Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/41

e-Konsel edisi 41 (1-6-2003)

Proses Konseling

><>                  Edisi (041) -- 01 Juni 2003                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
   - Pengantar            : Manusia dan Permasalahannya
   - Cakrawala (Artikel 1): Proses Konseling Kristen
               (Artikel 2): Memulai Proses Konseling
   - Bimbingan Alkitabiah : Ayat-ayat yang Menguatkan
   - Tips                 : Pengawasan ... Beban Konseling
   - Surat                : Dimana Bisa Mendapatkan Konseling Kristen?

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Setiap orang dalam hidupnya pasti pernah mengalami masalah. Ada
  masalah yang bisa diatasi dengan mudah tanpa perlu bantuan dari
  orang lain tetapi ada pula masalah yang memerlukan bantuan orang
  lain untuk menyelesaikannya. Apabila masalahnya terlalu berat, orang
  Kristen bisa minta pertolongan kepada pendeta atau konselor untuk
  mendapat pelayanan konseling. Dengan perhatian dan kasih yang tulus,
  konselor dan konsele dapat melihat karya Tuhan melalui pelayanan
  konseling ini.

  Namun ada satu hal yang sering dilupakan, baik oleh konselor atau
  konsele, yaitu, kadang proses konseling untuk penyelesaian masalah
  tsb. tidak terjadi dengan mudah dan cepat, khususnya jika masalah
  yang dihadapi cukup rumit. Kadang konselor terlalu cepat ingin
  melihat hasilnya, lalu memberikan ayat-ayat Alkitab sebelum konsele
  sendiri dapat mengerti dengan jelas masalah yang dihadapinya. Dalam
  hal ini seringkali dibutuhkan suatu proses konseling yang cukup
  panjang agar konsele siap mendapatkan bimbingan dan agar masalah
  tersebut bisa diselesaikan sampai ke akarnya. Untuk itu dibutuhkan
  kesabaran, ketekunan, dan keyakinan yang penuh bahwa masalah itu
  akan dapat diselesaikan dengan campur tangan Tuhan. Berikut ini kami
  sajikan beberapa bahan yang diharapkan dapat menolong kita,
  khususnya bagi konselor, untuk memahami perlunya suatu proses dalam
  konseling. Kiranya sajian kami ini dapat membantu konselor dalam
  melaksanakan tugasnya. Selamat menyimak!

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

Artikel (1)
===========

                   -*- PROSES KONSELING KRISTEN -*-

  Keluhan yang sering diterima seorang konselor dari klien pada
  umumnya adalah rasa kecewa, putus asa, kekhawatiran, dan ketakutan
  yang disebabkan oleh suatu hal yang sangat mengganggu kehidupan
  kliennya.

  Menanggapi hal tersebut konselor tidak boleh langsung menyarankan
  pada kliennya untuk membaca Alkitab dan berdoa serta menyerahkan
  semua permasalahannya kepada Tuhan. Bagi orang Kristen semua
  permasalahan memang berasal dari dosa kita dan satu-satunya jalan
  keluar adalah dengan beriman kepada Kristus. Sebenarnya yang menjadi
  sumber dari permasalahan hidup orang Kristen adalah iman atau
  kepercayaan yang salah, pandangan yang tidak tepat serta tidak
  Alkitabiah bahkan berlawanan dengan iman yang Alkitabiah.

  Dengan mengubah beberapa bagian dari bagan yang diberikan Lawrence
  J. Crabb Jr., (Basic Principles of Christian Counseling, 1975)
  penulis menggambarkan proses konseling Kristen sebagai berikut:

      1. Perasaan Negatif                 6. Perasaan Positif
         Situasi Negatif                           |
              |                                    |
      2. Perbuatan Negatif                5. Perbuatan Positif
              |                                    |
      3. Iman Negatif                     4. Iman Positif
         (Misbelief)                               |
              |                                    |
              |       Pengajaran Alkitab dan       |
              |        Bimbingan Roh Kudus         |
              |____________________________________|


  1. Konselor mendengarkan dan menanyakan keluhan-keluhan konsele
     yang biasa dinyatakan melalui perasaan dan situasi negatifnya.
     Meskipun tidak selalu, namun perasaan seorang bisa menjadi
     negatif karena kelakuan yang negatif (perbuatan dosa).

