Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/454

e-BinaAnak edisi 454 (21-10-2009)

Mengenalkan Gereja kepada Anak

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 454/OKTOBER/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Mempersiapkan Generasi Masa Depan Gereja
  - ARTIKEL 1: Anak-Anak dalam Sejarah Gereja
  - ARTIKEL 2: Haruskah Anak-Anak Berada di Gereja?
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Coba Lagi
  - STOP PRESS: Perayaan 15 Tahun SABDA 19 -- 23 Oktober 2009

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
        
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

               MEMPERSIAPKAN GENERASI MASA DEPAN GEREJA
            
  Shalom,
  
  Ada gereja yang membuka kelas sekolah minggu bersamaan dengan ibadah 
  umum orang dewasa. Salah satu alasannya adalah karena anak-anak 
  tidak mungkin dapat mengikuti ibadah umum orang dewasa dengan baik 
  sehingga dapat menimbulkan gangguan selama ibadah umum berlangsung. 
  Alasan ini mungkin ada benarnya. Namun, apakah kita mau kehilangan 
  saat-saat ketika para generasi masa depan gereja bisa belajar secara 
  langsung hal-hal yang terdapat dalam ibadah gereja? Sekolah minggu 
  perlu sering-sering membawa anak-anak mengikuti ibadah gereja orang 
  dewasa. Tentu saja harus dengan persiapan yang matang dan terencana. 
  Harus ada misi yang jelas pula, yaitu mengajarkan secara langsung 
  makna gereja kepada anak-anak. 
  
  Kita akan melihat pentingnya melibatkan anak-anak dalam kegiatan 
  gereja dengan melihat bagian anak-anak itu sendiri dalam sejarah 
  gereja. Selain itu, ada pula artikel mengenai membiasakan anak 
  mengikuti ibadah gereja orang dewasa. Dari sana, para pelayan anak 
  dapat mengadaptasinya untuk program pengenalan gereja terhadap 
  anak-anak. Kiranya menjadi berkat bagi Anda semua. 
  
  Tidak lupa kami sampaikan kabar gembira untuk Anda! Saat ini para 
  pelanggan e-BinaAnak dapat saling berinteraksi melalui halaman 
  e-BinaAnak di Facebook dalam Fan Page e-BinaAnak. Bagi Anda yang   
  telah memiliki akun di Facebook, segeralah bergabung bersama kami. 
  Silakan masuk ke halaman http://fb.sabda.org/binaanak untuk segera 
  bergabung sekarang juga! Terima kasih.
                   
  Selamat melayani!
  
  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

    "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil                                
  ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang                        
     selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+18:10 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

                     ANAK-ANAK DALAM SEJARAH GEREJA

  Gereja pada abad pertama tidak memerhatikan pendidikan anak, baik 
  dalam hal pengetahuan dasar (baca tulis) atau pun dalam iman 
  Kristen. Kelas-kelas dibentuk pada abad pertama dan kedua untuk 
  petobat baru, dan, diperkirakan, anak-anak yang lebih dewasa masuk 
  dalam kelas para petobat baru yang yang dikenal dengan nama "sekolah 
  katekumen" ini. Kelas-kelas tersebut dibagi dalam "tingkatan", atau 
  dikelompokkan menurut tingkat yang sesuai dengan komitmen 
  masing-masing orang. "Pendengar" diizinkan untuk mendengarkan 
  pembacaan Alkitab dan khotbah. "Pelutut" diizinkan tinggal lebih 
  lama untuk berdoa dan mendengar lebih banyak firman; mereka diuji 
  seturut dengan disiplin dan kebiasaan hidup Kristen. "Yang Terpilih" 
  diberi instruksi teologis secara intensif dan dipersiapkan untuk 
  dibaptis. Sekolah katekumen terus berlanjut selama beberapa abad, 
  tetapi kemudian memburuk kira-kira setelah abad kelima. 

