Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/100

e-BinaSiswa edisi 100 (2-7-2018)

Pendidikan Seks bagi Remaja Kristen

Pendidikan Seks bagi Remaja Kristen -- Edisi 100/I/Juli 2018
 
Pendidikan Seks bagi Remaja Kristen
Edisi 100/I/Juli 2018
 
e-BinaSiswa Salam damai sejahtera,

Jarang ada orang tua atau guru yang memberikan pendidikan seks kepada anak karena hal itu dianggap tabu. Akan tetapi, didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, anak-anak bisa belajar tentang seks melalui buku, majalah, ataupun internet, sering kali tanpa didampingi oleh orang tua. Dampak negatifnya, remaja bisa mulai jatuh ke dalam hubungan pertemanan yang tidak sehat, yang bisa mengarah ke penyimpangan seksual. Untuk mengantisipasi hal-hal tersebut, sangat penting bagi orang tua untuk mengajarkan dan memberikan pendidikan seks kepada anak. Orang tua, guru, dan pembina remaja perlu mengajarkan bahwa seks adalah kudus, dan remaja/pemuda perlu memandang seks dengan kacamata yang benar. Kiranya artikel dan bahan ajar yang kami sajikan dalam edisi kali ini dapat menolong kita memahami pentingnya pendidikan seks, yang nantinya akan kita sampaikan juga kepada anak/remaja.

Kami bersyukur karena Publikasi e-BinaSiswa telah mencapai edisi ke-100. Kami berharap Publikasi e-BinaSiswa akan terus dapat menyuguhkan bahan-bahan berkualitas dan alkitabiah untuk membina dan menuntun remaja menuju langkah iman yang sempurna dalam Kristus. Soli Deo gloria!

Amidya

Pemimpin redaksi e-BinaSiswa,
Amidya

 

ARTIKEL Pendidikan Seks dalam Keluarga

Seks sebetulnya adalah hal yang paling banyak memenuhi pikiran anak-anak remaja. Namun, hal ini justru enggan untuk dibicarakan.

Pendidikan seks bukanlah suatu pendidikan formal. Kita mengajarkan tentang seks kepada anak-anak kita secara berkelanjutan, bertahap, dan informal. Di sini, seks tidak hanya mencakup yang berkaitan dengan moralitas meskipun itu adalah bagian yang penting yang harus kita bicarakan kepada anak kita. Akan tetapi, orang tua juga perlu membicarakan aspek fisik atau aspek seksual dari seks itu sehingga anak-anak mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan seks itu dan tentang kapan seks itu boleh dinikmati, dan siapa yang boleh menikmatinya.

Gambar: Seks itu anugerah Tuhan

Bagi remaja, hal seksual bukan saja menjadi hal yang bersifat kognitif, bersifat rasional yang harus dia ketahui, melainkan hal itu benar-benar mulai memengaruhi kehidupan dia secara menyeluruh. Dan, keinginan-keinginan untuk dekat dengan seseorang secara fisik itu mulai ada pada anak-anak remaja. Jadi, kita, sebagai orang tua, harus secara proaktif mengambil inisiatif.

Mengapa kita perlu mengajarkan seks secara keseluruhan di rumah? Sebab, seks bukan saja perkara fisik atau anatomis, melainkan seks menyangkut emosi, menyangkut yang terutama kerohanian. Sebab, seks adalah salah satu perbuatan fisik yang disoroti Tuhan dan diatur oleh Tuhan secara langsung, maksudnya diikat oleh kaidah rohani.

Dunia cenderung mengajarkan bahwa seks adalah sebatas masalah fisik, pemuasan kebutuhan fisik, dan kalaupun dikaitkan dengan yang lebih bersifat rohani, dunia cenderung memberikan gambaran bahwa:

  1. Seks adalah untuk orang yang saling menyukai, saling mencintai. Dengan kata lain, seks itu makin hari makin dilepaskan dari beberapa cengkeraman yang seharusnya mengatur dan melindungi seks ini, yaitu seks makin hari makin dilepaskan dari lembaga pernikahan.
  2. Seks makin hari makin dilepaskan dari lembaga komitmen.
Gambar: Peran orang tua

Peran terbesar orang tua adalah menekankan bahwa seks bukanlah semata-mata masalah kebutuhan fisik atau masalah saling mencintai. Jauh lebih agung dan lebih berat dari itu adalah masalah komitmen, masalah institusi pernikahan yang diakui masyarakat, dan yang paling penting adalah bahwa itu diatur oleh Tuhan sendiri. Sewaktu tidak dilaksanakan sesuai dengan kehendak Tuhan, hal itu menjadi dosa.

Dampak jika orang tua tidak mengajarkan pendidikan seks kepada anak adalah anak akan mendapatkan informasi dari teman-temannya, dari buku, dari film, dan kemungkinan besar, mereka tidak mendapatkan gambar menyeluruh mengenai seks itu. Dan, seks hanya ditekankan pada sesuatu yang nikmat belaka. Tidak ada lagi bobot moral, bobot pernikahan, dan komitmen di dalamnya.

Dalam 1 Korintus 6:18 dikatakan, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Akan tetapi, orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." Di sini, Tuhan memberikan satu pembedaan antara dosa yang dilakukan di dalam diri dan di luar diri. Ternyata, percabulan, yaitu hubungan seksual di luar nikah, adalah dosa yang menyangkut diri kita sendiri. Kita berdosa terhadap tubuh kita. Mengapa? Karena tubuh kita adalah Bait Allah, tempat kediaman Allah, tempat kediaman Roh Kudus. Sewaktu kita mencabulkan diri, kita mencabulkan tubuh Allah. Dalam 1 Korintus 6:20 dikatakan, "Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" Jadi, kita mendapatkan mandat dari Tuhan: tubuh ini tidak dipakai untuk hal-hal yang cabul.

Unduh Audio

Diambil dari:
Nama situs : Telaga
Alamat situs : http://www.telaga.org/berita_telaga/pendidikan_seks_dalam_keluarga
Judul artikel : Pendidikan Seks dalam Keluarga
Penulis artikel : Pdt. Paul Gunadi
Tanggal akses : 26 Maret 2018
 

BAHAN AJAR Tekanan Seksual

Tujuan

Pada akhir pelajaran ini, murid-murid akan mampu untuk:

  1. Menunjukkan pemahaman tentang tekanan seksual di antara pemuda remaja.
  2. Membuat pendekatan pribadi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tingkah laku seksual.
  3. Mempraktikkan kemampuan dalam berbicara dan mendengar sebagai alat untuk belajar.
  4. Menerapkan keterampilan dasar logika dan alasan.

Bahan-bahan

  • Kertas, pulpen, pensil
  • Lembaran kata-kata kunci Tekanan Seksual dan Kebenaran Tekanan Seksual
  • Penilaian untuk bahan penelitian

Prosedur

Gambar: Sex identity

1. Masa sekolah menengah merupakan masa yang sulit bagi anak-anak secara seksual. Pada kelas enam, mereka mulai mempelajari seks dan identitas seksual mereka. Mereka sering bingung dan tidak siap dengan masyarakat yang penuh dengan pesan-pesan, tekanan, dan bahaya seksual:

  • Mereka merasakan tekanan untuk menertawakan lelucon seks meskipun mereka malu dengan hal-hal itu.
  • Televisi menggembar-gemborkan seks, tetapi anak-anak sekolah menengah masih sedikit takut dengannya.
  • Mereka mungkin tidak mau terlibat dengan keranjingan booty dancing terkini dalam acara dansa di sekolah sebelah, tetapi mereka merasakan tekanan dari teman-teman mereka.
  • Anak-anak lelaki menarik tali bra anak-anak perempuan di aula. Anak-anak perempuan tidak yakin apakah mereka harus senang ketika seseorang bersikap genit terhadap mereka atau harus tersinggung.
  • Dalam ruang siber, anak-anak bisa mengakses situs-situs pornografi atau bersikap genit dengan "teman-teman" virtual mereka di internet.

Di manakah anak-anak sekolah menengah menentukan batasannya? Bagaimana mereka mengembangkan rasa hormat yang sehat untuk seksualitas mereka sendiri dan orang lain? Apa yang pantas? Bagaimana mereka mengatakan tidak kepada tekanan? Kapan mereka berada dalam bahaya? Apa batasan-batasannya?

Tekanan seksual mengajarkan kepada anak cara untuk menentukan batasan-batasan, menghormati diri mereka sendiri, dan menghormati orang lain di dunia yang penuh dengan pesan, tekanan, dan bahaya seksual yang terkadang membingungkan dan sulit untuk menentukan arah.

Jelaskan kepada murid Anda bahwa tujuan dari latihan ini adalah untuk menolong anak menghadapi isu-isu ini dan memulai dialog dengan orang tua mereka. Mereka akan melihat bagaimana mereka ingin orang tua mereka berbicara kepada mereka tentang seks. Ini merupakan kesempatan bagi mereka untuk menetapkan aturan tentang apa yang dibicarakan dan bagaimana. Tugas ini secara khusus melihat pada bagaimana isu-isu, seperti tingkah laku pribadi dan emosi, diarahkan. Membicarakan isu-isu moral seputar seks mungkin merupakan hal yang paling sulit bagi remaja, sama seperti bagi orang tua. Murid bisa mulai belajar bagaimana menghadapi tekanan seksual dengan membuka percakapan.

