Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/560

e-BinaAnak edisi 560 (16-11-2011)

Bertumbuh Bersama Anak (III)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

DAFTAR ISI
TIP: TUJUH KUNCI UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN

Shalom,

Pada umumnya, manusia melalui tiga tahapan kehidupan: kelahiran,
pertumbuhan, dan kematian. Anak-anak mengonsumsi makanan bergizi sejak
kecil, agar mereka terus bertumbuh menjadi remaja, pemuda, dan orang
dewasa yang sehat. Pertumbuhan fisik sangat penting, tetapi
pertumbuhan rohani juga tak kalah penting. Jika anak diberi gizi
rohani sejak kecil, mereka akan memunyai pertumbuhan rohani yang kuat,
yang membuat mereka menjadi generasi penerus Kerajaan Allah yang
tangguh. Mengingat pentingnya proses pertumbuhan anak, redaksi telah
menyiapkan tip-tip "Tujuh Kunci untuk Mendorong Pertumbuhan". Semoga
kiat-kiat ini membantu Anda menciptakan suasana bertumbuh yang
kondusif bagi anak.

Staf redaksi e-BinaAnak,
Truly Almendo Pasaribu
< http://pepak.sabda.org/ >

            TIP: TUJUH KUNCI UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN
                   Diringkas oleh: Fitri Nurhana

1. Mengembangkan Lingkungan yang Mendukung.

Hal terbaik yang perlu dikembangkan dalam mendisiplin anak ialah
menjaga agar anak-anak kita tetap berkembang secara sehat. Selain itu,
kita mesti memanfaatkan setiap kesempatan untuk bisa mendorong mereka.
Yang dimaksud lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana
anak-anak kita tahu mereka berharga di hadapan Allah dan di hadapan
kita sebagai orang tua; lingkungan di mana kita dapat memberi lebih
banyak waktu untuk membangun dan mendorong mereka, bukannya memarahi
dan menyalahkan mereka; lingkungan di mana kita menghargai mereka
melalui cara kita berbicara; lingkungan di mana kita mendorong mereka
untuk melakukan hal yang baik, dan bukannya membiarkan mereka tetap
berperilaku buruk. Kita harus lebih banyak memuji mereka atas tanggung
jawab yang dilakukan, daripada mengkritik dan mencela mereka karena
gagal memenuhi harapan kita; lingkungan di mana kita menanggapi
kegembiraan sekaligus kesedihan anak-anak kita.

2. Bersikaplah Terbuka Mengenai Kesalahan dan Kelemahan Anda.

Lingkungan yang mendukung ialah lingkungan di mana ada pengertian saat
kita melakukan kesalahan. Sebenarnya, dalam lingkungan seperti itu
anak bukan hanya mengerti, tetapi mereka juga dapat belajar bahwa
Allah dapat memakai kegagalan mereka untuk menolong mereka bertumbuh.
Mereka belajar bahwa yang tertulis dalam Roma 8:28 memang benar.
Mereka belajar bahwa pertanyaan terbaik yang patut diucapkan setelah
melakukan kesalahan ialah, "Hikmah apa yang dapat saya petik dari hal
ini?" Salah satu cara terbaik untuk melakukan hal ini ialah dengan
memperagakannya.

3. Siap Sedia.

Kunci ini merupakan kunci paling sederhana di antara ketujuh kunci
lainnya, tetapi sekaligus yang tersulit. Kunci ini yang terpenting
karena enam langkah lainnya tergantung pada kunci ini. Lalu mengapa
kunci ini sederhana? Karena kunci ini tidak memerlukan bacaan atau
pelatihan tertentu. Yang perlu dilakukan hanyalah selalu siap sedia
bagi anak-anak. Siapa saja dapat melakukan.

Apa yang membuat hal ini begitu sulit? Karena kita semua sibuk. Kita
banyak membebani diri dengan tuntutan dan tekanan dari diri sendiri
maupun orang lain. Kita selalu merasa bahwa masih ada yang harus dan
ingin kita lakukan. Hanya sedikit dari kita yang duduk tenang di
penghujung hari dan berkata kita telah menyelesaikan semua yang kita
inginkan.

Di tengah berbagai kesibukan, anak-anak dengan mudah dapat menjadi
gangguan. Tentunya tidak realistis bagi kita untuk selalu membatalkan
semua kegiatan dan memenuhi tuntutan anak-anak kita saja. Pada saat
yang sama, kita perlu memahami bahwa mereka tidak memiliki persepsi
tentang waktu seperti kita. Anak-anak hanya memiliki keterampilan
abstraksi yang rendah dan bagi sebagian besar mereka, masa sekarang
ialah segalanya.

Kita dapat selalu siap sedia bagi anak-anak melalui dua cara. Pertama,
kita dapat meluangkan waktu khusus bagi mereka, contohnya menyapa pada
waktu bangun pagi atau di kesempatan lain dan ada waktu untuk
mengobrol. Mungkin Anda juga dapat menemukan waktu-waktu tertentu di
sepanjang hari, di mana mereka bersikap lebih terbuka untuk mengobrol.
Pada saat-saat seperti ini, akan sangat bijaksana jika Anda
"mengesampingkan" jadwal Anda dan "secara kebetulan" siap untuk
berbicara dan mendengarkan pengalaman mereka di hari itu, membaca,
bermain bersama-sama mereka, atau berbagi pengalaman dengan mereka.

Kedua, kita dapat mempelajari kiat-kiat "menciptakan" waktu pada saat
diperlukan. Kita dapat mengembangkan kemampuan untuk mencari "waktu
untuk dapat mengajar". Dalam Lukas 5:17-20, Kristus mengajar kelompok
orang Farisi dan ahli Taurat yang terkenal. Mereka datang dari jauh
untuk mendengar ajaran-Nya. Ketika Yesus sedang mengajar, ada
orang-orang yang membongkar atap rumah di atas kepala-Nya. Mereka
tidak hanya membongkar atap, tetapi juga menurunkan seorang lumpuh
dalam usungan dan meletakkannya di hadapan Yesus.

Meski kebanyakan di antara kita melihatnya sebagai gangguan, tetapi
Kristus melihatnya sebagai kesempatan yang unik. Dia melihat adanya
suatu kebutuhan. Dia melihat iman mereka dan sudah pasti Dia
menganggap hal itu lebih penting daripada pembicaraan-Nya. Dengan
segera Dia melihat peristiwa ini sebagai momen yang dapat dipakai-Nya
untuk mengajar. Dia betul-betul memanfaatkannya.

Kita dapat meluangkan waktu untuk menolong anak-anak menangani
masalah. Kadang-kadang mereka ingin segera mengatasinya. Kadang-kadang
mereka perlu memikirkan dan membicarakannya sebelum tidur. Anak-anak
tidak selalu dapat melupakan pengalaman emosional yang menyakitkan.
Mereka perlu menyelesaikannya. Meskipun demikian, mereka juga perlu
belajar menyelesaikannya bersama seseorang yang dapat menolong mereka
"keluar dari permasalahan", sekalipun tidak "menyelesaikan" masalah
itu bagi mereka. Meskipun mencoba-coba, kita sebagai orangtua dapat
meluangkan waktu dan menyediakan tempat yang aman bagi mereka untuk
menyelesaikan masalah. Hanya dengan meluangkan waktu bersama, kita
akan dapat berkomunikasi, menyelesaikan konflik, membangun, merawat,
menyayangi, mengasihi, dan saling menguatkan.

4. Lihat, Dengar, Baru Berbicara.

Ketika berbicara tentang komunikasi yang baik, kebanyakan dari kita
telah mengalami kemunduran. Kita cenderung terus berbicara, baru
kemudian melihat dan mendengar. Ketika kebanyakan orang berpikir
mengenai komunikasi, mereka cenderung menekankan aspek verbal. Bagi
mereka, komunikasi ialah kata-kata yang disampaikan seseorang kepada
orang lain. Banyak orang terkejut saat mempelajari bahwa untuk
menyampaikan pesan sebenarnya hanya diperlukan 7 persen kata-kata.
Nada suara menyumbangkan 38 persen, dan faktor-faktor nonverbal
lainnya 55 persen.

Saat anak Anda berbicara, kita perlu mengembangkan kebiasaan
mendengarkan dengan penuh perhatian. Menjadi pendengar yang baik
tidaklah mudah dan tidak terbentuk dengan sendirinya. Alkitab
berbicara banyak tentang pentingnya mendengar. Amsal 18:13 mengatakan,
"Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan
dan kecelaannya." Kemudian Yakobus 1:19, "Setiap orang hendaklah cepat
untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat
untuk marah."

Salah satu keunikan Tuhan Yesus ialah bahwa Ia sungguh-sungguh
memerhatikan setiap pribadi. Bagi-Nya tidak ada orang yang dianggap
terlalu rendah, terlalu tua, terlalu muda, terlalu lambat, atau apa
pun. Dia selalu meluangkan waktu bersama mereka semua. Orang-orang
biasa sudah cukup menjadi alasan bagi-Nya untuk datang, mati, dan
bangkit kembali. Jika orang biasa saja penting bagi Yesus, tidakkah
anak-anak kita semestinya lebih penting bagi kita?

Anda dapat membuat anak-anak Anda tahu bahwa Anda mengasihi mereka
melalui sesuatu yang sederhana. Misalnya lewat kontak mata, senyuman,
anggukan kepala, atau kesediaan untuk membiarkan mereka bebas
berbicara. Kadang-kadang saat anak Anda ingin mengungkapkan sesuatu,
Anda sedang tidak punya waktu untuk mendengarkan. Dengan jujur,
katakan bahwa Anda bersedia mendengarkan, tetapi tidak saat itu. Lalu
berjanjilah untuk mendengarkannya lain waktu. Yang penting, pastikan
untuk memenuhi janji Anda.

Saat mendengarkan anak Anda, jangan hanya mendengar kata-katanya.
Belajarlah untuk membaca bahasa nonverbal mereka. Perhatikan ekspresi
wajah, postur, dan gerak-gerik tubuh mereka. Selain itu, belajarlah
menangkap makna di balik nada suara anak. Adakah perubahan nada,
kecepatan, susunan kata-kata, dan volume suara? Ungkapkan interpretasi
Anda kepadanya. Hal ini akan membuatnya merasa dipahami dan menolong
Anda menguji ketepatan interpretasi Anda.

Jika Anda sudah terampil dalam melihat perubahan raut wajah anak Anda
dan mendengarkannya, Anda akan memahaminya dengan lebih baik. Anda
akan lebih dapat menyadari adanya sesuatu yang tidak beres. Jika kita
bersedia mendengarkan anak-anak dan membiarkan mereka menumpahkan
emosi-emosi yang negatif, menyakitkan, dan membingungkan, mereka akan
lebih mudah menemukan perasaan-perasaan positif dan menjadi lebih
terbuka untuk mendengar beberapa alternatif pemecahan masalahnya.

5. Saat Anda Berbicara, Ajukan Pertanyaan.

Kunci kelima untuk mengusahakan lingkungan yang sehat ialah
mempelajari seni mengajukan pertanyaan yang baik. "Ada dua macam
pertanyaan: pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan
tertutup ialah pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata seperti,
"Apakah semuanya berjalan baik hari ini?" Pertanyaan terbuka ialah
pertanyaan yang membutuhkan jawaban lebih dari satu kata, misalnya,
"Apa yang paling membuatmu senang hari ini?" Akan lebih baik bila kita
mengajukan beberapa pertanyaan terbuka daripada pertanyaan tertutup.

Selain itu, penggunaan waktu yang tepat juga penting. Jika
memungkinkan, pilihlah waktu ketika Anda dan anak-anak tidak dalam
kondisi tergesa-gesa. Jika Anda selalu menyelesaikan ucapan-ucapan
anak Anda, atau hanya menjawab, "ya, aku mengerti" atau "cukup",
tampaknya Anda telah salah memilih waktu.

Saat mengajukan pertanyaan, pastikan untuk memberi cukup waktu kepada
anak Anda untuk menjawabnya. Jika Anda mengajukan pertanyaan dan
menuntut jawaban secepatnya, hal itu dapat menekan anak Anda dan
memberi kesan keliru. Meskipun Anda bermaksud mengatakan, "Engkau
penting bagiku," kesan yang mereka terima dapat menjadi, "Apa yang kau
katakan penting jika kau katakan dengan cepat. Ada hal-hal penting
lain yang harus saya lakukan."

Ketika anak Anda menjawab pertanyaan, dengarkan apa yang dikatakannya
dan bagaimana ia mengatakannya dengan penuh perhatian, karena isi
maupun nada suara dalam jawabannya sama pentingnya. Jika ia menjawab
dengan bersemangat atau jika ia menambahkan keterangan-keterangan
lain, berarti Anda sudah menemukan kuncinya. Daripada mengajukan
pertanyaan yang hebat, ajukan pertanyaan seputar topik yang penting
baginya, atau temukan waktu saat ia bersedia mengobrol.

6. Izinkan Anak Anda Mengekspresikan Emosinya.

Tedd Tripp menulis bahwa komunikasi bukan sekadar mendisiplin, tetapi
juga memuridkan. Komunikasi yang baik dapat menggembalakan anak-anak
dalam jalan Allah. Acap kali orang tua terlalu sibuk, sehingga tidak
ada waktu untuk berbicara, kecuali jika ada masalah. Kebiasaan
berdiskusi bersama akan membantu kita saat perlu berbicara dalam
situasi tegang. Anda tidak akan dapat meraih hati anak-anak Anda, jika
Anda hanya berbicara dengan mereka ketika ada masalah.

Karena kurangnya pendidikan atau masuknya informasi yang keliru,
kebanyakan di antara kita, khususnya pria, diajar untuk tidak
mengacuhkan saat merasakan sesuatu. Ketika mengalami depresi, kita
diajar bahwa itu hanyalah keputusan biasa. Ketika merasa sedih, kita
diajar untuk bergembira. Ketika marah, kita diajar untuk bersikap
tenang. Ketika merasa sakit hati, kita diajari untuk menghadapinya
dengan berani dan tersenyum.

Dr. Haim G. Ginot mengatakan, "emosi adalah bagian dari sifat genetis
yang menurun". Pengajaran tentang emosi dapat menolong anak-anak untuk
menyadari apa yang mereka rasakan dan kapan mereka merasakannya.
Menurut Dr.Ginot, "Lebih penting bagi seorang anak untuk mengenal apa
yang dirasakannya daripada menyadari alasan ia merasakannya. Ketika ia
mengenal apa yang dirasakan dengan jelas, besar kemungkinan ia tidak
akan merasakan `kekacauan` dalam batinnya". Agar anak dapat memiliki
dasar yang kuat bagi kehidupan emosi mereka di kemudian hari, mereka
perlu dikuatkan untuk mengalami dan mengekspresikan berbagai emosi.
Pengalaman emosi mereka seharusnya tidak dibatasi pada emosi yang
menyenangkan saja. Jika mereka hanya diizinkan untuk mengalami satu
sisi emosinya, mereka akan memiliki kesadaran yang terbatas tentang
Allah yang menciptakan mereka dan perspektif yang keliru tentang orang
lain. Kemampuan mereka untuk menarik hikmah dari emosi sangat
terbatas, dan mereka akan lebih menjadi lebih mudah dikuasai oleh
emosi mereka sendiri.

Anak-anak juga perlu didorong untuk mengalami kegembiraan dan
kesedihan, harapan dan ketakutan, sukacita dan depresi, kecemburuan
dan belas kasihan. Proses belajar yang sejati tidak terjadi dalam
lingkup emosi yang terbatas, tetapi dalam emosi yang menyenangkan dan
juga menyakitkan. Pernyataan yang menyebutkan bahwa kita diciptakan
segambar dengan Allah juga mengandung arti bahwa kita memiliki emosi.
Orang tua yang baik akan mengizinkan anak-anaknya mengekspresikan
berbagai emosi dengan cara yang tepat. Hal yang perlu diperhatikan
orang tua dalam hal emosi adalah gambaran wajahnya. Perhatikanlah
stres emosional yang memengaruhi mereka. Jika memungkinkan doronglah
anak Anda untuk menceritakan semua kekhawatiran dan perasaan mereka.
Doronglah mereka untuk menceritakan apa pun yang mereka rasakan --
positif atau negatif, menyenangkan atau menyakitkan. Jika mereka sulit
untuk terbuka, Anda dapat memulainya dengan menceritakan perasaan Anda
sendiri.

7. Memahami Bahwa Hal-hal yang Diperlukan untuk Sukses Dalam Berbisnis
dan Mengasuh Anak Tidaklah Sama.

Kunci keberhasilan di kantor mestinya juga dapat dipakai di rumah.
Bagaimanapun juga, sudah semestinya orang tua mempersiapkan anak untuk
menghadapi dunia "nyata".

Diringkas dari:
Judul asli buku: Raising Kids to Love Jesus 1
Judul buku terjemahan: Memahami Anak Sesuai dengan Kecenderungan
               Kepribadiannya
Judul artikel: Tujuh Kunci untuk Mendorong Pertumbuhan Anak-anak
Penulis: H. Norman Wright dan Gary J. Oliver
Penerjemah: Otniel Sintoro dan Mariani Sutanto
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2003
Halaman: 70 -- 90

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Fitri Nurhana, Melina Martha, dan Truly Almendo Pasaribu
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org