Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/48

e-Konsel edisi 48 (16-9-2003)

Masalah Remaja dan Orangtua

><>               Edisi (048) -- 15 September 2003                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
   - Pengantar            : Remaja dan Masalahnya
   - Cakrawala            : Pembentukan Diri Remaja: Mangga dan Jeruk
   - Telaga               : Masalah Remaja [Kaset T 02A]
   - Bimbingan Alkitabiah : Pertentangan antara Orangtua dan Remaja
   - Info                 : Konseling Karier STTRII
   - Surat                : Ingin Artikel-artikel e-Konsel

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling
  menyenangkan tapi sekaligus juga paling membingungkan. Masa dimana
  seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan, dan keinginan-
  keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai
  menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk
  mengintegrasikan antara keinginan diri dan keinginan orang-orang
  di sekitarnya.

  Pada saat inilah orangtua memiliki peranan yang sangat penting untuk
  menolong anak remajanya, supaya mereka tidak salah jalan. Tetapi
  tidak dapat dipungkiri kalau pada saat yang sama orangtua mengalami
  kesulitan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami remaja,
  baik secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu orangtua perlu
  melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar dapat mengerti dan
  memahami masalah anak remajanya. Jika tidak maka hal ini akan
  menyebabkan banyak kesalahpahaman di antara mereka.

  Bagaimana menjaga hubungan yang harmonis antara orangtua dengan anak-
  anaknya yang menginjak usia remaja? Bagaimana orangtua dapat
  menolong anak-anak remajanya untuk mengenal diri lebih baik?
  Tentunya kita perlu mengetahui tentang keunikan usia remaja ini.
  Nah, e-Konsel edisi kali ini akan memberikan jawaban atas pertanyaan
  tersebut. Selamat menyimak!

  Tim Redaksi.


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

          -*- PEMBENTUKAN DIRI REMAJA: MANGGA DAN JERUK -*-

  "Kalau menanam pohon jeruk, pastilah buahnya jeruk; kalau menanam
  pohon mangga, pastilah buahnya mangga." Setiap orangtua yang telah
  melakukan pekerjaan rumahnya dengan sebaik-baiknya, pastilah
  memiliki harapan bahwa si anak yang telah "ditanam" itu akan
  bertumbuh sesuai dengan didikan yang telah diberikan. Biasanya si
  anak akan bertumbuh sesuai dengan target orangtua ... sampai ia
  menginjak usia remaja. Tapi... si anak yang penurut, suka membantu,
  tidak melawan, periang, dan sebagainya, tiba-tiba berubah menjadi
  seorang yang pemurung, cepat tersinggung, masa bodoh, dan suka
  melawan. Dalam keadaan terkejut, kita pun dengan gugup bertanya-
  tanya, "Apakah kami telah melakukan kesalahan? Jika ya, kekeliruan
  apa yang telah kami lakukan?"

  Saya pikir intropeksi memang perlu, sehat, dan alami, asalkan tidak
  dilakukan dengan gegabah dan tidak rasional. Melihat perubahan
  drastis pada anak kita memanglah mengejutkan serta menakutkan.
  Mengejutkan karena pohon mangga yang telah kita tanam, sekarang
  berbuah jeruk; sedangkan pohon jeruknya berbuah mangga. Menakutkan
  karena kita merasa tak berdaya mengendalikannya. Sebelumnya segala
  sesuatu berjalan menurut aturan, dalam arti perilaku si anak tetap
  dalam perkiraan kita. Apabila kita memarahinya, ia menjadi takut
  atau menangis. Jika kita tidak memarahinya, ia pun menunjukkan
  perasaan yang riang dan perilaku yang ramah. Tanpa sebab ia mulai
  memperlihatkan sikap bermusuhan dengan kita. Kita mencoba
  mengajaknya berdialog, yang kita terima darinya hanyalah, bahu
  terangkat seraya berkata, "Tidak ada apa-apa." Adakalanya ia membisu
  seribu bahasa dan usaha kita mengajaknya bicara terasa sia-sia.
  Sebelumnya kita merasa sangat berarti dalam hidupnya, sekarang kita
  merasa sangat kecil dan terkucil di hadapannya. Kita berupaya
  mengetuk pintu hatinya, namun ia bersikeras menguncinya.

