|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-konsel/158 |
|
e-Konsel edisi 158 (15-4-2008)
|
|
Edisi (158) -- 15 April 2008
e-KONSEL
======================================================================
Milis Publikasi Elektronik Pelayanan Konseling Kristen
======================================================================
Daftar Isi:
= Pengantar : Arti Mengampuni
= Cakrawala 1: Bagaimana Mengampuni Diri Sendiri?
= Cakrawala 2: Mengampuni Diri Sendiri
= TELAGA : Sulitnya Mengampuni Diri Sendiri
= INFO : Lowongan Tenaga Pendidik PESTA
========== PENGANTAR REDAKSI ==========
Setiap orang percaya pastinya tahu bahwa kita harus mengampuni orang
yang bersalah kepada kita. Bukan hanya dengan sekadar melontarkan
kata "sudah memaafkan", tetapi juga tidak merasakan apa-apa lagi
ketika kita mengingat kesalahan-kesalahan yang telah orang lain
lakukan kepada kita. Toh, kita tidak menderita "amnesia" sehingga
pastilah tidak serta-merta dapat melupakan kesalahan orang lain,
tetapi satu tanda kita telah memaafkan adalah tidak merasa kecewa
atau sakit lagi ketika mengingat kesalahan tersebut. Kita pun dapat
dengan leluasa, tanpa prasangka dan batasan, bergaul kembali dengan
orang tersebut.
Bagaimana jika justru kita yang melakukan kesalahan dan
bayang-bayangnya terus menghantui dan menuduh batin kita hari demi
hari? Saat kita memohon ampun kepada Tuhan atas setiap kesalahan
kita, apakah kita juga telah mengampuni diri kita sendiri? Ya,
mengampuni diri sendiri terkadang lebih sulit daripada mengampuni
orang lain. Kita bertarung dengan diri kita sendiri, dan kita tidak
dapat berlari ke mana pun menghindari setiap tuduhan yang keluar
dari batin kita. Bagaimana kita dapat mengatasi masalah tersebut,
atau bagaimana seorang konselor dapat menolong konseli yang sulit
mengampuni dirinya sendiri? Kami mengajak Pembaca sekalian menyimak
e-Konsel edisi kali ini. Artikel-artikel dan juga referensi dari
TELAGA, kami harapkan dapat membantu kita semua untuk menolong diri
sendiri maupun orang lain dalam hal mengampuni diri sendiri. Kiranya
menjadi berkat, selamat menyimak!
Staf Redaksi e-Konsel,
Evie Wisnubroto
========== CAKRAWALA 1 ==========
BAGAIMANA MENGAMPUNI DIRI SENDIRI?
Apakah hari ini Anda berani membebaskan diri dari bayang-bayang
kesalahan yang Anda lakukan kemarin?
Apakah Anda berani mengampuni diri sendiri?
Mengampuni diri sendiri sangat memerlukan keberanian. Lagipula,
siapakah Anda sampai-sampai dapat membebaskan diri dari dosa yang
jelas-jelas telah terukir dalam hidup -- seolah-olah apa yang
pernah Anda lakukan dahulu tidak memengaruhi hidup Anda yang
sekarang?
Di manakah Anda akan mendapatkan hak untuk mengampuni diri sendiri
saat orang lain ingin membuat Anda malu ketika mereka tahu apa yang
telah Anda lakukan? Beranikah Anda?
Jawabannya adalah Anda mendapatkan hak untuk mengampuni diri
sendiri hanya dari kasih dan Anda berani mengampuni diri sendiri
hanya dengan semangat kasih. Kasih adalah sumber tertinggi dari hak
dan keberanian untuk mengabaikan penyesalan yang Anda tujukan pada
diri sendiri. Saat Anda menjalani hidup seolah-olah kesalahan di
hari kemarin tidak berkaitan dengan apa yang Anda rasakan terhadap
diri Anda yang sekarang, maka Anda sedang memertaruhkan kasih yang
membebaskan Anda, bahkan dari penghakiman diri sekalipun.
Namun harus ada kebenaran. Tanpa kejujuran, pengampunan kepada diri
sendiri hanyalah tipuan kejiwaan. Aturan mainnya, kita tidak dapat
benar-benar mengampuni diri kita sendiri kecuali dengan melihat
kesalahan di masa lalu dan mengakuinya.
