Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/28 |
|
e-Konsel edisi 28 (15-11-2002)
|
|
><> Edisi (028) -- 15 November 2002 <>< e-KONSEL *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Daftar Isi: - Pengantar : Kebutuhan Konselor - Cakrawala (1): Ketrampilan-ketrampilan Konselor Kristen (2): Mendapatkan Ketrampilan-ketrampilan - Tips : Kualitas yang Dibutuhkan untuk Menjadi Konselor yang Baik - Surat : Akan Mengirim Artikel Natal? *REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI* -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*- Dalam bukunya "Konseling; Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah", Anthony Yeo mengatakan bahwa salah satu unsur penting yang harus dimiliki seorang konselor adalah pengetahuan dan ketrampilan. Karena menurutnya pengalaman pribadi saja tidak akan cukup, masih diperlukan kepiawaian dalam praktek konseling. Melihat pentingnya kebutuhan ini bagi para konselor, khususnya konselor awam, maka e-Konsel akan menyajikan dua artikel yang membahas topik ini dan juga satu tips tentang "kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi konselor yang baik." Kami yakin bahasan-bahasan dalam edisi ini dapat memperlengkapi pelayan-pelayan Tuhan yang melayani sebagai konselor untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan mereka. Selamat membaca dan belajar. Tim e-Konsel *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (1) =========== -*- KETRAMPILAN-KETRAMPILAN KONSELOR KRISTEN -*- Ada beragam jenis ketrampilan yang harus dikembangkan seorang konselor Kristen kalau dia mau melayani para kliennya. Kemampuan- kemampuan tersebut diperlukan dalam keseluruhan proses konseling -- sejak dari pertemuan awal sampai kepada pemecahan final dari permasalahan. Dalam bab ini kita akan membahas tentang beberapa ketrampilan ini. Secara berkala konselor harus mengevaluasi bagaimana kemampuannya dalam setiap bidang ketrampilan tersebut. Seringkali ada manfaatnya memiliki seorang rekan yang membantu dalam evaluasi ini. KEMAMPUAN UNTUK MEMPEROLEH DATA Jika seorang konselor ingin berhasil, dia harus mampu memperoleh cukup data untuk membuat penilaian mengenai akar dari permasalahan dan terapi yang sesuai. Yang menjadi intinya adalah observasi yang tajam terhadap setiap gejala yang ditunjukkan oleh konsele. Selain dari penampilan secara umum, ketidakwajaran apapun seperti disorientasi, delusi, halusinasi, obsesi, fobia, atau gangguan pikiran, harus diperhatikan. Konselor akan mencoba memahami suasana hati konsele dan hubungan antar pribadinya. Untuk memperoleh perspektif yang benar dari klien-nya, sangat penting untuk mengembangkan seni "mengajukan pertanyaan yang tepat". Hal ini mencakup pengetahuan tentang bagaimana mengungkap dan menangani hasil dari pertanyaan-pertanyaan provokatif yang menimbulkan kegelisahan. Begitu pula bagaimana beralih dari pertanyaan-pertanyaan yang umum ke pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik. Konselor juga harus mengembangkan kemampuan untuk mengarahkan wawancara secara logis dan halus menuju ke bagian-bagian yang sulit dan menyakitkan (masalah kejiwaan yang pernah dialami sebelumnya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau alkohol, percobaan bunuh diri). Sebagai tambahan, sangat penting bagi konselor untuk mampu menerangkan istilah kata dengan jelas (misalnya "depresi"), memberikan bimbingan, dan mengakhiri wawancara secara bijaksana. KEMAMPUAN UNTUK MERUMUSKAN PENDEKATAN Memilih di antara berbagai cara pendekatan dan rencana tindakan yang bisa diadopsi sesuai dengan setiap kepribadian klien merupakan salah satu hal paling sulit yang dihadapi oleh