  Sekolah-sekolah katekisasi muncul pada akhir abad kedua untuk 
  melatih para pelayan dan sarjana Kristen. Sekolah-sekolah ini 
  didirikan di seluruh dunia Kristen, dan suatu aturan dibentuk 
  sehingga suatu kelompok jemaat mau bersama-sama mendukung sekolah 
  "episkopal" atau "katedral". Meski demikian, sekolah-sekolah ini 
  tidak untuk semua anak atau bahkan semua anak laki-laki. Mereka 
  hanya menerima anak-anak yang dipersiapkan untuk menjadi pendeta 
  gereja. 

  Baru pada beberapa dekade setelah Reformasi orang-orang Kristen 
  memerhatikan pendidikan baca tulis dasar bagi anak-anak secara umum 
  dan manfaat pembelajaran Alkitab dalam pendidikan anak-anak muda. 
  Marthin Luther mendukung pendidikan yang lebih luas bagi anak-anak. 
  Namun, adalah John Amos Comenius, pada akhir abad enam belas, yang 
  sangat mendesak tersedianya pendidikan Kristen bagi semua anak. 
  Comenius, Philip Spener, dan August Hermann Francke adalah 
  orang-orang yang aktif mengenalkan pembelajaran Alkitab kepada 
  pendidikan Kristen di berbagai bidang. Abad pertama telah 
  menggunakan beberapa ayat tertentu dari Alkitab untuk dihafalkan di 
  luar kepala dalam pengajaran katekumen, tetapi media cetak sekarang 
  telah memungkinkan terwujudnya penggunaan Alkitab secara lebih luas 
  lagi. 

  Sekolah minggu pertama yang didirikan oleh Robert Raikes lebih 
  banyak ditujukan untuk memberikan pengetahuan dasar (baca tulis) 
  kepada anak-anak di Sooty Alley agar dapat menerima keselamatan. 
  Editor Gloucester mendirikan sekolah minggu pertamanya di dapur Ibu 
  Meredith. Dia membayar Ibu Meredith untuk mengajar anak-anak itu dan 
  kemudian mempekerjakan orang lain. Namun, dia "di luar" gereja, dan 
  hanya ada sedikit pendeta yang mendukungnya. Para pendeta yang 
  mendukungnya itu di antaranya adalah John Wesley dan William Fox. 
  Mereka berdua sejak awal memberi dukungan pada Raikes, bahkan 
  sebelum Raikes mengaku pada masyarakat umum tentang apa yang sedang 
  terjadi di dapur Gloucester selama hampir tiga tahun. Gerakan itu 
  terus berkembang. Ketika Raikes meninggal pada tahun 1811, sudah ada 
  hampir setengah juta anak yang terlibat dalam sekolah minggunya. 
  William Fox mendirikan Sunday School Society di London pada tahun 
  1785, dan, dengan didukung oleh beberapa temannya yang kaya, dia 
  mulai menyebarkan ide-idenya. 

  Ketika gerakan sekolah minggu sampai di Amerika, gerakan ini menjadi 
  semakin sedikit menggunakan program pengetahuan dasar dan semakin 
  menuju pada penginjilan. Tahun 1810, sekolah minggu versi Amerika 
  diizinkan masuk ke gereja. Ketika gereja mulai ikut terlibat, mereka 
  menjadi lebih tertarik pada isi pengajarannya, dan 
  denominasi-denominasi membentuk dewan atau komisi sekolah minggu 
  untuk mengawasi pendidikan di gereja-gereja lokal. 

  Awal abad dua puluh memberikan program yang lebih banyak dan lebih 
  luas, yang ditujukan pada pendidikan moral dan spiritual anak. 
  Program pramuka disusun antara tahun 1910 dan 1912. Child Evangelism 
  Fellowship mulai berdiri tahun 1923. Bila pramuka cenderung 
  menggunakan pendekatan sekuler, Child Evangelism Fellowship lebih 
  banyak bekerja melalui Good News Clubs, mengumpulkan anak-anak di 
  lingkungan mereka untuk dibawa kepada Kristus. CEF dan perkembangan 
  lembaga-lembaga untuk anak terus berlanjut. Christian Service 
  Brigade, Pioneer Clubs, Awana Youth Association, dan Christian Youth 
  Crusaders -- masing-masing membentuk program pendidikan anak Kristen 
  yang terus berkembang dan lebih baik: setiap program dilakukan tanpa 
  memandang denominasi dan ditujukan untuk membawa anak-anak kepada 
  Kristus dan pemuridan. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Childhood Education in the Church
  Judul asli artikel: Children in Church History
  Penulis: Robert E. Clark, Joanne Brubaker, Roy B. Zuck
  Penerbit: Moody Press, Chicago 1986
  Halaman: 9 -- 11  
              
