Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/463

e-BinaAnak edisi 463 (24-12-2009)

Natal: Sebuah Panggilan

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 463/DESEMBER/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Tuhan Memanggil Kita
  - ARTIKEL 1: Panggilan yang Ajaib
  - ARTIKEL 2: Natal Senantiasa
  - MUTIARA GURU
  - TIPS: Bagaimana Mengajarkan Arti Natal yang Sebenarnya Kepada Anak

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak

______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                        TUHAN MEMANGGIL KITA

  Shalom,

  Dalam hitungan hari, seluruh orang percaya di dunia akan
  bersama-sama berkumpul memperingati kelahiran Sang Juru Selamat.
  Namun, seharusnya tidak hanya pada tanggal 25 Desember saja kita
  mengingat pengorbanan-Nya tersebut. Sepanjang waktu harus merupakan
  Natal bagi kita karena Natal sendiri berisi sebuah panggilan Tuhan
  yang harus ditanggapi dengan sepenuh hati. Melalui Natal, Ia
  memanggil kita untuk menerima Dia sebagai Juru Selamat. Ia pun
  memanggil kita untuk senantiasa menyembah Dia, menjadikan Dia Raja
  dalam hidup. Ia pun memanggil kita untuk berkorban dan taat akan
  kehendak Bapa.

  Apakah panggilan tersebut hanya ditanggapi setiap bulan Desember
  saja? Tentu saja tidak. Itu merupakan panggilan seumur hidup bagi
  kita. Oleh karena itu, dalam edisi ini kami mengundang Rekan-Rekan
  Pelayan Anak sekalian untuk merenungkan, apakah kita telah
  benar-benar mendengar panggilan-Nya dan melakukannya? Biarlah Natal
  kali ini semakin meneguhkan kita untuk mengikuti teladan Kristus dan
  menjadi anak-anak Tuhan yang benar-benar taat pada panggilan-Nya.

  Segenap Redaksi e-BinaAnak mengucapkan:

          "Selamat Natal 2009 dan Selamat Tahun Baru 2010!"

  Tuhan Yesus memberkati.

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/binaanak

  "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya
 dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Filipi+2:8 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL 1

                        PANGGILAN YANG AJAIB

  Nas: Matius 2:1-2

  Natal merupakan sebuah peristiwa yang paling agung di dalam sejarah.
  Sayangnya, kita sering kali hanya mengenang peristiwa ini pada hari
  Natal atau menjelang Natal, walaupun kita tidak tahu kapan tepatnya
  Natal yang sesungguhnya. Bagi saya ini tidak penting, yang penting
  adalah bagaimana kita senantiasa mengingat jiwa, teladan, dan
  kerendahan dari inkarnasi Kristus. Itu sebabnya, pada hari ini kita
  kembali merenungkan makna Natal dalam hidup kita. Kita akan belajar
  beberapa butir penting sehubungan dengan Natal.

  Pertama, Natal membuktikan bahwa anugerah Allah lebih besar daripada
  dosa manusia. Kedatangan Kristus dalam dunia ini menunjukkan bahwa
  kasih Allah lebih besar daripada dosa manusia. Andaikata keadilan
  Allah lebih besar daripada dosa manusia, maka kita semua tidak akan
  merayakan Natal dan itu berarti kita semua harus dihukum.

  Kedua, Natal membuktikan bahwa cara kerja Allah sering kali berada
  di luar jangkauan pikiran manusia. Ketika Allah menggenapi
  janji-Nya, kita melihat penggenapannya sering kali berada di luar
  pikiran dan pengalaman manusia. Secara waktu, siapa yang pernah
  berpikir bahwa Anak Allah datang ke dunia justru setelah Allah diam
  selama 400 tahun. Allah tidak memakai seorang nabi pun untuk
  memberitakan firman pada zaman itu. Namun, setelah 400 tahun,
  barulah Allah menggenapi janji yang telah Ia nubuatkan ribuan tahun
  yang lalu. Secara tempat, siapa yang pernah berpikir bahwa untuk
  menggenapi janji-Nya, Allah justru memakai tempat yang sederhana dan
  tidak terkenal, yaitu kota Bethlehem. Bethlehem berarti rumah roti.
  Kota Bethlehem adalah kota kecil yang mungkin berada di luar pikiran
  manusia. Namun, di sini kita melihat bahwa apa yang tidak dipandang
  oleh manusia justru dipakai Allah untuk menjadi rumah roti bagi jiwa
  manusia yang lapar dan haus.