seorang konselor. Bagaimana seorang konselor dapat mengetahui cara untuk memulainya? Nasehat kami adalah supaya dia menggunakan beberapa teknik dasar pada saat dia memulai tugasnya. Dia akan belajar untuk membuat beragam pendekatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu dari para konselenya seiring dengan meningkatnya pengalaman, pengetahuan, dan sensitivitas yang dimilikinya. Dia harus bersabar dengan dirinya sendiri saat mencoba untuk menguasai dunia konseling yang kompleks dengan berbagai dimensinya. Seiring dengan berjalannya waktu, dia akan belajar kapan saatnya memberikan wawasan/pengertian dan menawarkan dukungan, kapan saatnya menekankan tingkah laku dan kapan saatnya untuk memfokuskan pada perasaan, kapan saatnya bertindak langsung dan kapan saatnya bertindak tidak langsung, kapan saatnya menggali masa lalu dan kapan saatnya berkonsentrasi pada masa sekarang. Dia juga belajar pentingnya menjadi diri sendiri -- konsele akan percaya pada konselor hanya jika dia bersikap spontan/apa adanya dan nondefensif. Kesulitan untuk mengetahui bagaimana memilih pendekatan yang tepat menjadi bertambah lagi dengan adanya sejumlah besar pilihan yang tersedia. Berikut ini adalah suatu daftar umum yang singkat mengenai: APA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH SEORANG KONSELOR 1. Menawarkan dukungan. Konseling yang suportif (supportive counseling) benar-benar membantu secara emosional dan spiritual. Beberapa teknik yang masuk dalam kategori ini adalah memberi nasehat (Amsal 19:20), penghiburan (2Korintus 1:3-4), memberi dorongan (Roma 1:11-12), mendengarkan (Elihu di Ayub 32), dan mendidik (surat-surat Paulus). Konseling yang suportif, tentu saja, tidak hanya terbatas pada pertemuan-pertemuan pribadi. Keseluruhan tubuh Kristus berpotensi besar sebagai sumber dukungan bagi individu- individu yang membutuhkan bantuan. 2. Memberikan pengertian. Perumpamaan-perumpamaan dari Kristus memberikan penjelasan kepada para pendengar-Nya mengenai kebenaran mengenai diri mereka sendiri yang tadinya tidak mungkin dapat mereka mengerti. Nabi Natan menggunakan pendekatan yang serupa untuk membuat Daud menyadari dosanya. 3. Menganjurkan konsele untuk mengaku dosa (Yakobus 5:16). 4. Memberikan penguatan lisan secara positif (Roma 1:8). 5. Memperlihatkan teladan seorang Kristen. Banyak tokoh Alkitab yang hidupnya menjadi teladan bagi orang lain. Ingatlah teladan Musa kepada Yosua, teladan Naomi kepada Rut, teladan Kristus kepada murid-murid-Nya. 6. Mendidik para konsele. Hal ini untuk menantang keyakinan-keyakinan yang salah dari konsele (Galatia 4:9). Konselor Kristen dapat memberitahukan kebenaran-kebenaran Tuhan sebagai gantinya. Prosedur yang paling berguna dalam kasus ini adalah dengan memberikan konsele tugas- tugas untuk dikerjakan di rumah. 7. Bekerjasama dengan konsele dalam sebuah kelompok. Alkitab seringkali menekankan pentingnya dan manfaat-manfaat pribadi yang diperoleh dari menjalin interaksi dengan orang lain -- saling mengasihi satu sama lain, saling memikul beban, bersikap ramah satu sama lain (1Korintus 12, Efesus 4:14-16). 8. Memulai program konseling bersama keluarga konsele. Ada penekanan yang kuat mengenai keluarga, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Rasul Paulus memberi banyak nasehat tentang kehidupan keluarga (Efesus 5:22-33, 6:1-4). 