Memerlukan penilaian yang jujur untuk menjaga kita dari keinginan
menuruti diri sendiri.
Ada empat tahap yang harus dilalui untuk mengampuni orang lain yang
menyakiti kita, yaitu terluka, membenci, menyembuhkan diri sendiri,
dan akhirnya kembali bersama-sama lagi.
Kita semua menyakiti diri kita sendiri. Kita menyakiti diri dengan
tidak adil, dan kadang-kadang keterlaluan.
Allah tahu penyesalan atas kebodohan kita mencurangi diri kita
sendiri. Seorang perokok misalnya, saat dia menghabiskan satu pak
rokok setiap hari, dia takut kalau-kalau suatu saat nanti dia akan
berkata, "aku bodoh, bodoh, sekarat sebelum waktunya", dan tidak ada
seorang pun yang bisa disalahkan kecuali diri sendiri. Kemudian ada
kesempatan-kesempatan yang ditolak, disiplin yang ditolak, dan
kecanduan semakin menjadi -- itu semua bisa menghantui Anda dengan
rasa bersalah yang mengatakan bahwa Anda telah menjalani hidup yang
tidak benar.
Namun, luka hati yang paling membuat hati Anda sulit untuk
mengampuni diri sendiri adalah luka hati yang timbul karena melukai
orang lain.
Ingat saat Anda membohongi orang yang memercayai Anda! Saat Anda
mengabaikan anak yang bergantung kepada Anda. Saat Anda mengabaikan
orang yang meminta bantuan Anda! Semua itu dan ribuan hal lainnya
menyerang dengan penilaian yang jujur terhadap diri kita sendiri.
Kita tidak harus menjadi orang yang jahat untuk melakukan hal-hal
yang tidak baik. Andai saja orang-orang jahat melakukan hal-hal yang
jahat kepada orang lain, maka kita akan hidup dalam dunia yang
menyenangkan. Kita melukai orang lain karena kecerobohan dan
sifat-sifat buruk kita.
Semakin baik sifat yang kita miliki, semakin dalam kita merasakan
luka atas ketidakadilan yang kita lakukan. Luka kita menjadi
kebencian kita. Luka yang kita timbulkan pada orang lain menjadi
kebencian terhadap diri kita sendiri. Karena kita memerlakukan
orang lain dengan tidak baik. Kita menghakimi, menghukum, dan
memvonis diri kita sendiri. Biasanya secara diam-diam.
Beberapa di antara kita hanya merasakan kebencian terhadap diri
sendiri yang sifatnya pasif. Kita hampir tidak memiliki kekuatan
kasih untuk memberkati diri kita sendiri. Kita tidak dapat melihat
di cermin dan berkata, "Apa yang aku lihat, membuatku bahagia bisa
hidup di dunia." Sukacita kita menjadi diri sendiri dicabik-cabik
oleh kebencian yang pasif.
Ada juga yang terbenam dalam kebencian terhadap diri sendiri yang
sifatnya agresif. Mereka menghancurkan diri mereka sendiri dengan
kemarahan yang meledak-ledak. Sebagian dari diri mereka menutup
hidung dengan kedua tangannya dan membenamkan bagian diri yang lain
dalam lubang hitam amarah. Musuh mereka adalah diri mereka sendiri.
Dan kadang-kadang, yang paling parah, kebencian tersebut
dilampiaskan dengan merusak atau menyakiti diri sendiri.
Jelas, penghakiman yang Anda lakukan terhadap diri sendiri mungkin
adalah omelan yang tidak masuk akal, tuduhan yang palsu, dan tekanan
yang tidak adil. Di sisi lain, sebagian dari diri Anda sering kali
menyapu kesalahan Anda yang sebenarnya di bawah karpet kepuasan
terhadap diri sendiri. Anda melawan diri sendiri hanya untuk
menghindari luka yang dihadirkan oleh sebagian dari diri Anda yang
lain.
Dalam beberapa kasus, Anda seharusnya tidak terlalu memercayai
penghakiman dari dalam diri Anda.
Penghakiman diri itu tetap menjadi kritikus yang paling tangguh, dan
Anda menyadari apa yang dikatakannya.
Sekarang marilah kita berpindah ke respons keberanian kasih.
