Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/59

e-Konsel edisi 59 (17-3-2004)

Dosa yang Membelenggu

><>                 Edisi (059) -- 15 Maret 2004                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Terbelenggu oleh Dosa
    - Cakrawala            : Empat Relasi Universal Dosa
    - Bimbingan Alkitabiah : Buah-buah Dosa
    - Tips                 : Penyesalan: Menolong atau Menghambat?
    - Surat                : Berkat dari Artikel e-Konsel

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Tidak dapat dipungkiri sebenarnya dosa selalu mempengaruhi kehidupan
  kita sehari-hari. Namun kita seringkali kurang mengerti seberapa
  mengerikannya dosa, sampai kita jatuh dalam dosa dan harus
  menanggung akibat dan buah-buahnya. Yang lebih mengerikan lagi
  adalah bahwa akibat-akibat dosa itu tidak hanya kita tanggung satu
  kali saja tapi sering akan menghantui kita sepanjang hidup dan terus
  menerus menjerat hidup kita. Kemudian kita mulai menyesal dan
  bertanya-tanya "mengapa saya sulit melepaskan diri dari dosa
  tersebut padahal saya ingin sekali melepaskan kebiasaan dosa saya
  itu?" Mengapa bisa demikian? Artikel yang kami ambil dari buku yang
  berisi ceramah dari Pdt. Stephen Tong, yang berjudul "Dosa Keadilan
  dan Penghakiman", akan menolong kita mendapatkan jawabannya.

  Melalui sajian-sajian edisi ini kami harap para pembaca menjadi
  semakin waspada untuk tidak lagi bermain-main dengan dosa. Namun
  jika sekarang Anda sudah jatuh dalam dosa, bagaimana kembali ke
  jalan yang benar? Orang dunia berkata bahwa menyesal justru
  menunjukkan bahwa kita lemah? Bagaimana kita sebagai orang Kristen?
  Tips yang kami sajikan kali ini menolong kita untuk melihat apakah
  penyesalan itu bersifat menolong atau malah menghambat pertumbuhan
  rohani kita.

  Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  Artikel berikut ini menolong kita mengerti sifat-sifat dosa yang
  sangat merusak hidup manusia, terutama dalam hidup kita sehari-hari.
  Salah satu yang dibahas dalam artikel ini adalah sifat dosa yang
  merupakan kuasa yang dapat membelenggu manusia. Barangsiapa terjerat
  olehnya sulit untuk melepaskan diri dari kebiasaan hidup dalam dosa.
  Mengapa? Selamat menyimak uraian berikut ini:

                 -*- EMPAT RELASI UNIVERSAL DOSA -*-

  1. Dosa sebagai kuasa yang membelenggu.
     ------------------------------------
     Relasi yang pertama adalah relasi antara aku dengan aku, diriku
     dengan diriku. Hubungan ini dirusak oleh dosa karena di dalam
     dosa aku mendapatkan sesuatu kekuasaan yang mengikat, dimana aku
     tidak sadar itu dosa. Maka bagi diri, dosa merupakan suatu kuasa
     yang membelenggu aku, yang melawan kehendak Allah. Ini adalah
     relasi pertama yang dirusak. Pada saat sesuatu yang aku kerjakan
     membelenggu aku, tetapi tidak melawan kehendak Allah, itu bukan
     dosa.

     Jadi pertama, dosa dimengerti di sini sebagai satu istilah yang
     saya sebut sebagai kuasa. Dosa bukan hanya dimengerti sebagai
     sesuatu kekuatan atau suatu kelakuan melainkan suatu kuasa yang
     membelenggu dan mengikat kita. Itu disebut dosa. Di dalam Surat
     Roma, Paulus mengatakan dengan jelas sekali, "Yang kuinginkan aku
     tak bisa melakukan, yang aku tak inginkan justru aku lakukan."
     Apa artinya? "Aku tidak mempunyai kebebasan." Karena di dalam
     diri ini ada sesuatu yang begitu berkuasa sehingga kebebasan diri
     dipengaruhi oleh kekuatan itu. Itu disebut dosa. Jadi dosa
     dimengerti sebagai suatu kuasa yang membelenggu dan menghancurkan
     kebebasan kita.