9. Manfaatkan teknik-teknik modern untuk mengembangkan tingkah laku. Beberapa teknik yang tersedia adalah pelatihan ketegasan, pelatihan tingkah laku, dan penguatan secara positif maupun negatif. Sampai di bagian ini, kita hanya menyentuh bagian permukaan saja. Di antara rencana-rencana tindakan lain yang bisa diterapkan oleh seorang konselor adalah pemurnian melalui meditasi, menasehati (1Tesalonika 5:14), konfrontasi, dan mendesak konsele untuk melakukan refleksi atau membuka diri. Dalam banyak kejadian, seorang konselor akan menemukan bahwa satu metode pendekatan saja tidaklah cukup. Dukungan saja tidak cukup. Pengertian/wawasan saja tidak cukup (Salomo punya banyak pengertian/ wawasan tetapi masih tetap jatuh dalam dosa). Begitu pula, mendengarkan atau melepaskan tekanan semata akan memiliki pengaruh yang kecil pada kehidupan konsele. Perlu ada perubahan-perubahan tingkah laku yang lebih spesifik. Alkitab berulangkali menekankan pentingnya aktivitas Kristen yang benar (Matius 7:24, Filipi 2:13, 4:13). Jika hanya ada sedikit atau tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik dari tingkah laku konsele dalam batas waktu yang masuk akal, beberapa cara pendekatan tambahan harus diterapkan. Dalam kasus seperti itu kita sering menemukan bahwa akan sangat membantu bagi konsele untuk memeriksa rencana hidupnya sendiri (contohnya mengamati bagaimana sebenarnya ia menjalani hidup). Kemudian kita membantunya membuat perubahan-perubahan yang tepat. Kita sebut cara ini bergerak dari rencana "A" ke rencana "B". Rencana "B" menganjurkan aktivitas-aktivitas harian spesifik yang akan menghasilkan kesehatan. Di antara anjuran-anjuran tersebut adalah interaksi sosial, olahraga, rekreasi, dan saat teduh. Rencana ini perlu dinyatakan secara terbuka dan dievaluasi ulang secara berkala. Jika ternyata semua ini terbukti tidak mencukupi, seorang konselor akan menyadari bahwa faktor-faktor lainnya mungkin terlibat dan bahwa evaluasi lebih lanjut diperlukan. Mungkin perlu mengadakan pemeriksaan kejiwaan secara khusus. Atau menganjurkan konsele untuk mengadakan pemeriksaan fisik yang ekstensif, atau pengobatan oleh psikiater, atau mungkin perawatan rumah sakit. MENGIKUTI TELADAN KRISTUS Sangat penting bahwa seorang konselor Kristen berupaya secara sadar untuk menjadi seperti Kristus. Semakin dekat sang konselor menyamakan caranya berhubungan dengan konsele seperti cara Yesus berhubungan dengan orang-orang yang dilayani-Nya, ia akan makin berhasil. Satu ciri yang menyolok dalam pelayanan Yesus adalah Ia memperlihatkan berbagai sikap. Ada saatnya Ia lemah lembut dan pasif. Di saat lain Ia aktif dan penuh keramahan, atau baik tetapi tegas. Jika diperlukan, Ia bisa benar-benar bersikap keras. Dengan kata lain, Yesus menempatkan diri-Nya pada situasi yang spesifik. Demikian juga seharusnya seorang konselor Kristen. (Lihat 1Tesalonika 5:14). Bercermin dari pelayanan Yesus, poin-poin utama dari konseling Kristen adalah kebaikan hati dan kelemahlembutan (2Korintus 1:3-4, 10:1; Galatia 6:1; 1Tesalonika 2:7,11; 2Timotius 2:24; Titus 3:2). Tanda paling jelas dari pelayanan Kristus dan yang terlihat melalui konselor Kristen adalah kasih yang ia tunjukkan kepada konselenya. Ingatlah bahwa kasih adalah hal utama yang ditekankan dalam Alkitab: "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing." (1Korintus 13:1) "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23) Upaya seorang konselor untuk meneladani sikap Kristus akan terlihat jelas dari kontak awal hingga melalui semua aspek dari proses konseling. Dengan menerapkan teladan pendekatan Kristus, seorang konselor akan mampu memberikan rasa nyaman kepada konsele, membina hubungan, membentuk suasana penuh kejujuran untuk wawancara, dan menunjukkan kasih, perhatian, dan empati. Konselor yang demikian akan menjadi peka terhadap perubahan-perubahan suasana hati konsele. Dia akan fleksibel dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit (misalnya, jika konsele menolak untuk berbicara atau jelas-jelas paranoid), mencoba tidak memperlihatkan keterkejutan besar, dan mempertahankan tingkat kontak mata yang benar. Dia akan sensitif/ peka terhadap masalah-masalah yang kelihatan sepele seperti tatanan fisik (misalnya posisi tempat duduk) dan posisi tubuhnya (dia akan agak condong ke depan untuk menunjukkan ketertarikannya). Komunikasi akan berada pada tingkat yang dapat dipahami oleh konsele. Seorang konselor yang mengikuti pola pendekatan seperti Kristus yaitu mengembangkan kemampuan mendengarkan yang tajam (Yakobus 1:19) dan akan mampu memperoleh/mengeluarkan informasi yang berkaitan dengan bijaksana. KEMAMPUAN MENGGUNAKAN FIRMAN TUHAN Alkitab memainkan peran yang sangat penting dalam konseling Kristen. Dengan menyediakan makanan rohani Firman Tuhan menghasilkan pertumbuhan dan penyembuhan bagi konsele. Seorang konselor Kristen akan menggunakan Alkitab secara tajam, bijaksana, dan peka. Ada berbagai cara dimana konselor bisa menggunakan Firman Tuhan, misalnya sebagai alat/cara untuk menantang dan konfrontasi secara langsung, atau sumber penghiburan dan dukungan yang positif. Alkitab juga memberikan nasihat praktis dan berbagai teladan hidup orang- orang kudus. Dalam keadaan-keadaan yang tepat konselor bisa mempertimbangkan untuk memberikan tugas rumah (mempelajari Alkitab dan/atau menghafal). Atau dia mungkin bisa membantu konselenya dengan menunjukkan jalan-jalan dalam kehidupan pribadinya sendiri yang memiliki nilai spesial. Dengan bertambahnya pengalaman, seorang konselor akan menemukan lebih banyak dan makin banyak lagi cara menggunakan Alkitab. Kita telah melihat bahwa ada sejumlah persyaratan yang dibutuhkan untuk berhasilnya konseling Kristen. Ini meliputi ketrampilan mengumpulkan data, kemampuan merumuskan cara pendekatan yang cocok untuk setiap individu konsele, mengikuti teladan Kristus, dan pengetahuan bagaimana menggunakan Alkitab. Seorang konselor yang bijaksana akan secara berkala mengevaluasi dirinya sendiri dan bersungguh-sungguh memacu kemajuan dirinya dalam bidang-bidang dimana dia merasa lemah. -*- Diterjemahkan dari sumber -*-: Judul Buku : Counseling and the Nature of Man Judul Artikel: Skills of the Christian Counselor Penulis : Frank B. Minirth dan Paul D. Meier Penerbit : Baker Book House, Michigan, 1982 Halaman : 69 - 73 *CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA* Artikel (2) =========== -*- MENDAPATKAN KETRAMPILAN-KETRAMPILAN -*- Ada banyak cara untuk mendapatkan ketrampilan-ketrampilan konseling. Sejumlah orang mendapatkannya dengan membaca atau dengan mencoba dan membuat kesalahan. Mereka melakukan apa yang mereka anggap akan membantu dan cocok bagi mereka. Di beberapa tempat di Asia, sebenarnya tidak mungkin mengikuti sebuah program pelatihan konselor meskipun hal ini sangat diinginkan oleh para konselor. Sejumlah orang mungkin mengikuti program pelatihan informal atau program- program jangka pendek sementara sejumlah orang lainnya mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber. Ketika bidang ini berkembang di Asia, semakin banyak pusat-pusat pelatihan didirikan di universitas- universitas, sekolah-sekolah tinggi dan lembaga-lembaga yang memberikan pelatihan formal dalam bidang konseling. Universitas-universitas dan lembaga-lembaga pelatihan cenderung menekankan teori, yang merupakan unsur utama dari tuntutan kurikulum. Ketrampilan-ketrampilan didapatkan melalui praktik lapangan atau praktikum, dimana peserta pelatihan ditempatkan pada sebuah biro dan bekerja di bawah penyeliaan staf yang lebih senior. Dewasa ini, ada pergeseran arah