Apa yang terjadi bila akhirnya Anda benar-benar mengampuni diri Anda
sendiri? Saat Anda mengampuni diri Anda sendiri, Anda menulis
kembali skenario Anda. Diri Anda yang sekarang tidak lagi terikat
pada apa yang Anda lakukan di masa lalu. Orang jahat yang Anda
perankan pada adegan pertama dibuang dan Anda kini menjadi orang
yang baik pada adegan yang kedua.
Kini Anda melepaskan diri Anda dari skenario masa lalu. Anda
berjalan menuju hari esok dan rasa bersalah hilang.
Sekali lagi, kata yang tepat untuk hal ini adalah
"ketidakrelevanan". Lihat kembali masa lalu Anda, akui fakta yang
tidak baik, dan katakan bahwa itu semua kini tidak ada hubungannya
dengan Anda yang sekarang. Tidak ada hubungannya dan tidak penting!
Masa lalu Anda tidak ada hubungannya dengan Anda atau apa yang Anda
rasakan.
Memang tidaklah mudah untuk melakukannya. Bagian dari diri Anda yang
melakukan kesalahan selalu berjalan bersama Anda ke mana pun Anda
pergi. Mungkin ada suara hati yang mengatakan, "Bagus, tapi kita
berdua tahu betapa buruknya dirimu, bukan?" Memerlukan mukjizat
kasih untuk menyingkirkan sebagian dari diri Anda yang tidak mau
mengampuni, yang bersembunyi dalam bayang-bayang hati Anda.
Mungkin tak ada seorang pun yang memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang siksaan pengampunan diri selain Dostoevsky, seorang penulis
ulung dari Rusia. Dalam novelnya, "Crime and Punishment", ia
menggambarkan perjuangan seorang pembunuh bernama Ilyon Raskolnikov
dalam mengampuni dirinya sendiri.
Raskolnikov melakukan sesuatu yang jahat seperti yang bisa dilakukan
oleh orang lain. Dia dengan brutal membunuh seorang wanita yang tak
berdaya, pemilik rumah gadai tua -- wanita yang tidak menyenangkan,
pelit dan lekas marah, namun tetap tidak bersalah. Rasa bersalahnya
sangat mendalam.
Tak seorang pun mampu menanggung rasa bersalah seperti itu
sendirian, tak akan kuat menanggungnya dalam waktu yang lama. Cepat
atau lambat orang itu harus mengatakannya. Raskolnikov bertemu
dengan seorang gadis, seorang malaikat baginya, Sonia, dan dia
mengakui semuanya kepadanya. Ia menceritakan semuanya kepada Sonia.
Sonia membujuknya supaya mengakui semuanya kepada polisi, dan
akhirnya dia pun melakukannya. Dia dipenjarakan di Siberia.
Sonia mengikutinya ke Siberia dan menunggu kesediaannya mengampuni
dirinya sendiri sehingga dia bisa mendapatkan kebebasan untuk
menerima cinta Sonia.
Raskolnikov tidak bisa mengampuni dirinya sendiri. Sebaliknya, dia
malah menyalahkan dirinya.
Dia berduka, dia berkata: "sudah takdir"; dia ditakdirkan untuk
membunuh seorang wanita tua. Saat Anda menghadapi situasi seperti
ini, apakah menurut Anda tindakannya sangat jahat? Tidakkah Napoleon
juga melakukan hal yang sama dan tidakkah mereka membuat monumen
baginya? Dengan cara pintar seperti ini, dia mengampuni dirinya
sendiri dengan mencari alasan-alasan yang kuat sehingga dia tidak
menyalahkan diri atas apa yang ia lakukan.
Raskolnikov tidak berani merasa bersalah.
"Oh, betapa bahagianya dia," tulis Dostoevski, "seandainya dia bisa
menyalahkan dirinya sendiri! Sehingga dia bisa menanggung segalanya,
bahkan rasa malu dan aib."
Namun dari dulu sampai sekarang, Raskolnikov merasakan adanya
kepalsuan dalam dirinya. Dia tahu bahwa jauh di dalam dirinya, dia
berbohong terhadap dirinya sendiri.
Dan akhirnya hal itu terjadi. Bagaimana hal itu terjadi, dia sendiri
tidak mengetahuinya. Dia berlutut di bawah kaki Sonia dan menerima
cintanya. "Dia menangis dan memeluk kaki Sonia." Akhirnya dia
memiliki kekuatan untuk mengasihi. Dan kekuatannya untuk mengasihi
itu menyatakan bahwa mukjizat benar-benar telah terjadi; dia telah
mengampuni dirinya sendiri.
