Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/95

e-BinaSiswa edisi 95 (9-4-2018)

Peran Remaja Kristen dalam Usaha Misi (II)

Peran Remaja Kristen dalam Usaha Misi (II) -- Edisi 95/II/April 2018
 
Peran Remaja Kristen dalam Usaha Misi (II)
Edisi 95/II/April 2018
 
e-BinaSiswa

Salam damai sejahtera,

""Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ...." Siapa yang tidak pernah mendengar Amanat Agung Tuhan Yesus ini? Pesan penting yang diucapkan oleh Yesus sebelum naik ke surga ini seharusnya tidak hanya dihafalkan, tetapi juga dilakukan oleh setiap orang percaya, termasuk remaja dan kaum muda. Maka dari itu, sebagai pembina remaja dan kaum muda, kita hendaknya menanamkan pesan ini kepada para siswa dan remaja yang kita bina. Berkaitan dengan itu, edisi e-BinaSiswa kali ini membagikan kepada Anda enam alasan mengapa anak dan remaja harus ikut serta dalam misi dan pelajaran singkat dari seorang tokoh misi dunia, yaitu D.L. Moody. Simak artikel-artikel dari kami dan mari kita menjalankan misi sesuai dengan Amanat Agung Tuhan kita, Yesus Kristus.

"Jangan ada orang yang merendahkan kamu karena kamu muda, tetapi jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian." (1 Timotius 4:12, AYT)

Ariel

Staf Redaksi e-BinaSiswa,
Ariel

 

KIAT PEMBINA Enam Alasan Mengikutsertakan Anak dan Remaja dalam Misi

Sebagai bagian dari seri Global Mission with Kids, kami telah mendefinisikan misi global, melihat pada Kitab Suci mengenai hati Allah bagi dunia, dan menetapkan bahwa misi dapat terjadi di mana saja.

Gambar: Kids Global Mission

Akhirnya, pos "dasar" terakhir kami dalam seri Global Mission with Kids mencakup alasan untuk melibatkan kaum muda ke dalam misi global. Mulai besok, kita akan melihat ide-ide praktis untuk membantu kaum muda menumbuhkan hati bagi semua bangsa.

Enam alasan untuk mengikutsertakan anak-anak ke dalam misi global.

1. Anak-anak dan remaja adalah bagian dari tubuh Kristus yang berharga, dan misi adalah aktivitas vital tubuh Kristus.

Setiap kali kita berpartisipasi dalam misi global, tujuannya adalah agar Kristus dikenal di antara bangsa-bangsa. Dengan melibatkan anak-anak dan remaja kita, kita mengikutsertakan mereka dalam pelayanan yang berharga ini. Saya harap mereka adalah kontributor penting untuk usaha misi kita.

Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa kaum muda tidak bisa melayani sebaik orang dewasa, mungkin bahkan lebih baik! Mereka memiliki keterampilan yang mungkin tidak kita miliki, seperti kemampuan untuk bermain bebas dengan anak-anak dari budaya lain.

Dalam beberapa budaya, anak-anak sangat dihargai dan bisa menjadi "pintu terbuka" yang sangat baik menuju suatu hubungan. Saya menyadari bahwa ketika saya menggendong bayi di pelukan saya, sering kali menjadi lebih mudah bagi saya untuk berkomunikasi dengan wanita dari budaya lain.

2. Melibatkan kaum muda dalam misi global akan mengembangkan talenta mereka untuk pelayanan masa depan.

Kaum muda memiliki bakat yang layak digunakan untuk kerajaan Allah, dan sangatlah berharga untuk membantu mereka bertumbuh di bidang ini.

Salah satu frustrasi terbesar saya adalah ketika orang hanya memberi kaum muda pekerjaan kasar, alih-alih membiarkan mereka berkembang dengan melayani dalam cara yang akan mengembangkan talenta mereka.

Misi global sering menggunakan keterampilan unik yang bisa dipelajari oleh anak-anak dan remaja sejak usia muda. Ini mungkin berarti mendorong ketertarikan pada bahasa asing, yang memungkinkan mereka untuk mengamati pekerjaan dalam misi medis, memberi penghiburan kepada para pengungsi yang sudah lanjut usia, atau menciptakan karya seni untuk dikirim kepada anak-anak yang disponsori.

Gambar: Menjadi saksi Kristus

3. Keikutsertaan dalam misi menumbuhkan sudut pandang global yang tentu saja memperhatikan dan menghargai budaya-budaya lain.

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana semakin kita bertambah tua, semakin kita terbiasa dengan cara kita? Lebih sulit untuk mematahkan kebiasaan dan pola pikir sebagai orang dewasa. Jadi, jika Anda ingin anak Anda memiliki pola pikir global ketika mereka menjadi orang dewasa, mulailah sekarang juga!

