Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/564

e-BinaAnak edisi 564 (14-12-2011)

Natal (II)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

DAFTAR ISI
BAHAN MENGAJAR: NATAL PERTAMA UNTUK BUDI
SUA PELAYANAN ANAK: TUHAN YESUS MENGASIHI ANAK

Shalom,

Bagaimana persiapan atau pelaksanaan perayaan Natal di tempat
Rekan-rekan semua? Kiranya Tuhan senantiasa melimpahi kita semua
dengan sukacita sejati, sehingga kita tetap menikmati Natal ini dengan
penuh ucapan syukur, merayakan bukti cinta Allah dalam hidup kita.

Dalam edisi e-BinaAnak minggu ini, kami menyajikan sebuah kisah yang
dapat digunakan dalam rangkaian ibadah Natal di sekolah minggu atau
kelompok persekutuan anak lainnya. Kiranya menjadi berkat dan dapat
menolong kita untuk menanamkan arti Natal yang sebenarnya kepada anak.

Tuhan Yesus memberkati!

Redaksi Tamu e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
< http://pepak.sabda.org/ >

               BAHAN MENGAJAR: NATAL PERTAMA UNTUK BUDI

Cerita ini terinspirasi dari buku "Kinza" yang diterbitkan oleh
Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Anda dapat mengadaptasi kisah ini untuk
ibadah Natal sekolah minggu, drama SM, atau cerita Natal.

NATAL PERTAMA UNTUK BUDI

Ada seorang anak bernama Budi. Dia seorang anak yatim piatu, tidak
punya ayah dan ibu. Umurnya sekitar 7 tahun. Dia tidak sekolah, tidak
punya rumah, dan hidup di jalanan. Kalau lapar dan tidak punya uang,
Budi biasanya pergi ke rumah singgah. Di situ ada suster Ami yang
melayani anak-anak jalanan. Biasanya, suster akan memberi Budi makanan
dan pakaian. Selain Budi, ada banyak anak-anak jalanan yang datang
juga ke tempat suster Ami, dan dirawat olehnya.

Pada suatu hari, suster Ami mengajak Budi ke perayaan Natal sekolah
minggu di gereja. "Besok sore kamu ke sini. Kita berangkat sama-sama
ke Natal," kata suster Ami. Dia memberikan sepasang kemeja dan celana
untuk dipakai ke Natal besok. Budi mengangguk. Dia senang ke Natal
karena biasanya ada makanan dan kado. Besoknya Budi datang agak siang.
Suster Ami sedang memeriksa seorang bayi yang demam. "Tunggu sebentar,
ya Budi," kata Suster Ami. Dia mau ganti baju sebelum berangkat. Budi
menunggu di dapur. Wah, banyak sekali makanan di situ. Ada pisang,
jeruk, kue-kue, dan roti kaleng. Tetapi yang paling menarik hati Budi
adalah telur. Dia sudah lama tidak makan telur. Dia sudah lupa
rasanya. Dia ingin sekali mengambil satu dan merebusnya jadi sarapan
untuk besok pagi. Tiba-tiba terdengar suara suster Ami, "Oke. Saya
sebentar lagi, sedang mengunci pintu klinik." Maka, tanpa berpikir
panjang, Budi langsung mengambil sebutir telur dan menyembunyikannya
dalam saku celananya.

Jalanan gelap dan becek karena beberapa jam sebelumnya hujan sangat
deras. Suster Ami membawa senter yang cahayanya kuat dan juga payung.
Budi jalan di belakang suster Ami dengan takut-takut. Apa yang dia
takutkan?

"Ayo, Budi. Kamu jalan dekat saya. Di sini ada lampu yang terang dan
kamu akan terlindung dari hujan," kata suster Ami.

Suster Ami menggapai Budi serta mengajaknya dalam lindungan payung dan
cahaya lampu senter. Budi tidak bergerak. Dia sangat takut kalau telur
di tangannya ketahuan. Bagaimana kalau suster yang baik hati ini marah
dan mengusirnya? Dia tidak akan punya tempat berlindung lagi. Padahal
selama ini suster Ami sangat baik padanya. Makin lama, Budi makin
merasa bersalah. Dia makin ketakutan. Budi tidak berani mendekati
suster Ami. Ia tetap berjalan di belakang, dalam kegelapan dan hujan
rintik-rintik. Baju Budi jadi basah.

Mereka makin dekat dengan gereja. Terdengar suara nyanyian: "Dengarlah
Malak Nyanyi" (Ajak semua anak bernyanyi).

Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Raja!"
Dib`ri s`lamat atas bumi. Anak Allah lahirlah.
S`kalian bangsa sukaria, ikut nyanyian di surga
"Yesus Anak Ar Rahim, jadinya di Betlehem!"
Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Almasih."

Isi surga senantiasa bersembah di had`ratNya
`karang Yesus t`lah menjelma, Allah jadi manusia
Raja ini b`ri sentosa, mengampuni yang berdosa
Allah beserta kita, nama-Nya Immanuel
Dengarlah malak nyanyi, "Mulia bagi Almasih!"

Lagu itu membuat Budi makin sedih. Dia sudah bersalah, mengambil telur
yang bukan miliknya. Dia juga merasa sudah menyalahgunakan kepercayaan
suster Ami. Karena sedih, takut, dan kedinginan, Budi tidak
memerhatikan jalan. Tiba-tiba, bruuk! Terdengar suara sesuatu yang
jatuh. Suster Ami menoleh ke belakang. Benar. Budi jatuh, tergelincir
di jalan yang licin. Suster Ami segera menghampiri Budi. Dia
mengangkat senternya dan melihat Budi terjatuh, sangat ketakutan.
Telurnya pecah, mengotori celana dan bajunya. Suster Ami mengerti apa
yang terjadi. Dia tidak berkata apa-apa. Dia membantu Budi berdiri.

"Ayo, kita pulang dulu," kata suster Ami. "Kita tidak bisa ke gereja
dengan baju kotor berlumpur dan berlumur telur mentah seperti ini."
Budi berdiri, tidak berani memandang wajah suster Ami. Dia sangat
malu. Lutut dan tangannya luka. Sekarang dia mau dituntun, kembali ke
rumah suster Ami. Mereka berjalan di bawah cahaya lampu.

Suster Ami membersihkan serta mengobati tangan dan lutut Budi yang
luka. Dia juga memberikan baju bersih dan handuk untuk mengeringkan
badan. Sekarang mereka siap berangkat lagi. "Budi," kata Suster Ami.
"Kamu sudah melakukan kesalahan. Kamu sudah mencuri telur milik saya.
Seharusnya kamu saya usir dan tidak saya terima lagi di rumah singgah
ini." Budi menundukkan kepalanya. Dia memang patut disuruh pergi. Tapi
nampaknya Suster Ami tidak mengusirnya. "Tetapi saya tidak mengusir
kamu," kata suster Ami lebih lanjut. "Saya mau mengampuni kamu dan
menerima kamu kembali. Malam ini kita akan merayakan hari kelahiran
Tuhan Yesus. Dia mau menerima kita saat kita berbuat dosa. Kasih Yesus
itulah yang saya harap kamu pikirkan."

Mereka berangkat. Sekarang Budi berjalan dalam terang lampu senter.
Dia tidak takut lagi. Dosanya sudah diampuni. Langkahnya ringan. Tiba
di gereja acara sudah dimulai. Mereka disambut oleh petugas yang
memberikan sebatang lilin dan lagu "Kesukaan Bagi Dunia" (dinyanyikan
bersama).

Kesukaan bagi dunia! Tuhan Yesus datang
Bumi t`rimalah Rajamu, sediakan tempat bagi Hu
Surga, alam nyanyi Surga, alam, nyanyi! Surga, surga, alam nyanyi

Tiada lagi kesusahan dan dosa lenyaplah
Berkat-Nya liputi makhluk, yang tertindih agar luput
Dari hukuman maut, dari hukuman maut,
Dari, dari hukuman maut.

Kemudian, bersama-sama jemaat yang lain, Budi dan Suster Ami
menyalakan lilin dan bernyanyi (semua lilin dinyalakan) "Malam Kudus".

Malam kudus, sunyi senyap
Bintang-Mu gemerlap
Juru`slamat manusia ada datang di dunia
Kristus Anak Daud, Kristus Anak Daud

Malam kudus, sunyi senyap
Bintang-Mu gemerlap
Aku datang ya Tuhanku, ku menyembah di kandang-Mu
Dan mengucap syukur, dan mengucap syukur

Budi sangat senang. Dia berterima kasih atau pengampunan suster Ami.
Dia bertekad akan menjadi penolong bagi teman-temannya yang lain, yang
juga membutuhkan Juru Selamat.

Anak-anak, kita sudah mendengar cerita tentang Natal pertama si Budi.
Kita juga tahu bahwa walaupun Budi melakukan kesalahan, suster Ami
mengampuni dia. Tuhan Yesus mengasihi Budi. Tuhan Yesus juga mengasihi
kalian.

Tuhan Yesus sudah mau datang ke dunia, lahir di tengah kesederhanaan,
bahkan mau mati untuk kita semua. Dia sangat mengasihi kita semua!
Mari kita menyambut kelahiran-Nya dengan penuh sukacita dan penuh
ucapan syukur atas kasih yang amat besar dari Dia.

Acara Natal ini diakhiri dengan doa bersama memohon pengampunan
Kristus dan bersalaman satu dengan yang lain.

Diambil dan disunting dari dari:
Judul buku: Mendisiplin Anak dengan Cerita
Judul asli artikel: Cerita untuk Acara-acara Khusus dalam Keluarga
Penulis: Roswitha Ndraha
Penerbit: Layanan Konseling Keluarga dan Karir (LK3), Jakarta
Halaman: 73 -- 81

           SUA PELAYANAN ANAK: TUHAN YESUS MENGASIHI ANAK

e-BinaAnak, 21 Juli 2011: Bagaimanakah menanamkan pengertian kepada
anak sekolah minggu, bahwa Tuhan Yesus mengasihi mereka?

Kathy Mamahit: Tunjukkan atau berikan ayat hafalan yang berisi tentang
kasih.

Lidya Susanti: Selain melalui Firman, juga dengan tindakan, dan
tunjukkan kasih kita kepada mereka.

Sarah Patoding: Contoh kasih Allah adalah kita bisa bangun pagi, bisa
sampai ke sekolah dengan baik, bisa lihat matahari terbit dan
tenggelam, dsb.. Semua itu terlaksana karena Tuhan sayang kepada kita.

Yosias Bunay: Di samping cerita firman dan menghafal ayat, selebihnya
adalah peristiwa Yesus mau mati bagi dosa manusia adalah sesuatu yang
nyata.

e-BinaAnak: Pengorbanan Tuhan Yesus adalah bukti kasih-Nya kepada
manusia dan memberikan anugerah yang besar bagi manusia.

Sumber:
http://www.facebook.com/sabdabinaanak#!/sabdabinaanak/posts/10150244396981629

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Fitri Nurhana, Melina Martha, dan Truly Almendo Pasaribu
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org