Dia mengampuni dirinya sendiri? Untuk kejahatan berdarah dingin
seperti itu? Ya. "Semua hal, bahkan kejahatannya, hukumannya, serta
vonis yang dijatuhkan kepadanya dan pemenjaraan dirinya sekarang
adalah hal-hal yang tidak dipedulikannya.
Lepas! Lepas karena pengertian bahwa masa lalunya yang kelam tidak
lagi ada hubungannya dengan dirinya saat ini dan di masa yang akan
datang. Dia bebas dari penghakimannya atas dirinya sendiri dan hal
itu membuatnya bebas untuk mencintai.
Raskolnikov berdiri tegak dalam keterpurukannya untuk menunjukkan
bahwa dalam keadaan terburuk sekalipun, kita bisa mendapatkan
kekuatan untuk membebaskan diri sendiri.
Akhirnya, puncak dari pengampunan diri muncul saat kita merasa
bersatu lagi dengan diri kita sendiri. Luka itu disembuhkan. Bagian
dari diri Anda, yang menghancurkan Anda, kini bersatu lagi. Anda
kembali utuh, satu; tidak tercerai-berai lagi.
Anda tidak lagi dikendalikan oleh diri Anda sendiri. Anda
benar-benar menyadari bahwa Anda dulu melakukan kesalahan dan Anda
tidak ingin melakukannya lagi. Anda tidak ingin kesalahan di masa
lalu itu menghantui Anda yang sekarang. Anda kembali mengambil
langkah dalam hidup. Anda telah membuat diri Anda sendiri merasa
nyaman.
Hal seperti ini tidak terjadi sekali untuk selamanya. Kebencian yang
Anda rasakan selalu datang dan pergi, dan Anda menyangkal kesalahan
yang pernah Anda lakukan. Namun, kemudian Anda kembali kepada diri
Anda sendiri lagi, lagi, dan lagi.
Mengampuni diri sendiri adalah mukjizat pemulihan yang hampir bisa
dikatakan paling pokok!
Namun, bagaimana Anda bisa melakukannya?
Yang terpenting adalah Anda harus jujur. Tidak ada cara lain untuk
mengampuni diri sendiri tanpa kejujuran. Keterusterangan --
pemikiran yang siap untuk meninggalkan masa lalu dan menghadapi
kenyataan -- adalah perlengkapan rohani pertama yang Anda perlukan.
Tanpa keterusterangan, Anda hanya bisa menjadi orang yang puas
terhadap dirinya sendiri. Puas diri adalah pengampunan yang palsu.
Beberapa orang menunjukkan dirinya yang tidak sebenarnya, tidak ada
kata lain untuknya. Mereka bergantung pada akal mereka yang dangkal,
mereka mengejar hidup yang tak teruji dengan kepuasan hati yang tak
pernah diuji, seperti sapi yang sedang merumput daripada seorang
manusia yang jujur.
Perbedaan antara orang yang berpuas diri dan orang yang benar-benar
mengampuni dirinya sendiri adalah seperti orang yang sedang mabuk
kokain dan seorang yang benar-benar memiliki alasan untuk bahagia.
Anda memerlukan kepala yang dingin untuk bisa memiliki hati yang
mengampuni.
Sebagai contoh, Anda harus dapat membedakan penghargaan diri dan
pengampunan diri.
Anda bisa mendapatkan penghargaan diri saat Anda tahu bahwa Anda
patut dihargai. Menghargai diri sendiri berarti merasa bahwa Anda
istimewa, benar-benar diinginkan, mahkluk yang Tuhan ciptakan
sendiri, dan mahkluk yang sangat indah.
Kadang-kadang Anda hanya mendapatkan penghargaan diri setelah Anda
menghadapi permasalahan hidup.
Ada seorang pria yang terkena sindrom "Manusia Gajah" (Elephant
Man); memiliki tangan yang jauh lebih besar dari tangan normal, dan
tangan itu adalah satu-satunya tangannya. Dia belajar melihat
kelebihannya di balik kekurangan dalam dirinya dan dia menghargai
dirinya sendiri apa adanya. Contoh lain, Kim adalah seorang anak
adopsi yang cantik yang mewarisi penyakit turunan dari ibu
kandungnya. Kim memilih untuk menerima dirinya sendiri sebagai
anugerah terindah dari Tuhan apa adanya meskipun tangannya jauh
lebih besar dari tangan orang normal.