     Barangsiapa sedang memakai kebebasan untuk berbuat segala
     sesuatu, menganggap bahwa dirinya adalah orang bebas, ia salah.
     Karena begitu kebebasan itu dipakai untuk pertama kali dan hak
     itu dipakai, langsung hak itu menjadi tuan untuk membelenggu
     Saudara. Misalnya, pada waktu Saudara ingin menjadi seorang
     perokok, pertama kali Saudara mengatakan, "Saya mau menjadi
     seorang perokok", Saudara seolah-olah bebas. Setelah Saudara
     merokok satu kali, dua kali, tiga kali, Saudara telah menjual
     kebebasan Saudara kepada kuasa rokok yang sedang membelenggu
     Saudara, dan tanpa disadari Saudara sudah kecanduan dan sulit
     melepaskan darinya. Demikian pula pada waktu Saudara mengatakan,
     "Saya bebas, saya mau pergi mencari pelacur", Saudara sedang
     mempergunakan kebebasan Saudara yang kelihatannya netral. Namun
     begitu Saudara menggunakan kebebasan itu, saat itu juga, Saudara
     sedang menjual kebebasan Saudara kepada ketidakbebasan yang
     sedang membelenggu Saudara. Seperti juga seorang yang berjalan,
     lalu berhenti di perempatan. Pada waktu ia memilih ke kanan, ia
     telah menjual kebebasan ke arah itu, dan tidak bisa lagi membuat
     keputusan yang lain. Maka di sini dosa dimengerti sebagai suatu
     kuasa yang membelenggu setelah Saudara menggunakan kebebasan yang
     pertama.

  2. Dosa sebagai kelakuan yang merugikan.
     -------------------------------------
     Relasi kedua adalah relasi antara diriku dan orang lain. Di sini
     dosa dimengerti sebagai suatu kebebasan yang merugikan orang
     lain, baik sadar atau tidak sadar. Kelakuan dan dosa dimengerti
     selain sebagai kuasa kini juga dimengerti sebagai kelakuan, "an
     action", "behaviour", "conduct", "an expressed living style".
     Suatu cara hidup, kelakuan, perbuatan dan tindakan yang sudah
     merugikan orang lain. Ini dimengerti sebagai dosa. Perlu kita
     perhatikan bahwa baik istilah pertama: kuasa yang membelenggu,
     lalu istilah kedua: kelakuan yang merugikan, keduanya adalah
     merupakan pengertian yang diambil dari hukum negara.

  3. Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan.
     -----------------------------------------
     Dosa juga dimengerti dari relasi universal yang ketiga. Diriku
     dengan setan yang tidak kelihatan. Justru karena setan tidak
     kelihatan, itu menunjukkan ia hebat. Kalau setan setiap hari
     membuat dirinya terlihat, ia kurang pandai. Kalau seorang maling
     berkata, "Berjaga-jagalah, nanti malam jam 2 saya datang," dia
     maling yang bodoh. Jika seorang tukang copet memasang tulisan
     besar di bajunya "Aku adalah tukang copet, hati-hati denganku,"
     IQ nya rendah.

     Setan begitu pintar sampai dia mengatakan, "Sebab tidak ada
     setan, maka tidak perlu takut kepada setan; sebab tidak ada
     setan, pasti juga tidak ada Allah." Maka akhirnya Saudara tidak
     percaya setan, juga tidak percaya Allah. Saudara sudah masuk ke
     dalam jerat setan.