dalam pelatihan, yang dikenal sebagai program-program berdasarkan kompetensi, dimana peserta pelatihan diajarkan ketrampilan-ketrampilan dalam bidang wawancara dan konseling. Sejumlah pelatihan bahkan membalik programnya dengan mengajarkan ketrampilan terlebih dulu sebelum memberikan teori- teori. Apa pun bentuk pelatihannya, tuntutan yang lebih penting dari setiap program pelatihan adalah memastikan bahwa peserta pelatihan mendapatkan ketrampilan-ketrampilan yang dapat diterapkan dalam setiap situasi konseling. Pusat Konseling mempunyai pengalaman beberapa tahun dalam menyelenggarakan Program Pelatihan Konselor. Pada saat itu peserta pelatihan diarahkan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih bersifat ensiklopedik tentang teori-teori dan cara-cara konseling. Tampak bahwa mereka mengalami semacam kebingungan karena mereka lulus dari program itu dengan dibekali banyak pengetahuan dan ketrampilan, tetapi tanpa keahlian yang memadai dalam salah satu cara konseling tertentu. Setelah diadakan peninjauan terhadap program tersebut, diputuskan untuk lebih memperhatikan pelatihan ketrampilan berdasarkan dasar teoritis yang sesuai untuk praktik konseling. Ternyata memang lebih baik memulai satu program pelatihan bagi para pemula atau konselor yang kurang berpengalaman dengan memberikan satu pendekatan tertentu sebelum mereka diperkenalkan pada pendekatan-pendekatan lainnya. Ini merupakan alasan lain lagi mengapa dalam buku ini diusulkan pendekatan pemecahan-masalah. Jika seorang konselor dapat menjalankan pendekatan ini secara kompeten, ia dapat berusaha memadukan pendekatan-pendekatan lain dan orientasi yang lebih umum atau eklektik dalam konseling. Di antara berbagai jenis program pelatihan yang tersedia, program- program yang berorientasi pada ketrampilan dan berdasarkan pada kompetensi akan memberikan peserta pelatihan bukan hanya pengetahuan teoritis tetapi juga ketrampilan-ketrampilan yang tepat untuk bisa berfungsi sebagai konselor. Program-program harus cukup menerapkan dan mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan yang diajarkan. Hal ini akan menuntut peserta pelatihan untuk ikut ambil bagian dalam praktek konseling konkret di bawah penyeliaan. Ini merupakan pendekatan langsung. Dalam Pusat Konseling dan Perawatan di Singapura, penggunaan cermin satu-arah dimaksudkan untuk penyeliaan langsung terhadap kasus-kasus. Pelatih secara langsung melakukan penyeliaan dari balik cermin. Pertemuan-pertemuan juga direkam dalam video-tape sehingga peserta pelatihan dapat mengamati kinerjanya sendiri dan menyempurnakannya. Sejumlah pendekatan langsung juga dilakukan dengan menghadirkan penyelia yang berperan sebagai klien dalam satu kasus. Penyelia biasanya memainkan peranan pasif dan bisa saja melakukan campur tangan untuk membantu peserta pelatihan dalam praktek itu. Umpan-balik dan diskusi terhadap kasus tersebut dan kinerja peserta pelatihan dilakukan setelah pertemuan itu. Pendekatan tak-langsung dalam pelatihan mencakup penggunaan peragaan-peran, pengamatan terhadap kasus-kasus yang ditangani oleh para pelatih atau profesional lain (entah melalui pengamatan langsung di balik cermin satu-arah atau melalui rekaman audio/video) dan ceramah mengenai kasus-kasus. Kadang-kadang tidak mudah melakukan penyeliaan langsung atau mendampingi peserta pelatihan yang menangani klien-kliennya selama pelatihan. Dalam situasi- situasi seperti itu, pendekatan yang tidak-langsung dapat dipergunakan. Peserta pelatihan dapat juga dilibatkan dalam penelaahan kasus agar mendapatkan pokok-pokok yang harus dipelajari untuk penerapan mereka sendiri. Di Singapura, yang lebih