Diberkatilah orang yang menghargai dirinya sendiri karena mereka
telah melihat kelebihan di dalam diri mereka.
Namun, penghargaan diri tidaklah sama dengan pengampunan diri. Anda
menghargai diri Anda sendiri saat Anda menemukan kelebihan dalam
diri Anda. Anda mengampuni diri Anda sendiri setelah Anda menemukan
kesalahan Anda sendiri. Anda menghargai diri Anda karena kebaikan
yang ada dalam diri Anda. Anda mengampuni diri Anda karena kesalahan
yang Anda lakukan.
Bila Anda tidak melihat perbedaannya, maka Anda pun tidak akan bisa
mengampuni diri Anda sendiri. Jadi Anda membutuhkan kepala yang
dingin untuk mengetahui apa yang akan Anda lakukan.
Anda juga perlu keberanian. Mengampuni diri sendiri adalah
keberanian yang paling pokok untuk mengasihi.
Alasan mengapa mengampuni diri sendiri memerlukan keberanian,
berhubungan dengan sikap orang lain terhadap orang yang mengampuni
dirinya sendiri. Orang yang selalu memandang dirinya benar tidak
ingin Anda mengampuni diri Anda sendiri. Mereka ingin Anda selalu
berada dalam bayang-bayang rasa malu selamanya.
Saya memahami orang-orang seperti itu karena saya salah satunya. Ada
sebagian dalam diri saya yang ingin agar orang yang melakukan
kesalahan, terutama yang terkenal, tetap rendah diri, berada di
tempat paling belakang, berbicara dengan suara yang hampir tak
terdengar; saya ingin mereka merendahkan diri, atau mungkin sangat
merendahkan diri.
Jadi, saat Anda berjalan dan berbicara selayaknya orang yang sudah
memisahkan kesalahan masa lalu dengan diri Anda yang sekarang, Anda
akan memerlukan keberanian untuk menghadapi khayalak ramai yang
merasa diri benar.
Kemudian Anda juga harus tegas.
Anda tenggelam di dasar penghukuman diri karena kurang tegas. Anda
hampir akan selalu gagal mengampuni diri saat Anda tidak mau menjadi
tegas mengenai untuk apa Anda mengampuni diri sendiri.
Kebanyakan dari kita mencoba, misalnya, mengampuni diri karena
keadaan diri kita. Kita jelek, kejam, picik, bawel; atau,
sebaliknya, kita terlalu baik, kalahan, dan dimanfaatkan sana-sini.
Namun, orang yang mencoba mengampuni diri mereka sendiri karena
kesalahan, sama sekali tidak biasa-biasa saja; mereka benar-benar
bangga sampai-sampai mereka ingin menjadi Allah. John Quincy Adams,
bukan yang terhebat, namun seorang presiden yang sangat kompeten,
tidak dapat mengampuni dirinya sendiri. "Aku tidak pernah melakukan
apa-apa," tulisnya di buku hariannya. "Hidupku sia-sia, penuh dengan
aspirasi yang stagnan, dan doa-doa agar keberadaanku bermanfaat
dengan orang lain tidak pernah terwujud." Kata-kata terakhir yang
diucapkan oleh seorang ahli hukum, Hugo Grotius, Bapak Hukum
Internasional Modern, di ranjang tempat ia meninggal, adalah: "Aku
tidak pernah melakukan hal yang berarti dalam hidupku." Beberapa
orang nampak biasa-biasa saja dalam erangannya menghadapi kegagalan
dalam hidup; namun mereka sungguh-sungguh merana karena hanya
menjadi manusia.
Anda harus menghentikan kepura-puraan Anda: tepatnya, untuk hal apa
Anda perlu pengampunan? Karena tidak setia dengan pasangan Anda pada
tahun yang lalu? Bagus, Anda pasti bisa mengampuni diri. Karena
menjadi orang yang jahat? Tidak, itu terlalu sulit; Anda tidak dapat
menelan diri Anda seutuhnya.