  2. Konselor kemudian menanyakan dan menyelidiki bersama konsele,
     perbuatan-perbuatan negatif apa saja yang telah diperbuat
     konsele. Perbuatan-perbuatan dosa dengan perasaan yang negatif
     sering disebabkan oleh pikiran dan kepercayaan (iman) yang
     negatif.

  3. Konselor mencari penyebab atas perbuatan dan perasaan negatif
     konsele dengan melihat (mencari dan memperkirakan) pikiran,
     pandangan, pendapat, iman konsele -- yang salah, yang negatif,
     dan berdosa (misbelief). Langkah ini merupakan hal yang
     terpenting sebelum melangkah kepada terapinya. Beberapa bahan
     untuk didiskusikan dengan konsele antara lain mengenai latar
     belakang kehidupannya, keluarganya, hubungan dengan keluarganya,
     pengalamannya di masa lalu, pandangan atau sikap atau filsafat
     keluarganya maupun dirinya sendiri.

  4. Setelah mengetahui iman atau kepercayaan yang salah, kita
     memperlihatkan dan mengajarkan kepada konsele iman atau
     kepercayaan yang benar dan yang Alkitabiah. Misbelief yang
     tampak pada langkah ketiga ini mungkin disebabkan oleh:
     a. Konsele tidak mengetahui iman atau pandangan yang benar
        sehingga konselor wajib mengajarkan iman dan pandangan yang
        benar.

     b. Konsele mengetahui iman yang benar tetapi tidak yakin dengan
        kebenarannya. Ia tidak yakin bahwa cara hidup yang diajarkan
        oleh Alkitab ialah cara hidup yang paling baik sehingga kita
        harus berusaha untuk menerangkan dan meyakinkannya lagi dan
        tetap berharap kepada Roh Kudus untuk meyakinkan konsele itu.

     c. Konsele sesungguhnya mengetahui dan yakin akan kebenaran iman
        yang benar, tetapi ia sengaja memilih kepercayaan yang salah.
        Dalam hal ini yang harus dilakukan oleh konselor adalah
        memberikan pilihan kepada konsele yaitu iman yang benar dan
        melakukan perbuatan yang benar atau ia sama sekali menolak dan
        tetap hidup dalam dosa dengan segala masalah yang menyertai
        penolakannya.

  5. Apabila konsele rela hidup sesuai dengan Alkitab dan beriman
     benar, maka konselor bersama konsele membuat rencana untuk
     melakukan perbuatan-perbuatan yang benar berdasarkan iman yang
     benar yang harus dilakukan konsele.

  6. Jika langkah yang kelima sudah dilakukan maka timbullah perasaan
     yang benar dan positif. Situasi mungkin saja membaik tetapi
     mungkin juga tidak bila diakibatkan oleh perbuatan orang lain.

  Proses konseling seperti ini berlaku terutama untuk konseling
  terhadap masalah-masalah hidup tetapi dapat juga diterapkan untuk
  konseling karena musibah terutama karena perbuatan-perbuatan
  negatif.

  Tujuan utama proses konseling ini adalah secara radikal mengubah
  pola hidup dan tingkah laku seseorang yang bersifat dosa bukan
  mengganti perasaan yang negatif menjadi positif karena perubahan
  perasaan tidak akan bertahan lama bila masalah utamanya tidak
  diselesaikan dengan benar.

  Proses konseling ini bersifat Kristen sehingga hanya dapat
  dilakukan oleh seorang konselor Kristen. Hal ini dikarenakan
  konselor Kristen sangat mengharapkan keterlibatan Roh Kudus serta
  segala tindakannya harus didasarkan pada Alkitab. Ia harus memiliki
  keyakinan bahwa hidup yang benar hanya sesuai dengan Firman Allah
  yang benar.

  Contoh dari proses konseling ini adalah seorang istri datang kepada
  seorang konselor karena ia benci dan marah terhadap suaminya (ini
  adalah langkah pertama pada diagram di atas). Konselor mendengarkan
  pernyataan istri itu tentang sebab-sebab dan situasi konflik dengan
  suaminya yaitu bahwa akhir-akhir ini ia mendapati suaminya sudah
  tiga kali pergi ke WTS. Karena konselor hanya berbicara dengan sang
  istri, maka ia hanya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan dan
  tanggapan sang istri. Tentunya ia perlu berusaha untuk bertemu juga
  dengan sang suami dan melakukan pembicaraan bertiga. Tetapi bila
  sang suami menolaknya, ia dapat tetap melayani sang istri.