ditekankan adalah pelatihan langsung. Pengalaman Pusat Konseling dan Perawatan merupakan salah satu contoh dari pelatihan langsung yang diselenggarakan untuk pekerja sosial, konselor dan profesional lain dalam bidang kesehatan mental. Semua peserta pelatihan diharapkan mempunyai sejumlah kasus sehingga apa yang dipelajari dapat diterapkan. Setiap peserta pelatihan dituntut untuk bekerja di antara klien dengan mendapatkan penyeliaan. Para pelatih mengamati mereka bekerja dari balik cermin satu arah. Pelatih bisa saja memberikan petunjuk-petunjuk melalui telepon untuk membantu mereka dalam konseling yang sedang mereka praktikkan atau meminta mereka meninggalkan klien sejenak untuk berdiskusi. -*- Sumber -*-: Judul Buku : Konseling (Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah) Judul Artikel: Mendapatkan Keterampilan-keterampilan Penulis : Anthony Yeo Penerbit : PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2002 Halaman : 83 - 86 *TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS* -*- KUALITAS YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENJADI KONSELOR YANG BAIK -*- Untuk menjadi konselor, kita tidak perlu ijasah diploma Teologi atau training psikologi. Profesor psikologi Jerome Frank dari Universitas John Hopkins mendeskripsikan kualitas yang dibutuhkan seorang konselor secara sederhana, "Siapa pun yang memiliki kehangatan, logika, kepekaan terhadap masalah-masalah orang lain dan keinginan untuk membantu orang lain dapat melakukan psikoterapi dengan baik." Deskripsi ini cukup memberikan dorongan semangat bagi para konselor awam yang terbeban untuk melakukan tugas pelayanan konseling. Selain itu konselor harus mengerti terlebih dahulu istilah lain Roh Kudus adalah "Paraclete". Istilah "Paraclete" yang berasal dari bahasa Yunani ini dapat diterjemahkan sebagai konselor. Sedangkan arti dari konselor sendiri adalah 'orang yang terpanggil untuk mendampingi orang lain', 'menemani', menasehati, atau bila perlu 'membela'. Bila Roh Kudus digambarkan sebagai konselor itu sendiri maka kuasa Roh Kudus mengatasi aspek-aspek lain dalam diri kita, seperti kualitas pribadi dan teknik-teknik yang kita kuasai untuk memberikan konseling. Hanya Roh Kudus sajalah yang mempunyai kekuatan untuk mengubahkan hidup seseorang, baik hidup kita sebagai seorang konselor maupun orang yang kita bimbing. Jika kita ingin memberikan konseling, kita harus dengan suka rela berpasrah diri kepada Kristus dan membiarkan Roh Kudus memenuhi hidup kita dari hari ke hari. Menurut Alkitab, berpasrah diri kepada Kristus dan Roh Kudus adalah hal yang penting yang harus dilakukan konselor. Namun demikian, ada kualitas-kualitas pribadi yang dapat membantu kita untuk menjadi konselor yang efektif. Kualitas-kualitas tersebut antara lain: 1. Pengalaman penderitaan/kesusahan. Persyaratan pertama adalah mengalami penderitaan. Ini bukan berarti kita harus mencari/menambah penderitaan atau kesusahan untuk menjadi konselor. Tuhan mengasihi kita dan mengijinkan kita mengalami penderitaan untuk memperkuat karakter kita sehingga kita pada akhirnya juga dapat membantu orang lain yang juga mengalami kesusahan. Pada kenyataannya, orang-orang yang terpanggil untuk memberikan pelayanan konseling kebanyakan adalah orang-orang yang dalam hidupnya pernah mengalami pergumulan berat. 2. Empati. Empati adalah memahami perasaan orang lain dengan mencoba ikut merasakan seperti yang terungkap dalam Roma 12:15, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" atau dalam Amsal 12:15, "Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka." 3. Menjadi pendengar yang baik. Kita tidak dapat menjadi konselor yang kompeten jika kita tidak mau mendengarkan dengan baik apa yang ingin dikatakan oleh orang yang kita bimbing. Kenyataannya banyak konselor yang hanya ingin memberi nasehat saja tetapi malas untuk mendengarkan. tertulis bahwa, "Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya" (Amsal 18:13). 