        --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--              
        
______________________________________________________________________
ARTIKEL 2

                 HARUSKAH ANAK-ANAK BERADA DI GEREJA?

  Saat ini beberapa kalangan gereja memperdebatkan mengenai perlunya 
  anak-anak berada dalam gereja selama ibadah berlangsung? Jawaban 
  dari perdebatan tersebut sangat tergantung dari pandangan gereja dan 
  apa yang kita lihat atau inginkan untuk anak-anak kita dalam gereja 
  pada masa depan.

  Apakah anak-anak harus berada dalam gereja? Tentu saja. Anda tidak 
  setuju? Teruskanlah membaca artikel ini. Saat saya masih berusia 20 
  tahun, sebagai wanita muda yang terlibat dalam sekolah minggu dan 
  sebagai seorang guru profesional, jawaban saya secara teori terhadap 
  pertanyaan di atas adalah, "Harus! Anda tidak dapat mengajarkan 
  kehampaan. Anda tidak dapat mengajarkan tentang gereja jika 
  anak-anak dikeluarkan dari kehidupan gereja." Di gereja asal saya, 
  pertanyaan tersebut bukanlah pertanyaan yang menyenangkan. Anak-anak 
  merupakan bagian dari keluarga gereja. Mereka dapat terlibat dalam 
  gereja dan dipersilakan menghadiri ibadah, meskipun dengan 
  "keributan kudus", "gerak-gerik liturgis", dan sebagainya. Kami 
  tidak pernah melihat perbedaannya. Apakah mereka mengganggu yang 
  lain? Kadang-kadang. Tapi mereka sedang dalam proses menjadi orang 
  Kristen yang mencintai gereja; mereka akan rutin datang ke gereja 
  jika mereka menghadiri ibadah gereja secara rutin sejak dini. 
  Apakah saya tahu sulitnya membawa anak-anak ke gereja pada waktu 
  itu? Tidak. Apakah memerlukan persiapan dan rencana? Ya! Apakah hal 
  itu pantas untuk dilakukan? Jelas. 
  
  Sebagai seorang istri pendeta, beberapa orang percaya bahwa anak 
  saya memiliki sikap yang berbeda di gereja karena mereka terbiasa 
  dengan kehidupan gereja atau karena suami saya adalah seorang 
  pendeta. Menjadi terbiasa dengan kehidupan gereja? Nah, itulah 
  intinya. Beberapa anak akan belajar mengenai sikap tertentu dalam 
  situasi tertentu jika mereka terbiasa dengan sikap tersebut dan 
  melihatnya secara rutin. Apakah hal itu mudah karena suami saya 
  adalah seorang pendeta? Saya mampu menggunakan istilah "Ayah", bukan 
  "Pendeta John", ketika menunjuk hal-hal tertentu selama ibadah 
  gereja. Pendeta dapat mewakili Tuhan sementara ayah tetap seorang 
  ayah. 

