Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/630

e-BinaAnak edisi 630 (4-4-2013)

Pembinaan Karakter Usia Dini (I)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Pembinaan Karakter Anak Usia Dini (I)
630/April/I/2013

Salam damai Kristus,

Puji Tuhan, e-BinaAnak bisa menyapa Anda lagi pada bulan April ini. 
Tetap semangat dalam melayani Tuhan, ya! Kali ini, e-BinaAnak 
menyoroti tentang peranan orang tua dalam membina karakter anak. Tidak 
mudah untuk membina anak di tengah perkembangan zaman yang penuh 
dengan godaan, baik secara materi, relasi, pola hidup, bahkan hal 
rohani. Sebagai orang tua Kristen atau pelayan anak, kita punya 
tanggung jawab yang besar untuk pertumbuhan anak-anak kita. Kita juga 
perlu "berjuang" untuk peka terhadap setiap godaan yang 
menyerang anak dan belajar mengajarkan cara untuk "menang" 
dalam situasi tersebut kepada anak. Simaklah sajian kami dan 
terapkanlah pelajaran yang Anda temukan dalam edisi ini. Tuhan 
memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Benih yang kita tabur hari ini akan menentukan jenis buah yang akan 
kita tuai esok hari. 
(Anonim)


          ARTIKEL: MELATIH ANAK UNTUK MEMPUNYAI PRINSIP

Salah satu penyebab mengapa menjadi orang tua pada abad ini sangat 
susah adalah karena pikiran kita ditantang oleh melimpahnya godaan 
yang dialami anak-anak kita. Kita bertanya dengan waswas dalam diri 
kita, "Mampukah saya mendidik mereka hingga mencapai masa depan 
yang baik? Bukankah kredibilitas saya bakal tercermin lewat anak-anak 
saya?"

Ada banyak contoh yang membuktikan bahwa menumbuhkan kebiasaan doa dan 
membaca Alkitab dalam keluarga tidak menjadi jaminan bahwa anak 
bertumbuh dengan baik. Saya mengenal keluarga hamba Tuhan yang 
terkenal. Mereka hebat dalam berkhotbah dan mengajar sampai menarik 
ribuan bahkan puluhan ribu orang Kristen, tetapi punya anak nakal dan 
pecandu obat terlarang. Padahal, dalam keluarga ini "family 
altar" menjadi "sarapan pagi". Sebaliknya, tidak 
sedikit keluarga yang tidak mempedulikan suasana rohani bagi anak-
anaknya, tetapi justru menjadi keluarga yang berhasil. Anak-anak 
mereka menjadi sarjana, mendapat pekerjaan baik, menikah, dan mereka 
juga hidup mandiri.

Sebenarnya, bukan hanya narkoba yang menjadi tantangan anak-anak kita. 
Banyak hal lain: misalnya seks bebas, konsumerisme atau kemanjaan, 
nafsu/keinginan (hedonis), judi, kekerasan, dll..

Jadi, bagaimana seharusnya? Membiarkan anak-anak memilih jalan sendiri 
atau cukuplah dengan membimbing mereka sejak dini dalam memahami isi 
Alkitab?

Yang utama: Teladan

Anak itu anugerah! Setiap orang tua harus menyadarinya. Setiap kali 
Tuhan menitipkan seorang anak dalam keluarga, Tuhan punya rencana atas 
anak dan keluarga itu. Sebagai orang percaya, kita beriman bahwa anak-
anak kita juga adalah anak-anak yang sudah diselamatkan Tuhan, bukan 
saja waktu mereka menyatakan diri sebagai orang percaya (baptis atau 
sidi), tetapi sejak mereka ada dalam kandungan. Agar penyelamatan 
Tuhan itu dialami anak-anak kita pada waktunya, kita harus menyediakan 
waktu secara khusus untuk membimbing dan mendidik mereka dalam 
mengenal Juru Selamat.

Saya tidak percaya pada orang yang berkata, "Yang penting 
kualitas waktunya." Itu hanya perkataan orang tua untuk 
membenarkan diri. Siapa yang memberi nilai pada "kualitas 
waktu" kita untuk anak? Pada usia berapa pun, setiap anak 
membutuhkan orang tua di sampingnya.

Bagaimana perasaan anak jika hanya pembantu yang ditemuinya di rumah? 
Hubungan ibu dan anak sangat penting pada tahun-tahun pertama seorang 
anak karena dapat mempengaruhi masa dewasa mereka. Sayangnya, walaupun 
hasil riset memiliki dampak yang baik, faktanya para ibu memiliki 
berbagai alasan untuk tetap lebih senang bekerja daripada bersama 
anak-anak mereka (misalnya, karena kebutuhan materi atau status).

Anak-anak membutuhkan orang tua untuk dijadikan teladan. Jika orang 
tua jarang di rumah, siapa yang akan diteladani? Anak-anak ingin 
belajar dari orang tuanya bagaimana menghadapi kesulitan, mereka ingin 
diskusi, mengobrol, dan bercerita. Mereka punya orang tua yang bisa 
mereka percaya dan mengerti isi hati mereka.

Berikan Masukan Berharga

Dewasa ini, televisi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam sebuah 
keluarga. Hendaknya orang tua berhati-hati terhadap dampaknya. Jangan 
sampai acara televisi mengatur jadwal kita. Saya mengusulkan agar 
orang tua membelikan anaknya buku-buku yang baik, yang berisi banyak 
teladan baik agar pemikiran anak diisi hal-hal baik. Kalau bisa, 
tontonlah film-film yang ditonton lewat VCD. Tujuannya agar perhatian 
anak dari televisi teralihkan. Untuk itu, mendampingi mereka saat 
menonton menjadi suatu keharusan.

Pada usia balita, sebaiknya anak-anak jangan diperkenalkan pada 
kekerasan yang terdapat di film-film maupun siaran berita TV. Pada 
usia ini, anak-anak hanya meniru saja apa yang mereka lihat. Karena 
itu, jangan pernah katakan, "Anak nakal!" pada anak Anda, 
apalagi jika umurnya baru 1 -- 3 tahun! Siapa sih, yang ditirunya 
sampai Anda menyebutnya nakal? Jangan-jangan, dia hanya meniru 
kelakuan artis di sinetron yang Anda tonton bersamanya atau meniru 
Popeye meninju Brutus sampai terlempar ke langit.

Orang tua harus kreatif mencari kegiatan agar anak-anak tidak hanya 
duduk menonton TV, apalagi kalau sampai membuatnya tidak pergi ke 
sekolah minggu. Sebagai orang tua, kita harus menahan diri; jangan 
sampai anak enam tahun menonton sinetron "Intan", sekalipun 
mungkin itu adalah tontonan favorit kita. Itu bukan acara untuk 
usianya. Lebih baik, gunakan waktu untuk bercerita dan bermain bersama 
mereka.

Untuk anak remaja, kita perlu melatih mereka menilai sebuah film yang 
Anda tonton bersama atau mengomentari bacaan yang mereka baca. Dalam 
diskusi itu, kita dapat menyisipkan nilai-nilai baik yang perlu mereka 
ketahui dan lakukan, juga nilai-nilai buruk yang harus dijauhi.

Usia 9 -- 10 tahun merupakan saat paling tepat untuk menanamkan nilai-
nilai kristiani dalam diri seorang anak. Apa yang dibaca, 
diceriterakan, dan didengar pada usia ini, umumnya akan lama diingat. 
Hal yang sebaliknya akan terjadi, kalau yang diterima anak pada usia 
ini adalah hal-hal buruk.

Dilatih untuk Mempunyai Prinsip

Bacaan yang baik, hubungan yang dekat dengan orang tua, bekal 
spiritual yang sangat menolong anak untuk memiliki kepercayaan diri. 
Seorang murid kelas 5 SD ditantang oleh temannya, "Merokok itu 
enak `lho`, gagah. Coba deh! Kamu jadi keren, tidak kampungan 
`gini`!"

Anak yang percaya diri akan menjawab, "Itu kata kamu. Buat saya, 
tidak merokok baru keren!" Sebaliknya, anak yang tidak percaya 
diri akan mudah terpengaruh. Di rumah, orang tua perlu menanyakan pada 
anak-anak apakah mereka pernah ditawari sesuatu oleh teman mereka. 
Jika hubungan dengan anak baik, anak akan dengan senang hati 
menceritakan pengalamannya di sekolah.

Saya mengenal seorang anak berusia lima tahun yang menolak diberi es 
krim oleh orang tua temannya di pesta ulang tahun. Sambil memandang es 
krim tersebut dengan penuh keinginan, si anak menggelengkan kepalanya. 
"Aku alergi dingin, nanti batuk," katanya. Di tempat 
terpisah anak itu menjelaskan pada saya, "Kata dokter, kalau aku 
sudah SD, alergiku hilang, aku boleh makan es krim lagi. Sekarang 
belum boleh." Inilah anak yang punya bekal pandangan matang ke 
masa depan.

Orang tua juga perlu tahu apakah anaknya punya stres tertentu di 
sekolah atau di lingkungan rumah. Misalnya, takut terhadap suatu 
pelajaran, takut pada seorang guru atau teman. Bisa juga, anak itu 
tertekan karena melakukan perbuatan kriminal, misalnya mencuri, dan 
ketahuan. Anak-anak yang stres sangat mudah dipengaruhi untuk 
melakukan hal-hal negatif.

Untuk mengerti tekanan-tekanan yang sedang dihadapi anak, kita harus 
terlebih dulu berusaha membangun kepercayaan anak terhadap kita. Anak-
anak harus yakin bahwa kita tidak akan menghakimi atau membuat mereka 
malu.

Jangan Putus Asa

Jangan putus asa jika anak-anak kita sudah terlanjur jatuh dalam 
kegiatan narkotika dan obat-obatan terlarang. Asal kita mengerti saja, 
pasti ada yang salah dalam keluarga kita. Jangan saling menyalahkan. 
Temukan saja kesalahannya dan usahakan untuk memperbaikinya. Tidak 
perlu malu kredibilitas kita akan jatuh di depan orang lain.

Anak-anak demikian perlu diobati, jangan dijauhi apalagi dianggap 
sampah. Biarkan Tuhan mengerjakan apa yang tidak mampu kita tangani 
dan kita melakukan apa yang mampu kita lakukan. Bila perlu, ajaklah 
dia untuk melakukan terapi fisik, terapi mental, dan konseling rohani. 
Orang tua tidak perlu malu. Doakan terus, sampai Tuhan memenuhi janji 
penyelamatan-Nya.

Mungkin sebulan, setahun, bisa juga seumur hidup kita. Waktu Tuhan, 
itu yang terbaik! Dalam teks Yunani, kata "asuh mereka" 
bersifat aktif, yang diberi tekanan dan dalam waktu sekarang. Kata itu 
secara aktif berarti anak tidak secara otomatis dapat bertumbuh 
seperti yang Tuhan inginkan dari mereka. Hal itu menunjukkan bahwa 
anak tidak dapat membawa dirinya secara tepat. Firman Tuhan dengan 
jelas mengatakan bahwa anak yang membawa diri dan kemauan sendiri akan 
membuat malu ibunya (Amsal 29:15).

Alkitab menegaskan bahwa apabila orang tua mengizinkan anaknya 
bertumbuh dalam keinginan mereka sendiri, anak itu akan membawa hal 
yang memalukan bagi orang tuanya. Allah tidak menginginkan anak 
bertumbuh sekehendak hatinya. Sebab itu, Allah memberikan orang tua 
yang secara aktif terlibat dalam pemeliharaan anak, sesuai dengan 
keinginan Allah.

Dalam kalimat "asuh mereka" atau "pelihara mereka" 
masih ada hal lain yang dapat dilihat, yaitu: 
1. Kita harus memelihara dan mengasuh anak 
   untuk mengenal dan percaya  dalam Yesus Kristus (Markus 12:13). 
2. Kita harus menjadikan anak kita sebagai murid Yesus Kristus yang 
   sungguh (Yakobus 1:21-25).

Tujuan kita mendidik adalah agar anak-anak disiplin dalam jalan Tuhan 
sehingga tingkah laku, pola, dan jalan hidup mereka mulai 
merefleksikan keserupaan dengan Tuhan Yesus. Secara objektif, kita 
harus mendidik mereka dalam pemikiran, sikap, dan tindakan yang dapat 
mencerminkan keserupaan dan gaya hidup kekristenan yang diperintahkan 
dalam Alkitab.

Menjadi orang Kristen dewasa membutuhkan kedaulatan pekerjaan Allah 
karena hanya Allah yang dapat menyelamatkan dan menguduskan. Membawa 
anak untuk mengenal Yesus Kristus tidak hanya sampai di situ saja, 
tetapi membawa mereka menjadi dewasa, dengan membuat mereka melakukan 
kebenaran yang mereka dapatkan dari Yesus. Seperti dalam Amanat Agung, 
Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memuridkan orang, yang berarti 
mengenal kebenaran, taat kepada kebenaran, melakukan kebenaran, merasa 
dihibur dan diubahkan oleh kebenaran. Demikianlah tanggung jawab 
sebagai orang tua.

Membesarkan Anak dalam Tuhan

Berlawanan dengan pendapat kebanyakan orang, anak bukanlah malaikat 
cilik. Alkitab mengatakan bahwa anak yang dibiarkan akan mempermalukan 
ibunya (Amsal 29:15). Hal ini terjadi karena kebodohan mengikat hati 
seorang anak (Amsal 22:15). Mereka adalah anak yang dimurkai (Efesus 
2:3). 
Mereka terpisah (dari Allah) semenjak dari kandungan ibu (mazmur 
51:5, 58:3). 
Secara natural, anak tidak berlaku benar, sesungguhnya 
perilakunya berlawanan dengan kebenaran.

Konsekuensinya adalah kita menolong mereka untuk memilih yang benar, 
belajar melakukan hal yang benar, dan hidup sesuai dengan jalan yang 
benar. Allah mengatakan bahwa mereka perlu didisiplin. Disiplin 
mengarah kepada penguatan keinginan belajar, dengan memakai struktur 
atau belajar dengan sungguh-sungguh.

Allah mengatakan bahwa jika ingin membuat anak bertumbuh dalam hal 
yang benar, engkau harus membuat hal itu bijaksana bagi mereka agar 
dapat ditaati. Ketika anak tidak mau menuruti perintah, engkau harus 
mendisiplin mereka untuk melakukan hal yang benar. Hal ini penting 
untuk diperhatikan bahwa hanya ada satu jenis disiplin yang dapat 
dipakai untuk memelihara anak kita. Kita memelihara anak kita ke dalam 
disiplin Tuhan.

Disiplin Tuhan merupakan disiplin yang telah diajarkan dalam Alkitab. 
Kitab Amsal mencantumkan cara mendisiplin anak. Lebih jauh lagi, 
disiplin dari Tuhan menunjuk pada cara Allah mendisiplin anak-anak-
Nya. Dalam Ibrani 12, Allah mendisiplin orang yang sungguh menjadi 
anak-Nya melalui iman kepada Yesus Kristus. Kesimpulannya, mendidik 
anak dalam disiplin Tuhan berarti menggunakan disiplin yang dipakai 
Tuhan (kepada orang Kristen) untuk anak, atau seperti yang dinyatakan-
Nya dalam firman-Nya. Karena begitu melimpahnya materi dalam Alkitab 
mengenai disiplin, kita tidak mungkin melakukannya dengan seluruh 
tenaga seperti dalam buku petunjuk ini.

Secara singkat, dapat dituliskan beberapa prinsip yang harus dilakukan 
dalam melatih disiplin Tuhan, yaitu: 
1. Batasan yang jelas perlu 
   dibuatkan bagi anak (Amsal 29:15; Keluaran 20:1-17). 
2. Hindarkan peraturan yang dapat menimbulkan bahaya yang tidak diketahui. 
3. Pastikan anak mengerti peraturan dan aturan yang dibuat. Kita harus 
   menuliskan peraturan yang lebih lanjut kepada mereka. 
4. Diskusikan dengan anak untuk menerangkan apa yang mereka pikirkan tentang 
   peraturan tersebut.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Ayah Anak Cucu
Penulis: Julianto Simanjuntak, Roswitha Ndraha, dan Taliziduhu Ndraha
Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), 2008
Halaman: 109 -- 122


                    WARNET PENA: VALLEY VIEW KIDS

Situs Valley View Kids hadir sebagai representasi dari pelayanan anak 
Valley View yang berada di Selatan Louisville, Kentucky. Pelayanan ini 
dibentuk dengan tujuan untuk mendukung peran keluarga dalam mengajar 
dan mengasuh anak-anak supaya mengenal Tuhan. Ada beberapa pengampu 
yang terlibat dalam pelayanan ini, terutama untuk mengajarkan firman 
Tuhan kepada anak-anak, sesuai dengan usia mereka. Selain belajar 
firman Tuhan, ada aktivitas lain, misalnya olahraga, yang bisa diikuti 
oleh anak-anak.

Pelayanan Valley View tidak bisa berdiri sendiri. Pelayanan ini 
membutuhkan orang-orang yang dengan sukarela mau mengasuh dan membawa 
anak-anak kepada Kristus. Untuk itu, kebutuhan akan sukarelawan ini 
ditayangkan dengan jelas di situs, termasuk kriteria sukarelawan yang 
nantinya bisa terlibat dalam pelayanan ini. Mari ketahui lebih banyak 
tentang Valley View -- pelayanan anak yang selalu memiliki gairah 
untuk Misi, Penginjilan, dan Pemuridan -- dengan berkunjung ke situs 
ini. (Santi T.)

 ==> http://www.valleyviewchurch.org/


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org