Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/39

e-Konsel edisi 39 (1-5-2003)

Konseling Pranikah

><>                   Edisi (039) -- 01 Mei 2003                  <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar           : Pelayanan Konseling Pranikah
    - Cakrawala           : Persiapan Pernikahan dan Konseling Kristen
    - Telaga              : Persiapan Pernikahan [T 26B]
    - Bimbingan Alkitabiah: Menyongsong Pernikahan
    - Surat               : Cemas dalam Mempersiapkan Pernikahan

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Syalom ...
  Senang sekali kami bisa hadir kembali di awal bulan Mei ini dengan
  sajian topik tentang Konseling Pranikah. Pelayanan Konseling
  Pranikah merupakan salah satu pelayanan yang sangat penting
  dilakukan oleh gereja. Selain memberikan keuntungan yang besar bagi
  pasangan-pasangan yang bersangkutan, pelayanan ini juga dapat
  menjadi sarana penting untuk membangun kehidupan jemaat Tuhan yang
  kokoh dan dewasa.

  Kami berharap sajian edisi pelayanan Konseling Pranikah ini bisa
  menambah referensi dan pengetahuan bagi para pendeta/pelayan Tuhan
  yang menangani program persiapan pernikahan di gereja. Selain itu,
  banyak hamba Tuhan dan konselor Kristen akan mendapat masukan
  tentang apa pentingnya pelayanan Pranikah dan pokok-pokok penting
  apa saja yang harus diberikan kepada mereka yang datang untuk
  meminta nasehat tentang persiapan pernikahan. Dengan pengetahuan
  yang cukup kami yakin para konselor Kristen akan lebih siap untuk
  ikut ambil bagian dalam menyelamatkan perkawinan Kristen dari jurang
  perceraian.

  Pepatah mengatakan "mencegah lebih baik daripada menyembuhkan",
  nah, kiranya para muda-mudi yang membaca sajian kami ini juga dapat
  memanfaatkannya untuk menjadi bekal dalam membangun keluarga Kristen
  yang bahagia di kemudian hari.

  Selamat membaca.

  Tim Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

          -*- PERSIAPAN PERNIKAHAN DAN KONSELING KRISTEN -*-

  Kepentingan dari pernikahan dan keluarga selalu ditekankan berulang-
  ulang dalam Akitab. Dalam Perjanjian Lama dan Baru, kita dapat
  temukan banyak petunjuk untuk kehidupan keluarga. Alkitab
  mengungkapkan dengan jujur tentang kehidupan keluarga pemimpin-
  pemimpin yang terkemuka seperti Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa,
  Samuel, Daud, Yohanes Pembaptis, dan juga Tuhan Yesus. Walaupun
  Tuhan Yesus tidak berkeluarga dan tidak menikah tetapi ia dengan
  jelas menyetujui lembaga pernikahan dan keluarga. Ia melakukan
  mujizat-Nya yang pertama kali justru dalam perjamuan kawin, dan ia
  juga mengajarkan, bahwa pernikahan adalah persatuan yang abadi,
  karena yang mempersatukan suami-istri adalah Allah sendiri
  (Markus 10:5-9).

  Sayang sekali hanya sedikit saja yang menikmati anugerah ini. Sejak
  Adam dan Hawa, pasangan-pasangan suami-istri selalu menemui masalah-
  masalah dalam kehidupan mereka, bahkan Alkitab juga mencatat tentang
  konflik-konflik yang mereka alami. Pada jaman ini, di setiap negara,
  perceraian, perzinahan, ketidaksetiaan dan keluarga yang berantakan
  menjadi hal yang umum dan sudah meluas, sehingga banyak orang tidak
  lagi mencoba untuk membangun pernikahan yang baik. Mereka mengambil
  kesimpulan sendiri, bahwa pernikahan yang langgeng tidak mungkin
  bisa terjadi.

  Para hamba Tuhan di banyak tempat sudah melihat gejala-gejala ini
  dan mereka sering menghadapi persoalan-persoalan keluarga yang
  sulit. Tidak heran jika seorang ahli pastoral konseling baru-baru
  ini menyimpulkan, bahwa "keterampilan yang sangat diperlukan" oleh
  konselor-konselor Kristen, adalah kemampuan untuk menolong pasangan-
  pasangan suami-istri yang menghadapi masalah dalam kehidupan mereka.

  Memang konseling pernikahan seringkali begitu sulit, karena setiap
  pasangan, setiap masyarakat, dan setiap tingkat sosial mempunyai
  pAndangan dan adat yang berbeda satu dengan yang lain dalam
  persoalan-persoalan pernikahan. Tentu saja pandangan-pandangan ini
  seringkali berbeda dengan ajaran Alkitab. Konselor Kristen tidak
  jarang menghadapi tugas yang sulit, mereka bukan saja harus menolong
  pasangan untuk mengerti dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip
  ajaran Alkitab, tetapi mereka juga harus memaklumi sebanyak mungkin
  adat dan kebiasaan dari keluarga dan masyarakat yang ada.