  Dalam bukunya, "Helping The Struggling Adolescent", Les Parrot III
  menguraikan konsep diri remaja yang terdiri dari empat aspek.

  ASPEK PERTAMA adalah DIRI SUBJEKTIF, yaitu pandangan pribadi remaja
  tentang siapakah dirinya. Ada remaja yang menilai dirinya tampan,
  tapi ada pula yang menganggap dirinya tidak menarik. Ada remaja yang
  melihat dirinya supel, namun ada pula yang "kuper" (alias kurang
  pergaulan). Konsep diri subjektif bersumber dari penilaian orangtua,
  guru, dan teman yang telah menjadi konsep diri si remaja.

  ASPEK KEDUA ialah DIRI OBJEKTIF, yakni pandangan orang lain tentang
  diri si remaja. Pandangan orang lain bersifat mandiri dan beragam,
  dalam arti pandangan ini merupakan pandangan pribadi seseorang
  tentang si remaja dan pandangan tiap orang tidak harus sama dengan
  yang lainnya. Si remaja mungkin berpikir bahwa ia adalah seseorang
  yang ramah dan ringan tangan (diri subjektif), namun beberapa
  temannya menganggap bahwa ia adalah seseorang yang mau tahu urusan
  orang lain (diri objektif).

  ASPEK KETIGA ialah DIRI SOSIAL, yaitu pandangan si remaja akan
  dirinya berdasarkan pemikirannya tentang pandangan orang lain
  terhadap dirinya. Di sini si remaja melihat dirinya dengan
  menggunakan kacamata orang lain. Ia mereka-reka apa penilaian orang
  lain terhadap dirinya dan sudah tentu rekaan ini dapat tepat tapi
  dapat pula keliru. Ia mungkin menganggap bahwa orang lain melihatnya
  sebagai seseorang yang berani (diri sosial) namun dalam kenyataannya
  beberapa temannya memandangnya sebagai seseorang yang kurang ajar
  (diri objektif). Ia sendiri mungkin menilai dirinya bukan sebagai
  seseorang yang berani melainkan sekadar sebagai pembela keadilan
  (diri subjektif).

  ASPEK KEEMPAT adalah DIRI IDEAL, yakni sosok dirinya yang paling ia
  dambakan atau ia cita-citakan. Diri ideal adalah diri yang belum
  terjadi atau terbentuk sehingga si remaja terus berusaha
  mencapainya. Ia mungkin melihat dirinya sebagai seseorang yang tidak
  stabil (diri subjektif), oleh karena itu ia senantiasa berupaya
  menjadi seseorang yang sabar (diri ideal).

  Menurut hemat saya, aspek yang paling berpotensi menimbulkan masalah
  bagi remaja dari keempat konsep diri ini, adalah diri sosial. Kita
  semua pasti pernah bertanya-tanya, apa penilaian orang lain terhadap
  diri kita. Pada diri remaja, pertanyaan semacam ini amatlah penting
  karena ia sangat bergantung pada penilaian orang lain, terutama
  teman-temannya. Pada remaja, konflik antara diri subjektif dan diri
  sosial mudah terjadi. Misalnya, pada awalnya si remaja berpikir
  bahwa ia adalah seorang yang alim (positif) karena orangtuanya kerap
  kali memujinya sebagai seorang anak yang alim. Ia sendiri menyadari
  bahwa ia jarang sekali melawan kehendak orangtuanya dan ia tidak
  pernah menerima teguran keras dari gurunya. Ia berkeyakinan bahwa
  menjadi anak yang alim adalah suatu hal yang baik.

  Masalah mulai timbul tatkala ia memasuki usia remaja, di mana ia
  mulai menyadari bahwa anak yang nakal mendapatkan hormat dari teman-
  teman karena dianggap berani. Sebaliknya, anak yang alim justru
  terlupakan dan tidak menerima hormat dari teman-teman karena
  dianggap pengecut. Akibatnya, ia pun berpandangan bahwa teman-
  temannya justru menganggap kealiman dia sebagai tanda bahwa ia
  adalah seseorang yang penakut (negatif). Dengan kata lain, hal yang
  positif di rumah merupakan hal yang negatif di luar rumah. Di rumah
  ia dihargai, di luar rumah ia diremehkan. Sungguh bukan suatu
  pilihan yang mudah.

