Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/561

e-BinaAnak edisi 561 (23-11-2011)

Bertumbuh Bersama Anak (IV)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

DAFTAR ISI
BAHAN MENGAJAR: IMAN: AYAM ATAU TELUR
KESAKSIAN: LADANG PALING PRODUKTIF

Shalom,

Kita berjumpa kembali dengan edisi e-BinaAnak, masih dengan tema
Bertumbuh Bersama Anak. Kali ini, kami menyajikan bahan mengajar
dengan judul "Iman: Ayam atau Telur" dan kesaksian dengan judul
"Ladang dalam Pelayanan". Mari kita bertumbuh bersama anak dalam hal
iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus. Selamat melayani, Tuhan Yesus
memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Fitri Nurhana
< fitri(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/ >

              BAHAN MENGAJAR: IMAN: AYAM ATAU TELUR

Refleksi untuk Orang Tua/Guru

Apakah kita percaya karena kita beriman? Ataukah kita beriman sebab
kita percaya? Kita dapat mempertanyakan dan bergumul dengan pertanyaan
tentang ayam-telur, bahkan sampai ayam-ayam itu pulang ke kandangnya.
Mungkin lebih baik kita tidak mempersoalkan hal itu, namun merasakan
arti iman itu sendiri, dan memandang Dia yang dalam
tindakan-tindakan-Nya mendefinisikan hakikat iman dengan begitu indah
dan utuh.

Karakter Allah yang paling menonjol dalam Alkitab adalah kesetiaan
Allah: kesetiaan yang tetap, teguh, tak tergoyahkan, diwujudkan dalam
tindakan yang nyata. Semata-mata melalui tindakan iman, Allah yang
menciptakan kita dari debu, telah mengangkat kita menjadi penguasa
atas segala yang diciptakan. Kita diberi kehormatan untuk menciptakan
kehidupan dan juga tanggung jawab untuk mempertahankannya. Dalam
peristiwa demi peristiwa di Alkitab, tampak bahwa Allah tetap
memercayai umat manusia. Allah mendisiplin Adam dan Hawa, namun tetap
menjalin hubungan dengan mereka. Nabi Nuh dan keluarganya diselamatkan
untuk memulai ciptaan baru. Allah mengirim Yesus sebab Allah merasa
kita berharga dan patut diselamatkan.

Jadi, kita sama dengan orang yang berseru, "Tuhan, saya percaya,
tolonglah saya dalam ketidakpercayaan saya!" Bagaimana mungkin Allah
dapat berpaling dan tidak bersukacita mendengar seruan yang jujur dan
patut dihargai ini. Dan seandainya kita hidup dengan iman yang sangat
sederhana sekalipun, mungkin kita dapat lebih bermurah hati kepada
Allah dan kepada sesama. Mungkin kita dapat memandang potensi dan
nilai yang ada, tanpa harus melihat bukti atau hasilnya lebih dulu.
Dengan Allah sebagai teladan, kita dapat belajar untuk mengasihi lebih
dalam tanpa banyak pertimbangan. Oleh karena kesetiaan Allah, kita
dapat memiliki iman yang teguh dan tak tergoyahkan.

Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga

Saat kamu pergi tidur, apakah kamu merasa perlu berdoa dengan
sungguh-sungguh untuk memastikan bahwa matahari akan terbit esok
hari? Apakah kamu khawatir matahari tidak mau bersinar lagi? Mungkin
tidak, karena matahari selalu terbit. Memang kadang-kadang ia tertutup
awan atau terjadi gerhana matahari, tetapi kita tahu bahwa matahari
tetap ada! Ini berarti kita memiliki iman terhadap matahari, sebab
matahari itu setia. Ini hal pertama yang perlu dilakukan untuk
memiliki iman kepada Allah.

Hal kedua adalah mengetahui lebih dalam. Misalnya, kamu tak akan
pernah dapat menyelami otak seseorang dan mengetahui apa yang
dipikirkannya. Karena itu, kamu tidak pernah dapat 100 persen yakin
mengapa seseorang menjadi sahabatmu. Tetapi apa yang kamu rasakan
ketika berada bersama dengannya, akan membuatmu mengerti, tanpa
ragu-ragu, bahwa ia adalah sahabatmu, karena kalian saling menyukai
dan memerhatikan. Jadi, kita memiliki iman terhadap teman baik kita,
karena kita tahu bahwa kita dapat memilihnya.

Iman berkaitan erat dengan apa dan siapa yang menjadi objek imanmu,
tetapi iman juga berkaitan dengan dirimu sendiri. Allah itu seperti
matahari: selalu ada, sesuatu yang dapat kamu andalkan dan kamu
percayai. Bedanya; Allah adalah Sang Pencipta dari matahari, sehingga
kamu jauh lebih dapat mengandalkan Allah. Selanjutnya, kita hanya
mengetahui tanpa perlu penjelasan, atau alasan bahwa Allah mengasihi
dan memedulikan kamu. Allah memercayai kamu. Pikirkanlah itu!

Hari 1. Tembok Yerikho (Yosua 6:1-20).

Yerikho adalah kota tua yang terletak di dataran yang amat luas, di
mana Lembah Yordan terbentang di antara dua pegunungan. Bangsa Israel
harus melalui kota Yerikho untuk sampai ke Kanaan, dan mereka harus
mengalahkan kota itu untuk dapat menyeberang menuju ke Tanah
Perjanjian.

1. Bangsa Israel mengelilingi tembok Yerikho selama enam hari, dengan
   aturan yang sama. Apa yang mereka lakukan pada hari ketujuh?
2. Bangsa Israel menyatakan iman mereka di Yerikho dengan ketaatan
   mereka. Dalam hal apa Allah menghendaki ketaatanmu?

Hari 2. Bangsa Yehuda Diserang oleh Musuh yang Kejam
(2 Tawarikh 20:1-23).

Yosafat adalah seorang raja Yehuda yang melakukan apa yang benar,
menurut pandangan penulis kitab Tawarikh. Ia menetapkan sistem
peradilan dalam mengatasi pertikaian antar suku yang terjadi ketika
musuh mereka menyerang.

1. Apa peran bangsa Yahudi dalam memenangkan pertempuran?
2. Ceritakanlah bagaimana kamu meminta Allah untuk membantumu
   menyelesaikan masalah?

Hari 3. Kesetiaan Allah (Mazmur 89:1-18).

1. Menurut sang pemazmur, dua hal apakah yang menjadi tumpuan takhta
   Allah?
2. Menurutmu, apakah yang paling mengagumkan dari ciptaan Allah?

Hari 4. Iman Seorang Perwira (Matius 8:5-13).

1. Apa yang luar biasa dari iman perwira ini?
2. Adakah saat-saat dalam hidupmu, di mana kamu merasa tidak layak
   menerima kepercayaan dari Allah?

Hari 5. Pengakuan Petrus (Matius 16:13-20).

1. Apa bedanya jawaban Petrus dengan jawaban murid-murid yang lain?
2. Bagaimana kamu dapat menggambarkan tentang Yesus kepada seseorang
   yang belum pernah mendengar tentang Dia?

Hari 6. Kemenangan Iman (Ibrani 11:1-12:2).

1. Dengan begitu banyak teladan iman, siapakah Dia yang disebut
   memiliki iman yang sempurna?
2. Jika masing-masing namamu dicantumkan pada daftar tersebut, apakah
   yang dapat dikatakan mengenai imanmu?

Diambil dari:
Judul asli buku: The Topical Family Bible Companion
Judul buku: Belajar Bersama
Judul bab: Kehidupan Iman
Judul artikel: Iman: Ayam atau Telur?
Penulis: Janice Y. Cook
Penerjemah: Indawati Marsudi
Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999
Halaman: 103 -- 105

                KESAKSIAN: LADANG PALING PRODUKTIF

Visi terus terbakar, saya (JW) mengucap syukur untuk segala
kekecewaan, pergumulan yang Tuhan izinkan terjadi, karena setiap kali
saya kecewa, saya dihibur; setiap kali saya terguncang, saya
dikuatkan; dan sebuah ayat muncul sebagai rhema, yang tertanam dalam
hati saya dan menguatkan komitmen saya untuk terus dan terus melayani
anak.

Awal tahun 1992, saya menghadiri reuni alumni Institut Pertanian Bogor
(IPB), yang dulu aktif melayani di kampus. Kami saling bercerita
tentang pelayanan masing-masing; ada yang menjadi gembala gereja,
pengajar, konsultan, dan melayani khotbah di gereja. Semua serba hebat
dan saya cuma guru sekolah minggu. Telinga ini terasa "gatal", ketika
ada yang menyeletuk, "Wah, JW kok tidak maju-maju ya. Dulu dia menjadi
ketua persekutuan, ketua `Praise Centre`. Sekarang cuma guru sekolah
minggu." Yang lain menimpali, "Yang awal bisa menjadi yang akhir, yang
akhir bisa menjadi yang awal." "Ya, mungkin lagi dididik Tuhan!"

Apa yang saya dengar itu mengusik hati saya, dan ada sebuah hasrat
yang berkobar untuk melamar ke Departemen Musik sebagai "Worship
Leader" (Pemimpin Pujian), atau menghadap Pak Niko minta dimasukkan
sebagai pengkhotbah. Dalam hati saya berkata, tahun 1986-1990, sebelum
saya bergabung dengan gereja lokal saya saat ini, saya sudah sering
berkhotbah di kampus, di ibadah pemuda, bahkan di gereja. Saya juga
telah ditahbiskan menjadi Pendeta Pembantu (Pdp), dan sudah tiga tahun
berada di gereja ini.

Keinginan untuk tampil di mimbar begitu kuat saya rasakan. Tetapi Roh
Kudus berbicara dalam hati nurani saya, "Apa yang kamu cari dalam
pelayanan!" Secara sadar saya putuskan untuk berkata tidak!

1. Melayani Bahkan Hidup untuk Berbuah

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi
jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi
buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari
dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu
memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini
karena kamu. Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan
akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan
bersukacita dalam iman, sehingga kemegahanmu dalam Kristus Yesus makin
bertambah karena aku, apabila aku kembali kepada kamu."
(Filipi 1:21-26).

Paulus, salah satu rasul yang dipakai Tuhan secara luar biasa,
memiliki konsep hidup yang sangat jelas dalam pelayanannya, yaitu
bekerja menghasilkan buah! Menghasilkan buah seharusnya juga merupakan
alasan kita hidup -- mengapa kita hidup, untuk apa kita hidup, untuk
apa kita melayani. Hal ini serupa juga dikatakan Tuhan Yesus dalam
Yohanes 15:16, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang
memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu."

Buah apa saja yang harus kita hasilkan itu? "Buah kerajaan" atau
jiwa-jiwa yang bertobat karena pelayanan kita, "buah pertobatan", dan
"buah roh" yang sebenarnya sama dengan "buah pertobatan". Perubahan
karakter kita merupakan buah pribadi kita. Perubahan karakter orang
lain karena pelayanan kita merupakan buah pelayanan kita. Segala
pelayanan kita pada akhirnya diuji dan diukur, seberapa banyak buah
yang kita hasilkan, baik buah jiwa-jiwa, buah roh, maupun buah
pertobatan.

Kegiatan pelayanan -- Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), kebaktian,
"mission trip", dll., digelar untuk menghasilkan buah. Jabatan
pelayanan adalah sarana untuk berbuah. Hasil akhir pelayanan targetnya
buah. Ketetapan Tuhan bagi kita adalah untuk berbuah. Kita disebut
murid kalau kita berbuah (Yohanes 15:8), bukan kalau kita ke menara
doa, berkhotbah, atau menyanyi. Semua kegiatan tersebut harus ada
hasilnya, yaitu berbuah. Untuk berbuah maka kita harus melakukan
disiplin rohani -- berdoa, membaca Alkitab, dll.. Cita-cita, obsesi,
dan tujuan hidup saya adalah menghasilkan buah.

2. Anak, Ladang Pelayanan Paling Produktif

Roh Kudus terus membawa saya dalam pergumulan selanjutnya, kalau
memang tujuan hidup dan pelayananmu untuk berbuah, kemuliaan yang
engkau terima nanti dalam kekekalan, tergantung seberapa banyak engkau
berbuah. Oleh sebab itu, saya mau melayani di tempat yang paling
efektif dan paling produktif menghasilkan buah.

Pertama, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk
menghasilkan "buah kerajaan". Mengapa? Jelas siapa pun engkau, apa pun
bakatmu, seberapa engkau pandai berbicara atau tidak, suka anak atau
tidak, saya percaya bahwa jauh lebih mudah mengajak anak menerima
Yesus dari pada mengajak pemuda, mahasiswa, apalagi orang tua yang
sudah punya konsep sendiri.

Berapa banyak waktu yang harus engkau habiskan untuk menjelaskan,
menerangkan, pendekatan untuk memenangkan satu jiwa orang dewasa?
Berapa uang yang harus engkau keluarkan untuk menyelenggarakan ibadah
bagi kelompok usia dewasa? Bandingkan betapa cepat engkau bisa
mendekati anak-anak dengan sedikit permen, gambar-gambar, permainan,
cerita Alkitab, dan betapa mudahnya mereka mengerti dan menerima
Yesus. Dengan waktu, tenaga, dan biaya yang jauh lebih kecil, engkau
menghasilkan jauh lebih banyak jiwa-jiwa. Oleh karena itu, jangan
tinggalkan pelayanan anak karena engkau sudah ada di ladang terbaik,
ladang paling produktif.

Paulus pernah berkata kepada Timotius, bahwa ia akan punya banyak
pengajar, tetapi akulah bapamu. Jika kita melayani pribadi seorang
anak, lalu ia menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat
pribadinya, maka dalam kitab kehidupannya, kitalah bapa rohaninya.
Jelas sekali sebagai guru sekolah minggu, kita mendapat kesempatan
pertama untuk melayani seorang pribadi pada usia yang paling dini
untuk menerima Yesus. Lahir baru hanya dialami sekali seumur hidup.
Jika seorang percaya berdosa, dia perlu minta ampun. Jika kelak dia
tersesat, dia perlu kembali. Namun, itu bukan berarti ia lahir baru
berkali-kali. Seorang anak yang berusia 1,5 sampai 2 tahun, bisa
dilayani secara pribadi untuk menerima Yesus. Kita dapat mengundang
Yesus masuk dalam hatinya sebagai Tuhannya.

Kedua, pelayanan anak adalah ladang paling produktif untuk
menghasilkan "buah-buah roh". Jika tujuan pelayanan dan hidup Anda
untuk mengumpulkan buah-buah roh, maka sebagai guru sekolah minggu
Anda sudah berada di ladang yang paling produktif. Namun, jika nama,
pujian, jabatan, ingin tampil di mimbar, persembahan kasih yang besar,
dan hal-hal sejenis ini yang Anda cari, maka Anda tidak cocok untuk
pelayanan ini, karena hal-hal semacam ini tidak ada atau sedikit saja
ada di area pelayanan anak.

Anak seperti kertas baru yang "relatif bersih", dan mudah dipengaruhi
dan diwarnai. Lihatlah kenyataan, betapa anak-anak kecil, anak-anak
"Play Group" dan TK, sangat menghargai dan menurut dengan gurunya.
Baginya, gurunya adalah "super star", gurunya adalah hukum. Betapa
banyak anak sekolah minggu mengidolakan dan menurut apa yang dikatakan
gurunya. Beberapa anak tidak terlalu menurut dengan orang tuanya,
tetapi sangat patuh dengan gurunya.

Dengan pola semacam itu sangat jelas bahwa posisi sebagai guru (Play
Group, TK, SD) dan juga sebagai guru sekolah minggu, merupakan
pelayanan yang sangat strategis dan produktif, untuk mengubah karakter
seseorang, sehingga memengaruhi dan mewarnai, serta menghasilkan
buah-buah roh dalam hidupnya.

Seberapa banyak perubahan orang lain yang dihasilkan seorang pelayan
yang melayani pemuda dan orang tua dalam setahun? Seberapa banyak yang
dihasilkan seorang guru sekolah minggu? Seberapa banyak karakter yang
diubah oleh seorang "Worship Leader"? Saya sedih jika ada orang yang
pindah dari pelayanan "jiwa" ke pelayanan "acara", dan merasa
rohaninya naik. Seharusnya, setiap orang tetap terlibat dalam jenis
"pelayanan jiwa", sekalipun dia juga melayani jenis "pelayanan acara".
Anak ladang paling produktif untuk berbuah.

Sejak awal tahun 1992, dengan semangat yang diperbarui, saya mulai
merekrut, melatih, menanam, menajamkan visi, mengadakan retret guru-
guru sekolah minggu, dan menggarap ladang paling produktif di dunia
pelayanan, ladang terproduktif untuk berbuah. Saya melayani sungguh-
sungguh dengan kesadaran penuh, saya melayani di ladang paling
produktif!

Diringkas dari:
Judul buku: Visi Pelayanan Anak (Membangun Generasi Baru)
Judul artikel: Ladang paling Produktif
Penulis: Pdt. Jarot Wijanarko
Penerbit: Yayasan Pulihkan Indonesia, Jakarta 2001
Halaman: 19 -- 25

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Fitri Nurhana, Melina Martha, dan Truly Almendo Pasaribu
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org