  Sebelum mulai terjun dalam konseling pernikahan sebaiknya konselor
  Kristen meneliti dan memahami adat dan kebiasaan perkawinan dan
  ajaran Alkitab mengenai keluarga.

  HAKEKAT DARI KONSELING PERSIAPAN PERNIKAHAN

  Saat yang tepat untuk dapat memulai menangani masalah-masalah dalam
  pernikahan dan keluarga adalah sebelum masalah itu sendiri timbul.
  Secara ideal, persiapan pernikahan dimulai ketika seorang individu
  masih berada pada masa kanak-kanak. Jikalau orangtuanya mempunyai
  hubungan yang baik sebagai suami-istri, tentu anak-anak tersebut
  akan belajar membangun pernikahan yang baik di kemudian hari.

  Apapun yang mereka pelajari dari rumah tangga atau keluarga akan
  mempengaruhi sikap hidup di kemudian hari. Banyak pasangan
  menghadapi hari pernikahan mereka dengan perasaan campur aduk antara
  keinginan yang meluap-luap dan keragu-raguan. Dengan menolong
  keluarga untuk dapat menjadi model bagi anak-anak mereka, pemimpin
  gereja memberikan sumbangan yang sangat berharga untuk suksesnya
  pernikahan-pernikahan yang akan datang.

  TUJUAN DARI KONSELING PERSIAPAN PERNIKAHAN

  Konseling persiapan pernikahan bertujuan untuk mempersiapkan dan
  menolong individu, pasangan-pasangan, bahkan kadang-kadang anggota
  keluarga yang lain untuk menciptakan suasana pernikahan yang
  bahagia. Seperti halnya dengan pencegahan penyakit yang dilakukan
  untuk mencegah timbulnya penyakit dan menjaga kesehatan tubuh,
  demikian juga dengan bimbingan persiapan pernikahan. Bimbingan
  persiapan pernikahan diharapkan dapat mencegah timbulnya kesulitan
  dalam pernikahan dan kehidupan rumah tangga, disamping tentunya
  untuk menolong membangun hubungan pernikahan yang sehat dan
  memuaskan. Dalam konseling ini, paling tidak ada lima goal (tujuan)
  yang harus diperhatikan.

  1. Keputusan untuk siap menikah
  -------------------------------
  Walaupun tidak ada rumusan yang tepat kapan seseorang siap untuk
  menikah tetapi ada beberapa petunjuk umum yang dapat diperhatikan.

  a. Alasan untuk menikah.
     Sepasang pria dan wanita yang sudah mengikatkan diri satu dengan
     yang lain dapat memberikan beberapa alasan, mengapa mereka
     terdorong untuk segera menikah. Alasan-alasan ini antara lain,
     pimpinan Tuhan, kebutuhan seksual dan kebutuhan untuk bersatu
     dalam ikatan kasih. Kadang-kadang ada juga alasan-alasan yang
     tidak sehat untuk memasuki suatu pernikahan, misalnya tekanan
     sosial, membalas dendam pada orangtua atau bekas kekasih,
     mencegah pandangan umum bahwa ia "tidak laku", lari dari keluarga
     yang tidak bahagia, kesepian, dan sebagainya. Menikah dengan
     seseorang karena terpaksa atau perasaan bersalah, tidak akan
     memberi jaminan untuk kestabilan pernikahan, demikian juga
     hubungan seksual dan kehamilan tidak boleh menjadi alasan untuk
     menikah.

  b. Latar belakang yang hampir sama.
     Pernikahan biasanya lebih sukses bila pasangan itu mempunyai
     cita-cita dan standar (nilai) yang hampir sama, latar belakang
     dan tingkat kehidupan sosial-ekonomi, adat istiadat, pendidikan,
     dan iman yang sama. Tentu saja ada beberapa perkecualian dimana
     ada pasangan-pasangan suami-istri yang dapat mencapai sukses
     dalam pernikahan tanpa persamaan ini. Namun harus diakui, bahwa
     untuk itu, mereka harus bergumul dan bekerja dengan lebih keras
     untuk membangun hubungan pernikahan yang baik.

  c. Usia.
     Setiap kebudayaan mempunyai perbedaan dalam menentukan usia yang
     ideal untuk menikah dan dalam beberapa masyarakat sepasang suami-
     istri yang masih sangat muda dapat membangun pernikahan yang
     baik. Seringkali, penyesuaian diri dalam pernikahan lebih baik
     bila pasangan lebih dewasa dalam usia. Meskipun harus diingat,
     bahwa kedewasaan tidak selalu otomatis sesuai dengan pertambahan
     usia seseorang. Kedewasaan memang menolong seseorang untuk dapat
     memutuskan dan mempertahankan hubungan yang baik dan mengatasi
     persoalan-persoalan hidup dengan lebih efektif.