2. Membuat Pertanyaan dan Jawaban

Para murid akan dibagi menjadi kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 -- 5 murid.

Para murid diarahkan untuk memulai diskusi kecil mengenai isu-isu seks dan moralitas, seperti emosi seseorang, godaannya, dan tingkah lakunya. Tugas mereka adalah mencatat pertanyaan-pertanyaan penting yang diperoleh dari diskusi ini. Mereka harus membuat sedikitnya 8 -- 10 pertanyaan untuk dipresentasikan di depan kelas.

Contoh pertanyaan:

  • Apakah perbedaan antara cinta dan seks?
  • Apa saja cara untuk mengungkapkan cinta tanpa hubungan seksual?
  • Apa yang harus dipikirkan sebelum Anda memutuskan untuk melakukan hubungan seksual?
  • Apa perasaan-perasaan yang mungkin dirasakan oleh seseorang setelah melakukan hubungan seksual?
  • Bagaimana cara Anda mengatasi tekanan teman sebaya?
  • Apa saja hal-hal yang mungkin menggoda seseorang untuk berpikir melakukan hubungan seksual?
  • Apakah menari mendorong terjadinya hubungan seksual? Apakah pakaian mendorong terjadinya hubungan seksual?
  • Menurut Anda, apa arti kekerasan/pelecehan seksual?
  • Apa itu kencan perkosa?

Catatan: beberapa pertanyaan mungkin mencakup topik melakukan tindakan pencegahan seks (kontrasepsi), penyakit menular melalui hubungan seksual, kehamilan, dan menjadi orang tua. Meskipun pertanyaan semacam ini penting untuk disentuh, tetapi tugas ini bukan bertujuan untuk hal-hal itu. Murid perlu berfokus pada dampak emosional terhadap seks dan macam-macam godaan yang ada di luar sana.

Langkah berikutnya adalah meminta kelompok-kelompok untuk membuat dan mencatat jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mereka kembangkan. Pertanyaan-pertanyaan murid kemungkinan telah dijawab sesuai perasaan mereka. Jika akses untuk mempelajari bahan-bahan studi tersedia, mintalah murid-murid untuk mencari jawaban studi atas pertanyaan untuk memeriksa jawaban-jawaban yang telah mereka tulis.

Terakhir, sementara bekerja dalam kelompok mereka, murid-murid bisa mengartikan kata-kata penting mengenai topik seputar seks. Lihat salinan terlampir versi guru yang mengandung definisinya. Gunakan lembaran lampiran Kata Penting Tekanan Seksual sebagai lembar kerja murid untuk latihan perbendaharaan kata.

3. Bermain Peran – “Percakapan Orang Tua”

Gambar: Keluarga

Masing-masing kelompok akan memilih 2 -- 3 murid dari kelompok mereka untuk memainkan peran "percakapan dengan orang tua" tentang seks. Satu atau dua murid akan bermain menjadi "orang tua" dan "anak".

Kemudian, murid-murid akan memainkan peran tentang "pembicaraan" orang tua/anak tentang seks dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang didiskusikan oleh kelompok mereka. "Pembicaraan" ini bisa mengambil sudut pandang dari anak yang bertanya kepada orang tua atau dari orang tua yang bertanya kepada anak. Murid-murid harus berusaha untuk memainkan kedua skenario.

Penting bahwa pembicaraan ini dipandang sebagai sesuatu yang serius. Apa yang kita inginkan untuk dipelajari oleh murid-murid dari latihan ini adalah bagaimana mereka menghendaki apa yang akan dibicarakan dan dijawab oleh orang tua mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar seks.

Setelah masing-masing kegiatan bermain peran selesai, mintalah yang lainnya membahas hanya yang efektif dari "percakapan" yang baru mereka alami. Jangan biarkan murid-murid memberi masukan negatif atau mengkritik kegiatan bermain peran. Poin-poin "efektif" ini bisa mencakup cara sebuah pertanyaan diajukan atau dijawab, bahasa tubuh, atau pendekatan yang digunakan. Tuliskan hal-hal ini di papan. Setelah semua kelompok mendapat kesempatan untuk tampil, lihat lagi hal-hal yang telah ditulis di depan kelas. Mintalah mereka mencatat hal-hal itu dalam catatan mereka sendiri.