  Sering kali remaja mengalami tekanan yang timbul dari konflik
  seperti ini. Tekanan ini semakin bertambah karena ia merasa tidak
  dapat menyampaikan persoalan yang dihadapinya, baik kepada sesama
  teman maupun kepada orangtua. Dalam kesendiriannya itu, ia dapat
  menjadi murung dan mengurung diri. Ia tidak tahu apa yang harus ia
  perbuat. Menjadi nakal berarti melanggar hati nurani dan
  keyakinannya tentang siapa dia sebenarnya serta membuat orangtuanya
  marah. Sebaliknya, tetap alim berarti terkucil dan hilang dari
  peredaran.

  Ada satu saran yang dapat saya ajukan kepada para orangtua remaja
  yakni, komunikasikanlah pemahaman kita akan pergumulan yang sedang
  ia hadapi dan pilihan-pilihan yang sulit yang harus ia putuskan.
  Tidak ada perasaan yang lebih menyegarkan jiwa dan melegakan kalbu
  daripada merasa dimengerti. Perasaan dimengerti membuat remaja
  melihat dirinya dengan perspektif yang seimbang: bahwa ia bukanlah
  seseorang yang aneh. Katakan kepadanya, bahwa kita memahami
  kesulitannya mempertahankan kealimannya. Sampaikan kepadanya, bahwa
  kita mengerti keinginannya untuk dikenal sebagai seseorang yang
  pemberani, bukan pengecut. Komunikasikan kepadanya, bahwa kita
  mengerti keinginannya untuk dihargai sesama teman, bukan diremehkan.

  Sewaktu saya SMA, orangtua saya memiliki dua mobil, yang satu tua,
  yang satu relatif lebih baru. Saat itu kami tidak ada sopir sehingga
  saya terpaksa mengantarkan adik-adik ke sekolah dan setelah itu saya
  mengendarai mobil ke sekolah saya. Biasanya saya menggunakan mobil
  yang tua, sedangkan ayah saya mengendarai yang lebih baru.
  Sesungguhnya saya merasa enggan sekali menggunakan mobil yang tua
  itu sebab saya malu dengan teman-teman. Pada umumnya mereka
  bermotor, bermobil baru, atau naik bus, namun tidak ada yang
  mengendarai mobil tua (menurut pengamatan saya). Jadi, pada pagi
  hari saya senantiasa berupaya mengendarai mobil yang lebih baru dan
  rupanya ayah saya mencium keengganan saya itu.

  Pada suatu hari ia berbicara kepada saya dengan nada yang penuh
  kerendahan hati dan menjelaskan bahwa sebetulnya ia tidak keberatan
  mengendarai mobil yang tua itu kalau bukan karena tuntutan
  kariernya. Ia mengatakan bahwa ia menyadari bahwa saya lebih
  menyukai memakai mobil yang lebih baru itu. Perkataannya yang penuh
  pengertian sangat menyentuh hati saya dan saya merasa malu karena
  telah mementingkan diri seperti itu. Pada saat itu saya menerima
  perkataan ayah saya karena ia tidak memarahi saya sebagai anak yang
  tidak dewasa atau yang terlalu mementingkan gengsi. Sebaliknya, ia
  mengkomunikasikan pengertiannya akan pergumulan pribadi yang saya
  alami sebagai remaja, yakni ingin dihargai teman (dengan cara
  mengendarai mobil yang lebih baru).

  Bagi saya, dan juga bagi banyak remaja, pengertian semacam inilah
  yang amat dibutuhkan. Suatu pengertian bahwa mereka tetaplah pohon
  yang sama namun dengan dikerumuni oleh pohon-pohon lainnya, sehingga
  adakalanya buah mereka tercampur dengan buah-buah dari pohon yang
  lain. Mereka tetaplah pohon mangga yang akan menghasilkan buah
  mangga dan pohon jeruk yang akan menghasilkan buah jeruk.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Parakaleo Vol. 1/4 Oktober - Desember 1994
  Penerbit  : STTRII Jakarta
  Halaman   : 3 - 4


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                        -*- MASALAH REMAJA -*-

  Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa yang
  tersulit dalam hidup seseorang. Di masa ini seorang anak mulai
  mencari jati diri mereka. Permasalahan yang sering timbul biasanya
  seputar hubungan mereka dengan orangtua. Bagaimanakah sikap yang
  tepat dari orangtua dan anak dalam masalah ini, apa yang harus
  mereka lakukan, dan bagaimana tanggung jawab mereka? Silakan
  menyimak tanya jawab dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D berikut ini!

