Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-konsel/19

e-Konsel edisi 19 (1-7-2002)

Komunikasi

><>                  Edisi (019) -- 01 Juli 2002                  <><

                              e-KONSEL
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
        Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Daftar Isi:
    - Pengantar            : Komunikasi
    - Cakrawala            : Gaya Komunikasi
    - Telaga               : Komunikasi Suami Istri ( 16A)
    - Bimbingan Alkitabiah : Hambatan Komunikasi
    - Tips                 : Menumbuhkan Hubungan Interpersonal
                               dalam Komunikasi Interpersonal
    - Surat                : Tanggapan tentang Artikel Depresi

*REDAKSI -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- REDAKSI*

                    -*- PENGANTAR DARI REDAKSI -*-

  Pada kesempatan edisi ini tema yang dipilih oleh Redaksi adalah
  tentang "Komunikasi". Komunikasi adalah kegiatan yang paling penting
  dalam hubungan sosial antar manusia. Jika kegiatan komunikasi ini
  terhambat atau mengalami masalah maka tak dapat dielakkan akan
  terjadi juga masalah dalam hubungan mereka. Artikel yang kami
  sajikan dalam edisi ini akan menolong kita untuk memahami lebih jauh
  gaya-gaya dalam berkomunikasi dan bagaimana gaya-gaya tsb. dapat
  menimbulkan masalah. Selain itu disajikan juga bahan-bahan lain yang
  dapat menolong kita memperbaiki komunikasi, termasuk komunikasi
  antara suami dan istri.

  Selamat berkomunikasi!

  Dalam kasih-Nya
  Staf Redaksi

*CAKRAWALA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* CAKRAWALA*

                        -*- GAYA KOMUNIKASI -*-
                         Oleh: Dr. Paul Gunadi

  Ada orang-orang tertentu yang seolah-olah dilahirkan untuk menjadi
  orang yang sukses dalam pergaulan. Dengan mudahnya mereka dapat
  menjalin persahabatan setiap bertemu dengan teman yang baru. Bukan
  itu saja, persahabatan mereka pun biasanya bertahan sampai kekal.
  Sebaliknya, ada pula orang-orang yang justru mengalami kesukaran
  dalam pergaulan. Tema "disalah mengerti" merupakan tema pokok hidup
  mereka meski mereka tak henti-hentinya berusaha mengoreksi diri.
  Banyak faktor yang terlibat yang menyebabkan keberhasilan atau
  kegagalan kita dalam pergaulan, salah satunya adalah gaya kita
  berkomunikasi.

  Tanpa kita sadari, sebenarnya gaya komunikasi itu sendiri adalah
  bagian dari isi berita yang kita komunikasikan. Pada umumnya orang
  yang sukses dalam pergaulan bukan saja memahami dampak gaya
  komunikasinya pada orang lain, ia pun telah berhasil mengubahnya
  menjadi gaya komunikasi yang luwes dan menyenangkan. Gaya
  komunikasinya bukan saja tidak mengganggu isi berita yang ingin ia
  sampaikan, malah gayanya yang luwes itu menambah kekuatan atau
  bahkan adakalanya melengkapi kekurangan isi berita yang ingin ia
  kemukakan. Di bawah ini saya mencoba menjabarkan TUJUH GAYA
  KOMUNIKASI YANG TIDAK SEHAT. Mudah-mudahan dapat menolong kita
  memperbaiki keterampilan yang sangat penting ini.

  Gaya 1: Si Penganggap
  ---------------------
  Ungkapan yang biasanya terlontar dari dirinya adalah, "Saudara
  seharusnya sudah mengerti maksud saya." Si Penganggap umumnya
  melakukan satu kesalahan yang cukup serius dalam komunikasi, yakni
  menganggap orang lain pasti memahami isi hatinya. Sebelum kita
  menganggap orang lain sudah menangkap maksud kita, kita perlu
  mengecek ulang, apakah benar ia sudah memahami pembicaraan kita.
  Gaya komunikasi seperti ini acap kali membuahkan kekecewaan dan
  bahkan kemarahan.

