Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/713

e-BinaAnak edisi 713 (9-9-2015)

Relasi Pelayanan Anak dengan Keluarga ASM (I)


e-BinaAnak -- Relasi Pelayanan Anak dengan Keluarga ASM (I)
Edisi 713/September/I/2015

Salam sukacita,

Idealnya, anak-anak bertumbuh dan menghabiskan lebih banyak waktu 
bersama keluarganya. Pendidikan rohani pun seharusnya dilakukan lebih 
banyak oleh orangtua. Namun, fenomena yang terjadi saat ini adalah 
orangtua menyerahkan pendidikan rohani anak sepenuhnya kepada gereja, 
sekolah minggu, atau guru agama di sekolah. Bagaimana sikap gereja, 
atau paling tidak sikap kita sebagai pelayan anak dalam menghadapi 
fenomena ini? Apakah kita akan terus melayani anak-anak di sekolah 
minggu saja, tanpa peduli bagaimana keadaan pendidikan rohani dalam 
keluarganya? Ketika kita berbicara tentang pelayanan anak, seharusnya 
hal itu juga berbicara tentang pelayanan terhadap keluarga. Mengapa? 
Mari kita menyimak artikel dalam edisi ini. Kiranya kita dapat lebih 
memahami bagaimana relasi antara pelayanan anak dan keluarga sehingga 
pelayanan yang kita lakukan selama ini bisa lebih efektif dan seturut 
dengan tujuan Allah. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Kita perlu memperlakukan pelayanan anak secara keseluruhan. Pelayanan 
anak adalah pelayanan keluarga." (Darrell Fraley)


        AKTIVITAS: SEBUAH CETAK BIRU UNTUK PELAYANAN KELUARGA

Berbicara tentang pelayanan anak, seharusnya berbicara pula tentang 
pelayanan terhadap keluarga. Apakah gereja mengetahuinya? Setelah 
berbicara dengan para pelayan anak di seluruh negeri, jawabannya 
adalah "ya".

"Kita perlu memperlakukan pelayanan anak secara keseluruhan. Pelayanan 
anak adalah pelayanan keluarga," kata Darrell Fraley, seorang pendeta 
untuk anak-anak di Mason, Ohio. "Anda tidak dapat mengubah seorang 
anak selama periode waktu yang panjang tanpa memengaruhi orangtuanya. 
Keluarga dan gereja harus menjadi mitra." Apa artinya hal tersebut 
bagi gereja Anda? Hal ini sangat berarti bagi gereja-gereja yang 
benar-benar peduli untuk memberikan dampak bagi generasi ini dan 
generasi yang akan datang.

Keluar dengan yang Lama?

Apakah pelayanan keluarga harus menjadi pelayanan yang paling penting 
di gereja Anda? Apakah ini berarti gereja harus lebih peduli untuk 
membangun keluarga yang kuat daripada membangun gereja yang baik? 
Sebuah peringatan: Setiap kali tren pelayanan yang baru muncul, kita 
yang tinggal di realitas hitam dan putih sangat cepat untuk membuang 
yang lama dan membawa yang baru. Namun, pelayan anak yang sudah 
berpindah ke ranah pelayanan keluarga menyarankan untuk bergerak 
secara perlahan. Ajaklah pelayan anak lainnya untuk bergerak bersama 
dan bagikan visi Anda secara perlahan, lalu dorong mereka untuk 
berubah secara perlahan pula.

Selain itu, tetapkan diri Anda pada tujuan. Panggilan apakah yang 
Allah tetapkan bagi gereja Anda? Apakah mandat untuk gereja pada 
umumnya?

Banyak sosiolog mengatakan bahwa kesengsaraan sosial disebabkan oleh 
keretakan di dalam keluarga. Seandainya saja keluarga dapat 
"dibereskan", dunia kita akan menjadi tempat yang jauh lebih baik. 
Jadi, mengapa gereja Anda tidak melompat pada pelayanan keluarga? Anda 
tentu harus melakukannya, tetapi Anda harus mengerjakannya untuk 
alasan yang benar.

Beberapa orang mengatakan bahwa keluarga tidak harus menjadi pusat 
perhatian dari gereja. William Easum dalam bukunya "Sacred Cows Make 
Gourmet Burgers" menulis, "Keluarga tidak pernah menjadi prioritas 
dalam Alkitab. Keluarga disebutkan hanya enam kali dalam Perjanjian 
Baru dan tidak pernah terkait dengan jemaat. Keluarga bukanlah hal 
utama yang diperintahkan Kristus kepada kita (Matius 10:37). Pada 
beberapa kesempatan, Yesus menurunkan penekanan akan pentingnya 
keluarga. Kewajiban-kewajiban keluarga berada di belakang tuntutan 
pemuridan." Apakah Easum benar?

