini bersifat rohani. Karena itu, pengertian
     tentang Ketuhanan Yesus Kristus sangat hakiki. Pengelolaan
     keuangan adalah ungkapan dari keadaan penyerahan utuh kita kepada
     kehendak Allah dan sikap kita tentang masalah-masalah kekal
     (1 Korintus 10:26; 1 Korintus 6:19-20; Roma 12:1,2).

  2. Adanya pengertian bahwa kita adalah penatalayan (pengelola) dari
     segala hal yang Allah percayakan untuk kita kelola adalah sangat
     penting. Kita bukan pemilik! Hidup kita, waktu kita, dan semua
     harta milik kita adalah pemberian Allah. Kita bertanggung jawab
     kepada Allah tentang semua itu, dan Dia akan meminta
     pertanggungan jawab kita (Matius 25:14-30).

  3. Allah ingin agar kita bergantung kepada-Nya, bukan kepada benda-
     benda milik kita (1 Timotius 6:17, Amsal 3:5,6; Filipi 4:19 dan
     Mazmur 37:25).

  4. Adalah rencana Allah bahwa kita, sebagai penatalayan memberikan
     sebagian dari pendapatan kita untuk Dia dan pekerjaan-Nya
     (Maleakhi 3:10; Lukas 12:34 dan Amsal 3:9).

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  1. Jika orang yang Anda bimbing mengakui adanya kesulitan keuangan,
     bimbing dia untuk melihat bahwa dia perlu memiliki sudut pandang
     kehidupan yang berasal dari adanya hubungan kekal dengan Yesus
     Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kita harus kenal Dia dulu
     secara pribadi, sebelum mengharapkan Dia menolong kita. Jelaskan
     "Damai dengan Allah", [["Damai dengan Allah" -- Traktat untuk
     menolong/menuntun orang non-Kristen agar dapat menerima Kristus
     (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; atau
     CD-SABDA: Topik 17750]].

  2. Sesudah dia menjelaskan masalah keuangannya, anjurkan dia untuk
     melihat bahwa masalah tadi berintikan masalah rohani. Bukan saja
     mencari penyelesaian sementara, tetapi dia harus lebih pula
     menempatkan Allah di pusat kehidupannya -- termasuk keuangannya.
     Hanya ini yang akan membawa pemecahan abadi. Menerima alasan-
     alasan dari masalah keuangannya, seperti kesulitan dunia ekonomi
     dan sebagainya, tidak akan memampukan kita, sebagai pembimbing,
     memberikan pelayanan terbaik kepadanya. Banyak orang bermasalah
     hanya karena salah mengelola.

  3. Bagaimana seseorang kelak akan menyelesaikan masalah keuangannya,
     akan tergantung pada sikapnya terhadap prinsip-prinsip Alkitab
     (lihat Latar Belakang). Jelaskanlah itu satu per satu. Lalu
     tanyakan, apa penyebab masalah keuangannya. Sikap salah tentang
     uang? Cara hidup melampaui batas kemampuan? Kebiasaan berhutang
     atau mengkredit? Gaya hidup enak? Kurang membuat anggaran atau
     rencana matang?

  4. Bimbing dia untuk membereskan keuangan dan kehidupannya sesuai
     dengan prinsip, dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau
     pengorbanan yang perlu. Mungkin sekali, masa depan diri dan
     keluarganya sangat tergantung pada keputusan itu.

  5. Jika sesudah menyesuaikan diri dengan prinsip dari Tuhan tadi
     pun, dia masih belum mampu menyelesaikan masalah keuangannya,
     anjurkan dia untuk berterus terang meminta bimbingan pendetanya
     atau pertolongan seorang ahli yang cukup mampu menolongnya
     membuat rencana perbaikan. Hindarkan diri dari biro konsultan
     yang mungkin malah akan memperbesar hutangnya.