  Gaya 2: Si Sepenggal
  --------------------
  Orang ini berpikir, "Bukankah sudah saya katakan semuanya itu?!"
  namun sesungguhnya yang terjadi adalah ia memang belum mengemukakan
  seluruh pikirannya -- baru sepenggal saja. Sewaktu kita berbicara,
  kecepatan pikiran kita bergerak dari satu topik ke topik yang
  lainnya tidaklah sama dengan kecepatan lidah kita mengungkapkan isi
  pikiran itu sendiri. Bagi Si Sepenggal, pikirannya bergerak telalu
  cepat atau lidahnya terlalu lamban sehingga maksud hatinya tidak
  tertuang sepenuhnya melalui bahasa ucapan. Masalahnya ialah, ia
  tidak menyadari hal ini, sehingga dalam benaknya, ia sudah
  mengatakan semua yang ingin ia sampaikan. Si Sepenggal rentan
  terhadap frustasi karena komunikasinya menjadi terpotong-potong dan
  sudah tentu, membuka pintu terhadap kesalahpahaman.

  Gaya 3: Si Peremeh
  ------------------
  Ucapan Si Peremeh pada umumnya ditandai dengan kalimat sejenis ini,
  "Kenapa tidak mengerti-mengerti?" atau "Memang bodoh kamu!" Si
  Peremeh memiliki satu masalah yang lumayan serius yakni ia
  memperlakukan semua orang sama seperti dirinya. Alhasil, apabila
  orang lain tidak bisa mengikuti kemauan atau pikirannya, ia pun
  marah. Sewaktu marah, bukannya ia melihat bahwa memang orang lain
  berbeda dengannya, ia justru memandang perbedaan sebagai kekurangan
  di pihak orang lain. Gaya komunikasi ini cenderung merusakkan
  hubungan dengan orang lain. Siapa saja yang pernah disakitinya akan
  menjaga jarak karena tidak mau terluka lagi.

  Gaya 4: Si Penyenang
  --------------------
  Si Penyenang mempunyai satu misi dalam hidupnya, yakni menyenangkan
  hati semua orang. Akibatnya, tema seperti ini sering keluar dari
  bibirnya, "Saya akan lakukan apa saja bagimu asal kamu bahagia."
  Bicara dengan Si Penyenang memang bisa menyenangkan karena ia akan
  mengangguk-angguk saja, namun biasanya gaya komunikasi ini dapat
  mendangkalkan relasi pribadi. Sukar sekali untuk mengetahui hati Si
  Penyenang karena ia tidak terbuka. Ketidakterbukaannya itu juga
  cenderung membuatnya menumpuk semua perasaan dalam hati. Kalau tidak
  tertahankan, ia mudah menjadi orang tertekan dan tidak bahagia.

  Gaya 5: Si Pelupa
  -----------------
  Kita bisa lupa dan adakalanya sengaja melupakan peristiwa tertentu.
  Malangnya, Si Pelupa lupa dan melupakan terlalu banyak hal dan
  frekuensinya terlalu sering. Ia acap kali berujar, "Tidak, saya
  tidak mengatakan hal itu." Namun kenyataannya ialah ia mengatakan
  hal tersebut. Baik lupa atau melupakan informasi yang akhirnya
  dibutuhkan oleh orang lain cenderung melemahkan kepercayaan orang
  pada dirinya sendiri. Orang lain dapat membentuk anggapan bahwa Si
  Pelupa meremehkan atau bisa juga, orang lain menilai bahwa Si Pelupa
  tidak tulus. Ini bahaya! Komunikasi sangat bergantung pada
  kepercayaan; tanpa itu, yang mendengar adalah suara belaka.

  Gaya 6: Si Pendebat
  -------------------
  Repot juga berkomunikasi dengan Si Pendebat karena pembicaraan
  dengannya cenderung menjadi arena balapan kebenaran. Perhatikan kata-
  kata yang biasanya keluar dari mulutnya, "Apa benar saya berkata
  demikian? Apa kamu yakin? Bagaimana dengan dirimu sendiri?" Si
  Pendebat kaya dengan kata-kata dan gaya berkomunikasinya mirip
  dengan taktik menyerbu orang lain dengan bombardemen kata-kata. Si
  Pendebat cenderung melemparkan fokus masalah ke pihak lawannya
  sehingga ia bebas dari kesulitan. Gaya komunikasi ini bisa
  menimbulkan rasa tidak suka dan jenuh pada orang lain karena bicara
  dengannya membuat diri merasa diserang. Lebih jauh lagi, Si Pendebat
  akhirnya membuat orang beranggapan bahwa ia senantiasa mengelak dari
  tanggung jawabnya.