-----
  T : Bagaimana hubungan antara orangtua dan remaja sehingga
      kadang menimbulkan masalah-masalah di antara remaja?

  J : Dr. James Dobson, pakar konseling kristen di Amerika Serikat
      yang dikenal dengan sindikat radionya 'Fokus on the Family',
      pernah berujar bahwa tidak ada jaminan bahwa orangtua yang baik
      akan menghasilkan anak yang baik. Maksudnya adalah akan ada
      kasus di mana anak-anak akan memilih jalan yang keliru meskipun
      mereka dibesarkan dalam rumah tangga yang solid, yang baik, yang
      mengasihi mereka, yang mendidik mereka dengan sehat. Contohnya
      perumpamaan Tuhan Yesus tentang anak yang hilang, di situ kita
      melihat bahwa si ayah mempunyai dua anak dan dia membesarkan
      anaknya dengan baik tapi si anak bungsu pada waktu sudah
      menginjak usia remaja atau dewasa memutuskan untuk keluar dari
      rumah dan hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan lepas
      dari bimbingan orangtuanya.

      Jadi tidak tepat kalau kita mempersalahkan orangtua untuk semua
      masalah yang dihadapi oleh para remaja. Tetapi saya juga harus
      menekankan bahwa anak-anak adalah produk langsung dari orangtua,
      dan bukan produk langsung dari pendidikan atau sekolah atau
      gereja. Tanggung jawab untuk membesarkan anak diletakkan pada
      pundak orangtua, bukan pada para pendidik di sekolah maupun pada
      rohaniwan di gereja. Jadi kita juga harus mengakui bahwa
      kehidupan dan cara orangtua membesarkan anak benar-benar
      berdampak besar sekali pada perkembangan anak remaja kita,
      karena orangtua sebetulnya adalah contoh atau model hidup bagi
      si anak. Maksudnya, banyak hal-hal kecil yang tanpa disadari
      disampaikan kepada anak melalui gaya hidup atau interaksi
      orangtua dan anak. Kita pun sebagai orang dewasa sekarang akan
      bisa mengakui bahwa kita dibesarkan di rumah yang tidak sempurna
      karena orangtua kita pun tidak sempurna. Ada hal-hal tentang
      orangtua kita yang kurang begitu baik tidak kita terima, tidak
      kita adopsi tetapi hal-hal yang baik dari orangtua kita, yang
      kita adopsi. Tapi tidak bisa kita sangkali pula bahwa akhirnya
      cukup banyak hal-hal yang tidak sempat kita pikirkan, apakah itu
      baik atau tidak, namun sudah telanjur kita serap, kita masukkan
      menjadi bagian dalam hidup kita. Nah, itulah yang pada akhirnya
      mempengaruhi masa pertumbuhan anak itu.
-----
  T : Memang harus diakui seringkali orangtua berlaku tidak konsisten
      menghadapi anak remajanya. Sering kita dengar orangtua berkata
      kepada anaknya agar jangan mencontohnya dalam hal yang jelek,
      yang baik-baik saja yang dicontoh. Bagaimana dengan pernyataan
      seperti itu?

  J : Kalau contoh yang jelek itu tidak parah, anak akan memaafkan
      artinya anak akan menerima. Tapi kalau contoh yang jelek itu
      kebetulan sangat jelek, anak sukar memaafkan, misalnya si ayah
      kalau marah memukuli anak habis-habisan kemudian setelah
      memukuli, melihat anaknya menangis kesakitan, ayah akan berkata:
      "Maaf saya tadi khilaf, saya harap engkau memaafkan ayah dan
      nanti kalau sudah dewasa engkau jangan mengikuti sifat ayah yang
      pemarah ini." Kalau hal itu terjadi berulang kali. Saya duga apa
      yang orangtua katakan tadi justru akan membuat si anak tambah
      marah, tambah membenci orangtuanya sebab bagi si anak pernyataan
      seperti itu hanyalah basa-basi, tidak ada bobot kesungguhannya
      atau ketulusannya.