     Prof. Kurtkoch dari Stuttgart University mengatakan, "Orang
     Jerman segan, malu, tidak mau ke gereja karena mereka merasa
     modern. Tetapi justru pemimpin-pemimpin Jerman yang tertinggi
     yang biasanya tidak mau ke gereja, takut dipermalukan orang lain,
     takut dianggap terlalu ketinggalan, pada waktu menemukan
     kesulitan-kesulitan paling hebat di dalam menjalankan
     kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, mereka selalu ke rumah
     dukun-dukun untuk mendapatkan petunjuk dari para dukun. Ini
     gejala yang aneh. Manusia yang percaya Tuhan seolah-olah
     ketinggalan jaman, tapi jika dalam keadaan krisis pergi mencari
     dukun, mereka tidak takut. Demikian juga banyak pendeta-pendeta
     seolah-olah mereka memimpin orang lain, tetapi pada waktu
     menghadapi kesulitan-kesulitan, mereka tidak bisa mengambil
     prinsip Alkitab untuk membereskan persoalan. Mereka pergi mencari
     psikiater-psikiater yang bukan Kristen.

     Penipuan-penipuan seperti ini terus-menerus terjadi karena kita
     tidak percaya jawaban yang sesungguhnya adalah Firman Tuhan dan
     bagaimana mendapatkan jawaban melalui pimpinan Roh Kudus dan
     Firman dan prinsip yang benar. Hubungan aku dengan setan
     ditiadakan oleh setan dengan penipuan "tidak ada setan", sehingga
     karena Saudara kira tidak ada, Saudara tidak berjaga-jaga. Pada
     saat itu dia sedang mengaitkan diri dengan Saudara. Ini merupakan
     sesuatu alat yang mempersatukan manusia dengan setan.

     Dosa dimengerti sebagai suatu kuasa, dosa juga dimengerti sebagai
     kelakuan dan dosa dimengerti sebagai suatu alat yang
     mempersatukan kita dengan setan. Dosa sedang menjadi suatu alat
     yang mengaitkan Saudara dengan dia, sehingga tanpa Saudara
     sadari, Saudara sedang bersatu dengan si jahat itu. Itulah
     sebabnya kalau membaca buku yang baik, Saudara tertidur, membaca
     buku porno, mata Saudara besar sekali. Itulah sebabnya kalau
     Saudara pergi ke gereja tidak ada waktu, tetapi kalau mencari
     pelacur waktunya banyak. Mengapa? Karena Saudara sedang
     dipersatukan dengan suatu alat. Alat yang mempersatukan itu
     disebut dosa. Dan Saudara tidak melihatnya karena penipuan ini
     merupakan suatu alat yang mempersatukan dengan oknum yang
     menyangkal bahwa dia ada, itu dosa.

  4. Dosa sebagai sikap melawan Allah.
     ---------------------------------
     Dosa dimengerti sebagai relasi universal keempat yaitu dosa
     merupakan sikap melawan Allah; antara manusia dengan Allah.
     Relasi ini seharusnya mempunyai poros sesuai dengan status asli
     yang ditetapkan oleh Tuhan, tetapi sekarang sudah
     dikacaubalaukan, diputarbalikkan. Yang utama menjadi tidak utama,
     yang tidak utama menjadi yang utama, yang mutlak menjadi tidak
     mutlak, yang tidak mutlak menjadi mutlak.

     Sekarang manusia sudah berada dalam kekacauan, kerusakan di dalam
     seluruh relasi total seperti ini, sehingga manusia berani kepada
     Tuhan Allah. Terhadap Tuhan Allah manusia begitu keras, tapi
     terhadap setan begitu lembut. Pada saat diminta percaya kepada
     Tuhan Yesus atau diajak ke gereja, manusia selalu berdebat dengan
     begitu keras, menggunakan berbagai macam argumen, tetapi anehnya,
     ketika diajak ke pelacur, ia tidak memakai cara yang sama, ia
     tidak berdebat keras tentang apa pentingnya ke pelacur dan
     sebagainya. Waktu disuruh ke gereja, menjadi filsuf; waktu
     disuruh cari pelacur, langsung pergi. Saya tidak pernah
     menghargai orang semacam demikian. Itu disebut sebagai: dengan
     status tidak adil berusaha melawan Allah yang adil. Di dalam
     perlawanan inipun telah membuktikan secara lebih tegas bahwa dia
     sedang melayani dosa. Saya tidak mau melayani perdebatan seperti
     ini, meskipun saya tahu, saya cukup dan bisa menjatuhkan segala
     argumen yang mungkin dia keluarkan, tapi saya kira Firman dan
     kebenaran Allah jangan dilempar ke hadapan babi, mutiara jangan
     diberikan kepada anjing.