  Pada kenyataannya, anak-anak saya tidak berbeda dari anak-anak lain 
  seusia mereka. Alexander, 5 tahun, diharapkan dapat berkonsentrasi 
  lebih lama daripada Elizabeth yang berusia 2 tahun. Dan tentu saja, 
  Nathaniel yang berusia 9 bulan hanya akan melihat dan mengambil 
  segala sesuatu sambil menjerit di sana-sini. Saya pun pernah 
  mengalami saat-saat ketika saya bertanya-tanya apakah itu layak atau 
  tidak. Saya akan pergi ke belakang gereja jika anak saya tiba-tiba 
  menjadi agak terlalu berisik atau ribut atau meminta untuk pegi ke 
  kamar kecil. Sering kali hal itu terjadi pada saat yang kurang 
  "menguntungkan" selama ibadah. Pada waktu-waktu tertentu, saya 
  sebenarnya sedikit membenarkan mereka yang mengatakan bahwa 
  anak-anak tidak seharusnya berada di gereja selama ibadah. Namun hal 
  tersebut sangat jarang saya alami karena saya kembali terguncang 
  oleh "Kerajaan Allah" dan sambutan-Nya kepada anak kecil ketika anak 
  saya tiba-tiba bertanya mengenai sebuah simbol tertentu atau 
  bertanya tentang apa arti "keselamatan". Juga ketika anak saya yang 
  berumur 2 tahun bernyanyi bersama dengan paduan suara yang menaikkan 
  pujian "Haleluya".

  Apakah masa kecil saya sekarang berbeda dengan anak-anak zaman ini 
  dalam hal ibadah gereja? Ya. Apakah akan lebih mudah bagi saya jika 
  mereka hanya mengikuti kelas sekolah minggu dan tidak perlu 
  mengikuti ibadah di gereja? Ya, tapi bukan itu yang saya inginkan 
  untuk anak-anak saya. Saya ingin mereka terlibat dengan Kristus dan 
  gereja. Ini yang saya inginkan untuk mereka sekarang dan pada masa 
  depan. Jika saya hanya melibatkan mereka di "pinggiran", pada 
  kemudian hari, mereka pun hanya akan terlibat di "pinggiran" gereja 
  saja. Pada saat ini, berada bersama anak-anak saya selama ibadah 
  gereja adalah pekerjaan saya untuk Tuhan dan gereja-Nya. Jika saya 
  tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendengar setiap kata dari 
  ibadah yang berlangsung atau kehilangan respons terhadap salah satu 
  khotbah atau bahkan tidak dapat bernyanyi dalam paduan suara seperti 
  yang telah saya lakukan sepanjang hidup saya, saya bisa percaya 
  bahwa pekerjaan saya sekarang adalah untuk membawa anak-anak saya 
  menyembah nama Allah.

  Dengan kehadiran yang teratur dalam gereja, anak-anak belajar dan 
  melihat lebih dari yang kami pernah ketahui dalam jangka pendek. 
  Namun dalam jangka panjang, pengetahuan dan kebiasaan ini akan 
  menjadi kenyataan dan menjadi bagian dari kehidupan mereka.   
  Baru-baru ini saya berbicara dengan sepasang orang tua yang 
  mengatakan bahwa ia akan menjadi orang terakhir yang mengatakan 
  anak-anak harus berada dalam ibadah gereja. Dia telah melihat bahwa 
  anak-anaknya belajar banyak hal selama mereka di gereja dan telah 
  terbiasa dengan waktu ibadah yang panjang. Mereka telah membuat 
  pengamatan dan tanya jawab tentang apa yang mereka lihat dan dengar. 
  Namun, bukan tanpa banyak usaha dan kesabaran. Berikut adalah 
  beberapa saran yang akan membantu Anda membawa kehidupan Kristus dan 
  gereja-Nya menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. 

  1. Sebisa mungkin duduklah di deretan tempat duduk terdepan. 
     Anak-anak perlu melihat apa yang terjadi selama ibadah. Hal ini 
     juga membantu mereka untuk lebih berkonsentrasi dan akhirnya 
     memahami hal-hal yang terjadi dalam pelayanan gereja. Anda 
     mungkin merasa tidak nyaman melakukan ini dan berpikir anak-anak 
     Anda akan menjadi gangguan untuk orang dewasa. Tolong, jangan 
     pedulikan perasaan tersebut. Ini adalah tugas anak-anak untuk 
     belajar bagaimana mereka dapat menjadi bagian dari ibadah gereja. 
     Dan adalah tugas orang dewasa untuk menjadi toleran terhadap 
     proses pembelajaran ini dan tidak mengharapkan anak-anak menjadi 
     dewasa. (Lihatlah ke sekeliling dan melihat beberapa perilaku 
     orang dewasa, seperti berbicara. Ini lebih mengganggu pendeta 
     daripada "suara suci" anak-anak.) Jangan berharap anak-anak kecil 
     dapat duduk diam selama ibadah berlangsung. Hal tersebut tidak 
     realistis. Saya tidak pernah mengatakan kepada anak-anak, "Jangan 
     bicara!" Saya hanya "meminta" mereka untuk tetap tenang.

     Gerakan dapat dibatasi tetapi tidak dilarang. Anak saya yang 
     berusia 2,5 tahun bisa bergerak lebih sedikit dan duduk di 
     lantai, sementara anak saya yang berusia 5 tahun diperkirakan 
     akan duduk di bangku dan berdiri dengan gerakan minimum.

  2. Bawa bahan-bahan/materi untuk anak-anak. Dapat berupa buku 
     liturgi untuk anak, buku-buku bergambar, krayon, atau makanan 
     kecil. Biarkan anak-anak tahu apa yang diizinkan dan apa yang 
     tidak -- hal ini akan berubah seiring bertambahnya usia 
     anak-anak. Saya tidak berharap anak saya yang berusia 2,5 tahun 
     mengerti banyak hal sebanyak yang dapat anak saya yang berusia 5 
     tahun terima. Sebagai anak-anak yang sedang belajar membaca, 
     ilustrasi dalam buku liturgi mungkin sudah cukup. Jangan 
     berlebihan pada kegiatan. Kadang-kadang, bangku kami begitu penuh 
     dengan berbagai hal yang dikemas untuk anak-anak. Sekarang saya
     telah belajar untuk membawa lebih sedikit barang-barang yang 
     tidak perlu.

  3. Siapkan anak-anak sebelum mengikuti ibadah. Jika Anda telah 
     mengetahui dari mana ayat Alkitab yang akan dikhotbahkan dalam 
     ibadah, bacalah ayat tersebut pada hari Sabtu malam. Jelaskan 
     kepada anak-anak bahwa mereka akan mendengar ayat ini di gereja. 
     Selama di gereja, berbisiklah kepada mereka untuk mengingatkan 
     mereka mengenai ayat tersebut. Mintalah anak-anak mempersiapkan 
     persembahan mereka. Anak-anak usia dua tahun dapat membaca Doa 
     Bapa Kami. Ajarkanlah kepada mereka dan dorong mereka untuk ikut 
     berdoa Doa Bapa Kami dalam ibadah.

  4. Abaikan komentar yang meremehkan upaya Anda untuk membuat 
     anak-anak Anda menjadi bagian dari kehidupan gereja. Orang-orang 
     yang mengeluarkan komentar tersebut memiliki pemahaman yang 
     kurang tentang gereja dan tentang bagaimana Kristus menerima dan 
     menyambut anak-anak kecil. Saya telah menemukan bahwa tingkat 
     toleransi saya lebih rendah dan perilaku anak-anak saya tampaknya 
     menjadi lebih buruk ketika saya lebih memerhatikan 
     pemikiran-pemikiran orang lain. Saya menjadi tidak berkonsentrasi 
     untuk mendorong anak-anak saya selama ibadah gereja. Jangan 
     biarkan hari yang buruk mengecilkan hati Anda. Evaluasilah apa 
     yang telah terjadi, ubahlah harapan Anda jika diperlukan, dan 
     coba lagi. Anda tidak sendirian untuk mencari nasihat dari orang 
     tua yang lain.

