Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-doa/116

e-Doa edisi 116 (8-10-2015)

Datanglah Kerajaan-Mu

_________________________________e-Doa________________________________
                       (Sekolah Doa Elektronik)
                       
BULETIN DOA -- Datanglah Kerajaan-Mu
Edisi Oktober 2015, Vol. 07 No. 116


Salam kasih,

Kita telah fasih mendaraskan doa Bapa Kami dalam kehidupan doa kita. 
Namun, sering kali kita belum memahami maksud Tuhan Yesus ketika 
mengajarkan doa ini. Dalam edisi e-Doa ini, secara khusus kita akan 
belajar bersama mengenai salah satu frasa dalam doa Bapa Kami, yaitu 
"Datanglah Kerajaan-Mu". Apakah yang dimaksud dengan "Kerajaan Allah" 
sesungguhnya? Bagaimana implikasinya dalam kehidupan kita? Selamat 
membaca, kiranya sajian dalam edisi ini menjadi berkat bagi kita 
semua.

Pemimpin Redaksi e-Doa,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://doa.sabda.org >


                    ARTIKEL: DATANGLAH KERAJAAN-MU

Khotbah Tuhan kita di bukit bukanlah khotbah yang berupa "tiga hal 
dalam sebuah puisi". Bahkan, dalam khotbah tunggal ini, Yesus 
menyentuh lebih dari 20 topik. Semua topik ini layak mendapat 
perhatian kita, tetapi perhatian kita dalam tulisan ini hanya pada 
satu topik, yaitu perintah Tuhan tentang doa. Lebih tepatnya, 
perhatian kita di sini adalah pada satu permohonan yang terdapat di 
dalam doa Bapa Kami. Ketika Tuhan mengajarkan tentang bagaimana kita 
harus berdoa kepada Bapa surgawi, Ia mengajar kita untuk berdoa: "... 
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga" 
(Matius 6:10). Banyak dari kita telah mengucapkan kata-kata ini selama 
bertahun-tahun, tetapi berapa banyak dari kita yang mengetahui maksud 
Yesus dengan kata-kata ini?

Untuk memahami permohonan dalam doa Bapa Kami ini, kita perlu memahami 
sesuatu tentang konsep alkitabiah mengenai "Kerajaan Allah". Orang 
Yahudi saleh pada zaman Kristus sedang menunggu datangnya Kerajaan 
Allah (lihat Markus 15:43), tetapi apa yang membangkitkan harapan ini? 
Pasal-pasal pertama dalam Kitab Kejadian menjelaskan bahwa rencana 
Allah sejak awal adalah membangun kerajaan-Nya di bumi. Tragisnya, 
ketika pria dan wanita pertama mendengarkan kata-kata ular, Setan 
menjadi perampas kekuasaan dan mendirikan pemerintahan dosa di bumi 
(lihat Yohanes 12:31, 14:30; 2 Korintus 4:4). Allah, bagaimanapun, 
tidak terkejut dengan semua ini, dan Ia tidak meninggalkan rencana-Nya 
yang semula. Bagian Alkitab selanjutnya berbicara mengenai sejarah 
pekerjaan Allah, yaitu mengembalikan apa yang telah dirusak oleh dosa. 
Hal ini adalah sejarah tentang penebusan.

Setelah beberapa generasi sesudah Adam, Allah berjanji kepada Abraham 
bahwa melaluinya semua bangsa di bumi akan diberkati dan bahwa darinya 
akan berasal raja-raja (Kejadian 12:1-3, 17:6), yang menunjukkan bahwa 
tujuan penebusan-Nya terus berlanjut, termasuk rencana-Nya untuk 
mendirikan kerajaan. Lebih dari 400 tahun kemudian, ketika Allah 
membawa orang Israel keluar dari tanah Mesir, Ia menjadikan mereka 
"kerajaan imam" (Keluaran 19:6). Israel menjadi manifestasi dari 
Kerajaan Allah dalam satu bidang kecil di bumi. Bangsa ini menjadi 
model pemerintahan eskatologis-Nya atas seluruh bumi. Sebelum Israel 
memasuki tanah perjanjian Kanaan, Musa mengatakan kepada umat bahwa 
setelah mereka memasuki tanah perjanjian, mereka akan menetapkan raja 
atas diri mereka sendiri yang akan dipilih oleh Allah (Ulangan 17:14-
20). Setelah penaklukan di bawah Yosua dan periode panjang berada di 
bawah serangkaian hakim-hakim (kira-kira 1400 -- 1050 sM), orang-orang 
Israel mengangkat Saul sebagai raja mereka. Namun, Saul tidak taat 
kepada Allah sehingga Allah menggantikannya dengan Daud (1 Samuel 16).

