Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/594

e-BinaAnak edisi 594 (18-7-2012)

HAN 2012: Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak (III)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- HAN 2012: Bersatu Mewujudkan Indonesia Ramah Anak (III)
594/Juli/III/2012

DAFTAR ISI
TIP: MEWUJUDKAN GEREJA RAMAH ANAK
KESAKSIAN: DVD LIBRARY SABDA ANAK 1.2:
     MEMPERLENGKAPI PELAYAN ANAK NUSANTARA

Salam sukacita,

Banyak pelayan anak yang kerap mengeluhkan kurang "ramahnya" gereja
terhadap anak. Terbukti dari kurang fokusnya gereja dalam memikirkan
program-program pelayanan anak. Semua dipasrahkan kepada guru sekolah
minggu atau orang-orang yang dengan sukarela mau mengemban tanggung
jawab pelayanan anak di gereja.

Sesuai dengan tema HAN 2012, yang mengajak semua masyarakat, termasuk
gereja, untuk bersatu mewujudkan Indonesia yang ramah terhadap anak,
Tip e-BinaAnak minggu ini mengajak gereja untuk menjadi lebih ramah
terhadap anak. Jangan lewatkan pula kesaksian indah dari perwakilan
Jaringan Pelayanan Anak (JPA) -- mitra pelayanan e-BinaAnak mengenai
DVD Library SABDA Anak 1.2. Kiranya menjadi berkat.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/ >

                  TIP: MEWUJUDKAN GEREJA RAMAH ANAK

1. Mulailah dari Mana Anda Berada

Bagaimanakah individu-individu dan jemaat-jemaat mulai memiliki sikap
yang bertanggung jawab dalam menyambut anak-anak? Ketika anak-anak
saya masih kecil, saya selalu menghargai orang-orang yang mau menerima
gangguan dengan duduk berdampingan dengan saya. Saya duduk di kursi,
sedangkan suami saya sibuk melayani sebagai vikaris di altar. Seperti
yang semua orang tua ketahui, menemani dua (bahkan tiga atau empat)
anak kecil selama mengikuti ibadah, dan membuat mereka terpaku pada
buku serta memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka yang
terus-menerus (dan sering kali penting), benar-benar suatu perjuangan.

Saya selalu berterima kasih kepada orang-orang yang bersedia berbicara
dengan saya, menolong anak-anak, dan menunjukkan kepedulian mereka.
Hal itu membuat perbedaan yang sangat besar bagi saya. Saya yakin
keramahan mereka membuat perbedaan bagi anak-anak saya.

Saya ingat bahwa kadang-kadang anak-anak saya menemui bacaan-bacaan
dan percakapan-percakapan yang sulit diikuti dan dimengerti, dan saya
berusaha menjelaskan apa yang terjadi sembari kami melaluinya
bersama-sama. Akan tetapi, saat saya sedang menjelaskan sesuatu
kepada anak yang satu, anak yang lain tetap memerlukan pertolongan dan
pengawasan juga. Karena itulah, saya benar-benar membutuhkan orang
lain, bukan hanya untuk menjaga anak-anak saya, tetapi juga untuk
memberikan dukungan praktis dan spiritual yang penting bagi mereka.

Kita dapat dengan mudah jatuh ke dalam kebiasaan untuk tidak berbicara
dengan orang lain di gereja, khususnya kepada anak-anak dan
orang-orang yang tidak kita kenal. Anak-anak perlu dijangkau dan
dimenangkan dengan rasa percaya: ini adalah proses yang berkelanjutan.
"Merepotkan diri" untuk memberikan pertolongan secara praktis adalah
titik awal yang terbuka bagi kita semua. Seperti yang selalu dikatakan
ibu saya, "Bantuan sekecil apa pun jauh lebih berarti daripada sekadar
rasa iba."