4. Tidak menghakimi. Yang dimaksud dengan tidak menghakimi di sini bukan berarti kita kita benar-benar tidak boleh memberikan penilaian dalam konseling. Tetapi sebagai pendengar yang baik kita tentunya dapat memberikan penilaian yang adil terhadap konsele kita. Kita perlu terlebih dahulu mengenal kelemahan-kelemahan kita sebagai pribadi karena ini merupakan bagian dari kedewasaan kita dalam memahami kelemahan-kelemahan orang lain sehingga kita tidak asal menyimpulkan apa saja yang telah kita dengar. 5. Kesabaran. Adalah hal yang sangat mudah untuk berputus asa dalam melakukan konseling terutama saat kita tidak melihat perkembangan yang baik dari konsele kita. Kita harus ingat bahwa tujuan dari konseling adalah kedewasaan iman Kristen, apakah kita memiliki cukup kesabaran untuk itu? Dalam Kolose 1:28-29 diungkapkan, "Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku." Dari ayat ini kata 'kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga' merupakan kata kunci yang harus kita ingat selalu agar kita sabar untuk mencapai tujuan utama konseling. -*- Bahan diringkas dan diterjemahkan dari sumber -*-: Judul Buku: Christian Care and Counseling Penulis : Roger F. Hurding Penerbit : Morehouse - Barlow Co., Inc. Wilton, CT, USA Halaman : 17 - 20 *SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT* Dari: Anastasia T. <anast_288@> >Saya adalah seorang ibu yang asli Indo dan sekarang kami terpencil >ujung USA, bersama 3 anak yang masih sibuk sekolah dan saya harus >banting tulang mencukupinya (Tuhan selalu memelihara umat-Nya yang >setia). Saya sangat berterima kasih atas kiriman-kiriman emailnya >... sungguh ini merupakan ministry/pelayanan yang saya terima dari >Yesus sendiri lewat e-Konsel. Sungguh e-Konsel jadi jalan berkat >bagi banyak orang. Apa menjelang Natal ini ada artikel-artikel yang >dikirim? Tolong kirim ya ... God Bless. Redaksi: Puji Tuhan! Kami sangat bersyukur untuk surat Ibu yang sangat menguatkan kami. Kiranya Roh Kudus terus membimbing kita semua dalam menjalani hidup yang dapat memuliakan Tuhan. Mengenai artikel Natal, Redaksi e-Konsel akan menerbitkan edisi khusus Natal (edisi 030/2002) pada tanggal 15 Desember 2002 nanti. Ibu juga bisa membaca arsip e-Konsel Natal edisi 006/2001 ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/006/ Edisi Natal tersebut menyajikan Renungan Natal dan Artikel Natal yang akan menolong kita semua untuk berhati-hati agar sukacita dan berita Natal tidak direbut oleh kesibukan dan perasaan depresi. Kami harap Ibu, dan kita semua akan mendapat berkat istimewa pada Natal tahun ini. e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL STAF REDAKSI e-Konsel Yulia O., Lani M., Ka Fung PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS Yayasan Lembaga SABDA INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR Sistem Network I-KAN Copyright(c) 2002 oleh YLSA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org> Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll. dapat dikirimkan ke alamat: <owner-i-kan-konsel@xc.org> *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org Berhenti: Kirim e-mail kosong: unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel ARSIP publikasi e-Konsel: http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/ *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |