Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/481

e-BinaAnak edisi 481 (6-5-2010)

Dewasa dalam Mencintai Tuhan

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 481/Mei/2010

  - SALAM DARI REDAKSI: Kedewasaan Rohani Para Pelayan Anak
  - ARTIKEL 1: Mengasihi Allah dengan Segenap Hati
  - ARTIKEL 2: Pendidik yang Mencintai Tuhan
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Perapian yang Menyala
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                  KEDEWASAAN ROHANI PARA PELAYAN ANAK

  Kehidupan Kristen adalah sebuah proses didikan, ajaran, dan tuntunan
  Allah seumur hidup, yang akan membawa kita menuju kedewasaan rohani.
  Tidak terkecuali para pelayan Anak, kita pun harus taat kepada semua
  proses yang Allah izinkan terjadi dalam hidup maupun pelayanan kita.
  Setiap proses yang dilewati menuntut pengertian dan kerelaan kita
  untuk dibentuk Allah seumur hidup kita. Kita pun rela menerima
  segala bentuk dan cara Allah untuk membawa kita pada taraf
  pertumbuhan yang dikendaki-Nya, seperti tanah liat di tangan tukang
  periuk. Pelayan anak yang selalu tunduk pada bentukan Allah, akan
  menjadi penjala jiwa-jiwa kecil yang dewasa rohani dalam Dia. Dengan
  kedewasaan rohani tersebut, kita akan menjadi pelayan Tuhan yang
  bertanggung jawab.

  Selama bulan Mei 2010 ini, Pelayan Anak sekalian akan menikmati
  topik-topik seputar kedewasaan rohani para pelayan anak. Bagaimana
  para pelayan anak dapat mencapai kedewasaan rohani yang dikehendaki
  Tuhan? Mencintai Tuhan, mencintai firman-Nya, bertekun dalam doa,
  dan mencintai gereja, merupakan beberapa ciri pelayan Tuhan yang
  semakin bertumbuh dewasa dalam Dia. Nah, topik-topik tersebut yang
  akan kami sajikan kepada Rekan-Rekan semua sepanjang 1 bulan ini.
  Sebagai sajian pertama, silakan simak artikel-artikel dan bahan
  mengajar seputar kedewasaan rohani dalam hal mencintai Tuhan.

  Selamat melayani!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://pepak.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________

          "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
      dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
            dan dengan segenap kekuatanmu." (Markus 12:30)
              < http://alkitab.sabda.org/?Markus+12:30 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL 1

                  MENGASIHI ALLAH DENGAN SEGENAP HATI

  Injil Matius 28:19 memuat Amanat Agung Tuhan Yesus bagi gereja. Ada
  tiga tugas penting gereja Tuhan: penginjilan, pemuridan, dan
  pengajaran. Orang Kristen harus memberitakan Injil kepada semua
  kaum, mengajarkan apa yang diajarkan Yesus, dan membaptis mereka
  dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus. Sampai hari ini, tugas
  penting ini terus berjalan dan harus dilaksanakan karena Amanat
  Agung adalah panggilan dan tugas bagi semua orang percaya. Di mana
  saja dan kapan pun, amanat ini harus selalu kita kerjakan.

  Selain Amanat Agung, ada satu amanat yang perlu kita perhatikan
  pula. Matius 22:37-40 mengatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
  segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal
  budimu...." Hukum pertama dan terutama ini bukan saja disampaikan
  oleh Yesus, tetapi pesan ini sudah dituliskan dalam Perjanjian Lama.
  Bacalah Ulangan 6:4-5: "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap
  hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu."
  Bahkan, dalam kitab Ulangan lebih ditekankan lagi, "...haruslah
  engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
  membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau
  sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau
  bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada
  tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah
  engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu
  gerbangmu." (Ulangan 6:7-9)

  Jadi, mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan
  dengan segenap kekuatan merupakan sesuatu yang penting bagi orang
  percaya. Sebelum kita diajarkan dan diperintahkan untuk mengasihi
  Tuhan, Ia sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Bandingkan dengan
  Yohanes 3:16: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
  sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap
  orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
  yang kekal." Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Tuhan sudah
  memutuskan bahwa keturunan perempuan itu, yakni Yesus, akan
  meremukkan kepala ular itu. Yesus, Anak Allah, harus turun ke dunia,
  mengurbankan nyawa-Nya di salib untuk membebaskan manusia dari jerat
  dan hukuman dosa. Oleh kurban Yesus, kita tidak binasa melainkan
  memperoleh keselamatan yang kekal.