Orang-orang sering kali "ditahan" oleh rasa sungkan atau penolakan
yang kasar. Namun, kita semua dapat terdorong untuk melakukannya
melalui langkah-langkah kecil. Setiap orang bisa tersenyum dan
menyapa. Berbicara kepada anak-anak tentang sesuatu hal yang relevan
dengan mereka bukanlah sesuatu yang sulit. Apabila seorang anak
kesulitan untuk mengambil buku himne atau buku liturgi ibadah, Anda
mungkin dapat membantunya dengan cara yang bijaksana. Berhati-hatilah
untuk tidak menggantikan seluruh usahanya itu -- tindakan Anda bisa
dianggap sebagai cemoohan bagi si anak yang sedang membentuk
kemandiriannya, bahkan jika hal itu hanyalah mengenai memegang buku
himne.

Mungkin anggota jemaat yang lain dapat membiarkan seorang anak kecil
duduk di pangkuannya, sehingga mereka dapat melihat ke depan dengan
lebih jelas. Perlahan tapi pasti, anak-anak akan belajar bahwa anggota
jemaat yang lain adalah orang-orang yang baik, yang menyukai mereka,
dan mau berbicara dengan mereka, bukan hanya dengan orang tua mereka.
Hal-hal kecil, gerakan isyarat dan kata basa-basi, sering kali bisa
menjadi cara untuk mengomunikasikan rasa memiliki -- pesan penting
bahwa anak-anak diterima di gereja.

2. Temukan di Mana Posisi Anda Berada Sekarang

Seberapa ramahkah gereja Anda terhadap anak-anak? Cobalah untuk
menelitinya dengan daftar pertanyaan ini, guna memperoleh gambaran
sekilas mengenai keadaan tersebut.

- Di mana biasanya jemaat duduk waktu di gereja?
- Apakah jemaat selalu duduk di tempat yang sama?
- Apakah jemaat kenal dengan orang-orang yang duduk di sekitarnya?
- Apakah jemaat tahu nama setiap anak?
- Berapa banyak jemaat yang berdoa secara teratur untuk anak-anak?
- Berapa banyak jemaat yang menyapa anak-anak saat mereka datang
  ke gereja?
- Apakah jemaat dewasa sekarang sudah tidak peduli dengan anak-anak,
  tidak bersedia duduk dengan keluarga muda, dan berinteraksi dengan
  mereka?
- Bagaimana sikap jemaat pada umumnya terhadap anak-anak yang ikut
  dalam ibadah? Jujur saja. Apakah mereka menunjukkan sikap terganggu
  atau mereka menyambutnya?
- Apa yang dapat dilakukan gereja untuk membuat anak-anak merasa lebih
  diterima?
- Bagaimana para pemimpin gereja membagikan tanggung jawab atas
  anak-anak dan menunjukkan dukungan terbaiknya?

3. Tentukan di Mana Anda Ingin Bergabung

Daftar ini memberikan beberapa tantangan sederhana, meskipun tidak
terlalu mudah bagi pemimpin yang ingin mengambil sikap yang lebih
positif untuk menyambut anak-anak. Sebagai orang yang berperan sebagai
pemimpin di gereja, saya ingin melakukan hal-hal berikut ini.

- Menyambut anak dan membantu mereka merasa seperti di rumah sendiri.
- Menunjukkan kepedulian melalui perkataan dan perbuatan agar anak
  merasa diterima.
- Mengajarkan dan melatih pelayanan yang lain dan menempatkan
  pemimpin-pemimpin untuk menyambut anak-anak.
- Mengenali nama anak-anak dan keluarga mereka.
- Menyapa anak-anak secara khusus dalam ibadah, menanyai mereka, dan
  berinteraksi dengan mereka jika memungkinkan.
- Menjabat tangan mereka saat mereka akan pulang atau memberikan
  sentuhan sayang yang wajar.
- Memikirkan anak-anak, baik dalam penyusunan seluruh program gereja
  maupun dalam membuat anggaran gereja.
- Mendengarkan kebutuhan para orang tua dan anak-anak di dalam dan
  luar gereja.
- Memikirkan untuk memberikan prioritas dalam perekrutan, pelatihan,
  dan dukungan kepada para pemimpin gereja bagi pelayanan anak dan
  pemuda dewasa.
- Membantu pelayanan anak agar bisa tepat sasaran serta memenuhi
  tujuan dan sasaran gereja.

