Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/21

e-Konsel edisi 21 (1-8-2002)

Konflik dalam Pekerjaan

><>                 Edisi (021) -- 01 Agustus 2002                <><

                               e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Konflik dalam Pekerjaan
    - Cakrawala            : Dampak yang Lebih Luas dari Konflik
                                yang Tidak Diselesaikan
    - Telaga               : Pencobaan di Tengah Kejayaan ( 50A)
    - Bimbingan Alkitabiah : Pertolongan pada Masanya
    - Tips                 : Menangani Konflik Secara Praktis
    - Surat                : Bagaimana Mendapatkan Transkrip Telaga?

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Bagaimana Anda menangani konflik dalam pekerjaan Anda? Apakah Anda
  kadang merasa bahwa pekerjaan Anda sekarang lebih merupakan musibah
  daripada anugerah? Banyak orang Kristen berpikir bahwa pekerjaan
  adalah hal yang sekuler dan bukan hal yang rohani, oleh karena itu
  konflik dalam pekerjaan dianggap hal yang biasa dan tidak perlu
  dipikirkan dengan serius. Hal ini tidak seluruhnya betul karena
  dimanapun orang Kristen berada, termasuk dalam pekerjaan, ia adalah
  anak Allah yang harus memuliakan Nama-Nya. Konflik dalam pekerjaan
  dapat menjadi sarana yang Tuhan pakai agar kita lebih bertumbuh
  secara rohani.

  Nah, sajian kami edisi ini akan menolong kita mengerti lebih lanjut
  tentang dampak dari konflik pekerjaan yang tidak terselesaikan dan
  apa yang seharusnya kita lakukan sebagai orang Kristen. Selain itu
  ada juga tips bagaimana kita bisa menghindari/menangani konflik,
  khususnya dari cara kita berkomunikasi.

  Selamat membaca.

  Staf Redaksi


*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

  -*- DAMPAK YANG LEBIH LUAS DARI KONFLIK YANG TIDAK DISELESAIKAN -*-

  Konflik dalam pekerjaan yang tidak diselesaikan dapat menimbulkan
  berbagai masalah dalam bidang lain kehidupan Anda. Saya melewati
  periode kacau akibat perseteruan dengan bos yang tidak peka.
  Kemudian, saya menemukan adanya efek negatif terhadap istri dan
  anak-anak saya. Di rumah, saya tidak "hidup", saya cenderung
  banyak berpikir, dan -- seperti yang mereka katakan kepada saya
  sekarang -- saya "tidak terlalu senang ditemani".

  Ketika rasa frustasi yang berat membayangi kita, kualitas pekerjaan
  kita dan keakraban hubungan kita dengan orang lain akan terpengaruh.
  Kesehatan kita -- secara fisik maupun emosional -- juga dapat
  terganggu. Mungkin kita akan berhenti berolahraga atau menarik diri
  dari teman-teman dan gereja pada saat kita merasa semakin frustasi
  atau tertimpa kesedihan. Kerinduan saya -- karena saya juga pernah
  mengalaminya -- adalah memberi wawasan dan pengharapan bagi Anda
  yang mengalami konflik seperti ini.

  Saya ingin Anda tahu bahwa penyelesaian akan masalah pekerjaan ini
  berkisar pada beberapa hal penting di bawah ini:
  - Identifikasi masalah (Apakah ini masalahku atau masalah mereka?);
  - Segera menghadapi masalah (Kalau tidak, masalah itu akan semakin
    buruk);
  - Mengandalkan Allah;
  - Tanggung Jawab (Belajar bersikap terbuka, jujur, dan tekun berdoa
    bersama orang lain); dan
  - Antisipasi (Mengharapkan Allah menolong dan mengarahkan Anda dalam
    setiap situasi).

  DUA SUMBER KONFLIK

  Sebelum kita mulai, saya ingin menjelaskan sesuatu. Kita biasanya
  menganggap bahwa konflik disebabkan oleh seseorang atau sesuatu di
  luar diri kita. Namun, sering kali kita juga frustasi karena
  konflik-konflik internal. Kita ambil kisah Luke sebagai contoh.