      Tetapi kalau kalau kesalahan yang sederhana, misalnya, kadang-
      kadang si ayah terlambat mengantar atau menjemput anaknya, dia
      berkata: "Aduh, engkau jangan ikuti sifat ayah yang suka
      terlambat ini." Hal kecil seperti itu oleh anak akan dimaafkan
      dan dilupakan.
-----
  T : Apa tanggung jawab remaja dalam hal ini?

  J : Pertanyaan yang bagus. Kita tidak bisa menimpakan semua
      kesalahan pada orangtua sebab orangtua adalah manusia biasa yang
      tidak sempurna. Jadi saya pikir anak remaja perlu menyadari
      bahwa orangtua sebetulnya tidak selalu tahu apa yang harus
      dilakukan untuk membesarkan anak, gaya mengorangtuai yang paling
      sehat atau cara berkomunikasi yang paling cocok dengan anak-anak
      remaja. Jadi anak remaja saya himbau untuk menerima orangtua
      sebagai manusia yang tidak sempurna, selain itu anak remaja juga
      perlu menyadari bahwa orangtua acapkali mengambil tindakan yang
      tidak disukai oleh anak remaja karena ketakutan orangtua akan
      terjadi musibah, salah langkah, salah bertindak yang dilakukan
      oleh anak mereka sehingga berakibat fatal. Saya ingin sampaikan
      Firman Tuhan yang saya ambil dari Amsal 23:22-25,
         "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah
         menghina ibumu kalau ia sudah tua. Belilah kebenaran dan
         jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan
         pengertian. Ayah seorang yang benar akan bersorak-sorak; yang
         memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita karena
         dia. Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita, biarlah beria-ria
         dia yang melahirkan engkau."
      Ini nasihat dari Firman Tuhan, anak remaja belilah kebenaran
      meski orangtua mungkin kurang benar tapi engkau bertanggung
      jawab untuk hidup benar sesuai dengan yang sudah Tuhan tunjukkan
      kepadamu. Juga Firman Tuhan berkata: "demikian juga dengan
      hikmat, didikan dan pengertian", hikmat dan didikan Tuhan serta
      pengertian itu jangan kita tinggalkan dan di sini ditutup dengan
      ayah seorang yang benar, artinya jikalau engkau anak remaja yang
      benar, hidup dalam kebenaran Tuhan, yang akan bersorak-sorai
      adalah orang tuamu. Firman Tuhan menutup dengan berkata bahwa
      bagi yang memperanakkan orang-orang yang bijak akan bersukacita
      karena dia. Biarlah engkau anak remaja jadi orang yang bijak,
      berhikmat memilih yang benar demi Tuhan karena engkau pun
      bertanggung jawab langsung kepada Tuhan. Engkau tidak bisa
      mempersalahkan orangtuamu untuk keputusan-keputusan yang berdosa
      yang engkau ambil, kelak engkau harus mempertanggungjawabkannya
      di hadapan Tuhan Yesus dan itu harus kau ingat, anak remaja.

-*- Sumber -*-:
   [[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #02A
     yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.]]
     -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
        e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                  atau: < TELAGA@sabda.org >


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

           -*- PERTENTANGAN ANTARA ORANGTUA DAN REMAJA -*-

  AYAT ALKITAB:
  ============
  Amsal 22:6       Ulangan 12:28
  Kolose 3:21      Efesus 6:14

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Dalam zaman elektronik serba cepat ini, anak-anak tumbuh lebih cepat
  dan ingin bebas lebih awal dibandingkan yang dulu dialami oleh orang
  tua mereka. Banyak orangtua yang merasa sulit mengikuti perubahan-
  perubahan kilat yang dialami anak-anak mereka, dan sebagai
  akibatnya, terjadilah pertentangan.