Sebagian besar dari kita hanya dapat menangani satu hal pada suatu
waktu. "Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari," kata Yesus. Saat
kita membebani diri terlalu banyak dengan rasa bersalah, maka kita
akan tenggelam dalam keputusasaan. Satu-satunya cara kita dapat
mengampuni diri, bebas dari tirani suara hati yang lembut, adalah
menjadi tegas dan mengampuni diri atas satu kesalahan pada satu
waktu.
Akhirnya, Anda harus mengonfirmasikan tindakan berani Anda dalam
mengampuni diri dengan sebuah tindakan kasih yang sembrono.
Bagaimana Anda yakin bahwa Anda berjudi dengan rasa bersalah dan
menang kecuali Anda memertaruhkan kemenangan Anda dalam kasih?
"Dia mengasihi karena dia telah diampuni" -- itu adalah perkataan
Yesus yang ditujukan pada seorang wanita yang nekat masuk ke sebuah
jamuan makan malam, berlutut pada kaki Yesus dan meminyakinya dengan
narwastu.
Kasih adalah tanda bahwa Anda telah berhasil, bahwa Anda telah lepas
dari rasa bersalah yang menghukum Anda. Anda tidak akan selalu tahu
kapan tepatnya Anda telah mengampuni diri Anda sendiri. Seperti saat
Anda mencapai puncak bukit melalui jalan raya yang menanjak -- Anda
mungkin tidak yakin kapan Anda sampai ke dasar bukit, namun Anda
dapat mengatakan bahwa Anda telah melalui puncak bukit saat Anda
menginjak gas dan mobil melaju. Tindakan kasih seperti akselerasi
yang cepat. Tindakan kasih yang bebas, kepada siapa pun itu
dinyatakan, dapat memberi sinyal pada Anda bahwa apa yang Anda
lakukan, berkuasa bagi orang yang sedang mengampuni diri.
Anda dapat memberinya hadiah! Mwngundangnya makan malam! Menjenguk
orang sakit! Anda dapat merangkul seorang teman yang sebelumnya
belum pernah Anda sentuh! Tulis surat yang berisi ucapan terima
kasih. Atau mengatakan kepada Ayah Anda bahwa Anda mengasihinya.
Saat kita melakukannya, kita melakukan mukjizat dari pengampunan
atas diri kita sendiri.
Ya, kasih memberi Anda hak untuk mengampuni diri Anda sendiri. Dan
kasih juga memberikan Anda kekuatan, setidaknya untuk mulai
mengampuni diri. Proses pemulihan mungkin berjalan lambat, namun itu
lebih baik daripada tidak berjalan sama sekali, kaki terkubur dalam
semen penghukuman diri.
Mengampuni diri sendiri berarti menyatakan misteri seseorang yang
memaafkan dan dimaafkan. Anda menghakimi diri: Anda akan menjadi
tidak utuh. Anda mengampuni diri: Anda memulihkan keretakan.
Yang harus Anda tantang untuk memulihkan diri Anda sendiri dengan
tindakan sederhana ini adalah sebuah sinyal yang ditujukan pada
dunia bahwa kasih Allah adalah sebuah kekuatan dalam diri Anda.
(t/Ratri dan Dian)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Forgieve; Healing The Hurts We Don`t Deserve
Judul asli artikel: Forgiving Ourselves
Penulis: Lewis B. Smedes
Penerbit: Pocket Books, New York 1984
Halaman: 97 -- 105
========== CAKRAWALA 2 ==========
MENGAMPUNI DIRI SENDIRI
Orang tua dari seorang anak berusia lima tahun mengampuni seorang
wanita yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang mengakibatkan
anak tersebut luka parah. Namun, wanita itu berjalan menuju tempat
kerjanya sambil berkata, "Aku tidak akan pernah mengampuni diriku
sendiri." Maka dia pun tidak pernah mengampuni dirinya sendiri.
Wanita itu terus mengingat kecelakaan itu dalam pikirannya.
Berulang-ulang kali dia mengatakan kepada dirinya sendiri, "Aku
tidak akan pernah mengampuni diriku sendiri karena aku tidak
berhati-hati, karena aku tidak benar-benar memerhatikan sekitarku,
karena aku tidak berhenti lebih cepat. Aku tidak akan pernah
mengampuni diriku sendiri karena aku tidak memilih naik bis saja."