  Eksternal. Luke mempunyai masalah dalam hubungan dengan rekan
  sekerja dan bosnya. Saya harus menentukan apakah memang mereka yang
  salah atau apakah Luke memiliki kelemahan tak disadari yang turut
  memicu masalah. Kami menemukan kesalahan pada kedua pihak. Luke
  memiliki beberapa kebiasaan yang sangat menjengkelkan, dan bosnya
  perlu "pencangkokan kepribadian"! Konflik berkepanjangan dengan
  orang lain merupakan sumber utama konflik eksternal.

  Internal. Luke tidak sanggup memutuskan meninggalkan pekerjaannya.
  Jadi, ia tetap mendua hati, berada di antara dua pilihan: rasa aman
  (disertai kebosanan) dan risiko (disertai kegairahan). Kondisi ini
  merupakan sumber konflik yang sangat besar, dan sikapnya terus
  memburuk selama beberapa tahun ini. Luke telah membuat komitmen
  untuk mengikuti Kristus dan hidup sebagai orang Kristen sejak kecil,
  namun secara perlahan ia menjadi orang Kristen "Minggu-an". Ia
  merasa terpisah dari Allah karena ia juga semakin dalam terlibat
  perselingkuhan dengan seorang rekan kerjanya yang sudah menikah, dan
  ini menambah kekacauan yang sudah ada.

  Kebanyakan orang yang saya tangani mengalami peperangan batin antara
  kepercayaan diri, rasa bersalah, dan ketakutan. Langkah pertama
  untuk keluar dari konflik adalah menyediakan waktu untuk dengan
  jujur dan hati-hati mengidentifikasikan sumber atau berbagai sumber
  yang sesungguhnya dari konflik yang Anda hadapi. Hal ini termasuk
  memandang diri secara positif.

  MENANGANI KONFLIK

  Dalam hidup ini, saya terbiasa menggunakan reaksi "sentakan lutut"
  (terlalu cepat bereaksi) dan pendekatan "kepala di dalam pasir"
  (bersembunyi dari masalah) untuk memecahkan konflik dalam pekerjaan.
  Berharap bahwa jika Anda mengabaikan masalah maka masalah itu akan
  berlalu adalah hal yang mudah. Reaksi manusiawi semacam ini jarang
  berhasil. Jarang sekali masalah lenyap dengan sendirinya. Dan, Anda
  juga tidak dapat mengandalkan orang lain untuk memecahkan masalah
  Anda. Ketegangan Luke mulai mencair ketika ia menyadari bahwa
  dirinya bukanlah korban. Selama itu ia justru telah memusatkan diri
  pada banyak hal yang ia anggap merupakan kesalahan atau tanggung
  jawab orang lain. Ketika ia mampu menyadari bahwa dirinya punya
  masalah dalam berkomunikasi dan mulai mengambil langkah-langkah
  perubahan, ia terkejut menemukan orang lain tiba-tiba lebih mudah
  bekerja sama dengan dirinya. Tidak, ia tidak dapat menjadi sahabat
  terbaik untuk bosnya yang sulit itu. Namun, ia mampu menjalin
  hubungan kerja yang tulus dalam sisa waktunya bekerja di tempat
  tersebut.

  Kita bukanlah pion yang dapat dimanfaatkan oleh situasi atau orang
  lain. Ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki situasi
  kerja Anda yang buruk, meskipun Anda bukan penyebabnya. Dan, sebagai
  orang Kristen, saya dapat meyakinkan Anda bahwa Allah menghargai
  orang-orang yang mencari Dia dan menantikan pertolongan-Nya dalam
  setiap situasi, juga orang-orang yang bersedia melakukan tugas yang
  harus dikerjakan karena adanya perubahan. Banyak di antara kita
  berada dalam jurang penderitaan. Kita terpaksa bertahan dalam
  konflik karena perubahan terlalu berisiko. Keluar dari jurang itu
  membutuhkan penyelesaian konflik dan peralihan ke tahap pertumbuhan
  berikutnya. Itu artinya melepaskan cara berpikir dan bertindak yang
  lama, dan bertanggung jawab atas kedewasaan diri dan kebutuhan kerja
  kita.

  Saya tidak akan mengatakan bahwa satu jawaban "cocok untuk
  semuanya". Itu mustahil karena Allah merancang kita secara unik dan
  kita memiliki pola alamiah yang berbeda dalam menangani konflik,
  perubahan dan komunikasi. Sahabat baik saya, Spike, senang menangani
  situasi dengan segera. Selama bertahun-tahun ia harus belajar untuk
  tidak terlalu cepat bertindak. Saya lebih suka menganalisis dan
  menunda setiap tindakan. Saya harus belajar untuk bisa lebih cepat
  dan tepat dalam menghadapi masalah. Intinya adalah mempelajari
  keterampilan baru yang Anda perlukan untuk menolong diri Anda
  membuat perubahan yang tepat dalam hidup Anda.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Bebas dari Konflik
  Judul Artikel: Dampak yang Lebih Luas dari Konflik
                 yang Tidak Diselesaikan
  Penulis      : Paul Tomlinson
  Penerbit     : Yayasan Media Buana Indonesia, 2001
  Halaman      : 6 - 9


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

  Adalah hal yang lumrah jika manusia selalu mendambakan keberhasilan
  dalam hidupnya. Berikut ini kami menyajikan perbincangan bersama
  Dr. Paul Gunadi tentang bahaya dari sebuah kejayaan yang selalu
  menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa.

                 -*- PENCOBAAN DI TENGAH KEJAYAAN -*-

-------
  T: Rasanya semua orang menginginkan, mendambakan keberhasilan
     atau kesuksesan di dalam kehidupannya, maksudnya secara
     jasmani mereka tentunya ingin kaya, ingin lebih dari yang lain.
     Tetapi kita pun menyadari bahwa banyak orang yang justru
     mengalami banyak masalah di dalam hidupnya pada saat dia
     mengalami kejayaan. Padahal, sebelumnya masalah-masalah tersebut
     tidak dialaminya. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi atau
     menjadi alasan timbulnya masalah tersebut?

  J: Ada beberapa penyebab timbulnya masalah, yang pertama adalah
     keangkuhan. Nah saya akan mengutip perkataan pendeta yang bernama
     Maxell Cadow. Beliau pernah ditanya mana yang lebih berbahaya,
     kejayaan atau kesusahan, dia menjawab dengan tegas kejayaan.
     Sebabnya adalah waktu kita jaya, kita cenderung berpikir bahwa
     memang kita itu hebat. Nah waktu kita berpikir memang sehebat itu
     keangkuhan mulai masuk, waktu keangkuhan mulai masuk, kita mulai
     berpikir bahwa kita ini bisa berbuat apa saja melewati batas.
     Waktu kita dalam keadaan susah kita cenderung lebih melihat diri
     kita sebagai orang yang terbatas, tidak bisa ini, tidak bisa itu
     dan sebagainya. Waktu kita makin jaya seolah-olah kita berpikir
     batas-batas itu mulai hilang, kita menjadi orang yang bisa
     melakukan banyak hal yang tadinya tidak bisa kita lakukan. Nah
     pada saat itulah kalau tidak hati-hati, dalam keangkuhan kita
     bisa melakukan banyak hal, kita melewati batas, akhirnya malah
     kita masuk ke dalam pencobaan.

-------
  T: Itu tadi cenderung pada faktor internalnya, ya, jadi pribadinya.
     Tetapi ada faktor-faktor eksternal seperti pengaruh orang-orang
     di sekitarnya yang memuji-muji dia, atau merangsang dia untuk
     melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Apakah hal itu juga menjadi
     salah satu faktor penyebab kehancuran seseorang ...?

  J: Benar sekali. Jadi orang yang jaya apalagi seorang pria
     cenderung menjadi target atau sasaran, godaan atau undangan.
     Sebab orang yang jaya adalah orang yang bisa memberikan banyak
     kepada orang-orang lain secara material. Dalam hal inilah dia
     menjadi sasaran karena dia menjadi orang yang sangat menarik,
     sangat berpengaruh bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Saya
     kira sudah merupakan kenyataan bahwa banyak orang Kristen yang
     berniat untuk tidak mengkhianati istri mereka tapi akhirnya dalam
     tugas pekerjaannya dan pergaulannya mereka masuk dalam perangkap
     dan jatuh dalam dosa perzinahan. Dan saya kira yang tadi Anda
     katakan memang betul sekali, pada masa kejayaan ada orang-orang
     yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi orang-
     orang yang sedang jaya ini.

-------
  T: Mungkin supaya kita bicara lebih konkret, dapatkah Anda
     memberikan contoh atau salah satu contoh yang ada dalam Alkitab?

  J: Saya akan membacakan Kejadian pasal 39:6-7,
        Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf
        sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang
        di rumah maupun yang di ladang, segala miliknya diserahkan
        pada kekuasaan Yusuf. Dan dengan bantuan Yusuf dia tidak
        usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya
        sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya,
        selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan
        birahi lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku."

     Tapi puji Tuhan disini dikatakan ayat 8, "tetapi Yusuf menolak."
     Yang saya tekankan di sini adalah Yusuf mulai menjadi sasaran
     dari majikannya atau istri majikannya setelah dia menjadi orang
     yang berhasil. Menarik sekali bahwa pencobaan ini atau tawaran
     atau berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap
     awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang masih tidak berhasil
     dan tidak terpandang. Tapi lama kelamaan tatkala Yusuf makin
     berhasil dan mungkin sekali disaksikan oleh orang sekitarnya
     bahwa dia adalah seorang pemuda yang berhikmat dan pandai dan
     kebetulan didukung oleh wajah yang baik ya, yang bagus. Nah
     kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri
     Potifar bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah
     seorang budak belaka, tapi seorang pria yang mempunyai kualitas
     tertentu. Nah pada saat inilah Yusuf menjadi seseorang yang
     sangat menarik dan kalau dia tidak hati-hati dia sudah jatuh
     kedalam dosa perzinahan, tapi puji Tuhan, Yusuf memang berhasil
     menolaknya.

-------
  T: Jadi bagi orang-orang yang berhasil, tantangan dari luar itu
     semakin banyak dan itu juga dipengaruhi faktor kedagingan dari
     orang itu?

  J: Betul, betul, kalau dia memang orang yang tidak bisa menguasai
     dirinya dia sudah akan masuk ke dalam perangkap tersebut. Saya
     kira hidup pada masa sekarang ini ya lebih sulit daripada dulu-
     dulu, karena kita memang harus mengakui tekanan sosial untuk
     perilaku-perilaku yang menyimpang ini makin hari makin berkurang.
     Pada zaman-zaman 50-an, 60-an, bahkan 70-an tekanan sosial untuk
     meredam perilaku menyimpang ini cukup besar, sehingga orang takut
     karena tahu ada sanksi sosial yang besar. Namun di masa sekarang
     saya kira orang makin merasa kebal dengan perilaku menyimpang ini
     dan menganggap ini sesuatu yang menyenangkan, bukan yang
     mengerikan, apalagi didukung dengan film-film atau sinetron-
     sinetron yang seolah-olah tampak sengaja atau disengaja. Saya
     tidak tahu menggambarkan betapa menggairahkannya dan menantangnya
     kehidupan ganda seperti itu atau kehidupan menyimpang seperti
     itu. Kalau mempunyai simpanan, jatuh cinta dengan orang lain
     selain istri kita, atau jatuh cinta dengan pria lain selain suami
     kita, itu merupakan suatu pengalaman yang benar-benar
     menggairahkan, suatu petualangan yang menarik. Nah, saya kira
     akhirnya seperti ini: melonggarnya tekanan sosial dan juga
     kerohanian yang tidak begitu kuat akan menjerumuskan seorang yang
     sedang jaya masuk ke dalam perangkap perzinahan.

-------
  T: ... Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu terjadi?

  J: Itu pertanyaan yang bagus. Adakalanya seseorang yang jatuh ke
     dalam pencobaan mencoba merunut-runut ke belakang kenapa saya
     jatuh ke dalam pencobaan. Celakanya, setelah merunut ke belakang
     akhirnya berkesimpulan Tuhanlah yang menyebabkan saya jatuh. Nah
     kenapa orang sampai berkesimpulan seperti itu karena orang itu
     berkata atau orang-orang ini berkata, kalau Tuhan tidak membuka
     jalan, saya tidak akan bertemu dengan orang tersebut. Kalau Tuhan
     tidak mempertemukan kami tidak mungkin kami akan bisa bertemu,
     kalau dia tidak menunjukkan itikad tertarik kepada saya, saya
     juga nggak akan memberikan inisiatif, menyambutnya dan
     sebagainya. Jadi segalanya memang di lihat dari sudut Tuhan tapi
     setelah jatuh ke dalam pencobaan seperti Daud ya. Yusuf
     mengaitkan segalanya dengan Tuhan sebelum datang pencobaan, nah
     pertanyaannya apakah Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Saya
     percaya, Tuhan tidak merancang, Tuhan tidak menghendaki manusia
     jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak merencanakan hal itu terjadi,
     ya, Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa, tidak. Tapi Tuhan
     mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen,
     alasannya satu dan yang saya mau tekankan di sini adalah dalam
     konteks kejayaan. ... Jadi kita melihat bahwa kejayaan dan
     pencobaan berdampingan.