  Gaya 7: Si Talenan
  ------------------
  Rasa iba, kasihan, simpati adalah beberapa kata yang sering
  diasosiasikan dengan Si Talenan karena perasaan-perasaan seperti
  itulah yang timbul tatkala melihatnya. Si Talenan selalu menyediakan
  dirinya menjadi sasaran tudingan orang lain tanpa benar-benar
  menyadari di mana letak kesalahannya (kalau memang ada). Ucapan
  seperti ini cenderung muncul dari bibirnya, "Betul, memang saya yang
  salah dan sudah sepantasnya dimarahi." Masalahnya ialah, ia
  melakukan itu karena tidak berani atau berkekuatan memperhadapkan
  orang lain dengan kebenaran. Ia tidak suka keributan dan baginya
  silang pendapat tidaklah bijaksana, jadi, harus dihindarkan. Gaya
  komunikasi ini sangat merugikan dirinya dan bisa mengundang
  penghinaan dari orang lain. Orang lain semakin berani berbuat
  sekehendak hatinya tanpa mempedulikan perasaannya. Namun, bukankah
  ia jugalah yang memulainya?

  Dari penjelasan di atas kita melihat bahwa gaya komunikasi dapat
  memancarkan kepribadian kita yang sesungguhnya, namun bisa pula
  merupakan gaya yang dipelajari. Adakalanya untuk mendapatkan
  penerimaan dari orang lain, kita terpaksa mengikuti gaya komunikasi
  yang tertentu. Atau kita belajar dari keluarga kita sendiri sehingga
  kita menganggap gaya komunikasi kita dipahami semua orang, alias
  universal. Jika gaya komunikasi kita memang merupakan buah
  kepribadian sendiri, sudah tentu perlu koreksi. Obat penawarnya ada
  beberapa, misalnya meminta tanggapan orang lain. Mungkin kita dapat
  memeriksa ucapan-ucapan kita dengan lebih teliti dan menanyakan,
  apa kira-kira yang orang lain rasakan (bukan kita, sebab kalau kita,
  mungkin sekali kita tak merasa apa-apa karena sudah terbiasa)
  tatkala mendengar kata-kata kita. Kita rela membayar mahal dan
  menanamkan waktu yang panjang untuk pendidikan kita; ironisnya, kita
  sering tidak bersedia membayar mahal untuk belajar menyehatkan gaya
  komunikasi kita. Memang, adakalanya hal yang penting tampaknya
  sederhana.

-*- Sumber -*-:
  Buletin PARAKALEO, Departemen Konseling Sekolah Tinggi Theologi
  Reformed Injili Indonesia, Vol.II/No.4/Edisi Oktober-Desember 1995


*TELAGA *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TELAGA*

  Mengapa komunikasi suami istri itu penting? Bagaimana seharusnya
  suami istri membangun komunikasinya?  Untuk mengetahui jawabannya,
  marilah kita menyimak uraian Dr. Paul Gunadi tentang Komunikasi
  Suami Isteri dalam tanya jawab berikut ini:

                   -*- KOMUNIKASI SUAMI ISTERI -*-

-------
  T: Kita memang menyadari bahwa salah satu bagian di dalam kehidupan
     suami istri atau hubungan pernikahan adalah komunikasi. Tetapi
     juga disadari bahwa itu bukan sesuatu hal yang mudah,
     seringkali terjadi benturan-benturan didalam kita berkomunikasi
     dengan pasangan kita. Nah pada kesempatan ini kita akan membahas
     bagaimana sebenarnya suami-istri itu harus membangun
     komunikasinya. Apa sebenarnya komunikasi itu?

  J: Sebetulnya satu prinsip komunikasi yang paling penting yaitu
     KEJELASAN. Jadi apakah saya berhasil berkomunikasi atau tidak,
     diukur dari apakah yang saya katakan didengar dan dipahami dengan
     jelas oleh lawan bicara saya. Meskipun saya ini pandai berorasi
     namun kalau yang ingin saya sampaikan tidak diterima persis sama
     dengan yang saya kehendaki maka saya telah gagal berkomunikasi.
     Nah ternyata hal komunikasi bukanlah hal yang mudah, apalagi
     kalau dikaitkan dalam konteks rumah tangga. Ternyata salah satu
     ciri keluarga yang bermasalah adalah rusaknya komunikasi di
     antara suami dan istri. Ada lagi yang malah lebih jauh yakni
     rusaknya komunikasi antara orangtua dan anak-anak mereka.