     Dibandingkan dengan Saudara, mungkin saya lebih banyak bertemu
     dengan kaum intelektual. Saya sudah berkotbah kepada doktor-
     doktor, profesor-profesor, beratus-ratus orang termasuk yang tua-
     tua, yang senior di negara Atheis. Tidak ada pertanyaan yang
     begitu sulit yang tidak bisa dijawab oleh Firman Tuhan. Kalimat-
     kalimat ini tidak berhenti sebagai kalimat klise seperti banyak
     orang mengatakan, "Jesus is the answer, but I don't know what is
     the question." (Yesus adalah jawaban, tetapi saya tidak tahu apa
     pertanyaannya) Tidak! I know the question.

     Dari umur 21 sampai umur 41, dalam waktu 20 tahun itu, saya sudah
     menjawab begitu banyak pertanyaan, tiap tahun kira-kira 6000
     sampai 10000 pertanyaan, sebab dalam satu tahun itu kadang-kadang
     saya berkhotbah sampai 600 kali. I know what's going on. Saya
     tahu apa yang sedang terjadi. Saya tahu apa yang ditanyakan. Yang
     Saudara mau tanya, kira-kira sudah bisa saya tangkap. Dalam waktu
     2 detik, setelah membaca pertanyaan, saya sudah harus menentukan
     tiga hal. Pertama: motivasinya. Kedua: asal pikirannya. Ketiga:
     jawabannya. Selesai membaca, saya langsung menjawab. Bukan karena
     kehebatan saya, tetapi karena Tuhan begitu mengasihani saya,
     memberi kesempatan begitu banyak. Jika Saudara mendapatkan
     kesempatan seperti saya, mungkin Saudara jauh lebih terampil
     daripada saya. Pertanyaan-pertanyaan dari pemuda/pemudi atau kaum
     intelektual tidak terlalu jauh berbeda. Banyak yang mau melawan,
     kenapa begini, kenapa begitu. Manusia mengira waktu ia bertanya,
     Tuhan langsung jatuh. Tuhan akan berkata, "Silakan bertanya
     terus, nanti setelah selesai, Aku akan bertanya satu kali, maka
     engkau langsung jatuh." Tuhan tidak mau berdebat.

     Mengapa Saudara tidak memakai cara dan metode yang sama untuk
     melawan setan? Kenapa dengan setan Saudara begitu mudah pergi
     berjudi, pergi melacur, pergi berbuat dosa, pergi menerima segala
     ajaran yang salah. Saudara begitu mudah menyerahkan diri Saudara
     untuk itu, tetapi mengapa menerima Firman Tuhan begitu sulit?
     Saudara tidak mau. Bukan saja tidak mau, bahkan banyak pemimpin-
     pemimpin gereja pun tidak bisa menerima dengan baik, mereka hanya
     mau menggunakan untuk mempertahankan harga diri saja, supaya
     jangan dikritik.

     Inilah 4 relasi universal dari dosa yang kita lihat.

-*- Sumber: -*-
  Judul Buku   : Seri Pembinaan Iman Kristen: Dosa, Keadilan dan
                 Penghakiman
  Judul Artikel: Empat Relasi Universal Dosa
  Penulis      : Pdt. Stephen Tong
  Penerbit     : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993
  Halaman      : 63 - 68


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                        -*- BUAH-BUAH DOSA -*-

  Setiap perbuatan dosa selalu diikuti oleh akibat-akibatnya. Di dalam
  Alkitab Allah sudah memberikan kepada kita apa saja akibat dari
  dosa. Berikut ini ayat-ayat yang terdapat dalam Alkitab yang
  menyatakan akibat-akibat dari dosa.

  Perjanjian Lama:
  ----------------
  Kejadian 3:7-24, 4:11-14, 6:5-7
  Ulangan 29:18
  Ayub 4:8, 5:2, 13:26, 20:11
  Mazmur 5:10, 9:15-16, 10:2, 94:23, 141:10
  Amsal 1:31, 3:35, 5:22-23, 8:36, 10:24,29-31;
  Amsal 11:5-7,18-19,27,29, 12:13-14,21,26, 13:5,15, 22:8;
  Amsal 27:8, 28:1, 29:6, 30:20
  Yesaya 3:9,11, 9:18, 14:21, 50:11, 57:20-21
  Yeremia 2:17,19, 4:18, 5:25, 7:19, 14:16, 21:14
  Yehezkiel 11:21, 23:31-35
  Hosea 8:7, 10:13, 12:14, 13:9
  Mikha 7:13

  Perjanjian Baru:
  ----------------
  Markus 7:21-23
  Kisah Para Rasul 9:5
  Roma 5:12-21, 7:5
  1Korintus 3:3, 6:9-11
  Galatia 5:19-21, 6:7
  1Petrus 4:3

-*- Sumber -*- :
  Judul       : Dua Ratus Topik Penting (CD SABDA)
  Nomor Topik : 09227
  Copyright   : Yayasan Lembaga SABDA


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

             -*- PENYESALAN: MENOLONG ATAU MENGHAMBAT? -*-

  Coba perhatikan pernyataan yang tidak umum ini: Penyesalan tidak
  seluruhnya buruk.

  Pada zaman kita ini ketika orang didorong untuk merasa senang, tidak
  peduli apa pun yang terjadi, penyesalan dipandang sebagai satu emosi
  yang negatif, satu halangan bagi mental yang sehat, satu beban yang
  harus dibuang.

  Susahnya adalah penyesalan merupakan akibat perbuatan yang salah.
  Demikianlah Allah menciptakan kita. Saya ingat beberapa waktu yang
  lalu ketika mengucapkan kata-kata tajam dalam satu percakapan--
  pilihan kata-kata itu baik sekali, tetapi mengandung sengat.
  Perkataan itu melukai hati orang lain dan saya menyesal telah
  mengatakannya. Seharusnya saya tidak berkata sepedas itu dan
  bersikap lebih baik lagi.

  Penyesalanlah yang mendorong saya untuk meminta maaf pada orang yang
  terluka hatinya. Penyesalanlah yang mendorong saya untuk mengakuinya
  kepada Tuhan. Penyesalan yang mendorong saya untuk menjaga lidah ini
  dengan lebih seksama pada masa yang akan datang.

  Jikalau saya menolak untuk menghadapi rasa penyesalan, maka saya
  tidak dapat hidup terus sebagai orang Kristen.

  Dalam sebuah buku yang berjudul, "Another Chance: How God Overrides
  Our Big Mistakes", saya menguraikan secara ringkas empat tahap dalam
  menghadapi dosa:

  1. Pertama-tama kepercayaan diri timbul kembali, dengan pengertian
     Allah dapat melakukan sesuatu dalam keadaan yang buruk ini.

  2. Kemudian timbul keinginan untuk menghadapi kesalahan itu. Apa
     yang terjadi tidak dapat dilupakan, disembunyikan dalam tumpukan
     kayu, atau di bawah karpet ataupun di tempat lainnya. Kita tetap
     bertanggung jawab.

  3. Berikutnya, tibalah saatnya untuk mengaku -- mengutarakan
     kesalahan itu. Biasanya kita enggan untuk membicarakan dan
     melakukan hal ini. Tetapi kita harus berbuat demikian. Kita harus
     mengatakan hal yang sama yang Tuhan katakan -- bahwa hal yang
     terjadi itu melanggar perintah-Nya.

  4. Akhirnya, kita dapat bergerak maju kepada hal-hal yang baru,
     harga diri yang diperbaharui, masa depan yang terbuka. Kita bisa
     tersenyum lagi sebab kita telah diampuni dan diperbaharui oleh
     Dia yang kasih setia-Nya itu untuk selama-lamanya.

  Penyesalan adalah kekuatan pendorong, yang mendesak kita untuk masuk
  ke tahap yang kedua. Ini merupakan satu bagian yang penting dalam
  proses ini.

  Akan tetapi, kita tidak boleh berhenti pada tahap kedua ini.
  Beberapa orang Kristen mengalami kesulitan untuk maju ke tahap yang
  berikutnya. Berulang-ulang mereka membangkitkan kembali dosa-dosa
  masa lalu, membesarkan, dan memutarbalikkan ceritanya. Allah tidak
  bermaksud demikian.

  Setelah kita menyelesaikan tahap pengakuan ini, "sekarang tidak ada
  penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus," (Roma 8:1),
  karena "Roh yang memberi hidup telah memerdekakan kamu." Penulis
  yang sama, Paulus, menulis kepada jemaat di Galatia, "Supaya kita
  sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena
  itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan"
  (Galatia 5:1).

  Paulus menuliskan hal-hal di atas dari pengalaman pribadinya tentang
  penyesalan. Masa lalu Paulus mungkin akan membuat seorang ahli
  penyakit jiwa sibuk selama bertahun-tahun. Sewaktu-waktu Paulus
  dapat menutup matanya dan melihat dirinya sedang menjaga setumpukan
  jubah, sedangkan hanya beberapa meter saja dari tempatnya ia melihat
  Stefanus sedang dilempari dengan batu. Malah ia bisa mengingat
  sejumlah penggerebekan pada tengah malam terhadap keluarga-keluarga
  Kristen - mendobrak pintu, menyentak para suami, istri dan anak-anak
  dari tempat tidur mereka, dan menggiring mereka ke penjara. Ia telah
  menteror seluruh daerah mulai dari Yerusalem sampai Damaskus,
  sehingga tidak ada satu orang Kristen pun yang tidak gemetar ketika
  mendengar namanya disebutkan.

  Bagaimana ia dapat mengatasi rasa bersalah itu? Penyesalan? Mimpi
  yang mengerikan?

  Kepada gereja di Filipi ia menulis, "Bukan seolah-olah aku telah
  memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya,
  kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah
  ditangkap oleh Kristus Yesus. Saudara-saudara, aku sendiri tidak
  menganggap bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan:
  aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
  kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk
  memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus
  Yesus" (Filipi 3:12-14).

  Seorang penasihat rohani di Akron, Ohio yang juga seorang mantan
  pendeta, Dr. Richard Dobbins, bercerita tentang seorang wanita yang
  berumur empat puluhan yang datang kepadanya. Sepanjang dua
  kunjungan, Evelyn (bukan nama sebenarnya), berbicara secara umum
  mengenai persoalan dan hidupnya, tetapi pada kunjungannya yang
  ketiga kebenaran pun timbul. Pada waktu berumur belasan tahun ia
  telah hamil dan telah menikah dengan pimpinan kelompok pemuda di
  gereja mereka tiga bulan sebelum anak mereka lahir.

  Yang mengherankan ialah mereka tetap tinggal di daerah yang sama
  selama tahun-tahun itu dan hidup baik-baik sehingga akhirnya orang
  melupakan perbuatan yang tercela itu. Mereka pun masih terus menjadi
  anggota gereja yang sama. Tetapi Evelyn selalu ragu-ragu apakah
  suaminya sungguh-sungguh mencintainya atau telah mengawininya karena
  merasa berkewajiban berbuat itu. Suaminya mengatakan bahwa ia
  mengasihinya, ia seorang suami yang baik, tetapi toh ....

  Sekarang terjadi suatu komplikasi yang menakutkan. Sahabat baiknya
  di SMA, yang mengetahui seluruh persoalannya, segera setelah
  kejadian itu pindah ke kota lain - tetapi sekarang ia akan kembali
  lagi ke kota itu. Dalam pikiran Evelyn, waktu dan keadaan seakan-
  akan tetap sama saja. Ia dan sahabatnya itu menjadi remaja kembali,
  dan hanya beberapa minggu saja kisah ini akan tersebar lagi ke
  seluruh kota.