  Setelah mengetahui kebencian dan kemarahan sang istri, konselor
  tidak boleh langsung melompat dari langkah pertama ke langkah
  keenam dengan mengatakan bahwa sebagai orang Kristen kita tidak
  boleh membenci dan menyarankan agar istri tersebut segera bertobat
  dan kembali mengasihi suaminya. Pernyataan ini tidak akan
  menyelesaikan masalah.

  Konselor sebaiknya menanyakan apa yang dilakukan sang istri setelah
  mengetahui perbuatan suaminya. Mungkin sang istri dengan jujur
  mengakui bahwa ia telah memaki-maki suaminya dengan kata-kata yang
  kasar atau bahkan tidak mengajak suaminya berbicara selama satu
  minggu.

  Setelah itu konselor harus masuk pada langkah yang ketiga yaitu
  menyelidiki, mendiskusikan, dan mengerti bagaimana konsele
  menghadapi seluruh peristiwa dalam hidupnya. Konselor berusaha
  mencari tahu apa yang menyebabkan ibu tersebut marah-marah kepada
  suaminya. Hal-hal apa saja yang membuat ibu tersebut tidak bahagia.
  Apabila konselor sudah menemukan dan menunjukkan iman yang salah
  yang mengakibatkan perbuatan, perasaan salah dan negatif, maka tugas
  konselor selanjutnya adalah mengajarkan iman yang benar dan yang
  Alkitabiah. Konselor dapat mengatakan bahwa sebenarnya kebahagiaan
  itu tergantung pada Allah bukan pada suami yang setia. Disinilah
  konselor Kristen sepenuhnya bergantung pada karya Roh Kudus untuk
  meyakinkan konsele.

  Langkah keempat adalah membicarakan dan mencari penyebab mengapa
  suaminya pergi ke WTS. Lebih baik lagi jika sang suami juga diajak
  berbicara karena persepsi dari satu pihak saja tidak akan cukup
  untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Setelah selesai dengan
  langkah ini, selanjutnya konselor bisa mendiskusikan langkah-
  langkah apa yang sebaiknya dilakukan dan tentu saja harus sesuai dan
  berdasarkan pada iman yang positif. Kadang-kadang tindakan yang
  tepat tidak bisa segera diperoleh sehingga perlu dilakukan berbagai
  tindakan yang harus dicari sendiri oleh konsele (langkah kelima).

  Langkah yang terakhir adalah bila iman dan tindakan konsele telah
  tepat maka perasaan positif akan datang dengan sendirinya. Dengan
  demikian sang istri bisa bertahan dan memiliki hidup yang positif
  meskipun suaminya mempunyai kebiasaan yang buruk.

-*- Diringkas dari sumber -*-:
  Judul Buku   : Mengatasi Masalah Hidup
  Judul Artikel: Proses Konseling Kristen
  Penulis      : Dr. Jonathan A. Trisna
  Penerbit     : Kalam Hidup Pusat, Bandung, 1998
  Halaman      : 133 - 148


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

 Artikel (2)
 ===========
                   -*- MEMULAI PROSES KONSELING -*-

  Bagi mereka yang berkecimpung dalam profesi menolong orang lain, ada
  kecenderungan alamiah untuk terlalu terbenam dalam upaya menolong
  orang. Mereka melaksanakan tugas mereka dengan keyakinan bahwa
  mereka harus berusaha memecahkan setiap masalah klien dan memberi
  kepastian hidup bagi orang-orang yang mencari pertolongan mereka.
  Keyakinan dan sikap ini tidak begitu bermanfaat sebab dapat sangat
  membebani si penolong. Sikap ini juga meremehkan posisi klien karena
  ia terpaksa merasa harus ditolong sepenuhnya. Lebih baik
  berpandangan bahwa orang-orang yang bermasalah tidak butuh
  mendapatkan "kepastian". Demikian juga tidak selalu bahwa mereka
  menginginkan masalah-masalah mereka dipecahkan.