4. Melibatkan Diri untuk Bertanggung Jawab dalam Pelayanan Anak

Beberapa orang mungkin akan berkata terhadap diri mereka sendiri:
"Tetapi saya masih lajang, saya seorang janda, anak-anak saya sudah
dewasa. Bagaimana saya dapat ikut serta dalam tanggung jawab ini?"
Berikut adalah beberapa ide untuk Anda.

- Berdoalah untuk para pemimpin pelayanan anak.
- Berdoalah untuk perekrutan pemimpin-pemimpin baru.
- Berdoalah untuk anak-anak saat mereka mulai masuk kelas baru setiap
  mulai tahun ajaran baru di sekolah.
- Cari tahu kapan para pemimpin anak akan mengadakan rapat. Berdoalah
  untuk rencana-rencana rapat mereka dan persekutuan, serta kesaksian
  mereka sebagai tim para pemimpin.
- Berdoalah untuk anak-anak saat Anda tahu mereka sedang ikut serta
  dalam kegiatan khusus, seperti ibadah pra-Natal, ibadah keluarga
  malam Natal, ibadah ucapan syukur sehabis panen, dan sebagainya.

Dengan demikian, meskipun para jemaat tidak merasa terpanggil atau
diperlengkapi untuk menjadi pemimpin dalam pelayanan anak, mereka bisa
terus mendorong diri mereka sendiri untuk membantu dalam beberapa hal.
Barangkali mereka dapat menyambut anak-anak di depan pintu dan
menolong mereka untuk merapikan pakaian atau sepatu mereka, atau untuk
mengisi daftar presensi. Mungkin mereka dapat menolong dalam pelayanan
penitipan bayi, atau menyediakan minuman dan makanan untuk perjamuan
kasih bagi anak-anak balita dan orang tua mereka? Ada banyak cara agar
orang-orang bisa terlibat jika mereka mau.

Diterima sama artinya dengan dihargai, bukan hanya karena siapa Anda,
tetapi juga karena apa yang Anda lakukan. Saat anak-anak memberikan
kontribusi yang menyenangkan dalam suatu ibadah, doronglah jemaat
untuk tidak tinggal diam. Sebaliknya, sarankan kepada mereka agar mau
mengirimkan sebuah kartu/surat kepada para pemimpin yang berwenang
atas hal itu sebagai tanda penghargaan dan ucapan terima kasih atas
semua kerja keras mereka. Saya tahu bahwa sering kali saya berpikir:
"Aku harus menuliskan ucapan terima kasih dan menyemangati si A, si B,
atau si C." Sayangnya, harus saya akui, niat baik saya ini sering kali
tidak terwujud dalam tindakan nyata. Akan tetapi, saya tahu bahwa
ketika saya menyediakan waktu untuk menulis, pesan singkat saya sangat
dihargai. Hubungan yang baik dan sehat dalam tubuh Kristus dapat
dibantu dan dirawat jika kita menyediakan waktu untuk berkata (atau
menulis) "terima kasih" sebagai disiplin yang rutin. Sering kali,
Allah menyentuh dan mendorong kita untuk berpikir atau berdoa tentang
seseorang atau sesuatu. Marilah kita saling mendorong untuk menaati
sentuhan Roh. Tumpuklah kartu-kartu ucapan terima kasih di dekat Anda
dan gunakanlah secara teratur.

Sebenarnya, ada banyak cara agar kita bisa terlibat dengan anak-anak,
jika kita mau. Saya percaya Allah tidak membiarkan kita bersikap
santai dalam hal ini! Saya yakin Dia memanggil kita untuk melangkah
maju, seperti yang Dia lakukan ketika murid-murid-Nya mencoba
menghalangi anak-anak untuk mendekat! Kita harus taat, bukan hanya
demi masa depan gereja, tetapi karena kita dipanggil untuk mengikuti
pengajaran dan kehidupan Kristus. Ini demi kerajaan-Nya.