Setelah Daud diurapi menjadi raja atas seluruh Israel (2 Samuel 5:3-
4), ia menaklukkan kota Yerusalem dan membawa tabut perjanjian masuk 
ke kota. Ketika Allah telah menyerahkan sisa semua musuhnya kepada 
Daud, Daud menyatakan keinginannya untuk membangun sebuah "rumah" bagi 
Allah, sebuah bait yang permanen bukan tabernakel (2 Samuel 7:1-3). 
Tanggapan Allah kepada Daud ditemukan dalam 2 Samuel 7:4-16. Di sini, 
Allah berjanji bahwa Ia akan membangun "rumah" bagi Daud dan 
mendirikan kerajaan bagi keturunan Daud selamanya. Rencana Allah untuk 
mendirikan kerajaan-Nya di bumi mencapai tahap yang baru dengan 
diadakannya perjanjian abadi ini dengan Daud dan keturunannya.

Ketika kerajaan Israel mulai mundur, perjanjian Daud menjadi pusat 
bagi para nabi untuk menyampaikan pesan mereka mengenai harapan untuk 
masa depan. Mereka menantikan kedatangan seorang raja baru keturunan 
Daud, Mesias, yang akan mendirikan kerajaan yang adil (misalnya, 
Yesaya 9:6-7, 11:1-10; Daniel 7:13-14). Mereka mengantisipasi 
kedatangan Tuhan yang akan memerintah atas umat-Nya (misalnya Yesaya 
35:4, 40:9-10; Zakaria 14:5). Dalam satu bagian yang signifikan, 
Yesaya menantikan datangnya pemerintahan Allah dengan kata-kata 
berikut: "Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan 
pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar 
baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: 
"Allahmu itu Raja!" (Yesaya 52:7).

Ketika Yohanes Pembaptis dan Yesus datang memberitakan "Bertobatlah 
sebab Kerajaan Sorga sudah dekat" (Matius 3:2, 4:17), mereka berbicara 
tentang sesuatu yang telah dinantikan oleh orang-orang Yahudi selama 
berabad-abad. Ketika Yesus berkeliling ke negeri mewartakan "Injil 
kerajaan", Ia membawa "kabar baik" tentang munculnya pemerintahan 
Allah yang telah dipersiapkan Yesaya (Matius 4:23, 9:35).

Ketika Yesus, melalui Khotbah di Bukit, mengajarkan kepada para murid-
Nya untuk berdoa, "Datanglah Kerajaan-Mu, terjadilah kehendak-Mu di 
bumi seperti di surga," ada banyak latar belakang Perjanjian Lama 
untuk konsep ini. Kerajaan Allah adalah sesuatu yang diharapkan oleh 
orang-orang Yahudi. Selama zaman Yesus, orang-orang Yahudi bahkan 
mengakhiri ibadah rumah ibadat mereka dengan doa (Kaddish) yang sangat 
mirip dengan bagian doa Bapa Kami: "Ditinggikan dan dikuduskanlah 
nama-Nya yang besar di dunia, yang Dia ciptakan menurut kehendak-Nya. 
Semoga kerajaan-Nya memerintah dalam hidupmu dan di sepanjang hari-
harimu dan dalam masa hidup seluruh keluarga Israel, dengan cepat dan 
segera. Terpujilah nama-Nya yang besar dari kekal sampai kekal. Dan, 
untuk perkataan ini katakan: Amin."

Mereka yang membaca permohonan doa Bapa Kami mengenai kerajaan dalam 
konteks seluruh Kitab Matius akan melihat sesuatu yang mencolok. Dalam 
beberapa bagian, kerajaan ini disebut sebagai sesuatu yang dekat. Baik 
Yohanes maupun Yesus menyatakan bahwa "Kerajaan Allah sudah dekat" 
(Matius 3:2, 4:17). Kata Yunani yang diterjemahkan "segera" berarti 
"sudah dekat". Di tempat lain, Yesus berbicara tentang kerajaan 
sebagai realitas yang sudah ada: "Tetapi, jika Aku mengusir setan 
dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang 
kepadamu" (Matius 12:28). Namun, dalam ajaran tentang doa, Yesus 
mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa agar Kerajaan Allah datang 
seakan-akan itu belum terjadi (Matius 6:10). Ungkapan, "kerajaanmu 
datang" sejajar dengan kalimat "kehendak-Mu terjadi". Bahkan, kedua 
frasa, serta kalimat "Dikuduskanlah nama-Mu" memiliki konstruksi yang 
sama persis dalam teks Yunani yang mendasari terjemahan bahasa Inggris 
kita. Ada hubungan antara tiga permohonan itu. Bagian dari apa artinya 
bagi Kerajaan Allah yang akan datang adalah untuk dikuduskanlah nama-
Nya dan kehendak-Nya harus terjadi di bumi seperti di surga. Hal ini 
belum menjadi kenyataan, jadi doa Bapa Kami mengantisipasi hal-hal 
pada masa depan. Bagaimana berbagai cara dalam memandang hal kerajaan 
ini dipadukan?