Pengampunan yang diberikan oleh orang tua anak yang ditabraknya itu
tidak pernah menjadi nyata bagi wanita itu. Dia tidak pernah dapat
menerima pengampunan itu karena ia tidak pernah dapat mengampuni
dirinya sendiri.
Dia tidak dapat memercayai apa yang dikatakan suaminya: "Aku
mencintaimu. Aku tahu kamu tidak bermaksud mencelakai anak itu."
Saat tetangga-tetangganya dan teman-temannya yang baik memberikan
pendapat mereka, misalnya, "Kami tahu bahwa kamu adalah orang yang
menyenangkan. Kamu bukan orang yang ceroboh. Ini adalah suatu
kecelakaan," dia tidak dapat menerima pendapat mereka itu.
Wanita ini memvonis dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengemudi
lagi. Dia tidak pernah mengemudi lagi.
Apa yang terjadi pada orang yang tidak mau mengampuni dirinya
sendiri kurang lebih sama seperti ilustrasi di atas.
Orang-orang yang tidak mau mengampuni dirinya sendiri:
1. menjadi depresi, kehilangan pandangan, dan membiarkan
peristiwa-peristiwa buruk mengendalikan hidup mereka, 2. tidak bisa dihibur karena mereka tidak mau atau tidak dapat
melepas masa lalu mereka dan memulai lagi dengan yang baru, 3. mengalami rasa bersalah. Pendeta William Sloane Coffin berkata,
"(Rasa bersalah) menghancurkan kita melalui tekanan, pandangan
kita, dan ketika dalam keangkuhan, kita menolak pengampunan.", 4. ingin dihukum untuk menyeimbangkan keadaan, untuk "mendapatkan"
pengampunan, 5. dan tentu saja, tidak bisa menerima pengampunan dari orang lain.
Inti dari masalah ini adalah bahwa pengampunan dari orang lain bisa
menjadi nyata dalam hidup kita hanya bila kita mau mengampuni diri
kita sendiri. Bila Anda memikul beban rasa bersalah karena Anda
belum mengampuni diri Anda sendiri, mungkin inilah saatnya Anda
menerima pengampunan dari Allah dan memulai hidup baru!
"Dengan kata lain, menerima pengampunan sama dengan memulihkan
kembali, memampukan kita hidup sebagaimana seharusnya kita hidup."
(William Sloane Coffin)
Pada akhirnya, mengampuni diri sendiri berujung pada iman. Iman
dalam kekuatan pengampunan. Iman di dalam Allah memancarkan kasih.
"Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang
memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang
tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan
berkenan kepada kasih setia?" (Mikha 7:18)
Bila Anda tidak memunyai iman itu, Anda bisa berdoa meminta kepada
Tuhan dan Anda juga bisa mengajak orang lain, khususnya mereka yang
"memiliki" iman itu, untuk berdoa bersama dengan Anda.
Bila ada seseorang yang Anda kenal tidak memiliki iman itu, Anda
bisa berdoa agar dia dibebaskan dari siksaan dan keraguan sehingga
dia mengenal kedamaian yang melebihi pemahaman. (t/Ratri)
Diterjemahkan dari:
Judul buku: Putting Forgiveness Into Practise
Judul artikel asli: Forgiving Ourselves
Penulis: Doris Nonnelly
Penerbit: Argus Communications, Texas 1982
Halaman: 30 -- 31
========== TELAGA ==========
SULITNYA MENGAMPUNI DIRI SENDIRI
Ada pertanyaan bahwa mengampuni diri sendiri itu lebih susah dari
pada mengampuni orang lain, tetapi ternyata itu tergantung dari
orangnya. Ada orang yang mudah mengampuni orang lain, tetapi susah
mengampuni dirinya sendiri. Ada juga orang yang bisa mengampuni diri
sendiri tetapi susah mengampuni orang lain. Dan ada juga orang yang
sulit mengampuni diri sendiri dan juga orang lain. Yang membedakan
semuanya adalah cara pandang masing-masing orang.
Beberapa penyebab yang membuat seseorang merasa bersalah terhadap
dirinya sendiri:
1. Menganggap dirinya harus sempurna (perfeksionis), dirinya harus
yang paling betul, 2. Memunyai tuntutan yang besar pada diri sendiri, saya tidak boleh
berbuat kesalahan, saya tidak boleh menyakiti orang lain. Jadi
saat dia menyakiti orang lain, baik secara sengaja atau pun
tidak, maka dia akan sulit untuk mengampuni diri sendiri.