Sangat mudah bagi kita untuk mengabaikan kenyataan. Dalam
mempertimbangkan tentang penyambutan anak-anak di gereja, kita
seharusnya tidak lupa bahwa anak-anak sendiri memiliki pilihan. Yang
perlu kita lakukan adalah menanyai mereka. Sayangnya, paling tidak di
gereja, anak-anak jarang diminta untuk mengutarakan kebutuhan-
kebutuhan mereka. Akan tetapi, di luar gereja, mereka sering diminta
untuk melakukannya. Sebagai contoh, sebagai bagian dari kurikulum
pendidikan nasional, para murid diminta untuk mengikuti ulangan dan
menilai perkembangan mereka dalam mata pelajaran tertentu; mereka
diminta untuk menyampaikan beberapa tujuan yang disepakati terkait
dengan pekerjaan dan perilaku mereka. Bukankah gereja harus siap untuk
mendengarkan pemikiran, minat, dan keinginan hati anak-anak kita? Kita
dapat belajar banyak dari cara pandang mereka. Kita perlu bertanya
kepada anak-anak, orang tua mereka, dan para pelayan anak, bagaimana
kita dapat mengakomodasi kebutuhan mereka dan bertanggung jawab dengan
apa yang dipercayakan oleh Allah kepada kita dengan lebih baik.
(t/Setya)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: Seen and Heard
Judul bab: Making Children Welcome
Judul asli artikel: Start from Where You Are
Penulis: Jackie Cray
Penerbit: Monarch Publications, Crowborough 1995
Halaman: 60 -- 64

                 KESAKSIAN: DVD LIBRARY SABDA ANAK 1.2:
                 MEMPERLENGKAPI PELAYAN ANAK NUSANTARA

Oleh: Yenni Krismawati (Pengurus Jaringan Pelayanan Anak)

Saya melayani di Lembaga Jaringan Pelayanan Anak (JPA). Visi JPA ialah
melaksanakan Amanat Agung dan Kabar Baik kepada anak-anak di
Indonesia. Salah satu misi JPA untuk mewujudkan visi tersebut ialah
dengan membangun serta memperkuat jejaring antarlembaga/yayasan/gereja
yang membidangi pelayanan anak di Indonesia. JPA kerap kali
menyelenggarakan pembinaan guru sekolah minggu/guru agama/orang tua,
baik di Jabodetabek maupun di berbagai daerah lain. Selain itu, kami
juga menyelenggarakan beragam pelayanan langsung kepada anak seperti
KKR, Sekolah Injil Liburan, Ibadah Anak Pra-Sejahtera, maupun ibadah
ke sekolah-sekolah.

Yayasan SABDA adalah salah satu mitra JPA. Bagi saya, bermitra dengan
SABDA merupakan sebuah ucapan syukur tersendiri. Dalam
menyelenggarakan pelayanannya, JPA melihat bahwa salah satu kebutuhan
para pelayan anak di Indonesia ialah tersedianya berbagai bahan ajar
yang siap pakai. Yayasan SABDA sangat memberi andil dalam menjawab
kebutuhan tersebut. Melalui DVD SABDA Library Anak 1.2, yang berisi
bermacam-macam bahan pelayanan anak, Yayasan SABDA telah membekali
serta memperlengkapi pelayanan anak di nusantara. Yayasan SABDA
memberikan kepada JPA cukup banyak DVD tersebut. Dengan demikian,
setiap kali JPA menyelenggarakan pelayanan, maka DVD tersebut kami
bagikan kepada peserta yang membutuhkan. Banyak kesan yang saya
dapatkan saat membagikan DVD dari Yayasan SABDA tersebut.

Getaran hati penuh haru selalu muncul kala bertemu dengan para
penggiat anak dari pedesaan maupun pedalaman. Sangat sulit mereka
mendapat akses untuk mendapatkan bahan-bahan bagi pelayanan anak.
Persembahan DVD dari Yayasan SABDA ini tentu sangat berarti dan
bermanfaat bagi mereka. Kiranya Yayasan SABDA terus berkarya lebih
leluasa dan lebih besar lagi hanya demi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Blog SABDA
Penulis: Yenni Krismawati
Alamat URL: http://blog.sabda.org/2012/06/13/dvd-sabda-library-anak-
            1-2-memperlengkapi-pelayan-anak-nusantara/
Tanggal akses: 13 Juni 2012

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan Melina Martha
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org