-------
  T: Apakah perlu seseorang itu mengkomunikasikan secara utuh apa yang
     ada di dalam hatinya? apakah perlu keterbukaan total?

  J: Saya kira tidak. Kita perlu bijaksana apa yang perlu kita
     sampaikan saat ini. Saya garis bawahi kata "saat ini" sebab tidak
     semua hal cocok disampaikan saat ini. Tidak semua hal, itu
     prinsip pertamanya. Prinsip kedua adalah kita tidak boleh
     berbohong untuk menutupi suatu hal yang memang telah terjadi.
     Jadi kita jangan menggunakan kebohongan untuk melindungi diri
     atau untuk menyelamatkan diri atau untuk memecahkan problem kita,
     jadi itu prinsip yang kedua. Nah, jadi yang saya maksud kalaupun
     kita tidak menceritakan, itu bukan berarti kita sedang mencoba
     menutupi suatu fakta dari pasangan kita atau sedang mencoba
     menyelamatkan diri atau kita berpikir dengan berbohong kita akan
     memecahkan problem ini. Itu tidak boleh, sebab memang Tuhan
     melarang kita untuk berbohong. Nah kita tidak menyampaikan yang
     kita alami atau rasakan atau pikirkan semuanya kepada pasangan
     kita saat ini artinya adalah kita selalu menimbang apakah memang
     inilah waktu yang cocok untuk membicarakan hal ini. Apakah memang
     dia siap mendengar yang ingin saya katakan, apakah ini hanya
     untuk memuaskan hasrat saya saja dan saya tidak peduli dampaknya
     pada pasangan saya. Jadi dalam komunikasi kita perlu
     mempertimbangkan semua faktor itu, sebab sekali lagi kita tidak
     hidup untuk diri kita. Tuhan pun meminta kita selalu menimbang
     orang lain pula.

-------
  T: Sebenarnya pokok-pokok pembicaraan apa yang bisa membangun
     kehidupan pernikahan kita? Apakah ada pokok-pokok pembicaraan
     yang memang perlu untuk dibicarakan oleh suami istri?

  J: Saya kira tidak ada hukumnya atau aturannya, berapa banyak atau
     hal-hal apa saja yang bisa dibicarakan, saya kira berapa dalam
     dan berapa luas percakapan itu akan dipengaruhi oleh berapa dekat
     hubungan kita. Kalau hubungan sangat akrab maka hal itu akan
     memperluas topik percakapan. Jadi apa saja bisa kita bicarakan.
     Pengalaman hidup bersama juga penting dalam pembicaraan kalau si
     istri terputus dari si suami dalam pengalaman hidupnya. Kadang
     suami bekerja dari pagi sampai malam sehingga jarang cerita
     tentang pekerjaannya dengan si istri. Nah karena si istri
     tidak membagi hidup dengan si suami dalam hal pekerjaan,
     akibatnya tidak bisa berbicara secara luas juga. Jadi berapa
     banyak yang bisa dibicarakan dan berapa dalamnya komunikasi
     tergantung pada dua hal itu, yaitu berapa dekatnya hubungan suami
     istri dan berapa seringnya mereka berbagi pengalaman hidup ini.

-------
  T: Apakah ada hal-hal lain yang bisa diupayakan oleh suami istri
     supaya komunikasi itu bertambah baik dari hari ke hari?

  J: Ada. Komunikasi juga sangat dipengaruhi oleh rasa percaya kita
     pada pasangan. Apakah kita percaya bahwa ketika pasangan kita
     berkata A memang A-lah yang ingin dia sampaikan? Kalau sudah ada
     kecurigaan "Engkau bicara A karena engkau ingin mendapatkan B,"
     nah itu berarti masalahnya bukan lagi di komunikasi, namun sudah
     menyangkut masalah kepercayaan dan ini adalah hal yang lebih
     serius. Berarti kita tidak lagi bisa percaya pada kemurnian,
     kejujuran atau motivasi pasangan kita. Kalau ini terjadi, memang
     kita harus kembali kepada hal-hal yang lebih mendasar. Apa yang
     telah terjadi dalam hubungan kita sehingga kita tidak lagi bisa
     percaya pada pasangan kita ini. Apakah kita pernah merasa
     tertipu? Adakalanya kita akhirnya sangat berhati-hati ketika
     pasangan kita berkata-kata karena kita takut terjebak, kita takut
     menceritakan kelemahan kita sebab kelemahan ini bisa dipegangnya
     untuk menyerang kita kembali. Jadi komunikasi sangat dipengaruhi
     oleh rasa percaya. Berbahagialah pernikahan yang memiliki rasa
     percaya yang kuat, kalau itu tidak ada, biasanya hal berikutnya
     yang akan rontok adalah komunikasi antara dua orang itu.