  Rasanya, tadinya si anak masih dalam pelukan orangtuanya, kemudian
  mulai sekolah, mengajak teman-temannya main di rumah, membantu
  urusan rumah tangga, masuk Pramuka -- pokoknya, anak yang manis!
  Kemudian, tiba-tiba, semuanya berubah! Dia mulai membantah, melawan
  dan melanggar peraturan, kadang-kadang merengut dan tidak
  komunikatif. Masa remaja sudah tiba, situasi tak lagi dapat
  dikendalikan oleh orangtua.

  Ada banyak wilayah pertentangan; teman-teman mereka (banyak yang tak
  dapat kita setujui), cara berhias, kencan, tugas-tugas rumah, uang
  saku, penggunaan kendaraan, sekolah dan pekerjaan rumah, disiplin;
  adalah sebagian kecil saja dari tumpukan masalah yang timbul.

  Muncullah rintangan komunikasi. Orangtua merasa sulit berbicara
  dengan anak-anak mereka. Mereka menunda penjelasan tentang perubahan-
  perubahan mental dan jasmani yang menentukan, terutama dalam wilayah
  seks dan reproduksi. Orangtua memperketat kontrol, remaja
  meningkatkan pula perlawanan mereka untuk mendapat kebebasan. Jurang
  melebar, mereka bersikap bermusuhan -- mulailah perang.

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  Ketika membimbing orangtua yang mengalami konflik dengan anak-anak,
  anjurkan mereka untuk mengatur rumah tangga mereka secara rohani.
  Jelaskan uraian dalam Latar Belakang, kemudian:

  1. Nasihatkan mereka bahwa untuk mendapat damai Allah dalam rumah
     tangga, mereka harus memiliki damai sejahtera Allah dalam hati
     mereka. Ini terjadi melalui hubungan pribadi dengan Yesus
     Kristus. Jelaskan "Damai dengan Allah", 17750.

  2. Anjurkan orangtua untuk bersikap mantap mengikut Kristus,
     seperti contoh Yosua, "pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu
     akan beribadah ... tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan
     beribadah kepada Tuhan!" (Yosua 24:15). Mereka harus berketetapan
     hati memuliakan Kristus dalam rumah tangganya.

  3. Nasihatkan dia untuk mengandalkan sumber-sumber bantuan dari
     Allah yang dapat diperolehnya melalui doa. Mintalah hikmat yang
     Allah janjikan (Yakobus 1:5) dan tuntut pertolongan-Nya bagi
     perkembangan rohani anak-anak mereka (Filipi 4:6). Mereka harus
     berdoa bukan saja untuk, tetapi juga bersama anak-anak mereka.

  4. Anjurkan orangtua untuk membangun kehidupan keluarga mereka di
     sekitar Firman Allah, membantu setiap anggota keluarga untuk
     mengerti masalah-masalah kehidupan dari sudut pandangnya.
     Nasihatkan mereka untuk:
     A. Mengusahakan pertobatan masing-masing kepada Kristus.
     B. Pusatkan kegiatan-kegiatan keluarga, terutama di sekitar
        kehidupan gerejani yang mementingkan Firman Tuhan.
     C. Hadapilah keragu-raguan anak-anak, secara sabar.

  5. Orangtua harus membuat peraturan-peraturan rumah tangga yang
     wajar, beralasan dan dapat dilaksanakan. Sikap hormat dipelajari
     anak sementara dia memberi tanggapan positif terhadap wibawa.
     Berusahalah bersikap seluas mungkin, terutama terhadap hal-hal
     yang menyangkut identitas, kebebasan dan harga diri mereka. Para
     remaja membutuhkan banyak dukungan dan dorongan. Pertentangan
     tidak pernah dapat diselesaikan dengan argumen atau pertengkaran.

  6. Teladan dan kemantapan orangtua sangat mempengaruhi anak-anak
     mereka. Pernikahan yang baik dan bahagia, jauh lebih membantu
     anak-anak muda untuk siap menghadapi kehidupan, daripada
     peraturan-peraturan dan pengawasan. Ciri-ciri Kristen seperti
     kasih, kesabaran, pengertian, dukungan dan kepercayaan, yang
     diungkapkan secara tetap, akan menjadi dasar kekuatan yang
     dibutuhkan para remaja dalam menghadapi tekanan dan masa-masa
     perubahan. Kepercayaan orangtua tidak boleh dipisahkan dari
     pengalaman dan tindakan nyata, terutama dalam keluarga.