     Perbedaan umur juga sangat penting. Bila suami jauh lebih tua
     atau muda dari istrinya, banyak sekali perbedaan dalam cita-cita
     dan kebutuhan fisik, kesulitan mencari teman, dan kecenderungan
     untuk suami-istri yang lebih tua untuk bertindak sebagai
     orangtua terhadap istri/suaminya.

  d. Sikap terhadap pernikahan.
     Kadang-kadang ada orang-orang yang jijik terhadap hubungan
     seksual, ragu-ragu terhadap pernikahan itu sendiri, berbeda
     pendapat mengenai anak-anak yang akan dilahirkan, punya perbedaan
     pandangan dalam peran/kedudukan dalam rumah tangga, bahkan
     perbedaan rencana untuk hari depan, dan sebagainya. Perbedaan-
     perbedaan sikap terhadap pernikahan yang serius harus terlebih
     dahulu dibereskan sebelum pernikahan. Untuk itu, kemungkinan
     besar kita memerlukan bantuan konselor.

  e. Pengaruh dari luar.
     Seringkali pengaruh dari luar dapat menambah tekanan dalam
     pernikahan yang masih muda, termasuk rencana untuk melanjutkan
     studi, banyak hutang, keuangan yang pas-pasan, pertentangan
     dengan orangtua, kedudukan dalam pekerjaan yang menyebabkan ia
     harus berpisah dalam jangka waktu yang lama, dan sebagainya.
     Banyak pasangan memutuskan untuk tetap menikah walaupun sudah
     menimbang kesulitan-kesulitan ini, tetapi ada juga yang lebih
     suka menunggu.

  f. Kematangan spiritual.
     Tentu seseorang tidak siap untuk menikah secara Kristen bila ia
     bukan seorang percaya, tidak seiman, atau belum betul-betul
     menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Ketika kita percaya,
     kita menyerahkan diri kepada Kristus, menjadi anak-anak-Nya dan
     mencari kehendak-Nya, sehingga bila kita menikah dengan orang
     yang tidak seiman, akan timbul banyak kesulitan dalam pernikahan
     karena perbedaan keyakinan, dan pelayanan kita sebagai orang
     Kristen pun menjadi tidak efektif. Karena itu sangat penting bagi
     orang Kristen untuk mendapatkan saudara seiman sebagai pasangan
     hidupnya supaya keduanya dapat melayani Tuhan dengan baik.

     Hal ini tentu saja tidak menjadi jaminan suksesnya suatu
     pernikahan secara otomatis (orang Kristen atau bukan tidak pernah
     lepas dari persoalan-persoalan kehidupan), tetapi yang jelas
     kesulitan pasti timbul bila mempunyai pasangan yang "tidak
     seimbang" atau seorang percaya yang menanggung beban dengan orang
     yang buta rohaninya (2Korintus 6:14).

  2. Tahu dan siap menghadapi tekanan-tekanan dalam kehidupan
     pernikahan.
  ------------------------------------------------------------
  Dua orang dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda,
  tentunya menghadapi banyak hal yang harus disesuaikan. Jikalau
  tekanan-tekanan dalam kehidupan pernikahan sudah dipersiapkan untuk
  sama-sama dihadapi, tentu penyesuaian diri akan menjadi lebih mudah.

  Hal-hal yang menimbulkan tekanan hidup pernikahan tidak selalu sama
  antara pasangan yang satu dengan yang lain, tergantung kepada
  keunikan pasangan itu dan masyarakat dimana mereka hidup. Dalam
  suatu penyelidikan terhadap beberapa ratus pasangan yang sudah
  menikah ternyata, bahwa penyesuaian dalam hubungan seksual,
  pengaturan keuangan, kebutuhan sosial dan rekreasi, persoalan dengan
  mertua dan ipar-ipar, perbedaan dalam kepercayaan, konflik dalam
  memilih sahabat merupakan hal-hal utama dalam penyesuaian
  pernikahan. Tentu saja daftar ini dapat menjadi lebih panjang untuk
  mereka yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

  Tentulah akan sangat menolong, apabila konselor Kristen dapat
  memikirkan terlebih dahulu "apa yang menjadi sebab-sebab utama
  tekanan-tekanan hidup pernikahan dalam masyarakat kita". Tanyakan
  pada pemimpin-pemimpin gereja dan mintalah pendapat mereka.
  Kemudian, rencanakan untuk mengetengahkan persoalan ini kepada calon
  pasangan atau mempelai sebelum mereka menikah. Bila seseorang
  diperingatkan dengan lemah lembut sebelum persoalan itu sendiri
  muncul, dan bila konselor dapat memberikan bimbingan yang realistis
  mengenai cara-cara menanggulanginya, tentu saja penyesuaian dalam
  pernikahan akan menjadi lebih mudah.