-------
  T: Jadi komunikasi memang sesuatu hal yang tidak mudah, tetapi saya
     rasa kita perlu terus-menerus belajar dalam hal berkomunikasi.
     Apakah ada bagian dalam Firman Tuhan yang ingin Bapak sampaikan?

  J: Saya akan ambil dari Efesus 4:15, "tetapi dengan teguh berpegang
     kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala
     hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." Terjemahan bahasa
     Inggrisnya lebih bagus yaitu "Speak the Truth in love." Kita
     bertumbuh ke arah Kristus, tapi syaratnya adalah bicaralah hal
     yang benar di dalam Kristus dan dalam kasih.

-*- Sumber -*-:
  [[Sajian kami di atas, kami ambil dari isi salah satu kaset TELAGA
    No.  16A, yang telah kami ringkas/sajikan dalam bentuk tulisan.]]
    -- Jika anda ingin mendapatkan transkrip seluruh kaset T16A lewat
       e-Mail, silakan kirim surat ke:  < owner-i-kan-konsel@xc.org >
    -- Informasi tentang pelayanan TELAGA/Tegur Sapa Gembala Keluarga
       dapat anda lihat dalam kolom INFO edisi e-Konsel 03 dari URL:
    ==>  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/003/    [01 Nov 2001]

*BIMBINGAN *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* ALKITABIAH*

                    -*- HAMBATAN KOMUNIKASI -*-

  Ahli sosiologi, negarawan, penasehat pernikahan, banyak golongan
  yang berbeda-beda, sependapat bahwa dewasa ini kebutuhan terutama
  adalah komunikasi yang sunguguh-sungguh. Teknologi semakin
  meningkat, buku-buku bertambah banyak disegala bidang. Tetapi
  komunikasi orang dengan lainnya mungkin tidak pernah sedangkal
  seperi sekarang ini.

  Komunikasi manusia tidak lagi berdasarkan kebenaran. Jurang pemisah
  bukan hanya pada politik, pada usaha periklanan, tetapi juga di
  dalam gereja Yesus Kristus. Semua persoalan komunikasi berakar di
  Taman Eden. Allah memilih untuk mengadakan hubungan yang sangat
  intim dengan manusia yang Ia ciptakan menurut gambar-Nya sendiri
  sebagai mahluk yang dapat berkomunikasi. Adam berkomunikasi secara
  pribadi dengan menggunakan bahasa.

  Dalam keadaan yang demikian sempurna Iblis menawarkan hambatan
  komunikasi yang pertama dengan mengusahakan keraguan terhadap Firman
  Allah. Bapa pembohong itu bertanya, "Tentulah Allah berfirman....?"
  Ia bertanya dan ini merupakan pertanyaan pertama dalam sejarah.
  Manusia mendengar dan bertanya pula. Iblis menantang dan
  membengkokkan Firman Allah.

  Ketika Adam dan Hawa jatuh, maka komunikasi dengan Allah dan
  sesamanya retak. Manusia sebagai mahluk berkomunikasi yang
  membutuhkan orang lain, mulai mengalami penderitaan karena hubungan
  yang ia butuhkan itu terputus. Oleh karena hubungan sosialnya rusak,
  manusia mulai menderita keterasingan, dan mulai memperlihatkan hal
  itu dalam tingkah lakunya.

  Di dalam pembimbingan, sebagian besar persoalan yang kita hadapi
  sebenarnya berakar dari Taman Eden. Sebenarnya keadaan seseorang
  tidak unik benar. Kebanyakan persoalan dikemukakan dalam bentuk
  komunikasi yang rusak. Misalnya rasa malu dan perasaan bersalah yang
  dihadapi para pembimbing dewasa ini adalah perasaan yang dialami
  oleh Adam. Kemampuan manusia untuk menilai diri yang diberikan Allah
  untuk membedakan benar dan salah, mulai menyakitkan. Biasanya jalan
  keluarnya yaitu kalau ada pihak ketiga yang membantu untuk membuat
  mereka mulai berkomunikasi.