  Ketika Allah menggenapi janji-Nya, bukan hanya di kota yang tidak
  terpandang, Ia juga lahir di sebuah tempat yang tidak terpikirkan
  oleh manusia, yaitu sebuah kandang yang hina, kotor, dan bau.
  Bahkan, Anak Allah dibaringkan pada sebuah palungan, yaitu tempat
  makan binatang. Kandang dan palungan adalah tempat yang tidak layak
  untuk dihuni oleh manusia, tapi justru di situlah Allah menggenapi
  janji-Nya. Sungguh, ini berada di luar pemikiran manusia yang
  terbatas.

  Ketiga, Natal berarti Allah ada di tempat yang tidak pernah
  diharapkan oleh manusia. Siapa yang menyangka bahwa Anak Allah
  datang ke dalam dunia justru memakai rahim seorang wanita yang masih
  gadis. Rahim seorang wanita yang masih dara seharusnya tidak berisi.
  Namun, di sini kita melihat wanita yang tidak seharusnya berisi
  justru menjadi berisi. Sebaliknya, kubur Yesus yang seharusnya
  berisi menjadi tidak berisi. Mengapa ini terjadi? Karena kuasa
  Allah. Namun, siapa yang pernah menyangka dan mengharapkan bahwa
  Anak Allah sekarang ada di dalam kandungan seorang wanita. Demikian
  juga, siapa yang pernah menyangka Allah ada di sebuah kandang, lebih
  khusus di dalam palungan. Bahkan, kalau kita tarik lebih jauh, yaitu
  pada saat penyaliban, siapa yang pernah menyangka Allah ada di atas
  kayu salib. Sungguh, ini merupakan satu peristiwa yang sulit
  dipikirkan oleh manusia karena memang ini berada di luar kemampuan
  pikiran dan pengalaman manusia yang terbatas. Ya, sering kali Allah
  tidak ditemukan di tempat yang dapat dicapai oleh pikiran manusia
  yang terbatas. Tidak. Justru, Natal membuktikan bahwa Allah ada di
  tempat yang tidak pernah diharapkan oleh manusia.

  Keempat, Natal pertama memanggil orang yang tidak pernah dipikirkan
  dan diharapkan manusia. Siapa yang pernah menyangka bahwa Natal
  justru pertama kali memanggil orang yang berada jauh di luar bangsa
  Israel. Natal pertama kali memanggil orang Majus, bukan penggembala,
  meski akhirnya dalam Alkitab dikatakan bahwa gembalalah yang tiba
  terlebih dahulu.

  Secara khusus kita akan mengamati orang Majus. Di sini, saya
  menemukan beberapa pelajaran rohani yang penting berkenaan dengan
  orang majus. Pembahasan kita mengenai orang Majus ini meliputi tiga
  hal, yaitu pribadinya, perjalanannya, dan penyembahannya.

  Dilihat dari pribadinya, orang Majus bukanlah orang Yahudi atau
  dengan kata lain bukan bangsa pilihan Allah, melainkan orang kafir.
  Orang kafir, menurut orang Yahudi, adalah orang yang tidak memiliki
  pengharapan di dalam dunia. Orang Majus adalah orang yang seharusnya
  dikerat, dibuang, dan dibakar. Itu sebabnya pertama kali, tatkala
  Allah menggenapi janji-Nya, justru janji tersebut bukan pertama-tama
  di dengar oleh para imam, ahli Taurat, atau umat Israel. Berita
  sukacita pertama kali didengar oleh orang kafir, yaitu orang yang
  tidak masuk hitungan dan sungguh tidak pernah terpikirkan oleh orang
  Yahudi bahwa kedatangan Mesiah yang dijanjikan justru pertama kali
  didengar oleh orang kafir. Orang Majus bukan hanya orang kafir,
  tetapi juga merupakan para sarjana. Mereka adalah orang-orang yang
  terpandang, baik di dalam pendidikan, kekayaan, dan kedudukan. Jadi
  orang yang pertama kali dipanggil oleh Allah justru bukan ahli
  kitab, orang beragama, atau orang Israel, melainkan orang kafir yang
  berpendidikan dan berpengetahuan tinggi.