 7. Komunikasi yang erat dengan remaja, akan banyak membantu kita
    menghindarkan konflik. Itu berarti, bukan saja kita perlu bercakap
    secara bermakna, tetapi juga meluangkan waktu yang bermutu
    bersamanya. Perhatian pribadi ini akan menciptakan citra diri yang
    positif serta menggalang persaudaraan dalam keluarga. Jangan takut
    mengungkapkan kasih sayang secara fisik. Pelukan bapak dan ciuman
    ibu, sangat membantu pembentukan kesan bahwa anak diterima dan
    dikasihi.

 ------------------------------Kutipan-------------------------------
  Menurut Billy Graham:
  Pemberontakan, ketidakpatuhan, kurang disiplin, kebingungan dan
  pertentangan, menghalangi hubungan-hubungan bahagia dalam rumah
  tangga. (Tetapi) Allah menaruh perhatian pada keluarga Anda,
  pernikahan dan anak-anak Anda. Dia menyatakan kepada kita, idaman
  dan sasaran bagi suatu keluarga. Dia bersedia membantu kita . . .
  Pernahkah Anda mencari kehendak Allah? Pernahkah Anda bertelut dan
  menyerahkan anak-anak Anda kepada Tuhan? Apakah Anda mengumpulkan
  mereka untuk beribadah bersama dalam keluarga? Jawabannya terletak
  pada penyerahanan hati dan hidup Anda kepada Yesus Kristus,
  sehingga setiap anggota rumah tangga Anda mengenal Yesus Kristus
  dan mengasihi Firman Allah."
 --------------------------Kutipan_Selesai---------------------------

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis      : Billy Graham
  Penerbit     : Persekutuan Pembaca Alkitab
  Halaman      : 238 - 240


*INFO *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* INFO*

                      -*- KONSELING KARIER -*-

  Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) Jakarta
  akan mengadakan kuliah intensif dengan tema "KONSELING KARIER" yang
  akan diadakan pada:

  Tanggal    : 3-4 dan 24-25 Oktober 2003
  Hari, pukul: Jumat, pk. 10.00 - 18.00 WIB
               Sabtu, pk. 08.00 - 16.00 WIB
  Pembicara  : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.
  Materi     : Mempelajari teori-teori perkembangan karier dari
               beberapa tokoh konseling karier, seperti Anne Roe,
               John Holland, dan Anne-Miller Tiedeman, serta
               kaitannya dengan karunia.
  Biaya      : Rp. 200.000; (belum termasuk biaya akomodasi dan
               konsumsi)
  Pendaftaran dan Informasi :
  Iyun/Christy pada hari kerja (Senin-Sabtu),
  Jl. Kemang Utara IX/10, Warung Buncit, Jakarta Selatan 12760.
  Telp. (021) 7982819, 7990357 Fax. 7987437.

  Kuliah ini dapat diikuti sebagai pendengar oleh konselor Kristen
  Konseling Karier sebagai follow up dari Christian Counseling
  Conference.


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <Anton@>
  >Melalui email ini saya ingin mendapatkan daftar artikel yang ada,
  >selain itu kalau ada saya juga ingin mendapatkan artikel mengenai
  >uang. Atas bantuannya saya ucapkan terima kasih.
  >hormat saya,
  >Anton

  Redaksi:
  Untuk mendapatkan daftar artikel yang pernah terbit di e-Konsel,
  Anda bisa mengakses Situs Arsip Publikasi e-Konsel di alamat:
  ==>   http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
  atau ke Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia) di alamat:
  ==>   http:/www.sabda.org/c3i/

  Mengenai permintaan Anda untuk mendapatkan artikel tentang uang,
  kami belum dapat mengirimkannya kepada Anda saat ini karena kami
  memang belum pernah membahas tentang uang. Permintaan dari Anda
  menjadi masukan bagi kami untuk menyusun tema-tema e-Konsel tahun
  2004. Jadi, terima kasih atas usulannya, ya. Bagi para pembaca
  e-Konsel yang memiliki artikel mengenai uang, silakan mengirimkannya
  ke Redaksi agar dapat diteruskan kepada Sdr. Anton atau dapat kami
  pertimbangkan untuk dimuat di e-Konsel y.a.d.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                 Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti, Kiky
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org