  Kebanyakan masyarakat di abad modern ini membuat rencana untuk
  berbulan madu setelah menikah. Hal ini memang penting tetapi
  seringkali juga merupakan persoalan tersendiri. Bulan madu
  sebenarnya masih merupakan masa transisi dari kehidupan bujang
  ke kehidupan bersama. Memang ini merupakan kesempatan bagi pasangan
  yang baru menikah untuk menyendiri dan memulai menyesuaikan diri
  dengan status mereka yang baru, baik secara fisik maupun psikis.

  Walaupun seringkali masa bulan madu sudah dipersiapkan dengan baik
  dan sangat dinantikan, namun biasanya diselingi dengan kekakuan-
  kekakuan, dan banyak hambatan lain yang membutuhkan waktu untuk
  mengatasinya, misalnya dalam hubungan seksual dimana masing-masing
  merasa canggung, malu, dan bisa menjadi sumber frustasi.

  Konselor harus selalu ingat untuk tetap memegang kebenaran firman
  Tuhan mengenai kehidupan seksual yang suci sebelum pernikahan.
  Walaupun hubungan seksual sebelum pernikahan sudah menjadi biasa,
  tetapi bagi pasangan Kristen tetap harus dijaga sampai memasuki
  kehidupan pernikahan yang sesungguhnya. Memang pengalaman seksual
  sebelum pernikahan dapat mengurangi kecanggungan dalam hubungan
  seksual waktu berbulan madu, tetapi perasaan bersalah, dan dorongan
  untuk menunjukkan "kemampuan seksual di atas tempat tidur" dapat
  menimbulkan ketegangan-ketegangan yang terus-menerus dan kegelisahan
  yang mendalam selama bulan madu. Pada masa kini, semakin jarang ada
  pasangan-pasangan yang sama sekali bebas dari ketakutan dan
  kegelisahan dalam malam pernikahan mereka.

  Jadi, sangat penting untuk diingat, bahwa hal-hal yang dihadapi
  oleh kedua belah pihak untuk bulan madu mereka harus disinggung pada
  percakapan sebelum pernikahan. Seringkali diskusi semacam ini
  terjadi dalam percakapan lingkungan keluarga, tetapi tidak selalu.
  Bila Anda sebagai pemimpin gereja merasa sungkan untuk membicarakan
  hal-hal semacam ini, atau apabila peraturan gereja melarang pendeta
  untuk membimbing dalam hal ini, ada baiknya untuk minta anggota
  jemaat atau pasangan yang lain yang dapat menjelaskan mengenai seks
  dan bulan madu dengan baik. Seringkali dapat juga meminta nasihat
  dari dokter untuk menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan
  persetubuhan pada waktu pemeriksaan fisik sebelum menikah.

  Tentu kita tidak boleh melebih-lebihkan fakta, seolah-olah semua
  persoalan sebelum dan sesudah menikah pasti dapat diatasi jikalau
  pasangan belajar berkomunikasi. Dibutuhkan usaha dan ketekunan bagi
  kedua belah pihak, suami atau istri untuk dapat saling mendengarkan
  dengan baik, mengerti dan mengutarakan isi hatinya dengan jujur dan
  penuh kasih belajar untuk saling menghargai. Tentunya jika hal ini
  dilakukan, hubungan dalam pernikahan akan menjadi lancar dan
  usahanya tidak sia-sia. Mengutarakan secara jujur tentang sikap
  hidup, perasaan, dan pergumulan-pergumulan pribadi, adalah sama
  pentingnya dengan mengutarakan cinta dan pengharapan. Tetapi tentu
  saja pengaturan semacam itu tidak dimulai pada masa bulan madu, oleh
  karena seharusnya telah dimulai jauh-jauh hari sebelum pernikahan,
  dimana seorang premarital konselor mendorong dan membimbing ke arah
  pengembangan kemampuan berkomunikasi.

  3. Bimbingan untuk mengenal diri sendiri.
  -----------------------------------------
  Dalam pernikahan, kemampuan untuk dapat melihat dengan jujur keadaan
  diri kita sendiri adalah modal yang paling utama. Tuhan Yesus dengan
  jelas memperingatkan murid-murid-Nya, supaya mereka dapat melihat
  balok di mata mereka sendiri sebelum mengambil selumbar di mata
  orang lain (Matius 7:3-5).