  5. Jadikan gereja sebagai bagian yang penting dalam hidup Anda. 
     Kehidupan rohani Anda sendiri adalah teladan penting untuk 
     anak-anak. Jika anak-anak melihat bahwa Allah dan gereja adalah 
     bagian penting dari hidup Anda, ini akan membuat dampak yang 
     besar bagi anak dalam pertumbuhan mereka. Suatu hari, mereka pun 
     akan menerima iman seperti yang Anda miliki sebagai milik mereka. 
     Berdoa di rumah, membaca Alkitab, dan melibatkan anak-anak Anda 
     dalam pekerjaan yang baik. Kekuatan rohani Anda pun akan 
     memberikan tambahan kekuatan untuk menolerir mereka yang kurang 
     dari sempurna. Orang tua yang hanya membawa anak-anak mereka ke 
     sekolah minggu, apakah itu sebelum atau sesudah gereja, tidak 
     menyadari bahwa kelas yang sebenarnya adalah di GEREJA.

  6. Hadiri pelayanan gereja di luar ibadah rutin. Usahakanlah untuk 
     menghadiri ibadah-ibadah khusus di gereja. Walaupun tidak selalu 
     mungkin anak-anak dapat mengikuti seluruh kegiatan gereja, dalam 
     ibadah khusus anak-anak akan belajar lebih banyak mengenai gereja 
     dan lebih mempersiapkan anak-anak mengetahui apa yang akan mereka 
     lihat dan dengar.

  Sebagai kesimpulan, Anda perlu memeriksa bagaimana Anda melihat 
  gereja dan apa yang Anda lihat dan inginkan untuk anak-anak Anda 
  dalam kehidupan gereja untuk menjawab pertanyaan Anda sendiri 
  tentang apakah anak-anak diterima dalam gereja. Jika Anda ingin 
  anak-anak Anda mengalami kepenuhan Kristus dan gereja-Nya serta 
  memiliki hidup bergereja yang dapat meningkatkan kehidupan rohani 
  mereka sendiri ketika berjuang dengan pertanyaan tentang iman, maka 
  Anda harus menjawab dengan pasti, "Ya, anak-anak harus hadir pula 
  dalam ibadah gereja!" (t/Davida)  
  
  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Orthodox Family Life
  Judul asli artikel: Should Children Be in Church?
  Penulis: Joan Woodward Teebagy
  Alamat URL: http://www.theologic.com/oflweb/inchurch/attend3.htm
  
         --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

            Tuhan pun menyambut anak-anak di dalam gereja.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                             COBA LAGI
  
  Bacaan: 
  Matius 13:3-8

  Waktu Mark mampir ke rumah kakeknya setelah pulang sekolah, dia 
  heran mendapati kakeknya sedang berlutut di kebun. Beberapa kantong 
  baru yang berisi benih tergeletak di sampingnya. "Apa yang sedang 
  Kakek lakukan?" tanya Mark. "Kakek `kan sudah menanami lajur yang 
  sama itu minggu kemarin."
  
  "Iya," jawab kakek, "tapi hujan yang deras menyapu bersih benih 
  itu."
  
  "Oh," seru Mark. "Mmm, tapi bagaimana jika hal itu terjadi lagi? 
  Mengapa Kakek tidak membeli sayuran di supermarket saja? Bisa 
  mengurangi pekerjaan."
  
  "Kakek tahu," kata kakek setuju, "tapi tidak ada sayuran yang 
  rasanya lebih enak dibanding sayuran segar dari kebun." Dia 
  memungut kantong benih yang kosong. "Ngomong-ngomong," kakek 
  melanjutkan, "siapa yang akan menemanimu dalam acara kemah sekolah 
  minggumu minggu depan?"
  
  "Sepertinya tidak ada," kata Mark. Aku mengajak Scott lagi, tapi 
  dia tak pernah datang untuk memberi jawaban."
  
  "Yah ..., mengundang seseorang itu seperti menabur benih," kata 
  kakek menjelaskan. "Kadang kamu berhasil, dan kadang tidak. Namun 
  jika kamu terus berusaha, hasilnya pasti beda, mengapa kamu tidak 
  mencoba mengajak orang lain? Ini adalah kesempatan yang bagus supaya 
  mereka mendengar tentang Yesus. Bukankah kamu pernah berkata ada 
  anak laki-laki baru di kompleksmu?"
  