  Dasar pemulihan komunikasi adalah perdamaian dengan Allah.
  Pemulihan itu mulai dengan anugerah Yesus Kristus. Segala komunikasi
  yang berarti beralaskan Yesus. Seperti rasul Yohanes mengemukakan
  dalam suratnya kepada Gayus, komunikasi harus beralasan "kasih
  dalam kebenaran". Kebenaran ini dimiliki bersama dan dipercayai oleh
  setiap pihak dan dengan demikian menjadi dasar dari segala
  koumikasi yang berarti.

  Komunikasi yang sempurna antara satu orang dengan yang lain telah
  terputus di Taman Eden ketika kebenaran Allah dicurigai, ditolak dan
  Adam mulai berbohong. Kecuali bagi Yesus setiap orang lahir sebagai
  pemberontak terhadap kebenaran Firman Allah.

  Karena itu yang ia ucapkan bukanlah kebenaran melainkan dusta.
  karena tabiatnya yang berdosa manusia tidak mengasihi kebenaran.
  Setiap kali manusia menghadapi kesulitan, usahanya yang pertama
  dalam mengatasi kesulitan itu dengan berbohong, sama seperti Adam
  mengambil jalan dusta sebagai jalan keluar dari kesulitannya,
  demikian pula manusia dewasa ini menjalani hidupnya dalam dusta.

  Orang-orang yang berbicara dalam kebenaran berbicara sesuai dengan
  patokan Alkitab. Mereka bicara benar kepada tetangganya demi
  kebaikannya. Orang Kristen harus bersedia membuka rahasia hatinya
  sendiri dan membagikan hal yang penting kepada orang lain karena
  mengetahui bahwa orang lainpun membutuhkan keterangan, dorongan,
  teguran, dsb. Kita membutuhkan orang lain sama seperti anggota-
  anggota tubuh saling membutuhkan satu dengan yang lain.

-*- Sumber -*-
  Judul Buku: Anda pun Boleh Membimbing
  Penulis   : Dr. Jay E. Adams
  Penerbit  : Gandum Mas
  Halaman   : 122 - 123

*TIPS *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* TIPS*

  MENUMBUHKAN HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KOMUNIKASI INTERPERSONAL

  Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita
  perlu meningkatkan kualitas komunikasi. Beberapa faktor yang
  mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah:

  1. Percaya/trust. Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak
     akan dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan
     lebih mudah membuka dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh
     bila ada faktor-faktor sebagai berikut:

     a. Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang tersebut
        memiliki kemampuan, ketrampilan, pengalaman dalam bidang
        tertentu. orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga,
        diandalkan, jujur dan konsisten.
     b. Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai
        kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan
        tunduk.
     c. Kualitas komunikasi dan sifatnya menggambarkan adanya
        keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah
        dinyatakan, maka sikap percaya akan tumbuh.

  2. Prilaku suportif akan meningkatkan komunikasi. Beberapa ciri
     prilaku suportif yaitu:

     a. Deskripsi: penyampaian pesan, perasaan dan persepsi tanpa
        menilai atau mengecam kelemahan dan kekurangannya.
     b. Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk kerja
        sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-
        sama menetapkan tujuan dan menentukan cara mencapai tujuan.
     c. Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif
        yang terpendam.
     d. Empati: menganggap orang lain sebagai persona.
     e. Persamaan: tidak mempertegas perbedaan, komunikasi tidak
        melihat perbedaan walaupun status berbeda, penghargaan dan
        rasa hormat terhadap perbedaan-perbedaan pandangan dan
        keyakinan.
     f. Profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali pendapat
        sendiri.

  3. Sikap terbuka, kemampuan menilai secara objektif, kemampuan
     membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke
     isi, pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah
     keyakinannya, profesional dan lain sebagainya.

  Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan
  interpersonal yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, kita
  perlu bersikap terbuka dan menggantikan sikap dogmatis. Kita perlu
  juga memiliki sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang
  mendorong timbulnya sikap saling memahami, menghargai dan saling
  mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan
  ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara
  berbagai pihak, tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan.