  Namun sayang, banyak di antara kita yang justru menghindarkan diri
  dari pengenalan terhadap diri sendiri. Memang tidak ada orang yang
  senang melihat kesalahannya sendiri, lebih mudahlah baginya untuk
  mendapatkan kesalahan dalam diri orang lain. Tidak heran bila
  terjadi perbedaan pendapat baik pada masa pertunangan maupun masa-
  masa setelah menikah, kita cenderung melupakan persoalan yang ada
  dan menganggap diri sendiri benar dengan menyalahkan orang lain,
  tanpa menyadari, bahwa sumber dari segala persoalan itu mungkin
  adalah dari dirinya sendiri.

  Jadi, sangatlah penting pada masa-masa pertunangan untuk melakukan
  usaha pengenalan diri sendiri. Memang tidak semua kebudayaan
  mengijinkan hal-hal ini dibicarakan sebelum pernikahan, tetapi
  sesungguhnya akan sangat menolong apabila masing-masing pasangan
  menyadari akan kelemahan dan kelebihannya sendiri dan secara terbuka
  mengutamakan prinsip-prinsip dan pengharapan-pengharapannya sambil
  melihat reaksi atau tanggapan dari pasangannya. Penilaian terhadap
  diri sendiri yang seperti ini dapat menolong pasangan yang akan
  menikah untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, bahkan dapat
  menolong suami/istri bila problema-problema seperti ini muncul di
  masa-masa mendatang.

  4. Pertimbangan padangan Alkitab mengenai pernikahan.
  -----------------------------------------------------
  Setelah Tuhan menciptakan dunia dengan isinya, Ia melihat bahwa
  "tidak baik manusia itu seorang diri saja" dan Ia memulai lembaga
  pernikahan sambil menyatakan, bahwa seorang laki-laki harus "bersatu
  dengan istrinya dan menjadi satu daging" (Kejadian 2:18, 24).

  Beberapa bagian dari Alkitab dapat menolong kita mempelajari konsep-
  konsep pernikahan yang dikehendaki Allah. Bila pasangan Kristen
  sudah memutuskan untuk memulai hidup sebagai suami/istri, mereka
  seharusnya mengerti apakah tujuan pernikahan yang dikehendaki Allah
  dan rencana Allah atas diri mereka berdua.

  Dengan pertolongan konselor Kristen, setiap pasangan dapat
  membicarakan dengan teliti tentang rencana surgawi atas pernikahan
  Kristen, terutama yang tercantum dalam Efesus 5:21-6:4, Kolose
  2:16-21; 1Korintus 7, dan 1Petrus 3:1-7. Harus diperhatikan, bahwa
  hubungan suami istri diibaratkan dengan hubungan antara Kristus
  dengan gereja-Nya. Pengertian mengenai hal inilah yang akan
  memudahkan banyak orang Kristen untuk dapat menerima dan bersyukur
  atas perintah Tuhan untuk tunduk kepada suami. Dalam banyak negara
  dewasa ini, pandangan Kristen seperti ini tidak populer atau bahkan
  tidak dikenal dan banyak gereja yang menghapuskan kata "taat" dalam
  peneguhan pernikahannya. Seorang suami sebagai kepala keluarga
  tidaklah terpanggil untuk semau-maunya menindas istrinya, karena
  justru ajaran Alkitab untuk kepala berarti pengorbanan seperti yang
  dijelaskan dalam Efesus 5. Hasilnya, istri akan dengan patuh dan
  sukacita menundukkan diri kepada suami yang memperhatikan dan
  mengasihi serta memikirkan kebahagiaannya.

  5. Merencanakan pernikahan.
  ---------------------------
  Setiap kebudayaan mempunyai adat istiadat dan peraturan tersendiri
  untuk upacara pernikahan. Kadang-kadang konselor Kristen diminta
  untuk memberikan bimbingan dalam hal ini, tetapi kebanyakan
  diserahkan kepada pihak keluarga.

  Konselor Kristen dapat membantu mempelai untuk mengerti apa artinya
  upacara pernikahan. Bagi banyak pasangan upacara pernikahan tidak
  dibicarakan sampai hari-hari terakhir, sehingga biasanya mereka
  sudah terlalu lelah dan tegang untuk dapat mengingat dan mengerti
  semua yang telah dikatakan. Karena itu, sangatlah menolong bila hal
  ini dibicarakan jauh-jauh hari sebelumnya, sehingga pasangan itu
  mempunyai waktu untuk mengerti aspek-aspek spiritual dari upacara
  pernikahan tersebut dan juga menyadari pentingnya saksi-saksi atas
  janji yang mereka buat untuk dipersatukan di dalam Tuhan.