  Sebagai konselor, kita perlu secara seksama menilai kebutuhan-
  kebutuhan dan masalah-masalah klien sebelum memutuskan jenis
  pertolongan yang dibutuhkan. Demikian pula, penting bagi konselor
  untuk mengetahui apa yang ingin dicapai dalam konseling, dan
  pendekatan apa yang akan dipergunakan. Kadang-kadang, kita
  menjanjikan terlalu banyak dan menetapkan sasaran-sasaran yang
  tidak realistis dan dapat menyesatkan klien atau membuat diri kita
  sendiri frustasi dalam prosesnya. Kadang-kadang, kita terlalu
  terpaku pada satu cara yang efektif. Hal seperti ini menyebabkan
  kita menjadi picik dalam konseling.

  Untuk memastikan efektifnya konseling, para konselor harus menyadari
  bahwa tidak semua orang membutuhkan konseling, dan tidak semua orang
  melihat manfaat apa pun dari konseling. Orang mungkin saja lebih
  memilih bentuk pertolongan lain untuk mengatasi masalah-masalah
  mereka. Kecenderungan wajar bila orang berusaha mencari sumber-
  sumber dukungan dan pertolongan yang sifatnya alamiah. Di Asia,
  keluarga biasanya merupakan satu sumber alamiah seperti yang
  dimaksudkan. Hal ini tetap saja berlaku bahkan seandainya keluarga
  sudah mengalami perubahan. Teman-teman juga merupakan satu sumber
  dukungan yang penting. Dalam suasana perkotaan, ikatan keluarga
  sudah melemah dan sering kali orang lari pada teman-teman mereka
  untuk mendapatkan pertolongan pada saat-saat stres. Terkadang satu-
  satunya yang mereka butuhkan pada saat-saat stres seperti ini adalah
  telinga yang bersedia mendengarkan. Mereka hanya membutuhkan
  kesempatan untuk menceritakan kesulitan-kesulitan mereka atau
  mencari dukungan emosional. Untuk orang-orang seperti ini, bergabung
  dalam sebuah kelompok pendukung atau kelompok beranggotakan orang-
  orang "yang menolong diri sendiri" sudahlah mencukupi. Konseling
  mungkin saja tidak dibutuhkan.

  Konselor harus memulai pekerjaan mereka dengan kesadaran seperti
  itu sehingga mereka tidak perlu mati-matian dalam usaha menolong
  orang lain. Sebaliknya, mereka perlu semakin seksama dalam menilai
  dan mendekati orang-orang yang mempunyai masalah.

  Oleh karena itu, tepat untuk mengajukan pertanyaan:
  Apakah konseling itu dan untuk siapakah konseling itu diberikan?
  Pada dasarnya, konseling ditawarkan untuk mereka yang memiliki
  masalah-masalah yang tidak dapat mereka pecahkan atau yang mereka
  pikir tidak ada jalan keluarnya. Konseling merupakan sejenis
  pertolongan emosional, psikologis, yang disediakan untuk mereka
  yang menghadapi situasi-situasi hidup yang agak tidak wajar, dimana
  mereka mengalami sejumlah besar masalah. Meskipun keluarga, teman-
  teman atau para pemuka agama maupun masyarakat, bisa benar-benar
  memberikan pertolongan, tetapi ada saat-saat di mana sumber
  pertolongan dari luar dibutuhkan. Sumber yang disebutkan terakhir
  ini menambahkan dan melengkapi apa saja yang sudah diberikan. Dan
  sumber pertolongan ini diberikan oleh seseorang yang secara khusus
  terlatih untuk tujuan tersebut.

  Untuk itu sebelum proses konseling dimulai konselor harus mengetahui
  bagaimana proses konseling itu akan dilakukan. Penelaahan proses
  konseling akan memberikan pemahaman tentang unsur-unsur konseling
  yang efektif, ketrampilan-ketrampilan memadai yang dibutuhkan dan
  harus diperlihatkan, serta cara-cara melibatkan klien dalam
  pemecahan masalah.

  Proses
  ------
  Konseling pada dasarnya merupakan sebuah proses, yang dibuat dengan
  tujuan menolong klien yang bermasalah. Proses ini mempunyai awal dan
  akhir. Konseling merupakan satu situasi sementara yang menuntut
  terbentuknya relasi antara konselor dan klien dengan tujuan menolong
  klien. Proses konseling dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan,
  beberapa kali pertemuan, atau lebih banyak lagi.

  Pandangan ini memperlihatkan bahwa konseling membutuhkan waktu.
  Prosesnya bergerak maju tahap demi tahap. Sebagai suatu situasi
  dinamis, konseling dipengaruhi oleh kepribadian, lingkungan dan
  relasi antara konselor dan klien.