-*- Sumber -*-
  Judul Buku: Asas-asas Psikologi: Keluarga Idaman
  Penulis   : Drs. Yulia Singgih D. Gunarsa
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia
  Halaman   : 106 - 108

*SURAT *-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*- DARI ANDA -*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-* SURAT*

  Dari: "Deddy GTC" <deddy_gtc@>
  >Shaloom,
  >Terima kasih atas kiriman artikel kepada saya, God Blees You,
  >Saya ingin menanggapi perihal artikel: Patah Hati & Depresi
  >"Apa yang pernah kita semua alami tentunya kasus-kasus yang berbeda
  >dan pada intinya menyakitkan hati dan mempengaruhi pikiran. Oleh
  >karena itu setiap kita yang mengalami case tsb. mencari orang yang
  >dapat dipercaya untuk curhat. Langkah-langkah yang tertulis dalam
  >artikel sudah sangat bagus sekali, hanya sering kali hanya bersifat
  >sementara, saya berpikiran
  >PERTAMA: kita harus terus menjaga hati dari segala kewaspadaan,
  >karna setiap detik, setiap saat kita akan terus menghadapi case
  >yang satu kepada case yang lain.
  >KEDUA: kita banyak berdoa dan membicarakannya kepada Tuhan Yesus,
  >sumber kehidupan & Penghiburan. Kita dapat percaya pada teman atau
  >siapa saja, tapi suatu saat case kita terus akan diungkapkan, susah
  >ya mencari sahabat yang dapat menyimpan rahasia Iman, dan sering
  >sekali orang percaya (ngakunya kristen) tapi kalau ada orang yang
  >krisis Kasih eeeeehhhhh malah dicuekin, bahkan disingkirkan bukanya
  >dirangkul, sedikit sekali ada orang yang dapat melakukan kasih
  >Kristus yang sesungguhnya (1Korintus 13).
 .>
  >Banyak sekali dalam gereja belakangan ini terlihat krisis kasih,
  >dan bahkan yang timbul justru roh kritik, Pendeta dikritik, diaken,
  >majelis, penatua bahkan pendeta pun mengkritik jemaatnya, apa sih
  >yg dicari.....????? bukankah itu akan terjadi perpecahan &
  >pemberontakan?
 .>
  >Saya menyarankan bagaimana sikap kita menghadapi hal serupa:
  >,1. Mengampuni setulusnya setiap orang yang menyakitkan kita.
  >,2. Mengubah roh kritik menjadi Roh bersyafaat (doakan).
  >,3. Pemulihan pribadi (temui orang yang menyakitkan).
  >,4. Mempercayai kembali (dalam hal yang tidak membuat jatuh dalam
  >   dosa kembali).
  >,5. Berkata benar dan jangan bersilat kata.
  >,6. Beribadah secara teratur.
  >,7. Baca Firman every day dan Pray (disiplin).
 .>
  >Ini saja saran & tanggapan saya, biarlah menjadi berkat untuk semua
  >saudara, saudariku, Tuhan Yesus memberkati.
 .>
  >Salam & Doa,
  >Sahabatmu, Rekan sekerja,
  >Ir. Deddy Leswanto

  Redaksi:
  Terima kasih atas tanggapannya yang panjang lebar, terutama tambahan
  saran-sarannya. Kami yakin hal ini dapat menjadi berkat bagi pembaca
  yang lain. Marilah kita terus bergandeng tangan untuk saling
  membangun agar kita dapat menjadi berkat dan nama Tuhan dimuliakan.


e-KONSEL*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*e-KONSEL
                         STAF REDAKSI e-Konsel
                      Yulia O., Lani M., Ka Fung
                    PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
                         Yayasan Lembaga SABDA
                     INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
                          Sistem Network I-KAN
                      Copyright(c) 2002 oleh YLSA

*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Anda punya masalah atau perlu konseling? <masalah-konsel@sabda.org>
  Informasi/artikel/bahan/sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
  dapat dikirimkan ke alamat:             <owner-i-kan-konsel@xc.org>
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*
  Berlangganan: Kirim e-mail kosong ke: subscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Berhenti:     Kirim e-mail kosong:  unsubscribe-i-kan-konsel@xc.org
  Sistem lyris: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-konsel
  ARSIP publikasi e-Konsel:  http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org