-*- Diedit dari sumber -*-:
  Judul Buku   : Konseling Kristen yang Efektif
  Judul Artikel: Pernikahan dan Konseling Kristen
  Penulis      : Dr. Garry R. Collins
  Penerbit     : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 1998
  Halaman      : 103 - 111


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

                     -*- PERSIAPAN PERNIKAHAN -*-

  Dalam sajian materi minggu ini kita akan diajak untuk mengetahui,
  mengerti dan memahami apa yang seharusnya kita lakukan sebelum kita
  masuk dalam pernikahan. Bagaimana kita dapat menyesuaikan diri untuk
  dapat hidup bersama secara harmonis dalam pernikahan. Silakan
  menyimak ringkasan diskusi yang dipandu oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi
  dan Dr. Vivian Andriani Soesilo.

-----
  T: Dalam kesempatan berharga ini dapatkah Anda ceritakan kepada kami
     persiapan pernikahan yang bagaimanakah yang dibutuhkan oleh calon-
     calon pasangan suami istri?

  J: Persiapan pernikahan bagi mereka ialah persiapan bagaimana mereka
     bisa menyesuaikan diri, karena selama ini mereka adalah dua
     pribadi dari latar belakang berlainan dan sekarang akan hidup
     bersama-sama. Jadi kita perlu mempersiapkan bagaimana mereka
     nanti bisa secara harmonis hidup bersama-sama.
-----
  T: Berdasarkan pengalaman Anda berapa lama waktu yang dibutuhkan
     oleh calon mempelai untuk melakukan bimbingan pranikah?

  J: Menurut saya bimbingan pranikah paling sedikit dilakukan 6-7 kali
     pertemuan. Pertama kali adalah secara pribadi (per pasang), lalu
     5 kali secara kelompok, lalu nanti lagi secara pribadi setelah
     selesai dengan kelompok, dan bisa 2 kali lagi secara berpasangan.
----
  T: Materi-materi apa yang biasanya diajarkan dan disampaikan dalam
     kelompok bimbingan pranikah?

  J: Materi yang disampaikan terutama tentang:
     - Pernikahan dari Sudut Pandang Kristen -- harus tahu tanggung
       jawabnya sebagai suami istri dari pandangan Firman Tuhan.
     - Mengenal Diri Mereka Sendiri.
     - Bagaimana Berkomunikasi dengan Baik.
     - Bagaimana Menangani Kemarahan setelah hidup bersama.
     - Komitmen Seumur Hidup.
     - Pendidikan Seksual.
     - Anak.
     - Harapan-harapan dalam pernikahan, karena biasanya waktu
       pacaran harapannya tinggi-tinggi.
-----
  T: Sehubungan dengan persiapan pernikahan, apa kata Firman Tuhan
     yang menegaskan bahwa bimbingan pranikah itu sesuatu yang
     diperlukan untuk mempersiapkan pasangan-pasangan ini?

  J: Masyarakat atau kita semua makin hari makin menjadi masyarakat
     yang berpusat pada kenikmatan pribadi. Kita menikah supaya kita
     senang/bahagia. Konsep bahwa pernikahan itu tidak selalu membawa
     kebahagiaan karena memang kita harus memikul beban satu sama lain
     adalah konsep yang perlu ditanamkan pada pasangan-pasangan yang
     mau menikah. Firman Tuhan yang langsung muncul dalam benak saya
     adalah Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu,
     demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."

     Jadi saya kira setiap orang yang ingin menikah, harus siap
     memikul beban pasangannya. Dia masuk ke pernikahan membawa satu
     beban, tapi pasangannya juga membawa satu beban lain yang harus
     siap dipikulnya. Sebab dia tidak akan mendapatkan semua yang dia
     inginkan dan pasangannya tidak mampu untuk menyediakan semua
     kebahagiaan untuknya. Jadi konsep terhadap pernikahan dan
     harapan-harapan yang tersembunyi harus dimunculkan dalam
     konseling pranikah sehingga keduanya bisa menyadari apa yang
     sebetulnya diharapkan secara tersembunyi.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
    No. #26B, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
                                  atau: < TELAGA@sabda.org >


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                    -*- MENYONGSONG PERNIKAHAN -*-

  AYAT ALKITAB
  ============
  Amsal 3:3, 24:3,4     2Korintus 6:14,15
  Efesus 5:21,22        1Petrus 3:7

  LATAR BELAKANG
  ==============
  Pernikahan adalah ikatan seumur hidup paling serius yang dapat
  dilakukan oleh sepasang kekasih sepanjang hidup mereka. Tetapi
  banyak pasangan memasukinya dalam keadaan kurang dewasa dan tidak
  cukup pengertian. Semakin meningkatnya jumlah perceraian,
  menunjukkan betapa pentingnya mempersiapkan kaum muda memasuki
  pernikahan mereka.