Besok, kita akan membicarakan bagaimana memulai mengembangkan kesadaran global pada anak-anak.

4. Berpartisipasi dalam misi global bersama-sama akan memberikan ikatan yang lebih kuat antara Anda dan anak Anda.

Entah Anda orang tua, kakek, mentor dewasa, atau guru sekolah minggu, bertugas dalam misi secara bersama-sama akan memberikan pengalaman bersama yang bermakna.

5. Mengikutsertakan anak Anda dalam misi global memberi Anda lebih banyak waktu dan kemampuan untuk melayani.

Saya berusaha keras mencari waktu untuk menulis surat kepada anak yang kami sponsori, sebagian alasannya karena saya biasanya mencoba melakukan itu setelah anak-anak saya berada di tempat tidur sehingga saya dapat berfokus untuk menulis surat itu.

Menggunakan waktu ketika saya sudah menghabiskan waktu bersama anak-anak saya berarti saya benar-benar bisa menulis surat itu dan juga mengikutsertakan anak-anak saya ke dalam proyek.

Dengan melibatkan anak-anak Anda, Anda bisa menyelesaikan dua hal sekaligus: waktu berkualitas bersama anak Anda serta berpartisipasi dalam misi global. Anak Anda bahkan dapat membantu Anda bekerja lebih cepat dengan membantu Anda dalam beberapa pekerjaan.

6. Dengan berpartisipasi dalam misi global secara bersama-sama, anak-anak mempelajari konsep yang berharga.

Mereka menyadari bahwa mereka benar-benar dapat membuat perbedaan di dunia. Mereka belajar bersyukur atas banyak berkat yang telah mereka terima. Mereka menemukan kekuatan dalam melakukan sesuatu yang baru serta menghadapi lingkungan baru yang berpotensi tidak nyaman. Mereka belajar tentang hati Allah bagi bangsa-bangsa dan kasih-Nya bagi semua orang. (t/N. Risanti)

Unduh Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Faith Passed Down
Alamat situs : http://www.faithpasseddown.com/six-reasons-children-teenagers-in-global-missions/
Judul asli artikel : 6 Reasons to Include Children and Teenagers in Missions
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 17 Januari 2018
 

TOKOH D.L. Moody - Utusan Injil Terbesar Abad XIX

Gambar: D.L. Moody

D.L. Moody lahir pada 5 Februari 1837 di Northfield, Massachusetts. Ayahnya, Edwin Moody, adalah seorang tukang batu, sedangkan ibunya, Betsey Holtom, berasal dari kaum alim Purilastan. Pada 28 Mei 1841, ayahnya meninggal dunia sehingga ibunya terpaksa bekerja keras mengasuh tujuh orang anaknya. Tiap pagi, Betsey Holtom selalu membacakan Alkitab untuk anak-anaknya, dan pada hari Minggu mengajak mereka pergi ke gereja Unitaris. D.L. Moody tidak suka pergi ke gereja karena ia tidak dapat memahami apa yang dikhotbahkan. Ia lebih suka bepergian dan bersukaria. Setelah dibaptis, ibunya mendesak agar ia belajar berdoa. Ia mencoba, tetapi merasa sia-sia saja. Setelah dewasa, D.L. Moody bertekad belajar sebanyak-banyaknya sambil bekerja. Mula-mula, ia bekerja di toko buku dan alat-alat tulis, tetapi ia tidak puas dan pergi menemui pamannya di Boston. Pamannya setuju menerimanya dengan syarat ia harus ke gereja Mount Vernon, tidak minum minuman keras, dan tidak berjudi. Karena kecerdasan dan keramahannya, disertai rasa humor, ia segera menjadi penjual yang sukses.

Saat ke gereja, ia lebih suka duduk di sudut gereja yang gelap dan sering kali ia tertidur karena penat bekerja. Pada suatu hari, Edward Kimball, gurunya, menyampaikan pelajaran mengenai Musa. D.L. Moody mendengarkan dengan terpesona. Beberapa minggu kemudian, Edward Kimball memberinya Alkitab sambil memberi tahu pelajaran yang diambil dari kitab Yohanes. D.L. Moody mengambil Alkitab itu dan mencarinya dengan membuka kitab Kejadian. Guru itu melihat bahwa murid-murid yang lain tersenyum-senyum dan saling menyikut. Ia segera menyerahkan Alkitabnya kepada D.L. Moody dalam posisi terbuka dengan ayat yang tepat. Ia merasa malu, dan hari Minggu depannya, ia tidak hadir. Gurunya segera mencari dan memintanya untuk datang kembali. Tanggal 21 April 1855, Edward Kimball merasa saatnya telah tiba untuk berbicara mengenai Kristus kepada D.L. Moody. Kemudian, saat itu juga, ia bertobat.

Setelah itu, D.L. Moody bergegas kembali ke rumahnya di Northfield, dan memberikan kesaksian imannya kepada saudara-saudaranya. Namun, mereka tidak menanggapinya, dan ia kembali ke Boston dengan kecewa. Ia sering kali putus asa ketika ia ingin menjadi anggota gereja Mount Vernon. Panitia keanggotaan gereja selalu mengulur waktu karena tidak yakin bahwa ia sungguh-sungguh bertobat. Walaupun demikian, ia tetap bersemangat berbicara di persekutuan doa. Pada 20 September 1856, ia pindah ke Chicago, dan mendapat pekerjaan di toko sepatu Wiswall. Pada hari Minggu, ia pergi beribadah di First Baptist Church. Di gereja ini, ia bertemu dengan calon istrinya. Pada waktu itu, ia menjadi anggota The Young Men's Mission Band of the First Methodist Episcopal. Tujuan organisasi ini adalah mengunjungi hotel dan asrama, serta membagikan brosur dan mengajak orang hadir dalam kebaktian. Pada musim gugur tahun 1858, ia mulai membuka sekolah minggu sendiri. Ia mendapat persetujuan dari walikota untuk memakai North Market Hall sebagai tempat ia membina anak-anak. Pada tahun 1860, ia meninggalkan usaha dagangnya, dan memfokuskan diri pada pelayanan, padahal pada saat bekerja ia mendapat 5.000 dolar -- jumlah uang yang cukup besar pada saat itu. Tahun pertama menjadi pekerja Kristen, ia hanya mendapat 300 dolar, tetapi ia yakin akan pemeliharaan Tuhan. Di bawah pimpinannya, sekolah minggu dan YMCA (Persatuan Pemuda Kristen, hasil dari kebangunan rohani dari tahun 1857 -- 1858) berkembang pesat. Kemudian, ia mendirikan gereja, dan gereja itu diresmikan pada awal tahun 1864. Gerejanya menjadi gereja yang berkembang dan paling giat di kota tersebut. Pada masa Perang Saudara di Amerika, ia mendukung penghapusan budak, dan ia mulai melayani para tentara. Ia dicintai para prajurit karena usahanya yang tidak mementingkan diri sendiri dan sangat memperhatikan para prajurit.

Pada 22 Februari 1867, D.L. Moody dan istrinya berangkat ke Inggris, ia ingin menjumpai Spurgeon, seorang pengkhotbah terkenal. Setelah mengadakan pembicaraan dengan Spurgeon, ia mengunjungi Bristol melihat panti asuhan yang didirikan oleh George Muller. Ia juga pergi ke Edinburgh, dan mendapat kesempatan berpidato di Free Assembly Hall. Ia juga sempat mengunjungi Dublin. Di sini, ia bertemu dengan Harry Moorehouse, seorang pemuda yang sangat mengesankan hati D.L. Moody. Karena kefasihan Moorehouse dalam menguraikan firman Tuhan, D.L. Moody menjadi lebih rajin mempelajari Alkitab. Saat ada pameran di Paris, ia berkunjung ke sana bersama istrinya, dan ia berkhotbah beberapa kali di Paris. Tahun 1870, saat Rapat Pemuda Kristen Sedunia (Internasional Convention of the Young Men's Christian Association), ia bertemu dengan Ira D. Sankey, yang kelak akan menjadi mitra utama Moody dalam pekerjaan pengabaran Injil. Ira D. Sankey mempunyai talenta memuji Tuhan.

Pada tanggal 8 Oktober, terjadi kebakaran hebat di Chicago yang menghanguskan Farwell Hall dan Illinois Street Church. Saat itu, D.L. Moody sedang mengalami pergumulan rohani berkaitan dengan kuasa Roh Kudus. Setelah membawa istri dan keluarganya ke tempat yang aman, ia bergegas mencari bantuan ke bagian timur negara dan terkumpullah uang sebesar 3.000 dolar. Dengan dana tersebut, gereja darurat segera dibangun, dan diresmikan sebagai North Side Tabernacle. Tidak lama kemudian, ia mengalami urapan Roh Kudus. Chicago mengalami kebangunan rohani yang besar.

Gambar: Moody berkhotbah

Pada bulan Juni 1872, ia pergi ke Inggris untuk kedua kalinya karena ingin memperdalam pengetahuan tentang Alkitab. Semula ia berniat menghindari pelayanan berkhotbah, tetapi atas permintaan seorang pendeta, akhirnya ia menyanggupi untuk berkhotbah di Old Balley. Terjadi kebangunan rohani di gereja tersebut, beratus-ratus orang bertobat. Setelah ke Dublin, ia kembali ke Old Balley, dan mengadakan kebaktian selama 10 hari. Setelah tiga bulan, ia kembali ke Amerika, dan setahun kemudian, ia kembali ke Inggris memimpin kebaktian selama 5 minggu di York. Di sini, ratusan orang bertobat. Kemudian, tim penginjilan ini melanjutkan perjalanan ke Sunderland dan New Castle-On-Tync. Hasil kebangunan rohani ini terdengar sampai ke Edinburgh. Para pendeta kemudian mengundang D.L. Moody untuk memimpin kebaktian di sana. Gaya khotbah D.L. Moody yang sederhana dan berapi-api, disertai pimpinan Roh Kudus membuat kebangunan rohani besar-besaran, dan berita kebangunan ini semakin meluas ke seluruh negeri. Setelah tiga bulan di Edinburgh, mereka ke Dundee dan Glascow untuk berkhotbah selama empat bulan. Pada September 1874, mereka menuju Belfast, Irlandia, dan puncak ibadah terjadi di Exhibition Palace di Dublin. Pada 9 Maret 1875, dimulailah serangkaian kebaktian di London dengan jumlah pengunjung mencapai 15.000 - 20.000 orang. Pada waktu itu, D.L. Moody baru berusia 38 tahun. Setelah tiba di Amerika, D.L. Moody dan rombongannya memberitakan Injil di New York, Philadelphia, Baltimore, St. Louis, Cincinnati, Chicago, dan Boston. Pada musim semi tahun 1892, D.L. Moody mendapat kesempatan untuk mengunjungi Yerusalem dan Kairo. Setelah mengunjungi beberapa tempat bersejarah, ia dan timnya bertolak ke Italia. Pada 26 Januari 1896, ibunya meninggal dunia. Waktu ibunya dikebumikan, ia berkata, "Apabila setiap orang memiliki ibu seperti ini, maka semua penjara akan dihapus."

Pada 30 Oktober 1898, cucu perempuannya meninggal dunia karena radang paru-paru. Walaupun demikian, ia berkata, "Saya sungguh bersyukur kepada Allah atas hidup ini, cucu saya kini berada di surga bersama Yesus selamanya, kita semua akan segera menyusulnya." D.L. Moody berkhotbah untuk terakhir kalinya pada 16 November 1899. Pada malam itu, Convention Hall penuh sesak. Pada 22 Desember menjelang kematiannya, ia berkata, "Dunia bergerak mundur, surga terbuka bagiku ... kalau ini kematian, maka begitu nikmatnya. Tuhan memanggil saya, maka saya harus pergi." Pada 26 Desember 1899, ia dimakamkan di Kota Northfield dengan diiringi lagu, "Yesus Pengasih Jiwaku".

Sumber asli:
Judul majalah : Cahaya Buana, Edisi 92/2002
Judul artikel : Dwight L. Moody -- Utusan Injil Terbesar Abad XIX
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Komisi Literatur GKT III Malang
Halaman : 16 -- 17 dan 33

Diambil dari:
Nama situs : e-Misi
Alamat situs : http://misi.sabda.org/d-l-moody-utusan-injil-terbesar-abad-xix
Tanggal akses : 6 Februari 2018
 
Stop Press! Dapatkan Publikasi 40 Hari Doa, Mengasihi Bangsa dalam Doa!

Publikasi 40 Hari Doa

Yayasan Lembaga SABDA melalui publikasi 40 Hari Doa mengajak Anda bersatu hati untuk mendoakan saudara-saudara kita yang akan melaksanakan ibadah puasa pada Mei-Juni mendatang. Dengan bergabung dalam gerakan doa ini, kita akan bersama-sama memohon kuasa Tuhan dinyatakan bagi saudara-saudara kita sehingga mereka dapat beroleh jalan kepada Kristus, sang Kebenaran Sejati.

Jika Anda rindu untuk bergabung dalam gerakan doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail Anda ke: subscribe-i-kan-buah-doa@hub.xc.org. Anda juga dapat mengajak teman-teman Anda untuk bergabung menjadi pendoa dengan mengirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: doa@sabda.org. Setelah terdaftar menjadi pelanggan, Anda akan menerima kiriman publikasi kami melalui email.

Mari, kita bersatu hati dan berdoa supaya setiap suku bangsa memuliakan nama-Nya. Amin.

"... supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." (Mazmur 67:2)

 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Amidya, Ariel, dan Davida
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org