  Dari segi perjalanannya. Orang Majus berasal dari tempat yang sangat
  jauh. Banyak penafsir yang mengatakan bahwa orang Majus adalah orang
  Arab atau orang Persia. Saya pribadi lebih setuju bahwa orang Majus
  kemungkinan berasal dari Persia, mengingat orang Persia pada masa
  itu terkenal dengan ilmu astrologinya. Perjalanan dari Persia ke
  Yerusalem membutuhkan waktu yang sangat lama. Mereka harus berjalan
  berbulan-bulan untuk sampai ke Bethlehem. Kita mungkin bertanya,
  "Bagaimana mereka -- yang berasal dari tempat yang begitu jauh --
  bisa tahu bahwa ada Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan?" Saya
  pribadi percaya, mereka tahu bahwa ada Raja orang Yahudi baru
  dilahirkan karena mereka mempelajari bintang dan juga mempelajari
  Kitab Suci orang Israel. Ingat bangsa Israel pernah ditawan ke
  Persia. Jadi, panggilan Tuhan kepada mereka pertama-tama melalui
  wahyu umum, selanjutnya ketika mereka mempelajari Kitab Suci, Tuhan
  memimpin mereka dan memberikan pencerahan kepada mereka sehingga
  mereka dapat memahami melalui ilmu perbintangan yang mereka
  pelajari, bahwa Allah telah memakai bintang untuk memberitahukan
  kepada mereka bahwa Raja orang Yahudi yang dijanjikan sudah lahir.

  Ketika mereka berjalan dari tempat yang jauh, banyak tantangan yang
  mereka hadapi dan itu tidak mudah. Mereka harus melalui padang
  gurun, padang pasir yang panas, penuh dengan pasir dan debu. Belum
  lagi bahaya dari para perampok, binatang buas, dan banyak lagi
  kesulitan-kesulitan yang lain. Namun, di sini kita melihat ketekunan
  dan pengorbanan mereka. Ya, hanya untuk melihat dan menyembah Raja
  orang Yahudi yang baru dilahirkan, mereka telah melintasi jarak
  ribuan kilometer jauhnya. Mereka adalah orang-orang yang jauh secara
  geografis, namun dipanggil Tuhan menjadi orang-orang yang dekat
  dengan Tuhan secara relasi. Berbeda dengan banyak orang Israel,
  pemimpin-pemimpin agama mereka adalah orang-orang yang dekat secara
  georafis, namun justru jauh dari Tuhan secara relasi. Sekalipun
  mereka adalah bangsa pilihan dan orang-orang yang menamakan diri
  beragama, namun hati mereka justru jauh dari Tuhan. Yang jauh
  menjadi dekat dan yang dekat menjadi jauh. Yang tidak diharapkan
  memperoleh pengharapan dan yang seharusnya memperoleh pengharapan
  justru membuang pengharapan.

  Dari sisi penyembahan, orang Majus datang dari jauh hanya untuk
  melihat dan menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Meski
  mengalami banyak kesulitan, namun mereka terus mencari Raja
  tersebut. Akhirnya, mereka tiba di Yerusalem dan bertemu dengan Raja
  Herodes. Mereka memberitahukan maksud kedatangan mereka, yaitu untuk
  menyembah Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan. Tentu saja hal ini
  membuat Herodes terkejut dan bertanya-tanya di dalam hati. Namun,
  akhirnya orang Majus bertemu dengan Yesus yang baru dilahirkan.
  Bagaimana kira-kira perasaan mereka ketika bertemu dengan Yesus.
  Kita tidak tahu. Namun demikian, pastilah ketika pertama kali mereka
  melihat bayi Yesus Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, mereka
  terheran-heran. Karena Raja orang Yahudi yang baru saja dilahirkan
  tidak seperti apa yang mereka pikirkan. Sekarang mereka hanya
  melihat seorang bayi dari keluarga sederhana. Namun demikian, di
  sini kita belajar satu hal di tengah-tengah apa yang mereka lihat,
  mereka tidak hanya berhenti pada penampakan lahiriah. Mereka tidak
  hanya melihat secara fenomena, melainkan jauh melampaui apa yang
  mereka bisa lihat secara fenomena. Itu sebabnya ketika mereka
  melihat Yesus, yaitu Raja orang Yahudi, yang baru dilahirkan, mereka
  segera sujud menyembah bayi Yesus. Aneh kelihatannya, tapi itulah
  yang terjadi. Ketika Yesus belum bisa bicara, ketika Yesus belum
  mampu berjalan apalagi memberitakan firman dan memproklamasikan
  diri-Nya, di sini kita melihat ada satu kekuatan yang besar yang
  telah memanggil orang-orang berpendidikan, berpengaruh, dan kaya
  untuk datang dan menyembah Dia. Satu hal yang sangat langka dan
  belum pernah terjadi di dunia. Orang-orang berpengaruh dalam
  masyarakat datang dan menyembah seorang Bayi yang sederhana. Inilah
  iman. Iman menembus jauh melampaui apa yang bisa mereka lihat, iman
  memercayakan diri kepada suatu pribadi sekalipun nampaknya pribadi
  tersebut sulit untuk kita pahami karena kesederhanaan-Nya. Itulah
  iman!