  Berikut adalah prinsip-prinsip pernikahan yang akan membantu mereka
  yang sedang menyongsong saat pengucapan janji nikah mereka:
  * Suatu pernikahan yang baik bukan terjadi di surga, tetapi di bumi.
    Kasih adalah bagian kemanusiaan kita yang rapuh yang perlu
    dipelihara dan dikembangkan terus-menerus. Tentu saja, mereka yang
    berniat menikah harus mengharapkan pimpinan Tuhan, tetapi
    keberhasilan pernikahan mereka akan sangat bergantung pada usaha
    pasangan itu sendiri menanggapi pimpinan Tuhan.

  * Suatu pernikahan yang baik tidak didasarkan atas angan-angan
    tetapi atas kenyataan. Terlalu banyak pasangan yang karena
    pengaruh dongeng-dongeng cinta, menikah dengan pengharapan yang
    terlampau tinggi, kemudian melewati tahun-tahun penyesuaian diri
    dengan penuh penderitaan.

  * Suatu pernikahan yang baik didasarkan oleh adanya rasa hormat
    terhadap diri sendiri dan terhadap pasangannya.

    Citra diri buruk yang diwarisi dari latar belakang keluarga penuh
    tekanan atau tidak dewasa, dapat membawa pengalaman penuh badai.
    Hubungan yang kokoh dengan Yesus Kristus disertai pengenalan diri
    yang benar akibat hubungan tadi, sangat berarti.

    Pengenalan diri yang miskin pada masing-masing pasangan, dapat
    pula menimbulkan kesalahmengertian dan ketegangan. Tanpa perlu
    terlalu banyak pengamatan, sudah jelas bahwa pria dan wanita
    berbeda secara jasmani: Namun berapa banyak yang siap menghadapi
    kenyataan bahwa calon teman hidupnya memiliki perbedaan-perbedaan
    emosional dan mental yang berarti? Masing-masing pasangan harus
    menyadari ini dan bersiap melakukan kelonggaran dan penyesuaian
    diri yang diperlukan (Kejadian 5:2).

  * Pernikahan yang pasangannya memiliki berbagai kesamaan, memiliki
    kesempatan lebih banyak untuk berhasil. Ini berarti perlu:
    - Kesamaan latar belakang agama.
    - Kesamaan latar belakang budaya dan sosial.
    - Tingkat ekonomi sebanding.
    - Kesempatan pendidikan yang setaraf.
    - Situasi rumah tangga yang mantap.

  * Pernikahan bukanlah tempat untuk memperbaiki diri! Seseorang yang
    menikah dengan tujuan memperbaiki masalah-masalah dalam
    kepribadiannya, sedang merayu masa depan yang penuh malapetaka.
    Apa yang tidak dapat diubah sebelum menikah, tak mungkin pula akan
    berubah dalam pernikahan. Karena itu, bila tersangkut masalah-
    masalah alkohol, obat bius atau pelanggaran susila, harus
    dipertimbangkan secara serius sekali.

  * Pasangan yang menikah "dalam Tuhan" (1Korintus 7:39) memiliki
    modal lebih besar untuk mengembangkan hubungan yang lebih baik,
    daripada mereka yang di luar Kristus.

  STRATEGI BIMBINGAN
  ==================
  1. Ucapkan selamat padanya atas inisiatifnya mencari bimbingan
     menjelang pernikahannya. Bagikan prinsip-prinsip Alkitab berikut:
     Kejadian 2:18; Amsal 18:22.

  2. Nasihatkan dia untuk menyerahkan hati dan hidupnya kepada Yesus
     Kristus, bila dia ingin mengalami penyertaan dan bimbingan Allah
     dalam hidup dan pernikahannya. Jelaskan "Damai dengan Allah".
     [[Red: "Damai dengan Allah" -- Traktat untuk menolong/menuntun
     orang non Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA);
     atau dalam Buku Pegangan Pelayanan ini, halaman 5; atau dalam
     CD-SABDA: Topik 17750.]]

  3. Entah dia baru atau sudah lama menjadi Kristen, nasihatkan dia
     untuk bersikap mantap mengikut Kristus. Dia perlu pula membaca
     dan mempelajari Firman Tuhan, mendoakan segala perkara dan
     melibatkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Firman
     Tuhan. Semua hal ini akan memperkaya hidupnya, memungkinkan dia
     berbuat lebih banyak bagi hidup nikahnya.

  4. Bila dia segera akan menikah, pastikan bahwa pernikahan itu
     terjadi di dalam Tuhan (1Korintus 7:39; 2Korintus 6:14).

