Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/542

e-BinaAnak edisi 542 (13-7-2011)

Hari Anak Nasional (II)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

DAFTAR ISI
BAHAN MENGAJAR: TENTANG MASA DEPAN
SUA PELAYANAN ANAK: MENANGGULANGI KEBIASAAN MENUNDA WAKTU

Shalom,

Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya memiliki masa depan
yang lebih baik. Para guru sekolah minggu dan para pelayan anak, pasti
juga menginginkan anak-anak layan mereka, suatu hari kelak memiliki
kehidupan yang lebih baik. Bagaimana mengajarkan tentang masa depan
kepada anak-anak layan Anda, sehingga mereka, sejak dini memiliki
pemahaman yang benar tentang masa depan? Melalui e-BinaAnak edisi 542,
kami memberikan sebuah artikel, yang bisa Anda gunakan untuk
menjelaskan dan mengajarkan kepada anak-anak layan Anda tentang masa
depan. Simak juga, komentar para sahabat e-BinaAnak tentang,
"Bagaimana mengajarkan kepada anak, untuk tidak memiliki kebiasaan
menunda-nunda" dalam kolom Sua Pelayan Anak. Oleh karena itu, jangan
sampai Anda melewatkan sajian kami. Selamat menyimak, Tuhan Yesus
memberkati.

Redaksi Tamu e-BinaAnak,
Novita Yuniarti
< http://pepak.sabda.org/ >

                  BAHAN MENGAJAR: TENTANG MASA DEPAN
                Diringkas oleh: Truly Almendo Pasaribu

Adik-adik, saat kita berjalan dalam lorong waktu kehidupan, kita
terkadang bertanya-tanya -- Apa yang akan terjadi pada esok hari?
Apakah masa depan kita akan cerah atau mendung? Apa yang terjadi
minggu depan, bulan depan, tahun depan, masa depan adik-adik? Siapa
yang menentukan masa depan kita? Apakah kita gentar menghadapinya?
Barangkali, masing-masing kita memunyai pertanyaan-pertanyaan seperti
ini.

Sekolah -- Aku akan masuk sekolah apa? Siapa guru-guruku nantinya?
Apakah tugas-tugasnya susah? Bagaimana dengan nilai raporku? Apakah
aku akan kuliah suatu saat nanti?

Pekerjaan -- Orang-orang menanyaiku, "Mau jadi apa nanti kalau sudah
besar?" Berapa ya umurku setelah dua puluh tahun ke depan? Apa
pekerjaanku?

Pernikahan -- Apakah aku akan menikah? Siapa yang akan menjadi
istri/suamiku? Jika aku menikah, apakah aku akan memunyai anak-anak?
Berapa?

Teman-teman -- Nanti apakah aku masih berteman dengan teman-teman
saya? Apakah aku akan kehilangan beberapa teman-temanku? Apakah
teman-temanku akan pindah? Apakah aku akan mendapatkan teman-teman
baru?

Keluarga -- Apa yang akan terjadi dengan ibu, ayah, dan
saudara-saudaraku? Apa masa depan keluargaku? Apa yang akan terjadi
dengan anggota keluargaku?

Kesehatan -- Apakah aku akan sehat atau sakit? Apakah pandangan mataku
jernih? Pendengaranku baik? Berapa banyak lubang yang ada di gigiku?
Apakah aku mengalami patah tulang?

Dunia -- Apa jadinya masa depan dunia? Apakah dunia saat ini berbeda
setelah 50 atau 100 tahun mendatang? Bagaimana? Apa perbedaannya?
Apakah mobil-mobil akan terlihat berbeda? Apakah robot dan komputer
akan melakukan lebih banyak pekerjaan lagi?

Beberapa orang berbicara tentang masa depan, seolah-olah mereka tahu
apa yang akan terjadi. Akan tetapi, apakah kita tahu apa yang akan
terjadi esok hari? (Amsal 27:1)

Kita tidak mengetahui masa depan, tetapi Allah tahu. Allah tahu segala
sesuatu tentang masa depan. Allah tahu apa yang terjadi besok, minggu
depan, dan tahun depan.