  ------------------------------Kutipan-------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  "Walaupun sebenarnya seluruh uang kita adalah milik Allah, Alkitab
  mengajarkan kita untuk sedikitnya memberikan sepersepuluhnya sebagai
  ungkapan syukur kita kepada Allah ... Anda tidak bisa membalik
  prinsip Alkitab. Alkitab menjanjikan berkat materi dan rohani bagi
  mereka yang memberi persembahan kepada Allah. Anda tidak mungkin
  memberi lebih dari yang Allah buat. Cobalah dan buktikan sendiri."
  --------------------------Kutipan_Selesai---------------------------

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA)
  Halaman   : 130 - 133
  CD-SABDA  : Topik 17617

*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

               -*- MENCEGAH MASALAH-MASALAH KEUANGAN -*-

  Semua orang pasti menggunakan uang dan banyak di antara kita yang
  kadang-kadang bermasalah dalam mengelola keuangan. Dalam hal ini,
  tugas konselor adalah bertanggung jawab untuk membantu mereka yang
  mengalami masalah ini agar mereka bisa mengelola uangnya dengan
  lebih baik lagi. Berikut ini beberapa saran yang bisa dilakukan oleh
  para konselor untuk membantu mereka yang mengalami masalah dalam
  mengelola keuangan.

  1. Tanamkan arti uang sesuai dengan yang tertulis dalam Alkitab.
     -------------------------------------------------------------
     Saran ini bisa diajarkan melalui kotbah, persekutuan (termasuk
     persekutuan pemuda-remaja), Sekolah Minggu, dan dalam percakapan
     sehari-hari dengan orang lain. Cara yang bisa ditempuh adalah
     dengan:
     - Menunjukkan beberapa ayat dalam Alkitab yang berhubungan dengan
       uang dan kekayaan.
     - Mendorong mereka untuk selalu bersyukur atas apa yang telah
       mereka miliki, untuk tidak selalu membandingkan miliknya dengan
       yang dimiliki orang lain dan mengeluh atas kekurangan dan
       kebutuhan mereka.
     - Mengingatkan orang lain pada bahaya belanja secara kredit dan
       anjurkan pada mereka untuk hidup sesuai dengan yang mereka
       miliki.
     - Menekankan pentingnya menabung dan memberi dengan sukacita.

  2. Ajarkan tuntunan praktis dalam mengatur uang.
     ---------------------------------------------
     Tuntunan ini, termasuk di dalamnya adalah menunjukkan bagaimana
     membuat perkiraan pengeluaran (termasuk perpuluhan dan menabung),
     mendorong mereka untuk bisa menerapkannya, dan mengajak mereka
     untuk mensharingkan pengalaman mereka kepada orang percaya
     lainnya. Akan menjadi sangat menarik dan menyenangkan jika kita
     bisa melihat bagaimana Allah memberkati dan memenuhi segala
     kebutuhan kita jika kita mau mengikuti tuntunan-Nya.

     Seorang konselor Kristen mungkin bukan ahli dalam bidang
     asuransi, prosedur perbankan, atau cara yang terbaik untuk
     menyimpan atau mengelola uang. Meskipun demikian, konselor bisa
     menekankan pentingnya masing-masing poin dan menunjukkan
     beberapa buku atau orang-orang Kristen yang bisa memberikan
     nasihat-nasihat praktis. Dalam Tubuh Kristus, pasti ada orang-
     orang yang ahli dalam bidang keuangan. Orang-orang ini bisa
     diundang untuk membantu membuat rancangan keuangan. Di saat yang
     sama, mereka juga bisa diminta untuk mensharingkan pengetahuan
     dan karunia mereka untuk mendukung dan menguatkan orang lain.

  3. Tekankan masalah keuangan pada konseling pranikah.
     --------------------------------------------------
     Pada saat seseorang menikah, mereka akan memasuki dunia baru
     dalam keuangan mereka. Dua pendapatan dan cara mengelola uang
     akan digabung menjadi satu dan ada kemungkinan terjadi konflik.
     Setelah mereka menikah, pasangan baru ini kadang-kadang
     membutuhkan pengingat untuk melihat sumber pendapatan mereka
     secara nyata. Apa yang harus mereka lakukan terhadap uang,
     keuangan, tabungan, perpuluhan, kartu kredit atau pengelolaan
     keuangan? Tagihan-tagihan apa saja yang harus mereka lunasi dan
     bagaimana melunasinya? Bagaimana bila suami dan istri ini
     memiliki cara yang berbeda dalam mengelola keuangannya? Apakah
     salah satu dari mereka boros dalam menggunakan uang, sedangkan
     yang lainnya sangat hemat? Dengan memberikan pertanyaan-
     pertanyaan seputar keuangan, konselor pranikah bisa mencegah
     konflik keuangan yang mungkin terjadi.