  Tuhan berkehendak supaya manusia memunyai hubungan kasih yang erat
  antara Allah dengan manusia. Itu sebabnya setiap orang percaya
  diajarkan untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, supaya kita
  lebih dekat dengan Bapa. Kasih yang diharapkan oleh Yesus bukanlah
  kasih yang dimiliki oleh manusia melainkan kasih Agape, kasih Ilahi.
  Kasih agape bukanlah kasih yang mementingkan diri sendiri tetapi
  justru memberi.

  Bagaimana manusia yang biasa dapat memiliki kasih yang Ilahi? Roma
  5:5: "Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
  dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan
  kepada kita." Kasih Allah dapat kita terima oleh karya Roh Kudus di
  hati kita. Karena itu kita selalu diajar untuk memiliki hati yang
  terbuka bagi Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, mustahil kita bisa
  mengasihi Tuhan, mengasihi sesama manusia, apalagi mengasihi musuh.
  Kalau kita percaya kepada Allah di dalam Yesus, maka Roh Kudus
  dicurahkan ke hati kita. Roma 8:35: "Siapakah yang akan memisahkan
  kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
  penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau
  pedang?"

  Rasul Paulus telah mengalami tekanan, penindasan, dan penderitaan
  besar karena Kristus. Namun, dengan ilham dari Roh Kudus Paulus
  berkata bahwa tidak ada di kolong langit ini yang dapat memisahkan
  kita dari kasih Kristus. Begitu kuatnya kuasa Roh Kudus yang
  melahirkan kasih Allah di dalam hidup kita. Pada zaman Paulus,
  orang-orang Kristen diadu dengan binatang-binatang buas karena tidak
  mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Namun, kasih Allah sangat
  kuat di dalam hati mereka sehingga tidak ada rasa takut mati dan
  mereka pun sanggup menanggung semua penindasan.

  Tetapi tidak semua orang percaya akan mati syahid. Tuhan hanya
  menginginkan supaya orang percaya senantiasa memancarkan kasih
  Tuhan. Dengan kasih itu kita bisa bercerita tentang Yesus kepada
  orang lain. Kalau hati kita penuh dengan kasih Allah, maka mulut
  kita tidak bisa ditahan untuk menyaksikan keselamatan dari Tuhan.
  Semua orang memunyai peluang yang besar untuk menerima kasih Allah.
  Kalau ada orang yang sudah jauh dari Tuhan, sudah kehilangan kasih
  Allah, maka datanglah kepada Yesus, terimalah kasih Allah.

  Wahyu 2:4-5: "Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah
  meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya
  engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula
  engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan
  Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak
  bertobat." Tuhan menegur keras jemaat Efesus karena kehilangan kasih
  mula-mula. Tanda orang yang masih memiliki kasih kasih mula-mula
  adalah memberikan waktu membaca firman Tuhan, berusaha melakukan
  firman Allah, sering berdoa, dan Yesus diam dalam hidupnya. Tuhan
  sangat mengharapkan supaya kita hidup dalam keadaan yang demikian.
  Apabila kita mengasihi Tuhan, kasih Allah ada dalam hati kita. Maka
  yang mustahil akan menjadi mungkin dalam hidup kita. Tuhan akan
  menolong dan mencurahkan berkat-berkatNya bagi orang yang mau
  mengasihi Tuhan. Puji Tuhan!

  Diambil dan disunting dari:
  Nama situs: Gereja Pentakosta di Indonesia Maranatha
  Penulis: Pdt. Bert Nieuwhof (Belanda)
  Alamat URL: http://gpdimaranatha.org/index.php?option=com_content&
              task=view&id=249&Itemid=32
______________________________________________________________________
ARTIKEL 2

                   PENDIDIK YANG MENCINTAI TUHAN

  Seorang pendidik Kristen harus mengasihi Tuhan terlebih dahulu.
  Hanya dengan mengasihi Tuhan dan menjalankan tugas yang diberikan
  Tuhan untuk menjadi pendidik, barulah kita dapat mencapi kesuksesan
  seperti yang dikehendaki Tuhan.

  Kita harus mencintai Tuhan karena tugas menjadi pendidik adalah
  mandat yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Menjadi pendidik harus
  didsarkan pada cinta kepada Tuhan, sehingga kita mencintai tugas
  tersebut. Jika kita tidak memunyai motivasi bahwa kita mengerjakan
  tugas itu untuk Tuhan, maka kita akan sangat mudah tergelincir,
  kecewa, dan putus asa. Kita bisa saja mengundurkan diri dari tugas
  sebagai pendidik.

  Banyak orang tua jengkel karena menganggap anaknya nakal. Jika
  boleh, ingin rasanya tidak memunyai anak, atau tidak perlu mendidik
  anak. Mereka berharap bisa mendapatkan "malaikat yang tidak
  bersayap" supaya lebih mudah diatur. Tidak bisa demikian! Justru
  anak yang paling pandai selalu didampingi dengan kenakalan yang
  paling hebat. Anak yang paling berpotensi selalu memunyai sifat
  pemberontakan yang kuat. Semakin banyak talenta yang dimiliki anak,
  akan semakin mudah mereka menjadi "liar". Hanya ketika Saudara
  mendapatkan anak-anak yang tidak terlalu pandai, Saudara akan merasa
  bahwa anak-anak itu tidak memberontak atau tidak nakal di hadapan
  Saudara. Yang direpotkan oleh anak-anak tersebut hanya "baby
  sitter", yang memberi makan dan memakaikan baju kepada mereka.
  Ketika Saudara senang dengan anak-anak seperti itu, berarti Saudara
  sendiri tidak beres. Jika Saudara mendapatkan anak yang berpotensi,
  pasti mereka membawa kesulitan bagi Saudara. Nah, untuk itu, sangat
  diperlukan seorang pendidik yang mencintai Tuhan. Jika pendidik itu
  mencintai Tuhan, ia tidak akan menghiraukan beban berat yang harus
  ditanggung sebagai konsekuensi tugas seorang pendidik. Di mana ada
  cinta, di sana tidak ada rasa beban yang berat.

  Ada seorang wanita yang menggendong anaknya berjam-jam seperti tidak
  ada lelahnya. Lalu muncul temannya, seorang pria, yang ingin pula
  menggendong anak wanita itu. Setelah sang anak diserahkan kepada
  pria itu, ternyata anak itu terasa sangat berat. Baru 2 menit
  menggendong sang anak, pria itu pun mengembalikannya pada sang ibu.
  Pria itu pun bingung. Mengapa wanita yang kurus dan terlihat lemah
  bisa menggendong anaknya yang berat itu berjam-jam?

  Wanita itu bukannya tidak punya rasa lelah, namun dia memang tidak
  mau merasa lelah. Bukannya tidak ada beban, namun dia memang merasa
  tidak ada beban ketika menggendong anaknya. Di mana ada cinta, maka
  dalam mengemban tugas pun tidak akan dirasakan beban yang berat.
  Kasih itu penting. Karena mencintai Tuhan, Saudara menjadi kuat.
  Karena mencintai Tuhan, Saudara akan menjadi pendidik yang baik.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristen
  Judul artikel: Kristus Pengarah Pendidikan
  Penulis artikel: Pdt. Dr. Stephen Tong
  Penulis buku: Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong
  Halaman: 77 -- 78
____________________________________________________________________
MUTIARA GURU

  Pelayan anak memerhatikan dan terus mengalami pertumbuhan rohani,
          adalah pelayan yang akrab dengan Sang Guru Agung.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                         PERAPIAN YANG MENYALA

  Cara penyampaian firman Tuhan: Drama

  Pemeran:
  1. Raja Nebukadnezar (oleh guru sekolah minggu).
  2. Sadrakh, Mesakh, Abednego (oleh 3 orang anak sekolah minggu).
  3. Dua orang prajurit (oleh guru sekolah minggu).
  4. Seorang guru yang menjadi narator.

  Catatan:
  Karena melibatkan 3 orang anak sekolah minggu, guru sebaiknya
  memberi tahu orang tua dan anak bahwa sang anak diminta kesediaannya
  untuk membantu menyampaikan firman Tuhan di sekolah minggu. Peran
  yang dimainkan cukup mudah: intinya mereka harus menolak bila
  diminta menyembah patung. Sebagai ucapan terima kasih atas
  partisipasi mereka dalam penyampaian firman Tuhan hari itu,
  berikanlah penghargaan sepantasnya.

  Usulan penggunaan alat peraga/alat bantu:
  1. Pakaian dan atribut untuk raja: jubah, mahkota, dan tongkat
     kerajaan.
  2. Pakaian dan atribut untuk prajurit: baju tentara, pedang/tombak,
     dan perisai (bisa dibuat sendiri dari bahan yang tidak
     berbahaya).
  3. Dus besar yang bisa dimasuki 3 orang anak kecil dengan posisi
     berdiri (cukup bagian kakinya saja yang tertutup). Dus tersebut
     diberi hiasan menyerupai api yang menyala-nyala.
  4. Mahkota kecil sebanyak 3 buah (untuk diberikan pada pemeran
     Sadrakh, Mesakh, dan Abednego).
  5. Patung besar terbuat dari dus atau lemari yang ditutupi kain
     lebar (bisa juga menggunakan tumpukan kursi/meja dengan
     ditutupi kain).

  Proses pengajaran:
  Guru (narator) memulai cerita dengan menunjukkan sebuah mahkota.
  Tanyakan pada anak, siapa yang biasanya memakai mahkota. Guru
  memperkenalkan seorang raja yang jahat, raja yang tidak percaya
  kepada Tuhan, raja yang menyembah patung. Tekankan pada anak bahwa
  perbuatan raja tersebut tidak benar.

  Raja Nebukadnezar masuk dan "bertingkah" sebentar. Misalnya,
  membentak-bentak prajurit, menyuruh mereka menyembah patung, dan
  meminta prajurit mengundang semua orang untuk datang kepadanya.
  Sambil ketakutan, para prajurit tersebut melaksanakan perintah raja.

  Guru (narator) kembali menegaskan bahwa raja Nebukadnezar adalah
  raja yang jahat, raja yang tidak percaya kepada Tuhan, dan raja yang
  menyembah patung. Lalu, narator memperkenalkan tokoh lain: ada 3
  orang anak Tuhan yang setia dan mencintai Allah, namanya: S, M, dan
  A (bila kesulitan, sebaiknya gunakan singkatan saja karena memang
  penyebutan nama "Sadrakh, Mesakh, dan Abednego" sulit dicerna anak).

  Ketiga tokoh tersebut masuk dan memberi salam pada teman-temannya.

  Tokoh 1: Halo, namaku Sadrakh.
  Tokoh 2: Halo, namaku Mesakh.
  Tokoh 3: Halo, namaku Abednego.

  Guru (narator) menjelaskan bahwa ketiga orang tersebut adalah anak
  Tuhan, rajin berdoa, taat, dan mencintai Tuhan. Bila memungkinkan,
  guru dapat mengajak anak menyanyikan lagu:

     "Baca kitab suci,
     Doa tiap hari, doa tiap hari, doa tiap hari ....
     Baca kitab Suci, doa tiap hari, kalau mau tumbuh ....

     Kalau mau tumbuh, kalau mau tumbuh ....
     Baca kitab suci, doa tiap hari,
     Kalau mau tumbuh....

  Sementara guru dan anak menyanyi, ketiga tokoh memerankan gaya
  "membaca kitab suci" dan "berdoa".

  Prajurit masuk dan meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menghadap
  raja. Mereka kemudian pergi menghadap raja bersama-sama. Raja
  meminta Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyembah patung, tapi mereka
  bertiga tidak mau. Guru (narator) menjelaskan bahwa Sadrakh, Mesakh,
  dan Abednego hanya mau menyembah Tuhan Yesus, tidak mau menyembah
  patung. Dengan marah, raja menyurut prajurit memasukkan Sadrakh,
  Mesakh, dan Abednego ke dalam perapian yang menyala-nyala. Tapi
  sungguh mengherankan, ketiga orang tersebut tidak terbakar sama
  sekali, bahkan kepanasan pun tidak. Lalu raja menyuruh ketiganya
  keluar.

  Guru (narator) menjelaskan bahwa Tuhan menolong Sadrakh, Mesakh, dan
  Abednego sehingga mereka selamat meski dibakar di dalam api.

  Karena melihat perbuatan Tuhan yang ajaib, raja menghadiahkan
  mahkota kepada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (sebagai tanda bahwa
  raja memberi kedudukan pada mereka atas pemerintahannya di Babel).

  Catatan:
  Bila kondisi memungkinkan, peragakan pada anak bahwa api dapat
  membakar segala sesuatu. Gunakan korek api dan kertas (sedikit
  saja), bakarlah kertas di dalam sebuah wadah tanah liat agar api
  tidak menyebar ke mana-mana. Pastikan situasi terkendali! Tunjukkan
  pada anak, bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dimasukkan dalam
  "wadah" seperti wadah tanah liat tersebut. Api dalam wadah tersebut
  sangat besar dan panas sekali. Siapa yang masuk ke dalamnya pastilah
  terbakar habis.

  Ide aktivitas:
  1. Menempel gambar 3 orang dan api yang menyala-nyala.
  2. Mewarnai gambar Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dalam perapian yang
     menyala.

  Penekanan pelajaran:
  1. Tuhan sanggup menolong/ melepaskan anak-anakNya dari bahaya.
  2. Tuhab menyertai orang yang mengasihi Dia.

  Diambil dan disunting dari:
  Nama situs: Indonesia -- EduCenter.net
  Penulis: Meilania
  Alamat URL: http://indonesia-educenter.net/index.php?option=
              com_content&task=view&id=200&Itemid=164
_____________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org