  "Iya," jawab Mark. "Namanya Brett."
  
  "Dia mungkin perlu teman baru," kata kakek mengingatkannya. Dia 
  memberikan kantong benih pada Mark. "Apa kamu perhatikan bedanya, 
  apa yang kakek tanam sekarang dan yang kakek tanam sebelumnya?"
  
  Mark mengamat-amati kantong yang dipegangnya. "Uh ... coba lihat 
  ... Kakek tidak punya bawang merah sekarang," seru Mark, "dan 
  sebelumnya kakek tidak punya gambas (semacam labu)."
  
  "Bawang merah biasanya tumbuh dengan baik kalau ditanam pada awal 
  musim semi. Sekaranglah waktunya menanam benih-benih yang nantinya 
  bisa tumbuh dengan baik pada musim ini, jadi kakek memutuskan untuk 
  menanam gambas," jelas kakek. "Di kebun, jika satu jenis sayuran 
  tidak bisa tumbuh dengan baik, kakek akan mencoba jenis sayuran yang 
  lain. Dan untuk kamu, jika satu anak tidak menerima ajakan untuk 
  ikut ke gereja atau kemah, ajaklah orang lain yang sepertinya lebih 
  berminat untuk ikut."
  
  Mark menyengir. "Baiklah, Kakek," katanya. "Aku tidak akan menemui 
  Brett lagi dalam perjalanan pulangku." M.M.P.
  
  Bagaimana dengan kamu?
  
  Apakah kamu akan menyerah dengan mudah jika seseorang yang kamu ajak 
  ke sekolah minggu atau gereja tidak mau datang? Ajaklah lagi, dan 
  ajaklah orang lain yang ingin ikut juga. Jika kamu terus 
  mengajaknya, bisa jadi kamu menolong orang lain belajar tentang 
  Kristus.
  
  Ayat Hafalan: Galatia 6:9
  "Karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita 
  tidak menjadi lemah." (t/Setyo)
  
  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: The One Year Book of Devotion for Kids II
  Judul asli artikel: Try Again
  Penulis: Katherine Ruth Adams, dkk.
  Penerbit: Tyndale House Publisher, Illinois 1995
  Halaman: Tidak dicantumkan             
  
         --Bergabunglah dalam: http://fb.sabda.org/binaanak--
               
______________________________________________________________________
o/ STOP PRESS o/

            PERAYAAN 15 TAHUN SABDA 19 -- 23 OKTOBER 2009

  Banyak sukacita mewarnai minggu ketiga perayaan 15 Tahun SABDA. 
  Selain jumlah fan SABDA yang sudah melewati angka 1.000, peluncuran 
  Aplikasi Facebook SABDA Ayat juga telah mendapat sambutan yang 
  hangat dari para penggunanya. Bagi Anda yang ingin facebooknya 
  dihiasi dengan tampilan ayat setiap hari secara otomatis, silakan 
  menambahkan aplikasi SABDA Ayat melalui URL berikut ini. 
  ==> http://apps.facebook.com/sabda_ayat/
  
  Sementara itu, masih ada beberapa kendala untuk peluncuran Tutorial 
  SABDA Alkitab dan upgrade situs SABDA.net. Kami mohon dukungan doa 
  dari Anda semua agar kedua proyek tersebut dapat diselesaikan dengan 
  baik.
  
  Memasuki perayaan minggu ke-3 ini, ada beberapa acara yang akan 
  YLSA laksanakan, yaitu: 
  
  - Peluncuran CD Image SABDA (ISO)
  - Dimulainya Pemilihan (Polling) Karya Slogan, Desain Stiker SABDA, 
    dan Desain T-Shirt SABDA
  - Peluncuran Gadget "AYATIZER"
  - Peluncuran upgrade CD Alkitab Audio (TB dan BIS)
  
  Doakan agar semua rencana tersebut berjalan dengan lancar dan 
  menjadi berkat bagi banyak orang. 
  
  Terima kasih, Tuhan memberkati.              

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org/
Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak: http://fb.sabda.org/binaanak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org