Coba amatilah kembali. Saya percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah 
tidak memanggil gereja untuk memperkuat keluarga demi masyarakat, atau 
hanya demi membangun absensi di dalam gereja. Allah memanggil gereja 
untuk memperkuat keluarga sehingga Kerajaan Allah diperkuat.

Mengapa Allah tertarik agar orang-orang Kristen bertumbuh menjadi 
lebih seperti diri-Nya? "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di 
depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan 
memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:14-16) Mengapa Allah 
tertarik dengan kehidupan keluarga yang sehat? Perempuan didorong 
untuk membangun keluarga yang sehat "agar firman Allah jangan dihujat 
orang" (Titus 2:5). Penilik jemaat dan diaken dinasihati untuk 
"menjadi pengurus dari anak-anak dan keluarganya sendiri" karena jika 
mereka tidak bisa mengurus keluarga mereka sendiri, bagaimana mereka 
"mengurus jemaat Allah"? (1 Timotius 3:5). Istri dan suami seharusnya 
menjadi gambaran dari Kristus dan gereja (Efesus 5:22-33). Kita, dalam 
pelayanan anak-anak, meratapi kenyataan bahwa kita memiliki begitu 
sedikit waktu dengan anak-anak dalam gereja kita. Mereka hanya bersama 
dengan kita selama beberapa jam seminggu. Kita berpikir, sulit untuk 
membuat dampak yang kekal bagi Kerajaan Allah. Oleh karena itu, dan 
ini adalah inti dari pelayanan keluarga, kita perlu memperbanyak 
pelayanan kepada anak-anak melalui orangtua mereka. Saat kita 
memuridkan dan melatih orangtua, pertumbuhan mereka akan secara 
signifikan berdampak pada anak-anak mereka.

Jadi, dalam segala hal yang kita lakukan di gereja, kita harus menjaga 
mata kita pada tujuan untuk mengenal dan menyatakan Yesus Kristus 
sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kita perlu mempersiapkan program yang 
sangat efektif dalam mencapai tujuan itu. Jika kita benar-benar ingin 
menciptakan pertumbuhan jangka panjang pada anak-anak, kita akan 
memperlengkapi pelayanan kita dengan melibatkan orangtua dan keluarga. 
Kita akan melihat peran kita dalam pelayanan anak sebagai pelengkap 
dari pembimbing anak-orangtua yang paling efektif. Daripada 
merencanakan acara "antargenerasi" yang memisahkan keluarga, kita akan 
merencanakan acara-acara antargenerasi yang nyata, yang menjaga 
keluarga tetap belajar, bermain, melayani, dan menyembah bersama-sama.

Pelayanan keluarga tampak berbeda di setiap gereja. Faktor kunci dari 
pelayanan keluarga bukanlah pada program-programnya, melainkan pada 
filosofinya.

Ben Freudenberg, seorang pelayan pemuda dan pendukung pelayanan 
keluarga, menjelaskan filosofi pelayanan keluarga: "Kita perlu 
mengubah paradigma kita. Bagaimana kita dapat menjadikan rumah -- dan 
bukan hanya gereja -- sebagai pusat iman? Banyak rumah harus memiliki 
kesadaran tentang berbagi iman. Orangtua merupakan para pelayan utama 
dari iman".

Mengubah Pandangan

Dalam upaya kita untuk melawan kerusakan keluarga, gereja telah 
membuang muatan luka pada keluarga-keluarga yang tidak sesuai dengan 
pandangan tradisional. Orangtua tunggal telah dipersalahkan atas 
segala permasalahan, mulai dari penurunan nilai membaca sampai 
kekerasan remaja yang mengamuk. Keluarga berpenghasilan ganda 
(keluarga dengan suami dan istri yang bekerja - Red.) dituduh tidak 
benar-benar merawat anak-anak mereka sebagaimana yang dilakukan oleh 
keluarga tradisional yang berpenghasilan tunggal. Dugaan untuk 
keluarga campuran (keluarga dari ayah dan/atau ibu yang pernah menikah 
sebelumnya atau keluarga dengan ayah dan ibu yang memiliki ras berbeda 
- Red.) adalah anak-anak mereka tidak akan pernah memiliki harga diri 
yang sehat atau berhasil dalam sekolah atau kehidupan.

Sayangnya, semua yang kita capai dalam penafsiran data sederhana 
tersebut adalah untuk membicarakan penghukuman dan penghakiman 
terhadap berbagai keluarga. Kebenarannya adalah ada banyak variabel, 
selain gaya dari keluarga, yang membentuk anak-anak. Kita perlu 
berbicara tentang kasih karunia dan kuasa Allah untuk keluarga masa 
kini.

"Kita perlu mencari tahu dalam hal apa para keluarga terluka dan 
mendorong serta mendukung mereka," kata Diana Warden, seorang direktur 
pelayanan anak di Virginia. "Kita perlu datang untuk mendampingi 
mereka dan berbagi dengan mereka. Kita harus memenuhi kebutuhan yang 
berasal dari hasil kekacauan budaya kita. Kita harus melawannya dengan 
sumber daya rohani."

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang beragam pada masa kini, para 
pelayan keluarga harus mengerjakan pesan mereka. Freudenberg berkata, 
"Hal yang utama adalah untuk menerima keluarga apa adanya. Itu 
bukanlah isi dari Hukum Taurat. Bantulah orangtua untuk menjadi 
teladan iman. Orangtua ingin melakukannya, tetapi mereka tidak tahu 
bagaimana caranya. Kita perlu mendukung, mengasihi, mendorong, dan 
memperlengkapi mereka. Saya tidak mengenal satu orangtua pun yang 
tidak menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Mereka hanya tidak 
tahu bagaimana melakukannya. Orangtua perlu pemberdayaan. Bukan rasa 
bersalah. Mereka tidak memerlukan perasaan bersalah lainnya."

Siapa lagi yang paling cocok untuk memperlengkapi orangtua dalam 
membesarkan anak-anak yang telah Allah berikan kepada mereka? Anda!

Berbekal firman Allah dan kuasa-Nya, pelayanan keluarga Anda akan 
berdampak pada generasi mendatang. Nah, itulah yang saya sebut sebagai 
sebuah cetak biru yang dibuat di surga! (t/N. Risanti)

[Bersambung ke e-BinaAnak edisi 714]

Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: Children`s Ministry Magazine
Alamat URL: http://childrensministry.com/articles/a-blueprint-for-family-ministry/
Judul asli artikel: A Blueprint for Family Ministry
Penulis artikel: Christine Yount Jones
Tanggal akses: 24 Agustus 2015


       AKTIVITAS: MUSA DI MESIR - MEMPERKENALKAN KELUARGA MUSA

Memanfaatkan area eksplorasi dalam proses pembelajaran di kelas 
sekolah minggu.

Kelas: Balita
Tema: Musa di Mesir
Topik: Memperkenalkan keluarga Musa: nama ayah, ibu, dan kakak.
Persiapan: Cuplikan film: Musa dihanyutkan ke Sungai Nil.
Area: Mini library/merawat bayi/mewarnai bayi Musa/membuat Sungai Nil.
Bahan Alkitab: Keluaran 2:1-10

Fakta historis:
Keluarga Musa adalah orang Ibrani yang pada masa itu hidup di bawah 
perbudakan bangsa Mesir. Ayah Musa seorang keturunan Lewi bernama 
Amram. Ibunya, Yokhebed, juga seorang Lewi. Musa memiliki dua kakak 
yang bernama Harun dan Miriam. Saat Musa masih bayi, Firaun 
memerintahkan prajuritnya untuk membunuh semua bayi laki-laki Ibrani. 
Ibu Musa kemudian menghanyutkan bayi Musa di Sungai Nil agar terhindar 
dari kejaran prajurit Mesir. Atas kehendak Tuhan, bayi Musa ditemukan 
dan diangkat anak oleh Putri Firaun.

Tujuan:
1. Anak mengetahui latar belakang keluarga Musa.
2. Anak mengetahui bahwa Tuhan telah menolong ibu Musa untuk 
   menyelamatkan bayinya.

Desain area aktivitas:

1. Perpustakaan mini.
   Di area ini, anak diberi kesempatan untuk membaca dan melihat 
   berbagai gambar seputar kondisi Mesir Kuno pada zaman Musa, dan 
   buku-buku cerita Alkitab tentang kehidupan Musa. Guru dapat membuat 
   sendiri "buku-buku" yang khusus berisi informasi tentang kondisi 
   Mesir Kuno pada zaman Musa. Beberapa sumber yang bisa digunakan 
   misalnya: buku "Ensiklopedia Alkitab", "Bible Dictionary" 
   (bergambar), atau mungkin dengan melakukan browsing di internet. 
   Karena buku-buku ini akan dibaca oleh anak balita, tampilan gambar 
   jauh lebih penting dibandingkan kata-kata. Pameran gambar/foto 
   Mesir Kuno akan sangat membantu anak untuk memiliki pengetahuan 
   tentang kehidupan pada zaman Mesir Kuno. Meskipun kelihatannya 
   butuh tenaga ekstra untuk mempersiapkan area perpustakaan mini, 
   tetapi dampaknya bisa sangat luar biasa bagi anak-anak karena 
   tayangan visual/gambar tiga kali lebih efektif dibandingkan kata-
   kata. Selain itu, seluruh materi di perpustakaan mini ini masih 
   bisa digunakan untuk pelajaran tentang kehidupan Musa. Karena anak-
   anak belum bisa membaca dengan baik, di area ini sangat diperlukan 
   pendampingan dari guru sekolah minggu untuk membantu membacakan 
   atau menjelaskan gambar-gambar kepada anak-anak yang tertarik 
   berada di area ini.