Sarankan kepada murid-murid Anda supaya mereka menggunakan daftar pertanyaan dan hal-hal penting untuk menolong mereka mendiskusikan isu-isu tentang seks dengan orang tua mereka.

Adaptasi

Kelompok yang terdiri dari murid yang lebih muda bisa berfokus pada tiga pertanyaan penting yang berkaitan dengan seks dan isu moralitas seputar seks. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa diperoleh dari diskusi kelas. Setelah kelompok-kelompok menghasilkan jawaban-jawaban pendukung atas pertanyaan-pertanyaan ini, mereka bisa memilih untuk memainkan peran "percakapan orang tua" untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya. Dengan beberapa diskusi kelas, buatlah rangkuman penggunaan taktik "percakapan orang tua" yang efektif.

Mintalah murid-murid yang lebih tua untuk mengerjakan tugas dengan tingkatan yang berbeda. Murid-murid yang tidak mendapat giliran bermain peran "percakapan orang tua" akan memainkan peran percakapan "murid ke murid". Seorang murid akan memainkan peran memberikan informasi kepada teman sebayanya, dan yang lain menerima informasi itu. Murid-murid akan belajar tentang bagaimana percakapan ini berbeda dari "percakapan orang tua".

Pertanyaan untuk Didiskusikan

  1. Bagaimana Anda ingin orang tua Anda menyampaikan isu seks kepada Anda?
  2. Apa bedanya membicarakan tentang seks dengan orang tua Anda dan membicarakan tentang seks dengan teman-teman Anda?
  3. Menurut Anda, apa artinya bertanggung jawab secara seksual?
  4. Apakah bertanggung jawab secara seksual itu keren atau tidak?
  5. Mengapa beberapa remaja melakukan hubungan seksual?

Evaluasi

Murid-murid bisa dievaluasi dengan menggunakan rubrik tiga poin berikut ini:

Tiga poin: murid-murid telah mengikuti semua perintah yang diberikan dengan partisipasi penuh dalam diskusi kelompok dan kelas. Murid-murid telah menyelesaikan semua pekerjaan kelompok mereka dan mempresentasikan skenario bermain peran di depan kelas.

Dua poin: murid sudah mengikuti beberapa kegiatan dalam kelompok dan kelas. Mereka telah menyelesaikan pekerjaan kelompok dan telah berpartisipasi dalam kegiatan bermain peran.

Satu poin: murid telah menyelesaikan bagian-bagian tugas dengan keterlibatan kelompok dan kelas yang terbatas.

Perpanjangan

"Tekanan Seksual" (Kampanye ILM)

Dalam kelompok kecil, murid-murid bisa mengembangkan kampanye Iklan Layanan Masyarakat (ILM) mengenai isu seks remaja. Iklan ini perlu berfokus pada dampak emosional dari seks dan tekanan teman sebaya dan godaan yang dihadapi oleh anak-anak. Murid-murid harus membuat visual untuk iklan mereka, seperti sebuah poster dengan slogan, pamflet, iklan TV, dll.. Kelompok-kelompok harus membuat sebuah pesan yang ditujukan kepada pemirsa remaja. Kemudian, kelompok-kelompok itu dapat membagikan kampanye ILM mereka di depan kelas melalui presentasi oral, atau memajangnya atau menggantungnya di ruangan supaya murid-murid lain bisa melihat hasil karya dan pesan mereka.

Statistik Seks

Dengan membagi terlebih dahulu ke dalam kelompok-kelompok kecil, mintalah murid-murid mengerjakan topik-topik khusus (satu topik per kelompok) seperti penyakit yang menular secara seksual, kontrasepsi, pertarakan, kehamilan remaja/menjadi orang tua, pelecehan seksual, dan isu-isu lain terkait seks. Melalui penelitian mereka, mintalah masing-masing kelompok mengembangkan lembaran "Statistik Seks" yang berpusat pada topik mereka. Dengan menggunakan kreativitas dan imajinasi mereka, murid-murid kemudian akan menuliskan "statistik seks" ini dalam bentuk formulir lembaran untuk dibagikan ke seluruh kelas. Mereka perlu mengingat bahwa meskipun ini statistik ini berdasarkan fakta, mereka perlu menangkap minat dan perhatian pembaca. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Discovery Education
Alamat situs : http://www.discoveryeducation.com/teachers/free-lesson-plans/sexual-pressures.cfm
Judul artikel : Sexual Pressures
Penulis artikel : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 27 Maret 2018
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-BinaSiswa.
binasiswa@sabda.org
e-BinaSiswa
@sabdabinasiswa
Redaksi: Amidya, Ariel, dan Lena L.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org