  Orang Majus menjadi gambaran bagaimana Allah memilih dan memanggil
  umat pilihan-Nya. Orang yang tidak pernah kita pikir, tidak pernah
  diharapkan, justru merekalah yang Allah panggil. Sering kali Allah
  memberikan anugerah-Nya kepada umat pilihan melalui cara yang tidak
  pernah kita pikirkan dan harapkan.

  Bagaimana dengan diri kita? Kita juga bukan orang-orang yang layak
  karena secara kebangsaan kita bukan umat pilihan Tuhan. Dan kita
  tinggal jauh dari tempat Kristus lahir. Namun, Tuhan telah memanggil
  dan menyelamatkan kita. Namun demikian, izinkan saya bertanya
  bagaimana respons kita terhadap panggilan Allah? Ketika dipanggil
  oleh Allah, orang Majus taat. Mereka melangkah sekalipun banyak
  rintangan, banyak tantangan, banyak pengorbanan, dan akhirnya mereka
  tiba di tempat Kristus berada. Setelah itu mereka menyembah dan
  mempersembahkan korban di hadapan bayi Kristus. Marilah kita belajar
  dari pengorbanan dan teladan penyembahan orang Majus. Kiranya Tuhan
  memberkati kita. Amin.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Gereja Reformed Injilia Indonesia Surabaya -- Andhika
  Penulis: Ev. Rusdi Tanuwidjaya
  Alamat URL: http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/1999/19990124.htm

      -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak --

______________________________________________________________________
ARTIKEL 2

                         NATAL SENANTIASA

  Natal bukan hanya satu malam penuh bintang di Bethlehem; ia sudah
  ada di balik bayang-bayang bintang selamanya.

  Dulu, sudah ada Natal di hati Allah saat Ia menciptakan bumi dan
  memberikannya -- bagi kita manusia. Ketika Ia mengirimkan
  nabi-nabi-Nya, itu juga Natal. Juga, merupakan Natal yang sungguh
  agung dari segalanya malam itu di Bethlehem ketika Allah memberikan
  anak-Nya kepada kita.

  Saat Yesus bertambah dewasa, Natal ada di mana-mana. Ia pergi,
  membagi-bagikan makanan, memberi penglihatan, memberikan hidup.
  Karena Natal adalah memberi.

  Tetapi Natal juga berarti menerima. Alkitab berkata, "Tetapi semua
  orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak
  Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yohanes 1:12).

  Ketika kita memahami arti ayat ini, kita tahu bahwa menerima bisa
  lebih penting daripada memberi -- saat Natal! Ketika menerima
  Kristus, kita merasakan sepenuhnya bahwa hadiah ini adalah Natal.

  Kemudian, bagi kita manusia, Natal senantiasa hadir, seperti kata
  Yesus, "Aku menyertai kamu senantiasa" (Matius 28:20).