Orang yang tidak bisa mengampuni diri sendiri ditandai dengan penuh
kemarahan pada dirinya, selalu memunyai pandangan yang negatif dan
merasa dia pantas untuk mendapatkan perlakuan buruk dari orang lain;
tidak menyenangi dirinya sehingga hidupnya awut-awutan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengampuni diri sendiri:
1. Kalau Allah sudah mengampuni, maka dia harus belajar mengampuni
diri sendiri, 2. Merendahkan diri di hadapan Allah, 3. Melihat bahwa apa yang telah terjadi itu sudah lewat, dia harus
tahu apa yang dia perbuat itu sesuatu yang sungguh-sungguh
terjadi dan dia mau bertanggung jawab, 4. Mengeluarkan segala macam kepedihan, rasa dukacita, dan rasa
malu, 5. Untuk orang yang perfeksionis, dia harus menyadari bahwa dirinya
sendiri adalah manusia dan dia perlu merendahkan diri.
Dampak bila kita tidak mau mengampuni diri sendiri:
1. menjadi sakit-sakitan,
2. hidupnya tertekan,
3. mukanya kusut,
4. pemalas, dan
5. menghukum keluarganya.
Jika ada sesuatu yang mengingatkan dia akan kesalahannya, maka dia
harus minta maaf kepada orang yang dia lukai dan berbuat apa yang
dia bisa untuk mengganti rugi dan juga minta ampun kepada Tuhan.
Firman Tuhan, "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri". (Matius 22:39)
Jadi kita perlu mengasihi diri sendiri seperti kita juga mau
mengampuni orang lain.
Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. 220B
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org >
atau: < TELAGA(at)sabda.org >
atau kunjungi situs TELAGA di:
==> http://www.telaga.org/ringkasan.php?sulitnya_mengampuni_diri_sendiri.htm
========== INFO ==========
LOWONGAN TENAGA PENDIDIK PESTA
Yayasan Lembaga SABDA mengajak para profesional muda untuk
bersama-sama melayani Tuhan melalui dunia teknologi informasi.
Melalui program pendidikan jarak jauh, yaitu Pendidikan Elektronik
Studi Teologi Awam (PESTA), YLSA ingin mengembangkan pelayanannya
lebih luas lagi. Untuk itu, dicari tenaga PENDIDIK yang berkualitas
untuk bekerja di YLSA, dengan syarat-syarat sebagai berikut.
1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
2. Pendidikan S1/S2 Jurusan PAK/Teologia.
3. Memiliki kemampuan menulis dan membuat modul pelajaran.
4. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik (verbal dan non verbal).
5. Bisa bekerja dalam tim.
6. Bisa mengoperasikan komputer dengan lancar.
7. Terbiasa dengan internet.
8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah.
9. Bersedia kerja penuh waktu (full time -- dalam kantor) dengan
masa kerja minimal dua tahun.
10. Pria/Wanita, diutamakan belum menikah.
Jika Anda dipanggil Tuhan untuk terjun dalam pelayanan elektronik,
silakan mengirim surat lamaran dan CV secepatnya ke:
YLSA
Kotak Pos 25 SLONS
57135
atau kirim e-mail ke:
==> rekrutmen-ylsa(at)sabda.org
Untuk mengetahui pelayanan PESTA lebih lanjut, silakan berkunjung
ke:
==> http://www.pesta.org/
============================== e-KONSEL ==============================
PIMPINAN REDAKSI: Christiana Ratri Yuliani
STAF REDAKSI: Evie Wisnubroto
PENANGGUNG JAWAB ISI dan TEKNIS
Yayasan Lembaga SABDA
INFRASTRUKTUR dan DISTRIBUTOR
Sistem Network I-KAN
Copyright(c) 2008 oleh YLSA
http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda punya masalah/perlu konseling?
atau ingin mengirimkan Informasi/artikel/bahan/
sumber konseling/surat/saran/pertanyaan/dll.
silakan kirim ke: konsel(at)sabda.org
atau owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
Berhenti : unsubscribe-i-kan-konsel(at)hub.xc.org
ARSIP : http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/
Situs C3I : http://c3i.sabda.org/
======================================================================
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |