Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/646

e-BinaAnak edisi 646 (24-7-2013)

Edisi Khusus HAN 2013: Pengasuhan Anak dalam Keluarga

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Edisi Khusus HAN 2013: Pengasuhan Anak dalam Keluarga
646/Juli/IV/2013

Salam kasih,

Edisi e-BinaAnak kali ini merupakan edisi khusus dalam rangka 
memperingati Hari Anak Nasional tahun 2013. Pada tahun ini, tema yang 
diangkat pemerintah dalam peringatan HAN adalah "Indonesia yang Ramah 
dan Peduli Anak Dimulai dari Pengasuhan dalam Keluarga". Oleh karena 
itu, redaksi menyuguhkan sebuah artikel khusus yang dapat menolong 
orang tua mengembangkan gaya pengasuhan yang efektif dalam keluarga.

Meskipun artikel ini ditujukan bagi orang tua, gereja dan para pelayan 
anak juga perlu membacanya untuk menolong para orang tua menambah 
wawasan dalam bidang pengasuhan anak. Pembentukan karakter dimulai 
dari pengasuhan dalam keluarga. Oleh karena itu, gereja maupun sekolah 
minggu perlu memikirkan pelayanan anak, bukan hanya dalam lingkup 
gereja, melainkan juga dalam lingkup keluarga mereka. Selain artikel, 
redaksi juga membawa pokok-pokok doa khusus untuk keluarga dan anak-
anak, yang dapat kita doakan bersama-sama sebagai permohonan kita 
kepada Tuhan Yesus. Kiranya seluruh sajian khusus edisi ini menjadi 
berkat bagi kita semua.

Selamat memperingati Hari Anak Nasional 2013!

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/ >


"Peringatan HAN 2013 dimaksudkan untuk mengajak semua pihak berperan 
aktif dalam upaya mewujudkan anak sebagai generasi penerus yang 
berkualitas dan berimplikasi pada pemenuhan hak dan perlindungan anak, 
yang wajib dilindungi, dihormati, dihargai, dan dijamin oleh keluarga, 
masyarakat, pemerintah, dan negara." (Ida Suseno Wulan)


         ARTIKEL: MENGEMBANGKAN GAYA PENGASUHAN YANG EFEKTIF

Gaya pengasuhan seperti apa yang dapat membentuk anak-anak menjadi 
dewasa dan menjadi seperti Yesus dalam segala hal? Penelitian terhadap 
anak-anak yang berhasil dan cakap melakukan berbagai keterampilan 
hidup (serta memiliki iman yang hidup) cenderung memiliki orang tua 
yang memiliki beberapa sifat di bawah ini:

1. Memupuk Kehangatan

Orang tua anak-anak yang kompeten cenderung menciptakan suasana 
keluarga yang hangat. Bagaimana Anda mendefinisikan kehangatan? 
Bagaimana Anda mengungkapkan cinta, perhatian, dan penegasan akan 
betapa berartinya seorang anak? Mereka menyediakan waktu untuk 
berbicara dari hati ke hati dengan anak sehingga anak memahami betapa 
dirinya sangat berarti, bukan hanya di mata orang tuanya, tetapi juga 
di mata Allah.

Ada seorang ibu yang menyediakan waktu untuk membicarakan pemikiran-
pemikiran berikut dengan anaknya selama berbulan-bulan, sampai anaknya 
menyadari betapa pentingnya arti perkataan-perkataan tersebut bagi 
hidupnya. Ibu ini membagikan pemikirannya tersebut, juga untuk 
membantu setiap orang agar menyadari bahwa mereka berharga.

"Pemahaman kita akan siapa Allah dan kerinduan-Nya untuk memberkati 
kita akan diperkaya saat kita menyadari bahwa Dia selalu rindu 
melakukan yang baik bagi kita. Dalam firman Tuhan dikatakan, 
`Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; 
dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.` (Mazmur 23:6); 
`Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak 
akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; 
Aku akan menaruh takut kepada-Ku ke dalam hati mereka, supaya mereka 
jangan menjauh dari pada-Ku. Aku akan bergirang karena mereka untuk 
berbuat baik kepada mereka dan Aku akan membuat mereka tumbuh di 
negeri ini dengan kesetiaan, dengan segenap hati-Ku dan dengan segenap 
jiwa-Ku.`" (Yeremia 32:40,41)

Beberapa tahun lalu, saya mendengar sebuah paduan suara menyanyikan 
lagu pujian yang diambil dari Zefanya 3:17. Saya belum pernah 
mendengar lagu itu sebelumnya. Kata-katanya dicetak dalam buletin 
gereja kami dan saya telah membacanya beberapa kali sejak saya 
mendapatkannya. Kata-kata itu menyemangati, memberi inspirasi, dan 
mengingatkan saya akan makna diri saya di hadapan Allah.

"Dan Allah Bapa akan menari karena engkau dalam sukacita! Dia akan 
bersuka atas orang yang dikasihi-Nya. Apakah itu paduan suara yang 
menaikkan pujian kepada Allah? Tidak, Tuhan Allah sendirilah yang 
bersukacita karenamu dalam pujian! Dan, Dia akan bergembira karenamu 
dalam pujian. Jiwaku akan bermegah di dalam Allah, karena Dia telah 
menjawab semua seruanku. Kesetiaan-Nya padaku sepasti mentari di hari 
yang baru. Bangunlah hai jiwaku dan nyanyilah! Biarlah rohku bersuka 
di dalam Allah! Bernyanyilah, oh putri Sion, dengan segenap hatimu! 
Singkirkan ketakutan karena kau telah dipulihkan! Kenakan jubah pujian 
seperti pada hari perayaan. Bergabunglah bersama Bapa dalam lagu 
gembira yang mulia.",
2. Menjelaskan Peraturan-Peraturan

Seorang anak yang kompeten biasanya berasal dari keluarga yang 
memiliki peraturan khusus mengenai hal-hal penting. Anak harus dapat 
memahami peraturan-peraturan yang ada, mengetahui tujuannya, juga 
konsekuensi jika melanggarnya. Orang tua memberi anak kesempatan untuk 
berlatih dengan mendiskusikan pelanggaran yang terjadi dan juga 
tentang apa yang orang tua harapkan dari anak-anak pada masa depan. 
Simak apa yang dikatakan Jack dan Judith Balswick tentang pola 
pengasuhan ini.

"Ada beberapa pola pengasuhan yang mendorong pertumbuhan dan 
memberdayakan anak. Namun, ada pula beberapa pola lain yang menghambat 
atau menghalangi pertumbuhan, baik dengan memupuk ketergantungan atau 
menuntut sikap kemandirian yang terlalu dini."

Dengan memahami berbagai pola pengasuhan, orang tua akan tahu 
perbedaan antara pola pengasuhan yang mengizinkan anak melakukan 
segala sesuatu (permisif) dan yang membatasi (restriktif). Orang tua 
yang menyetujui pola pengasuhan permisif, tanpa menolak penerapan 
pendisiplinan terhadap anak, menekankan bahwa kebutuhan terbesar anak 
ialah kehangatan dan rasa aman. Mereka yang berpegang pada pola 
pengasuhan restriktif, tanpa mengabaikan kasih orang tua, menekankan 
bahwa kebutuhan utama anak ialah disiplin, tanggung jawab, dan 
penguasaan diri.

Dalam ratusan penelitian yang dilakukan terhadap pola pengasuhan 
selama tiga puluh tahun terakhir, ada dua faktor yang muncul sebagai 
unsur paling penting dalam pengasuhan yang baik, yakni kendali dan 
dukungan orang tua. Istilah kendali orang tua berarti Anda, selaku 
orang tua, secara aktif memberikan petunjuk, menentukan batasan, 
mengarahkan, dan juga mengarahkan kembali tingkah laku anak ke arah 
yang diharapkan. Istilah dukungan orang tua mengacu pada peneguhan, 
dorongan semangat, dan dukungan yang Anda berikan agar anak-anak 
merasa yakin bahwa mereka diterima dan diperhatikan.

Sebagian orang tua mengajarkan tingkah laku yang benar dengan sangat 
baik, tetapi tidak begitu baik dalam menerapkannya sendiri. 
Kenyataannya, mereka berkata kepada anak-anak mereka, "Lakukan apa 
yang kukatakan, bukan apa yang kulakukan." Anak-anak jelas akan merasa 
muak kalau orang tua mereka sendiri gagal menjalankan standar yang 
mereka `khotbahkan`. Anak-anak yang melihat ketidaksesuaian ini dapat 
bersikap tidak hormat atau memberontak ketika orang tua menyampaikan 
tuntutan mereka.

Sebaliknya, orang tua yang memberi teladan hidup yang benar, tetapi 
tak pernah memberi penjelasan mengapa mereka memilih nilai-nilai dan 
prinsip-prinsip yang mereka pegang, juga kurang baik. Orang tua perlu 
membimbing, memberikan sarana, dan juga dorongan pada anak-anak dengan 
menyediakan waktu untuk menjelaskan alasan suatu tindakan yang 
diharapkan dari mereka. Yang kita cari di sini ialah keseimbangan, 
yang mungkin paling baik digambarkan sebagai peran pendisiplinan.

Kadang kala, cara anak-anak kita memberi tanggapan dapat menjadi 
cerminan tentang apa yang kita ajarkan kepada mereka. Kita takkan 
pernah tahu sampai di mana tindakan kita dapat memengaruhi mereka.

Pada kebaktian Minggu, seorang pendeta menceritakan suatu kejadian 
saat ia memundurkan mobilnya keluar dari garasi dan mendengar suara 
benda patah. Ia berhenti dan mendapati pancing kesayangannya patah 
menjadi dua.

Ia berjalan masuk ke dalam rumah dan bertanya, "Siapa yang memakai 
pancing Ayah?"

"Saya, Yah," kata anak laki-lakinya yang berusia 5 tahun.

"Lihatlah sekarang," katanya sambil mengangkat kedua patahan pancing 
itu.

"Saya memakainya untuk bermain lalu menyandarkannya di pintu garasi. 
Saya lupa mengembalikannya."

Sang ayah sadar apa yang terjadi. Ia tidak senang dengan kondisi itu, 
tetapi ia tidak ingin menyesali nasi yang telah menjadi bubur, yakni 
patahnya pancing itu.

"Terima kasih, Nak. Kau telah mengaku pada Ayah," katanya dengan 
tenang sambil kembali ke mobilnya.

Lalu, pendeta itu berkata pada jemaatnya, "Saya tidak memikirkan hal 
itu lagi, tetapi dua hari kemudian, istri saya mengatakan bahwa ketika 
ia dan anak laki-laki kami pergi ke toko, anak saya berkata, `Bu, aku 
harus membelikan Ayah alat pancing baru. Aku telah mematahkannya. Ini 
uangku.` Ia menyerahkan uang tabungannya sebesar 2 dolar kepada 
ibunya."

"Kau baik sekali mau mengganti alat pancing Ayah," kata ibunya. 
"Namun, kau tak perlu melakukannya."

"Aku ingin menggantinya, Bu," katanya. "Apalagi aku telah memahami 
satu hal. Aku sadar Ayah menyayangiku lebih dari ia menyayangi alat 
pancingnya." Orang tua seperti apakah Anda?

3. Ciptakan Suatu Konsistensi

Orang tua dari anak-anak yang kompeten punya tingkat daya tahan 
emosional yang sehat dan tak mudah terjerat. Konsistensi dari pihak 
orang tua merupakan faktor yang menentukan anak dapat mengharapkan 
orang tua menjalankan peraturan yang sama dan melaksanakan harapan 
mereka terhadap anak. Pola ini akan memberi kemantapan kepada anak.

4. Membuat Keputusan Secara Demokratis

Saya tidak tahu bagaimana perasaan Anda tentang proses pembuatan 
keputusan, tetapi telah ditemukan suatu penemuan yang konsisten pada 
penelitian tentang pola pengasuhan yang berhasil. Di situ terlihat 
bahwa pembuatan keputusan yang demokratis sangatlah efektif. Anak-anak 
diberi kesempatan untuk ikut memberikan pendapat dan didorong untuk 
memandang sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda. Hasilnya: anak-
anak mampu berpikir sendiri.

Orang tua yang menahan diri untuk tidak sedikit-sedikit membantu anak-
anak akan mendorong anak-anaknya menjadi mandiri. Caranya, anak-anak 
diberi tanggung jawab dalam hal pekerjaan rumah tangga sesuai usia 
mereka.

5. Mengajarkan Keterampilan-Keterampilan Sosial

Orang tua dari anak-anak yang kompeten memberi penekanan kuat dalam 
mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat kepada anak-
anaknya. Mereka cukup tegas dalam mengajar dan membimbing anak-anak 
sejak dini. Rasa hormat, sopan santun, dan penguasaan diri terhadap 
amarah merupakan hal-hal yang harus diajarkan kepada anak. Interaksi 
antarsaudara tidak boleh melibatkan kata-kata maupun tindakan kasar 
satu sama lain.

6. Mendorong Perbedaan Pendapat

Unsur terakhir yang satu ini dijabarkan oleh Dr. Elizabeth Ellis.

"Akhirnya, keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak-anak yang 
sehat merupakan keluarga yang mengembangkan perbedaan pendapat secara 
sehat. Apabila orang tua menekankan kemandirian, usaha memenuhi 
kebutuhan sendiri, dan pembuatan keputusan yang demokratis, anak-anak 
dapat bersikap sesuai kehendak mereka sendiri. Mungkin mereka akan 
sedikit memberontak di luar rumah atau menentang atasan mereka. 
Mungkin ada kalanya guru-guru mereka tidak senang akan hal ini karena 
acap kali mereka lebih pandai berimajinasi dan menyatakan gagasan-
gagasan baru. Mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh tekanan kelompok, 
tetapi lebih didorong oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam diri 
mereka sendiri."

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Raising Kids to Love Jesus 2
Penulis: H. Norman Wright dan Gary J. Oliver
Penerjemah: Sri Indahwati dan M.B. Sri Sulistyowati
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2003
Halaman: 126 -- 134


             POKOK DOA: KELUARGA DAN ANAK-ANAK INDONESIA

1. Berdoalah kepada Tuhan Yesus bagi setiap orang tua di Indonesia. 
Kiranya Tuhan memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada mereka untuk 
mengasuh anak mereka dengan benar. Berdoalah secara khusus bagi orang 
tua Kristen agar mereka dapat mengasuh anak mereka dalam kebenaran 
firman Tuhan.

2. Mari kita memohon kepada Tuhan Yesus agar gereja digerakkan untuk 
menolong orang tua Kristen menerapkan pola pengasuhan anak yang sesuai 
dengan firman Tuhan. Kiranya, gereja dapat membuat program khusus 
untuk menambah keterampilan orang tua dalam pengasuhan anak, khususnya 
dalam membawa anak-anak menjadi serupa dengan Kristus.

3. Berdoalah untuk setiap guru Kristen, termasuk guru-guru sekolah 
minggu. Kiranya Tuhan semakin meneguhkan panggilan mereka untuk 
mendidik anak-anak sesuai dengan teladan dari Sang Guru Agung, yaitu 
Tuhan Yesus.

4. Jangan berhenti berdoa untuk setiap anak yang ada di Indonesia. 
Tuhan Yesus juga mencintai mereka, sama seperti Tuhan Yesus mencintai 
anak-anak yang dihalangi oleh para murid datang kepada-Nya. Mari kita 
mohon kepada Tuhan Yesus agar Ia juga memberkati anak-anak Indonesia 
dan menuntun kehidupan setiap anak agar memiliki masa depan yang 
cerah.

5. Berdoalah bagi anak-anak yang mengalami banyak kesulitan hidup. 
Kiranya Tuhan Yesus menolong mereka untuk menemukan kasih-Nya ketika 
anak-anak tersebut mencari kasih yang sejati dalam hidup mereka.

6. Mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena ada perayaan khusus Hari 
Anak Nasional di Indonesia, untuk terus mengingatkan kita bahwa anak-
anak amat berharga dan bernilai di mata Tuhan. Mohonlah kepada Tuhan 
Yesus agar negara Indonesia benar-benar bisa menjadi negara yang 
"ramah terhadap anak" sehingga anak-anak bisa tumbuh dan berkembang 
dengan baik di negara tercinta, Indonesia.


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org