2. Bermain pura-pura "merawat bayi".
   Di area ini, anak dapat memainkan peran sebagai ibu Musa, atau 
   mungkin sebagai Putri Firaun (yang dibantu oleh dayang-dayang atau 
   para pembantu lainnya) yang sedang bermain dengan si kecil Musa. 
   Apa dan bagaimana anak memainkan perannya, tidak perlu terlalu 
   diawasi apalagi dikoreksi. Izinkanlah anak memainkan perannya 
   sesuai dengan imajinasi mereka. Kalaupun ada "kesalahan" yang tidak 
   sejalan dengan alur cerita firman Tuhan, guru memiliki kesempatan 
   untuk meluruskannya saat menyampaikan firman Tuhan di akhir acara 
   bermain bebas ini. Untuk sementara, izinkan anak mengeksplorasi 
   terlebih dahulu materi pelajaran yang akan disampaikan. Meskipun 
   campur tangan guru tidak terlalu dibutuhkan di area ini, penting 
   bagi guru untuk tetap memantau apa saja yang sedang dikerjakan oleh 
   anak supaya guru dapat menangkap hal yang sedang dipikirkan oleh 
   anak-anak tersebut sementara mereka bermain.

3. Mewarnai gambar bayi Musa (dan variasi aktivitas lainnya).
   Bagi anak-anak yang suka mewarnai (dan berbagai aktivitas seni 
   lainnya, seperti menggunting, menempel, menggambar, dll.) mungkin 
   akan memilih untuk mengerjakan aktivitas ini dibanding area 
   lainnya. Setiap anak bebas memilih area/aktivitas yang ingin 
   dikerjakannya, dan juga boleh berpindah area sesuka hatinya. Bila 
   mereka merasa sudah cukup mengeksplorasi sebuah area aktivitas, 
   otomatis akan berpindah ke area lainnya. Ada anak yang akan tekun 
   mengerjakan satu hal hingga selesai, tetapi ada juga anak yang suka 
   mengerjakan beberapa hal sekaligus. Anak-anak tipe terakhir ini 
   biasanya akan selalu berpindah dari satu area ke area lainnya, dan 
   mungkin akan balik lagi ke area sebelumnya untuk melanjutkan 
   pekerjaannya. Biasanya, di area mewarnai ini tidak terlalu 
   membutuhkan pendampingan dari guru sekolah minggu karena anak-anak 
   sudah dapat melakukannya sendiri.

4. Membuat Sungai Nil.
   Meskipun sama-sama melakukan aktivitas membuat sesuatu, tetapi di 
   area ini dibutuhkan sedikit informasi dari guru sebelum anak dapat 
   menuangkan kreativitasnya dalam bentuk nyata. Misalnya, guru harus 
   menjelaskan seperti apa Sungai Nil itu, binatang apa saja yang 
   hidup di dalamnya, dan apa atau siapa saja yang mungkin sedang 
   berada di permukaan air atau di tepi Sungai Nil. Dengan sekilas 
   informasi yang menggambarkan kondisi Sungai Nil, bebaskan anak 
   untuk berkreasi dengan seminim mungkin bantuan dari guru (kecuali 
   bila anak meminta atau sedang membutuhkan pertolongan). Dorong anak 
   untuk dapat bekerja sama dengan teman-temannya mewujudkan imajinasi 
   masing-masing menjadi satu karya seni bersama yang mampu menampung 
   banyak inspirasi. Ajak anak menggunakan bahan-bahan yang ada, yang 
   mudah dimanipulasi oleh anak balita dan cukup aman bagi mereka.

Setelah selang beberapa waktu anak-anak bermain bebas di area-area 
aktivitas tersebut di atas (minimal 30 menit), tibalah waktu bagi guru 
sekolah minggu untuk mengumpulkan anak bersama-sama dan mengevaluasi 
serta memberikan penegasan atas apa yang telah dipelajari oleh anak-
anak melalui proses bermain dan beraktivitas tadi.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Indonesia-EduCenter.net
Alamat URL: http://indonesia-educenter.net/content/view/194/130/
Penulis artikel: Meilania
Tanggal akses: 8 September 2015


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org