Kita dapat memahami ajaran Perjanjian Baru tentang kerajaan dengan 
lebih jelas jika kita memahami fakta bahwa bagi para penulis 
Perjanjian Baru, istilah "kerajaan" (Yunani: basileia) mengacu paling 
sering kepada pemerintahan Kerajaan Allah, daripada wilayah tertentu 
yang di atasnya Ia memerintah. Adalah juga penting untuk menyadari 
bahwa bagi para penulis Perjanjian Baru, datangnya kerajaan, atau 
pemerintahan Allah, tidak terjadi pada satu waktu. Sebaliknya, 
kedatangan kerajaan melibatkan serangkaian peristiwa yang terjadi 
selama periode waktu. Ketika Yesus menyatakan bahwa Kerajaan Allah 
telah datang, tetapi itu akan datang, Ia mengatakan bahwa babak 
terakhir yang dinubuatkan dalam drama penebusan itu telah dimulai, 
tetapi belum mencapai akhir. Dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa 
kita sekarang berada di tengah-tengah babak akhir.

Kerajaan telah datang melalui kedatangan Yesus. Kepada Dia telah 
diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Akan tetapi, kita masih 
berdoa, "Datanglah kerajaan-Mu." Mengapa? Karena di bumi, masih ada 
orang yang tidak tunduk pada aturan-Nya. Ketika kita berdoa, 
"Datanglah Kerajaan-Mu," kita berdoa untuk perpanjangan pemerintahan 
Allah di bumi. Kita berdoa agar Tuhan mengubah hati musuh-musuh-Nya, 
membawa mereka untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan. Kita berdoa agar Ia 
membuat orang-orang yang menolak menjadi tunduk di bawah kaki-Nya 
(Mazmur 110). Kita berdoa akan datangnya hari ketika segala kejahatan, 
segala dosa, dan semua pemberontakan terhadap Allah akhirnya 
diberantas.

Bagaimanapun juga, kita harus memahami bahwa ketika kita berdoa agar 
Kerajaan Allah datang dan kehendak-Nya terjadi di bumi seperti di 
surga, maka ini dimulai dengan diri kita masing-masing. Kita harus 
bertanya kepada diri sendiri apakah kita mau menguduskan nama Allah. 
Kita harus bertanya kepada diri sendiri apakah kita mau melakukan 
kehendak Allah. Sebagai orang Kristen, kita adalah orang-orang yang 
mengaku telah tunduk kepada ketuhanan Kristus. Kita sudah menjadi 
warga negara kerajaan-Nya, dan Ia sudah menjadi Raja kita. Akan 
tetapi, apakah kita setia? Atau, apakah kita memberontak? Jika kita 
berdoa dengan cara yang diajarkan oleh Tuhan, kita harus menjadi 
orang-orang yang hidup di jalan yang diperintahkan oleh Tuhan. 
(t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Ligonier
Alamat URL: http://www.ligonier.org/learn/articles/thy-kingdom-come/
Judul asli artikel: Thy Kingdom Come
Penulis artikel: Keith Mathison
Tanggal akses: 5 Maret 2013


STOP PRESS: BERGABUNGLAH DI KELAS ONLINE NATAL NOVEMBER/DESEMBER 2015!

Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus, Anak Allah, di sebuah 
palungan di kota Betlehem. Berkaitan dengan momentum sukacita ini, 
Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) < http://pesta.org/> 
yang diselenggarakan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org/ > 
kembali membuka pendaftaran untuk mengikuti kelas online Natal 
November/Desember 2015.

Dalam kelas diskusi ini, peserta akan diajak untuk saling berdiskusi 
tentang topik-topik penting seputar Natal. Apabila Bapak/Ibu memiliki 
kerinduan untuk mengikuti kelas diskusi ini, silakan mendaftarkan diri 
ke < kusuma(at)in-christ.net >.

Mari menyambut Natal bersama kelas Natal PESTA!


Kontak: doa(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti
Berlangganan: subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-doa/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org