     Nah kenapa Tuhan mengizinkan. Saya berkeyakinan Tuhan mengizinkan
     pencobaan mendatangi orang Kristen, nomor satu supaya Tuhan bisa
     menguji kita, apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas
     eksternal atau jasmani kita. Apakah kerohanian kita sejaya
     kemenangan jasmani kita, nah apakah kekuatan internal atau rohani
     kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita itu saya kira
     yang pertama. Dan yang kedua saya kira Tuhan membiarkan atau
     mengizinkan pencobaan datang, supaya melalui itu Tuhan membentuk
     kita, supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan
     Tuhan kita, saya kira itu intinya.

-*- Sumber -*-
  [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
    No.  50A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
    -- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset ini lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke:  < owner-i-kan-konsel@xc.org >
    -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
       dapat Anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
   ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/    [01 Nov 2001]


*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*--*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

  "Pertolongan Pada Masanya" merupakan salah satu topik yang diambil
  dari Pengantar/Alkitab yang diterbitkan untuk Gideon Internasional.
  Dengan ini Anda akan ditolong untuk mengerti maksud dan kehendak
  Tuhan dalam kehidupan Anda.

                   -*- PERTOLONGAN PADA MASANYA -*-
                      (HELPS IN TIMES OF NEEDS)

  Filipi 4:6,7       Damai pada Masa Kegelisahan
                     (Peace)

  Yohanes 14:6       Jalan Keselamatan
  Kisah 16:31        (Salvation)
  Roma 10:9

  1Yohanes 1:7-9     Keampunan pada Masa Kesesatan Lagi
  Mazmur 51:1-19     (Forgiveness)

  Ibrani 13:5,6      Keberanian pada Masa Ketakutan
  Efesus 6:10-18     (Courage)

  Yakobus 1:12-16    Kekuatan pada Masa Pencobaan
  1Korintus 10:6-13  (Strength)

  2Korintus 12:8-10  Kelepasan pada Masa Sengsara
  Ibrani 12:3-13     (Trials)

  2Korintus 1:3-5    Penghiburan pada Masa Kedukaan
  Roma 8:26-28       (Consolation)

  Galatia 5:19-21    Peringatan pada masa Acuh tak Acuh
  Ibrani 10:26-31    (Warning)

  Mazmur 91:1-16     Perlindungan pada Masa Bahaya
  Mazmur 121:1-8     (Protection)

  Yakobus 1:5,6      Pimpinan pada Masa Keputusan
  Amsal 3:5,6        (Guidance)

  Matius 11:28-30    Sentosa pada Masa Kelelahan
  Mazmur 23:1-6      (Rest)

-*- Sumber -*-
  CD-SABDA  : Topik 05003  Pengantar dari Gideon Internasional
              Topik 05009  Topik: Bacaan Alkitab (8 Bagian)
              Topik 05010  A. Pertolongan Pada Masanya


*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

               -*- MENANGANI KONFLIK SECARA PRAKTIS -*-

  Menurut Dr. Robby I. Chandra dalam bukunya yang berjudul "Konflik
  dalam Hidup Sehari-hari", langkah pertama di dalam pelaksanaan
  penanganan konflik ialah penyelenggaraan dan pengendalian cara
  berkomunikasi. Yang sepatutnya dituju dan dihasilkan oleh kedua
  pihak yang berkonflik adalah menggunakan 'descriptive speech', atau
  penggunaan cara komunikasi yang lebih menggambarkan kenyataan
  daripada yang memberikan penilaian. Salah satu sifat 'descriptive
  speech' ialah cenderung memperkecil ketidakpastian. Berikut ini
  adalah penjelasan lebih lanjut:

  Carl Rogers berpendapat bahwa tiap orang cenderung untuk menghakimi
  dan menilai orang lain. Karena itu setiap orang mudah membangun
  rintangan terhadap komunikasi yang efektif. Dengan demikian kita
  perlu menyadari bahwa bila kita bermaksud menangani konflik dengan
  baik, kita harus memilih kata-kata dan susunan kalimat secara
  terencana.

  Strategi untuk menjalankan hal tersebut bertumpu pada faktor-faktor
  di bawah ini:
     1. Mengakui pendapat dan perspektif diri sendiri
     2. Menyampaikan topik masalah dengan jelas dan rinci
     3. Memperhatikan dan mengendalikan semantik
     4. Memperhatikan rintangan semantik
     5. Memperhatikan pemilihan sintaks


  1. Mengakui pendapat dan perspektif diri sendiri
  ------------------------------------------------
  Seringkali di dalam proses konflik, salah satu pihak berbicara dan
  menyampaikan pendapat seakan-akan mewakili orang lain. Misalnya:
  "Maaf ya, Pak. Seluruh karyawan di pabrik ini tidak bisa menerima
  cara wakil Bapak memimpin kami." Pernyataan serupa itu atau suatu
  pernyataan yang disampaikan dengan cara serupa itu akan segera
  memancing sikap bertahan dari lawan bicaranya. Orang akan segera
  merasa diserang oleh banyak orang, karenanya ia harus mempertahankan
  diri. Cara yang lebih baik adalah, "Maaf Pak, bila Bapak tidak
  berkeberatan saya ingin menyampaikan bahwa pada hemat saya
  kepemimpinan wakil Bapak tidak bisa diterima oleh rekan-rekan saya
  dan saya sendiri." Tentunya, respons dari pihak lain tetap dapat
  merupakan suatu respons yang bersifat negatif. Namun sekurang-
  kurangnya suatu ketidakpastian telah dikurangi dengan pernyataan
  yang jujur dan terbuka seperti itu.

  2. Menyampaikan topik masalah dengan jelas dan rinci
  ----------------------------------------------------
  Di dalam membicarakan suatu masalah atau topik seringkali orang-
  orang, khususnya di Asia, terjebak ke dalam generalisasi-
  generalisasi. Mereka sudah memahami apa yang mereka maksudkan, namun
  lalai menyadari bahwa orang lain mungkin hanya memahami sebagian
  kecil dari pemaparan mereka karena generalisasi tersebut. Contohnya:
  Seorang bos bertanya, "Apakah masalah yang pelik tersebut dapat
  ditangani dengan baik?" Yang tidak jelas dari pertanyaan tersebut
  ialah pengertian 'ditangani dengan baik' yang digunakan oleh seorang
  bos.

  Walaupun budaya atau situasi politik Indonesia di masa lalu seakan-
  akan menuntut orang untuk berbicara sesamar mungkin, namun dari
  sudut penyelesaian konflik, pernyataan atau situasi yang dapat
  ditafsirkan ke segala arah akan memperbesar kemungkinan timbulnya
  masalah-masalah lain. Hal ini disebabkan karena kecenderungan
  manusia untuk menafsirkan hal-hal yang tidak diketahui secara
  negatif. Dengan demikian sebaiknya kalimat "Masalah yang pelik
  tersebut ...." direvisi menjadi "Apakah masalah yang pelik tersebut
  dapat ditangani dengan cepat sebelum akhir bulan?" atau "Apakah
  masalah yang pelik tersebut dapat ditangani dengan memberhentikan
  kasir itu?" Revisi serupa itu menolong untuk membuat komunikasi si
  bos dipahami dengan rinci sehingga tercegah kesalah-pahaman.

  3. Memperhatikan dan mengendalikan semantik
  -------------------------------------------
  Masalah pemilihan kata di dalam suatu komunikasi akan menentukan
  suatu penyelesaian konflik. Seperti telah dijelaskan di dalam
  pembukaan tentang metafor, pemilihan kata pada dasarnya
  mengungkapkan pikiran kita, bahkan cara kita memahami dunia. Suatu
  contoh dari pengungkapan itu nyata ketika di dalam suatu penanganan
  konflik dipergunakan kalimat-kalimat di bawah ini:
     - Anda mencoba men-torpedo program kami.
     - Anda membabat habis anggaran yang kami usulkan.
     - Saya ingin memusnahkan cara pikir seperti itu.

  Dengan mudah kita tangkap bahwa orang yang menggunakan kalimat-
  kalimat tersebut memiliki pola pikir yang berorientasi pada
  "persaingan", "kekerasan", dan "penghancuran". Ia memandang konflik
  atau kritik sebagai suatu "perang", sehingga memperlakukannya
  sedemikian rupa dengan kata-kata dan sikapnya. Tentu saja,
  penanganan konflik yang efektif akan sulit dilaksanakan bila
  pemilihan kata yang terjadi seperti itu.

  4. Memperhatikan rintangan semantik
  -----------------------------------
  Selain pemilihan kata, di dalam komunikasi untuk penanganan konflik,
  perlu juga disadari bahaya penggunaan bahasa pasar/slang/prokem,
  stereotype dan ungkapan-ungkapan otomatis. Ketika hal itu
  mempertajam pembedaan antara seorang dengan orang lain secara
  negatif.

  Slang atau bahasa pasar adalah penggunaan istilah-istilah atau cara
  berbahasa yang digunakan hanya oleh kalangan tertentu. Misalnya:
  nyokap (ibu), bokap (bapak), mejeng (berdiri menunggu), ngeceng,
  cabut (pergi). Penggunaan kata serupa itu di dalam suatu komunikasi
  dapat ditafsirkan bahwa si pembicara memandang rendah lawan
  bicaranya. Mengapa? sebab tata krama dan sopan santun seakan-akan
  ditiadakan dengan sengaja. Hal itu lebih terasa bila dilakukan di
  dalam lingkungan yang resmi.

  Stereotype adalah menyampaikan hal-hal yang diasumsikan sebagai hal
  yang diterima atau dianut bersama. Stereotype dapat berwujud sebagai
  stereotype tentang jenis kelamin, ras, agama, atau kelompok
  tertentu. Misalnya di tengah hangatnya suatu perdebatan mendadak
  timbul ungkapan, "Saya kira kita tidak ingin mengambil cara
  berbisnis seperti yang dilakukan oleh Tionghoa." Ungkapan ini didasarkan
  oleh suatu asumsi bahwa semua orang mengenal apa itu bisnis gaya
  Tionghoa. Selanjutnya diasumsikan pula bahwa semua yang hadir memandang
  gaya tersebut secara negatif. Dengan mudah kita lihat bahwa suatu
  bahasa yang penuh dengan stereotype tidak akan pernah memberikan
  deskripsi yang efektif, namun memberikan penilaian. Bahaya
  penggunaan stereotype terletak pada hal-hal berikut:
     1. Asumsi bahwa semua orang sepaham.
     2. Asumsi tersebut tidak lagi diuji benar atau salahnya.

  Di samping slang dan stereotype, penggunaan ungkapan otomatis juga
  sangat menghambat komunikasi di dalam penanganan suatu konflik
  karena slang tersebut dapat ditafsirkan sebagai adanya kecurigaan
  atau keraguan. Mehrabian mendapatkan tiga jenis ungkapan otomatis
  tersebut, yaitu:
     1. Pengisi
     2. Ekor tanya
     3. Istirahat
  Pengisi adalah kata-kata yang secara linguistik tidak memiliki suatu
  penggunaan di dalam isi berita. Contohnya:
     - Saya kira, mmm, hal itu harus mm ...
     - Kita harus belajar untuk, Anda tentu paham, survive.
     - Bagaimana juga, gimana ya, kita harus mencapai, gimana ya,
       sasaran pekerjaan itu.

