Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/600

e-BinaAnak edisi 600 (29-8-2012)

Mengajarkan Kemerdekaan Rohani kepada Anak (V)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Mengajarkan Kemerdekaan Rohani kepada Anak (V)
600/Agustus/V/2012

DAFTAR ISI
ARTIKEL: MERDEKA DI DALAM KRISTUS
KESAKSIAN: KEMENANGAN DI DALAM KRISTUS

Shalom,

Sebagai orang percaya, kita diselamatkan oleh Kristus dan menerima Roh
Allah dalam hidup kita. Roh Allah akan membebaskan kita dari
perbudakan dosa dan hidup kita akan dimerdekakan oleh Kristus. Lalu,
apa yang harus dilakukan oleh orang yang sudah merdeka di dalam
Kristus? Simaklah artikel di bawah ini, dan jangan lewatkan kesaksian
dari Soetgen -- orang percaya yang dipenjara karena imannya kepada
Kristus. Selamat menyimak, Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi Titik Lestari
< http://pepak.sabda.org/ >

                  ARTIKEL: MERDEKA DI DALAM KRISTUS

"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi
janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk
kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh
kasih. Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini,
yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Tetapi
jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya
jangan kamu saling membinasakan." (Galatia 5:13-15)

Pada umumnya, surat Paulus selalu dibagi menjadi dua garis besar,
yaitu doktrin dan kewajiban-kewajiban praktis atau penerapan. Demikian
juga, surat Galatia dibagi menjadi dua bagian. Pasal 1-4 bernada
teologis dan pasal 5-6 bernada praktis. Banyak penyesatan terjadi
karena mengabaikan ajaran yang benar, dan banyak pula orang yang
tersandung karena melihat orang Kristen tidak berbuat seperti apa yang
telah diajarkan. Apa yang kita lakukan harus ada dasar (doktrin),
tetapi tidak cukup doktrin karena doktrin harus diwujudkan dalam
kehidupan nyata. Kehidupan Kristen harus seimbang antara doktrin dan
kewajiban. Antara pengakuan kepercayaan dan tingkah laku. Vincent
Taylor mengatakan demikian, "Ujian bagi seorang teolog yang baik
ialah: apakah teolog itu dapat menulis karangan yang sangat sederhana
dan praktis? Artinya, dapatkah teolog tersebut membahasakan
pemikirannya yang tinggi itu dalam bahasa sederhana yang dapat
diterapkan dalam hidup orang awam?"

Dalam surat Galatia, Paulus mengajarkan tentang kemerdekaan Kristen.
Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih
karunia sangat berbahaya karena doktrinnya menggantikan Hukum Taurat.
Jika segala peraturan dan standar kita dihapuskan, maka jemaat Tuhan
akan berantakan. Tentu tidak demikian! Anugerah Allah pasti memberikan
tanggung jawab! Seseorang yang hidup di dalam anugerah Allah
seharusnya memiliki komitmen yang tinggi, untuk lebih bertanggung
jawab kepada Allah. Orang Kristen yang hidup dengan iman tak akan
menjadi pemberontak.

Kata "merdeka" adalah kata yang indah untuk didengar. Merdeka adalah
pengharapan bagi semua orang. Tak seorang pun yang rela diperbudak
oleh orang lain. Semua ingin menikmati kemerdekaan karena setiap orang
pasti merindukan kemerdekaan. Pertanyaannya, apakah benar orang yang
hidup di negara merdeka dapat merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya?
Bagaimana sikap yang seharusnya diwujudkan sebagai seorang yang
merdeka?

1. Hidup sebagai Hamba Kebenaran

Setelah dosa-dosa kita diampuni saat kita percaya kepada Yesus
Kristus, ada kemungkinan kita jatuh ke dalam berbagai perbudakan lain.
Jika tidak hati-hati, kita bisa diperbudak oleh berbagai ajaran
tradisi dan filsafat manusia yang menyesatkan. Seperti jemaat Galatia,
mereka berada dalam bahaya untuk dibawa kembali ke dalam perbudakan
Hukum Taurat. Maka, rasul Paulus dengan serius menasihati mereka untuk
tidak membiarkan diri kembali diperbudak, sebaliknya mempertahankan
kemerdekaan mereka dalam Kristus (Galatia 5:1). Mengapa? Orang Kristen
adalah orang yang merdeka, sebab Yesus sudah mati di atas kayu salib.
Ia telah mengalami pengampunan Allah dan sudah dibebaskan dari segala
tuntutan serta ancaman Hukum Taurat. Hal ini bukan berarti bahwa
seseorang dapat berbuat sesuka hatinya, untuk memenuhi segala
keinginannya sesuai kehendaknya sendiri. Tidak!

Kemerdekaan orang Kristen bukanlah jalan untuk dapat berbuat dosa,
melainkan kebebasan karena anugerah Allah untuk tidak berbuat dosa.
Kebebasan tanpa batas selalu mengakibatkan pelampiasan keinginan
daging (bd. Galatia 5:15). Tetapi, Roh Kudus, Pribadi ilahi adalah
mitra orang percaya yang memungkinkan kita untuk mengalahkan keinginan
daging. Oleh karena itu, betapa perlunya hidup kita dikontrol atau
dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16-26).

John Newton, penulis lagu Amazing Grace, memiliki pengalaman hidup
yang kelam sebagai seorang penjual budak, namun ia tidak menyadari
bahwa ia sendiri sebenarnya budak yang lebih menyedihkan. Ia
memperbudak sesamanya, namun ia sendiri adalah budak dosa. Ketika ia
berjumpa dengan Kristus, ia sangat mengucap syukur kepada Tuhan yang
telah memerdekakannya dari perbudakan dosa. Lantas, ia menjadi hamba
Tuhan.

2. Hidup dalam Kasih

Orang Kristen seharusnya memiliki jiwa seorang pelayan. Ungkapan
layanilah memiliki arti melayani sebagai seorang budak. Hal ini dapat
kita lakukan bila kita hidup di dalam kasih. Pada umumnya, ada banyak
motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, dan
bahkan cenderung untuk memanipulasi kasih. Karena ada maunya, maka ia
melakukan itu. Ungkapan kasih di sini berarti tanpa pamrih atau rela
berkorban. Ingat, kasih Yesus yang sudah dinyatakan bagi Anda! Apa pun
yang dilakukan seseorang atas diri kita, entah itu perlakuan buruk
namun kita akan tetap melakukan yang terbaik baginya, itulah wujud
kasih. Seorang akan mampu mengasihi dengan baik bila ia sendiri mampu
mengasihi dirinya sendiri secara sehat (Galatia 5:14). Kemerdekaan
akan membawa kita untuk lebih mengasihi orang lain dan melalui kasih
itu kita akan melayani mereka sebagai seorang hamba.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: ebahana.com
Alamat URL: http://www.ebahana.com/warta-1180-MERDEKA-DI-DALAM-KRISTUS.html
Penulis: Pdt. Henoch Edi Haryanto, M.Th
Tanggal akses: 02 Mei 2012

                KESAKSIAN: KEMENANGAN DI DALAM KRISTUS

"Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di
jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman
pengenalan akan Dia di mana-mana." (2 Korintus 2:14)

Namanya adalah Soetgen. Ia ditahan atas keyakinannya pada tahun 1559
dan terpisah dari keluarganya, termasuk suaminya, Claes. Ketika pihak
berwenang mengeksekusi Claes, Soetgen merasa takut dan kesepian. Dari
sel penjara di Ghent, Belgia, ia memandang kehidupan yang berlalu, dan
ia mengetahui bahwa kehidupan itu tidak akan pernah menjadi miliknya
lagi. Ia merasa bahwa dia tidak akan pernah melihat anak-anaknya lagi.
Dengan berlinang air mata, ia menulis sepucuk surat yang menenangkan
dan memberi semangat kepada anak-anaknya. Surat ini telah disimpan
selama berabad-abad, dan surat itu mengajak kita untuk setia sekarang
ini.

Ia menulis, "Karena menyenangkan bagi Tuhan, untuk menarikku dari
dunia ini. Aku akan meninggalkan bagi kalian suatu kenangan, bukan
perak maupun emas, karena permata-permata seperti itu bisa hilang.
Tetapi, aku ingin menuliskan permata di dalam hati kalian, yaitu Sabda
Kebenaran."

Dalam saat-saat yang terakhir, Soetgen tidak memikirkan penderitaan
dan kematiannya yang mendekat. Ia merindukan anak-anaknya agar setia
kepada Kristus yang dikasihinya. Ia rindu agar mereka mengalami kasih
karunia-Nya, setia pada kebenaran-Nya. Suratnya berlanjut dengan
kata-kata meneguhkan ini: "Aku memercayakan kalian kepada Tuhan...
Biarlah Ia menjaga kalian sampai akhir kehidupan. Biarlah Dia menuntun
kalian ke Yerusalem Baru, agar kita bisa melihat satu sama lain dengan
sukacita pada hari kebangkitan."

Ketidakberdayaan bisa saja dialami Soetgen. Dia bisa saja hancur
luluh. Gantinya, ia menulis sepucuk surat penuh kasih dan keyakinan.

Tepat sebelum kematiannya, Soetgen menerima surat yang menguatkan dari
putrinya, Betgen. Ya, gadis kecilnya yang tersayang masih bergantung
kepada Kristus. Ya, iman yang sama masih membara di dalam hatinya. Ya,
kasih yang sama kepada Kristus masih memenuhi kehidupannya.

Pada tanggal 27 November 1560, Soetgen dibakar karena disebut sebagai
seorang "murtad". Kata-kata perpisahannya kepada anak-anaknya, yang
terburu-buru ditulis dengan gemetar adalah, "Dengan ini, aku
menitipkan kalian kepada Tuhan dan pada pekerjaan kasih karunia-Nya."

Tidak ada yang lebih berharga daripada hubungan kita dengan Kristus.
Tidak ada hubungan lain yang lebih penting. Mengenal Dia adalah
prioritas hidup paling penting. Menggema dan menggema kembali selama
berabad-abad dari sel penjara Belgia yang lembab, kesaksian kehidupan
seorang martir setia, mendesak kita untuk "mencari dahulu kerajaan
Allah dan kebenaran-Nya" (Matius 6:33).

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Arti Hidupku
Alamat URL: http://www.artihidupku.com/home/
            index.php?view=article&id=466:kemenangan-di-dalam-kristus
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 15 Juni 2012

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan Melina Martha
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org