  Di kantor Dr. Dobbins ia mulai menangis tersedu-sedu. Dengan tenang
  Dr. Dobbins berkata, "Evelyn, sudahkah engkau memohon Tuhan
  mengampunimu?"

  "Apa?" ia menjawab dengan air mata membasahinya. "Sudahkah aku
  meminta pengampunan Tuhan? Seratus kali!"

  "Baiklah, sekarang percayakah engkau bahwa Ia telah mengampuni hal
  ini?"

  "O, ya tapi bukan itu yang menjadi masalah. Masalahnya adalah
  bagaimana saya bisa mengampuni diri saya sendiri?"

  Dobbins berdiam diri beberapa saat. Kemudian ia berkata, "Katakan
  padaku, apakah kau lebih suci daripada Allah?" Dobbins berhenti.
  "Haruskah Allah mengorbankan Anak-Nya lagi di salib demi hati
  nuranimu?"

  Ia berhenti sebentar, kemudian melanjutkan, "Jika kematian Kristus
  cukup baik untuk memberi pengampunanmu di hadapan Allah, apakah itu
  tidak cukup baik untukmu?"

  Evelyn tidak bisa berbicara. Kebenaran itu mulai meresap ke dalam
  rohnya. Selama sepuluh menit ia tidak bisa apa-apa kecuali menangis.
  Akhirnya ia mengangkat kepalanya, dan damai terbayang di wajahnya.
  Mereka berdoa bersama-sama, lalu Evelyn berkata, "Inilah pertama
  kali dalam waktu lebih dari dua puluh tahun saya tidak merasa
  terhukum."

  Yesus telah mati agar umat Tuhan tidak berpegang terus pada rasa
  bersalah dan penyesalannya. Itulah sebabnya 1Yohanes 1:9
  menjanjikan, "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan
  adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan
  kita dari segala kejahatan."

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Pola Hidup Kristen
  Judul Artikel: Penyesalan: Menolong atau Menghambat?
  Penulis      : Dean Merrill
  Penerbit     : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002
  Halaman      : 786 - 789


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: S P <pion@>
  >Syalom,
  >Puji syukur kepada Tuhan, atas segala kemurahanNya, melalui milis
  >ini saya berterima kasih atas pengiriman beberapa artikel yang
  >sangat berguna bagi pelayanan kami dikalangan orang muda dan
  >jemaat. Terima kasih juga bahwa kami boleh mengkopi artikel-artikel
  >yang ada untuk teman-teman sepelayanan yang bertugas di daerah
  >terpencil (pedalaman) yang tidak dijangkau kendaraan bermotor
  >apalagi informasi terkini seperti ini. artikel tersebut bagaikan
  >embun penyejuk dalam pelayanan.
  >Tuhan memberkati kita dalam pelayanan yang mulia
  >Salam saya
  >Selly Poa, Mayor
  >Bala Keselamatan Bandung

  Redaksi:
  Kami juga mengucapkan syukur kepada Tuhan karena melalui publikasi
  ini banyak orang mendapat berkat dan diperlengkapi pelayanannya,
  termasuk Anda. Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih karena
  Anda mau menyalurkan berkat yang Anda terima melalui publikasi ini
  kepada teman-teman Anda yang saat ini sedang melakukan pelayanan di
  daerah-daerah terpencil. Harapan kami, melalui e-Konsel yang Anda
  kirimkan, mereka bisa mendapat tambahan wawasan tentang pelayanan
  konseling.

  Kami juga rindu untuk mendoakan pelayanan yang saat ini sedang Anda
  kerjakan bersama-sama dengan teman-teman Anda agar semakin banyak
  orang yang mengenal Tuhan dan menerima berkat dari Tuhan melalui
  pelayanan Anda semua.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                         Yulia, Ratri, Natalia
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2004 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org