  Kata-kata ini memperkecil keeratan hubungan antara si pembicara
  dengan berita yang disampaikan sehingga efektivitas dari berita itu
  berkurang. Ekor tanya ialah kata-kata yang diletakkan di akhir
  kalimat sebagai usaha untuk menularkan pendapat mereka. Hal ini
  cenderung mengakibatkan persetujuan atau bantahan dari lawan bicara.
  Walaupun hal ini dapat berguna di dalam suatu komunikasi, dapat juga
  terjadi bahwa orang yang dipaksa untuk memberi respons merasa
  terganggu dengan usaha tersebut. Hal yang terakhir adalah istirahat.
  Penggunaan saat hening sebagai istirahat dapat mengganggu karena
  membuat lawan bicara mendapat kesan bahwa ada topik yang tidak ingin
  dibicarakan, bahkan disembunyikan, atau ada ketidakpastian yang
  besar. Contoh: "Saya kira ... baik juga untuk ... kita ...."

  Secara umum ketiga hal tersebut membuat munculnya ketidakpastian dan
  menghasilkan kesan bahwa pada komunikasi tersebut terdapat
  ketidakjujuran atau hal-hal yang disembunyikan.

  5. Memperhatikan pemilihan sintaks
  ----------------------------------
  Pemilihan sintaks perlu diperhatikan terutama penggunaan ancaman,
  humor yang berisi ejekan, atau pertanyaan yang sarkastis.

  Ancaman.
  Berbagai pernyataan dalam kalimat memperlihatkan aliran gagasan di
  antara orang. Salah satu di antaranya ialah penggunaan ancaman.
  Ancaman tersebut mungkin dilontarkan dalam pernyataan yang jelas dan
  terbuka, misalnya "Bila Anda tidak memindahkan mobil itu, saya akan
  membakarnya." Kerapkali ancaman juga disampaikan secara terselubung.
  "Perusahaan kami tidak terlalu senang terhadap karyawan-karyawan
  yang segan melakukan tugas lembur." Peneliti seperti Gibb atau
  Hocker dan Wilnet mengamati bahwa suatu ancaman menghasilkan sasaran
  yang positif. Sebabnya cukup nyata, yaitu bahwa ancaman membuat
  orang mendukung sikap bertahan.

  Humor yang berisi ejekan dan sarkasme.
  Walaupun ancaman menceritakan perasaan tak enak, namun sekurang-
  kurangnya tujuannya jelas. Sebaliknya bila disampaikan humor yang
  berisi ejekan dan permusuhan, suasana yang dihasilkan lebih sulit
  diramalkan. Salah satu pihak harus menduga-duga kedalaman unsur
  negatif di dalam apa yang ia dengar. Namun hasilnya cukup dapat
  diramalkan, yaitu adanya sesuatu yang segera lenyap di dalam
  komunikasi, yaitu kejujuran.

  Pertanyaan yang sarkatis.
  Bila seseorang mengucapkan pertanyaan yang merupakan dakwaan, atau
  usaha mencari kesalahan secara negatif, akibat yang ditimbulkan
  ialah sikap defensif. Contohnya, "Apakah Anda tidak mau memikirkan
  orang lain dan sering bertindak semau diri sendiri?" Pertanyaan
  serupa ini dengan mudah memancing jawab yang sejenis, "Cuma orang
  tolol yang bertindak semau gua. Atau mungkin pertanyaan itu sendiri
  adalah pertanyaan yang tolol!" Pertanyaan yang berisi penilaian
  negatif dan sarkastis sering merupakan alat tercepat yang
  mengobarkan konflik lebih luas.

-*- Sumber -*-:
  Judul Buku   : Konflik dalam Hidup Sehari-hari
  Judul Artikel: Menangani Konflik Secara Praktis
  Penulis      : Robby I. Chandra
  Penerbit     : Penerbit Kanisius, 1992
  Halaman      : 116 - 122


*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  From: "HENOCH WILIANTO" <maranatha@>
  >Bagaimana caranya agar saya mendapatkan transkripsi kaset-kaset
  >Telaga? Mohon informasi.
  >
  >Salam,
  >Pdt. Henoch Wilianto H.
  >GBI Maranatha Surabaya

  Redaksi:

  Untuk mendapatkan transkrip kaset Telaga caranya mudah. Silakan
  Anda kirim surat ke Redaksi dan sebutkan nomor-nomor kaset Telaga
  yang Anda inginkan (khusus yang telah ditampilkan dalam edisi-edisi
  e-Konsel) dan Redaksi akan mengirimkan transkrip kaset Telaga
  kepada Anda.

e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Yulia O., Lani M., Ka Fung
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2002 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org