  Dan Natal sendiri adalah Yesus!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Guideposts bagi Jiwa: Kisah-Kisah Natal
  Judul asli buku: Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of
                   Faith
  Penulis: Dale Evans Rogers
  Alih bahasa: Mary N. Rondonuwu
  Penerbit: Gospel Press, Batam Centre 2006
  Halaman: 346 -- 347

         -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak --

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

       Natal adalah panggilan bagi kita untuk berkorban, taat,
        menyembah Yesus, dan memberikan yang terbaik bagi Dia.

______________________________________________________________________
TIPS

    BAGAIMANA MENGAJARKAN ARTI NATAL YANG SEBENARNYA KEPADA ANAK

  Lingkungan di mana Anda sangat jarang menemukan ucapan "Selamat
  Natal" melalui media, sekolah, dan kebanyakan tempat umum lainnya
  bisa saja membuat kita sulit untuk mengajarkan arti Natal yang
  sebenarnya menurut ajaran Kristen kepada anak-anak. Arti yang
  menyatakan bahwa Yesus lahir untuk kita pada hari Natal hingga tiba
  saatnya Dia menyelamatkan kita dari dosa. Akhir-akhir ini, drama
  kelahiran Kristus semakin jarang dipentaskan. Namun, menampilkan
  sebuah drama untuk ditonton anak Anda dapat menjadi cara yang bagus
  untuk membantu mereka memahami arti Natal sebenarnya.

  Perlengkapan:

  1. Alkitab
  2. Satu set boneka yang bisa dipakai untuk memerankan Maria, Yusuf,
     Yesus, para gembala, dan orang Majus.

  Alur Cerita:

  Pertama:
  Bacalah Lukas 2:1-20 dan Matius 2:1-12 agar Anda mengerti seperti
  apakah alur cerita kelahiran Yesus. Apabila Anda sudah pernah
  membacanya, cobalah mengingat kembali bagaimana urut-urutannya
  sebelum Anda mengajarkannya kepada anak Anda.

  Kedua:
  Siapkan perlengkapan drama Natal sekaligus setelah Anda selesai
  membacanya dan mengerti ceritanya. Perlengkapan drama Natal itu
  tidak perlu yang mahal; Anda bisa memakai boneka-boneka kecil dari
  plastik. Mulailah dengan Yesus, Maria, dan Yusuf. Drama Natal bisa
  menjadi tontonan menarik agar perasaan anak ikut terbawa suasana dan
  membantu anak untuk tetap fokus memerhatikan. Kisah Natal yang hidup
  dan bisa dilihat secara visual dapat membantu anak-anak memahami
  makna Natal yang lebih dalam lagi.

  Ketiga:
  Bacakan Lukas 2:1-7 untuk anak Anda. Lebih baik lagi jika Anda
  meluangkan beberapa menit untuk memastikan anak Anda mengerti
  sebagian kecil dari apa yang Anda baca. Jika mereka mengerti setiap
  bagian yang ada, mereka bisa lebih mudah mengikuti kisah Natal
  karena mereka akan menemukan makna di balik kisah Natal.

  Keempat:
  Selanjutnya, tampilkan para gembala dan domba-domba (jika tersedia)
  ke dalam drama Natal dan bacakan Lukas 2:8-20. Sekali lagi, luangkan
  beberapa menit bersama anak Anda untuk memastikan bahwa mereka
  mengerti apa yang terjadi dalam kisah yang Anda ceritakan.

  Kelima:
  Tampilkan orang-orang Majus dan bacalah Matius 2:1-12. Setelah Anda
  selesai membaca keseluruhan ayat kisah Natal, teruskan drama Anda
  sampai selesai dan kemudian pastikan anak Anda mengerti bagaimana
  kisah Natal dimulai. Pemahaman yang benar tentang makna Natal
  mungkin tidak dapat tercapai pada penjelasan pertama; mungkin kita
  perlu menjelaskannya berkali-kali. Hal ini bisa menjadi tradisi
  keluarga yang baik untuk mengajak anak Anda menghidupkan kembali
  kisah Natal setiap tahun sehingga makna Natal yang sebenarnya terus
  terpatri di hati mereka. (t/Setya)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: ehow.com
  Judul asli artikel: How to Teach Children the Real Meaning of
                      Christmas (Christian)
  Penulis: RayLynn
  Alamat URL: http://www.ehow.com/how_2168981_children-real-meaning-
              christmas-christian.html

      -- Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak --

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Kontributor: Desi Rianto
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/
Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org