Dalam Yesaya 46:9-10, kita mempelajari bahwa Allah memiliki
pengetahuan yang sempurna tentang masa depan: "Ingatlah hal-hal yang
dahulu dari sejak purbakala, bahwasanya Akulah Allah dan tidak ada
yang lain, Akulah Allah dan tidak ada yang seperti Aku, yang
memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian dan dari zaman purbakala
apa yang belum terlaksana." Allah mengetahui akhir dari sebuah awal.
Contohnya, kita tentu saja tidak tahu nilai akhir pertandingan kasti
sampai pertandingannya berakhir. Namun, Allah tahu tentang
pertandingan itu, bahkan sebelum pertandingan itu dimulai. Allah tahu
siapa yang menang dan apa hasil akhirnya.

Sama dengan hidup adik-adik, sebelum lahir, Allah sudah tahu tentang
diri dan masa depan kalian. Allah tahu nama, saudara, sakit penyakit,
keluarga kalian kelak. Dari awal Allah tahu bagaimana akhir dari
kehidupan kalian.

Allah juga tahu tentang segala sesuatu yang belum terjadi. Dalam
Yesaya 46:10, Allah mengatakan bahwa ada orang-orang yang akan
membagi-bagikan pakaian-Nya, dan mereka membuang undi atas jubah-Nya.
Kira-kira seribu tahun kemudian, hal ini benar terjadi (Matius 27:35).
Bagaimana Allah tahu hal ini akan terjadi? Allah mengetahui segala
sesuatu yang terjadi. Allah bisa saja mengatakan kepada kita apa yang
akan terjadi 1000 tahun dari sekarang. Allah mengetahui masa depan,
bahkan detail yang terkecil sekalipun!

Ya, masa depan adalah milik Allah. Dia akan menjaga kita dan menjaga
dunia ini. Jika Allah Surgawi adalah Allah kita, masa depan apa yang
disediakan-Nya bagi kita? (Roma 8:28-30, Yohanes 14:1-3, Yohanes 17:24
dan 1 Petrus 1:4) Apakah masa depan yang cerah?

Jangan Khawatir akan Hari Esok

Banyak orang gentar menghadapi masa depan. Mereka takut akan hari
esok, tentang yang akan dan yang tidak akan terjadi. Beberapa orang
bahkan takut akan apa yang tidak akan pernah terjadi.

Dalam Matius 6:34 Yesus mengatakan, "Sebab itu janganlah kamu khawatir
akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Hal ini berarti, "Jangan
takut dan gelisah tentang hari esok." Yesus ingin kita fokus pada hari
ini. Dia ingin kita mengatasi masalah hari ini, dan membiarkan
persoalan esok hari untuk esok hari. Jika guru memberi tugas untuk
membaca 30 halaman dari sebuah buku selama 5 hari, apa yang akan
adik-adik lakukan? Apakah kalian akan gelisah memikirkan kemampuan
kalian untuk menyelesaikannya? Atau apakah adik-adik akan segera
mengambil buku itu dan mulai membaca? Kegelisahan tidak akan membuat
kita membaca lembaran demi lembaran! Tetapi jika kita mengerjakannya
hari ini dan membaca tujuh halaman, maka kita sudah mengawalinya
dengan baik. Sedikit demi sedikit akhirnya selesai juga 30 halaman.

Dalam segi kerohanian pun adik-adik perlu fokus pada hari ini.
Barangkali pernah ada yang berkata, "Aku akan mengikut Tuhan pada hari
lain, tetapi tidak hari ini." Jika dia tidak memunyai hubungan yang
baik dengan Allah hari ini, bagaimana kita tahu dia akan menjalin
hubungan yang baik dengan Allah kelak? Jika dia mengatakan "tidak"
hari ini, bagaimana kita tahu dia akan mengatakan "ya" esok hari?
Bagaimana jika kita terbiasa mengatakan "tidak" kepada Tuhan? Hari ini
adalah waktu yang terbaik untuk taat kepada Allah! Kita bahkan tidak
tahu apakah Allah akan memberikan kita hari esok.

Allah ada dalam hari esok kita. Sebelum Nuh dan keluarganya masuk ke
bahtera, Allah sudah menyuruh mereka masuk: "Masuklah ke dalam bahtera
itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di
hadapan-Ku di antara orang zaman ini." Nuh dan keluarganya bisa saja
khawatir tentang masa depan: "Bagaimana kita bisa bertahan saat air
bah?" Akan tetapi, Allah telah berada di dalam bahtera dan menjaga
segalanya.

Allah juga berada di masa depan menjaga segalanya. Dia mengundang kita
untuk berjalan menuju masa depan! Kita dapat melangkah setiap hari
dengan Allah, dan tahu bahwa Allah menyertai kita dan mencukupi setiap
kebutuhan kita. Dalam Yohanes 10:4 kita belajar bahwa Gembala
mendahului domba-domba-Nya. Siapa Gembala itu? (Yohanes 10:11, Mazmur
23:1)

Allah mendahului kita! Saat kita melangkah hari demi hari, saya tahu
bahwa Allah telah berada di sana, dan saya juga tahu bahwa "Tuhan
menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya."
(Mazmur 37:23) Di mana pun langkah kita, Allah menyertai kita (Mazmur
139:7-12).

Allah tidak memberi tahu kita segala sesuatu yang akan terjadi pada
masa depan. Dia mengatakan kepada kita segala sesuatu yang perlu kita
ketahui dalam firman-Nya. Alkitab tidak mengatakan kepada kita
mengenai pekerjaan, pasangan hidup, tempat tinggal, dan masa hidup
kita kelak. Firman Allah yang merupakan prinsip, janji, dan
pedoman-pedoman-Nya, membimbing kita dalam mengambil segala
keputusan. Saat kita mengikuti firman Allah, kita akan lebih memahami
cara menemukan kehendak Allah tentang pekerjaan, pernikahan, dan
keputusan-keputusan di masa depan. (t/Uly)

Diterjemahkan dan diringkas:
Nama situs: Middle Town Bible Church
Alamat URL: http://www.middletownbiblechurch.org/thinkamw/thinkw11.htm
Judul asli artikel: The Problem of the Future
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 4 Mei 2011

       SUA PELAYANAN ANAK: MENANGGULANGI KEBIASAAN MENUNDA WAKTU

e-BinaAnak, 5 Mei 2011: Apakah yang dapat dilakukan oleh orang
tua/guru sekolah minggu, agar anak tidak memiliki kebiasaan menunda
waktu?

Komentar:

1. Andi Iryanto
   Kalau aku pribadi, memberikan contoh yang sama kepada mereka.
   Misal: pukul 9 mulai kegiatan, berarti saya harus datang setengah
   jam sebelum kegiatan dimulai.

2. Wax On Hutadjulu
   Menjadi contoh atau teladan adalah hal terbaik.

3. Rosa Damanik Ambarita
   Hal-hal kecil dulu, contohnya: jika kita meminta tolong si anak
   untuk mengambilkan minuman atau menyuruh melakukan pekerjaan, minta
   agar si anak segera mengambilkannya/melakukannya, jangan menunda-
   nundanya. Tapi segera lakukan. Masih banyak contoh-contoh yang
   baik.

e-BinaAnak: Terima kasih atas semua pendapat yang telah diberikan.
Menunda waktu memang merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh
manusia. Namun, kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang tidak baik.
Oleh karena itu, generasi penerus harus didik sedini mungkin, supaya
dapat menggunakan waktu dengan bijaksana.

Sumber: http://www.facebook.com/sabdabinaanak#!/sabdabinaanak/posts/
        10150173204386629

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Fitri Nurhana, Melina Martha, dan Truly Almendo Pasaribu
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org