  4. Tekankan poin-poin penting dalam masalah keuangan jika terjadi
     krisis atau perubahan hidup.
     ----------------------------
     Kebanyakan perubahan dalam hidup -- mulai masuk sekolah, pindah
     kerja, pindah rumah, pensiun, sakit dalam waktu yang lama,
     kematian dalam keluarga -- masing-masing bisa menimbulkan
     perjuangan dalam keuangan. Jika poin-poin dalam masalah keuangan
     ini dimunculkan segera dan didiskusikan secara informal, masalah
     sering bisa dihadapi dan diselesaikan sebelum masalah itu menjadi
     semakin besar.

-*- Sumber diterjemahkan dari -*-:
 Judul Buku        : Christian Counseling, a Comprehensive Guide
 Judul Asli Artikel: Preventing Financial Problems
 Penulis           : Gary R. Collins, Ph.D.
 Penerbit          : Word Publishing, USA, 1998
 Halaman           : 538 - 539

*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <Rieka@>
  >Dear redaksi e-Konsel, saya seorang mahasiswa jurusan psikologi
  >yang sebentar lagi akan menyusun skripsi. Bisakah saya mendapatkan
  >apa saja yang berhubungan dengan masalah psikologi anak melalui
  >e-konsel? Kalo bisa bagaimana saya bisa mendapatkannya? Sebelumnya
  >saya berterimakasih atas jawaban yang diberikan. GBU

  Redaksi:
  Kami sangat senang sekali bisa menolong Anda dengan menyediakan
  sumber-sumber informasi yang mungkin bisa Anda pakai sebagai
  referensi untuk menyusun skripsi.

  1. Anda bisa melihat arsip Publikasi e-Konsel dan e-BinaAnak
     di Situs SABDA.org. Di arsip-arsip ini Anda bisa mendapatkan
     artikel, tips, tanya jawab, dan informasi seputar anak. Caranya
     mudah. Gunakan fasilitas "Cari" dan ketikkan kata, misalnya,
     ´anak´ maka secara otomatis akan muncul beberapa edisi publikasi
     yang ada hubungannya dengan kata kunci yang Anda cari.
     ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/arsip/
     ==>  <subscribe-i-kan-konsel@xc.org>         [untuk berlangganan]
     ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-BinaAnak/
     ==>  <subscribe-i-kan-binaanak@xc.org>       [untuk berlangganan]

  2. Selain itu, Anda juga bisa berkunjung ke Situs C3I (Christian
     Counseling Center Indonesia). Manfaatkan fasilitas "Cari Tentang"
     untuk menemukan artikel-artikel seputar anak.
     ==>  http://www.sabda.org/c3i/

  3. Tambahan lagi, Anda juga bisa berkunjung ke situs PEPAK (Pusat
     Elektronik Pelayanan Anak Kristen). Anda bisa mendapatkan banyak
     informasi sekitar masalah anak dan pendidikan. Tersedia juga
     fasilitas pencarian.
     ==>  http://www.sabda.org/pepak/

  4. Anda juga bisa bergabung dengan Milis Diskusi e-BinaGuru untuk
     mendiskusikan atau mendapatkan tambahan informasi tentang anak
     yang Anda cari.
     ==>  <subscribe-i-kan-binaguru@xc.org>         [untuk bergabung]

  Kami harap informasi ini bisa membantu dan tak lupa kami juga berdoa
  agar skripsi Anda bisa diselesaikan dengan baik dan lancar. Tuhan
  memberkati.

e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                    Ratri, Yulia, Natalia, Kristian
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org