  Kalau kita melihat konseling sebagai proses, kita juga perlu
  berusaha memahami bagaimana kita dapat mempengaruhi ini sehingga
  menghasilkan perubahan-perubahan pada diri klien. Ada kegiatan-
  kegiatan dan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dibutuhkan pada
  setiap tahap. Ketrampilan-ketrampilan ini dapat dikembangkan dan
  harus diterapkan secara saksama untuk mengarahkan klien agar membuka
  diri secara tepat dan ikut ambil bagian dalam konseling.

  Ini tidak selalu berhasil, karena tidak mudah melibatkan klien dalam
  konseling. Tugas ini menjadi lebih sulit lagi jika klien tidak
  mengerti tujuan atau arah konseling. Proses ini juga tergantung pada
  relasi antara konselor dan klien.

-*- Diedit dari sumber: -*-
  Judul Buku   : Konseling Suatu Pendekatan Pemecahan Masalah
  Judul Artikel: Memulai Proses Konseling
  Penerbit     : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002
  Penulis      : Anthony Yeo
  Halaman      : 135 - 137

*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                   -*- AYAT-AYAT yang MENGUATKAN -*-

  Kadangkala dalam menghadapi suatu permasalahan, kita tidak hanya
  membutuhkan orang yang bisa mendengarkan keluh kesah kita,
  memberikan saran dan dorongan serta membantu kita dalam memecahkan
  masalah kita. Berikut ini kami berikan beberapa ayat dalam Alkitab
  kami yang harap akan dapat memberikan kekuatan serta dapat membantu
  Anda untuk lebih berserah pada Tuhan dalam menghadapi masalah Anda.

               Mazmur 42:6          Matius 6:33-34
               Mazmur 34:5          Filipi 4:13
               1Petrus 5:7


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

                -*- PENGAWASAN ... BEBAN KONSELING -*-

  Menjadi seorang konselor bukanlah hal yang mudah. Tugas ini menuntut
  kerja keras dan kesabaran yang besar. Seringkali para konselor
  merasa seolah-olah mereka sedang mendayung perahu melawan arus yang
  sangat deras yang akan membawa mereka ke air terjun.

  Walaupun demikian, ada cara untuk memperlambat arusnya. Inilah
  beberapa jurus yang membantu saya untuk melakukan gagasan-gagasan
  yang saya ambil dari para konselor senior dan lulusan "Academy of
  Formidable Impacts", yang dikenal sebagai "School of Hard Knocks".

  1. Tentukan Batas-batas Pelayanan
  ---------------------------------
  Tentukan batas maksimum janji temu konseling yang dapat ditangani
  dalam satu minggu. Buatlah daftar tunggu orang yang meminta
  konseling. Prioritaskan mana yang benar-benar harus dilayani tetapi
  jangan menghabiskan seluruh waktu hanya pada satu konseling saja.
  Membatasi janji konseling selain akan sangat membantu proses
  konseling juga akan melindungi waktu untuk pelayanan-pelayanan
  lainnya. Batasan-batasan ini tidak mutlak tetapi bisa meminta
  tingkat fleksibilitas atau keluwesan yang sama dari klien.

  2. Kenalilah Tingkat Kemampuan Anda
  -----------------------------------
  Konselor pastoral tidak selalu bisa menangani terapi jangka panjang
  sehingga mereka harus tetap berusaha untuk membangun hubungan dengan
  para konselor yang lebih profesional untuk melimpahkan kliennya.
  Para klienpun sebaiknya mengetahui keterbatasan konselor pastoral
  ini. Konselor yang profesional cenderung untuk bekerja keras,
  mempertahankan janji-janji kencan pertemuan yang lebih banyak, dan
  menunjukkan kemajuan yang lebih cepat meskipun para konsele harus
  membayar untuk konseling.

  Jadi di gereja kami, kami sering menawarkan dua jenis konseling,
  yaitu:
  (1) konseling pastoral, yang tidak membutuhkan bayaran
  (2) konseling profesional yang membutuhkan bayaran pada tingkat yang
      tinggi, yang didasarkan pada situasi keuangan kliennya.