  5. Sebelum menikah, yang bersangkutan harus memperbaiki faktor-
     faktor yang menjamin keberhasilan pernikahan, dengan:
     - Meminta berkat dan kontrol Tuhan atas hidupnya dan hidup
       pasangannya, melalui permohonan doa.
     - Memahami dan menghayati semua pengetahuan yang dapat
       diperolehnya tentang rumah tangga yang berpusatkan Kristus.
       Selidiki semua bagian Firman yang berbicara tentang pernikahan
       dan rumah tangga.
     - Bacalah buku-buku yang ditulis oleh para pembimbing dan pendeta
       Kristen.
     - Bahan-bahan sedemikian dapat diperoleh dari toko buku Kristen
       terdekat. Banyak pula gereja yang memiliki perpustakaan dengan
       cukup banyak buku tentang rumah tangga dan pernikahan Kristen.
     - Manfaatkan berbagai seminar, kursus, film yang membahas tentang
       pokok ini.
     - Mintalah bimbingan dari pendeta, penyuluh tentang pernikahan
       atau psikolog Kristen yang berbobot. Bimbingan tentang nikah
       seharusnya meliputi sudut cakupan yang luas, termasuk masalah
       kepribadian, kerohanian, keuangan dan masalah-masalah seksual.

  6. Sesudah menikah, lakukan hal berikut:
     - Kembangkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Firman
       Tuhan yang di dalamnya pernikahan dapat bertumbuh secara rohani
       dan di mana seisi rumah tangga kelak, dapat diterima dan
       dipupuk oleh hal-hal kekal.
     - Tetapkah hati untuk berkomunikasi secara bebas dan tulus dengan
       pasangannya, tentang segala aspek kehidupan: mental, emosional
       dan jasmani. Kebiasaan ini kelak akan sangat membantu
       menyelesaikan masalah-masalah yang muncul dalam pernikahan.

  7. Berdoalah bersama orang yang Anda layani, meminta berkat,
     penyertaan dan pimpinan Tuhan dalam hidup masing-masing dan
     dalam pernikahan yang segera akan dimasuki.

 ------------------------------Kutipan-------------------------------
 Menurut Billy Graham:
 "Suatu rumah tangga hanya akan mewujudkan maksudnya yang sejati,
 bila ia dikontrol oleh Allah. Singkirkanlah Yesus Kristus dari
 rumah tangga Anda, maka rumah tangga Anda akan kehilangan maknanya.
 Tetapi tempatkanlah Yesus Kristus dalam hati Anda dan dalam
 kehidupan keluarga Anda, maka Dia akan mengubah rumah tangga Anda."
 --------------------------Kutipan_Selesai---------------------------

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan
  Penulis   : Billy Graham
  Penerbit  : Persekutuan Pembaca Alkitab
  Halaman   : 197 - 199
  CD-SABDA  : Topik 17681


*SURAT*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-DARI ANDA-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*SURAT*

  Dari: welny@
  >Dear e-Konsel,
  >Bulan Desember 2003 nanti saya sudah sepakat untuk mengakhiri masa
  >lajang saya. Sudah dapat lampu hijau untuk melangsungkan pernikahan
  >dengan pacar saya. Tapi sekarang malah saya jadi bimbang ... kok
  >rasanya malah saya nggak siap untuk menikah. Kalau dari segi usia
  >dan pekerjaan, kami berdua memang sudah siap untuk menikah, tapi
  >kok suasana hati malah nggak karuan seperti ini ya? Ada perasaan
  >takut, khawatir, kalau-kalau nanti saya tidak bisa membahagiakan
  >pasangan saya. Apakah redaksi e-Konsel punya saran-saran?
  >Terima kasih sekali atas perhatian dan kesediaannya.
  >Salam, Welny

  Redaksi:
  Selamat bagi Anda yang akan menyongsong bahtera rumah tangga di
  bulan Desember 2003 nanti! Sajian-sajian dalam edisi ini akan bisa
  menambah wawasan Anda dalam mempersiapkan pernikahan. Selain itu,
  Anda bisa kontak dengan gereja/pendeta dimana Anda bergereja, kami
  yakin mereka mempunyai program pelayanan bagi pasangan-pasangan yang
  akan menikah. Anda bisa membicarakan masalah Anda dengan saudara
  seiman yang telah berkeluarga atau Pak pendeta, mungkin rasa cemas
  Anda akan dapat terobati. Dan jangan lupa yang paling penting --
  berdoa, ya. Usahakan juga untuk sering-sering sharing dan berdoa
  bersama pasangan Anda.

  Selain itu bila ingin sharing, Anda juga bisa menuliskannya kepada
  <masalah-konsel@sabda.org>

  BTW, e-Konsel edisi 40 (terbit 15 Mei 2003) akan membahas tentang
  "Pernikahan Bahagia". Jangan lewatkan edisi ini :)


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL

                         STAF REDAKSI e-Konsel
                    Yulia, Natalia, Ratri, Purwanti
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2003 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
 Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
 dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
 Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
 Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
 ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org