  3. Membuat Arsip Sumber
  -----------------------
  Arsip sumber yang berisi nama-nama swasta, perwakilan-perwakilan
  pemerintah, unit kesehatan mental rumah sakit lokal, polisi
  setempat, nomor-nomor telepon dan alamat-alamat organisasi-
  organisasi (seperti Alcoholic Annonymous, yang mengkhususkan diri
  membantu orang-orang yang terlibat dalam penyalahgunaan obat),
  perwakilan-perwakilan yang mengkhususkan diri dalam perlindungan
  anak-anak atau isteri yang menjadi korban penyelewengan, informasi
  yang berkaitan dengan ketentuan-ketentuan perlindungan anak-anak
  lokal dan pusat akan sangat membantu konselor untuk memperlancar
  proses konseling.

  Saya bukan seorang konselor profesional, dan juga saya tidak memberi
  waktu yang tidak terbatas kepada konsele saya tetapi saya tetap
  menjadi pastor yang efektif untuk gereja kami karena saya menentukan
  batas-batas, mengetahui kemampuan-kemampuan saya, dan mengetahui di
  mana saya harus mencarikan orang-orang yang ahli.

-*-Diringkas dan diedit dari sumber: -*-
  Judul Buku: Kepemimpinan, Volume 26/Th.VII
  Penulis   : Armin B. Sommer
  Penerbit  : Yayasan ANDI, Yogyakarta, 1991
  Halaman   : 57 - 60


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: <iwan@>
  > Saya ingin bertanya dimana saya bisa mendapatkan konseling Kristen
  > secara gratis? Karena saat ini sebenarnya saya ingin menceritakan
  > masalah saya tapi saya bingung tidak tahu harus bercerita kepada
  > siapa. Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih.

  Redaksi:
  Sdr. Iwan, kami senang menerima pertanyaan Anda. Sebenarnya ada
  beberapa pelayanan konseling gratis yang bisa Anda dapatkan. Selain
  Anda bisa datang ke pendeta di gereja Anda, Anda bisa juga datang
  kepada rekan seiman yang telah dewasa rohani untuk menolong Anda dan
  permasalahan Anda. Namun jika Anda merasa sungkan untuk mendapatkan
  konseling di gereja, Anda bisa menghubungi pelayanan Hotline
  Konseling (Konseling via telepon) yang diadakan oleh beberapa
  lembaga Kristen. Berikut ini kami informasikan beberapa pelayanan
  yang bisa Anda hubungi:

  1. Fokus Pada Keluarga (FPK) juga menyediakan Hotline Konseling
     Bebas Pulsa sebagai layanan bagi masyarakat. Adapun jenis
     konseling yang disediakan mencakup masalah:
     - Konflik Pernikahan             - Kekerasan dalam Rumahtangga
     - Masalah Pengasuhan Anak        - Mengatasi Dukacita Rumahtangga
     - Masalah Kepribadian Anak       - Masalah Komunikasi
     - Masalah Keuangan               - Masalah Hubungan Sosial
     - Masalah Keuangan Rumahtangga   - Masalah Gender
     Konselor Fokus Pada Keluarga akan mendampingi Anda dalam
     mengatasi tantangan menuju keluarga bahagia. Silakan menghubungi
     Hotline Konseling Bebas Pulsa di nomor: 0-800-123-2000. Anda juga
     bisa  melayangkan surat kepada konselor FPK di: P.O. BOX 1996,
     JKB 11000, Jakarta.

  2. Hotline STTRII
     Anda bisa menelepon Hotline STTRII (Sekolah Tinggi Theologi
     Reformed Injili Indonesia) ke nomor (021) 798-2819 setiap hari
     Senin - Jumat, Pk. 08.00-12.00 dan Pk. 20.00-22.00 WIB, silakan
     menghubungi nomor tersebut dan para konselor akan siap membantu
     Anda.

  3. Bandung Counseling Centre
     Anda bisa mengirimkan surat ke Jl. Cikawao Komp. Rukan Cikawao
     Permai Kav. B-11 No.23 Bandung atau telepon (022) 4262728
     (Hunting). Selain itu Anda bisa juga menulis lewat email ke
     alamat:
     ==> < bcs2010@bdg.centrin.net.id >, 4. Staf Redaksi e-Konsel juga bersedia membantu Anda melalui email
     yang Anda kirimkan ke alamat berikut:
     ==> < masalah-konsel@sabda.org >

  Mudah-mudahan informasi ini dapat menjawab kebutuhan Anda dan para
  pembaca e-Konsel lain yang ingin mendapat pertolongan konseling.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                    Yulia, Ratri, Natalia, Purwanti
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org