Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/421

e-BinaAnak edisi 421 (25-2-2009)

Mengajar Anak Bersaksi

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 421/Februari/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Bersaksi Terus Sampai Tuhan Datang
  - ARTIKEL: Biarkan Anak-Anak Itu Datang
  - MUTIARA GURU
  - TIPS: Mengajar Anak untuk Bersaksi Mengenai Iman Mereka
  - KESAKSIAN GSM: Pengalaman Mengajar Anak untuk Bersaksi
  - WARNET PENA: Baru! Kumpulan Bahan Paskah di Situs
                 "paskah.sabda.org"
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                BERSAKSI TERUS SAMPAI TUHAN DATANG

  Shalom,

  Dalam sebuah seminar remaja di Jakarta, seorang pembicara 
  menyampaikan fakta yang cukup penting bagi para pelayan anak. 
  Sembilan belas dari dua puluh orang percaya menerima Yesus sebelum 
  berusia 25 tahun. Pada usia 25 -- 35 tahun, hanya satu dari sepuluh 
  ribu orang yang bertobat. Fakta ini cukup menggetarkan. Karena itu, 
  sebagai pelayan anak, kita seharusnya menjadikan hal tersebut 
  sebagai tantangan dan kesempatan untuk semakin giat memperkenalkan 
  Kristus kepada anak-anak dan kaum muda.

  Puji Tuhan jika Tuhan telah memercayakan kita untuk membawa 
  jiwa-jiwa kecil datang kepada-Nya. Sekarang tugas kita adalah 
  bagaimana agar anak-anak layan ini juga dipakai Tuhan untuk 
  menyaksikan iman mereka kepada orang lain yang belum percaya. Sulit? 
  Sebenarnya tidak, karena Tuhan Yesus sendiri kerap memakai anak-anak 
  untuk menjadi partner pelayanan-Nya. Edisi kali ini akan semakin 
  menyadarkan kita akan betapa pentingnya seorang anak di hadapan 
  Tuhan dan bagaimana kita dapat mengajar anak-anak layan kita untuk 
  bersaksi terus sampai Tuhan datang.

  Selamat bersaksi!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

     "Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia
	        menjadi kesaksian bagi semua bangsa,
       sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14)
           < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+24:14 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

                    BIARKAN ANAK-ANAK ITU DATANG

  Apakah anak-anak bisa menjalin hubungan yang berarti dengan Tuhan 
  Allah? Banyak kisah menceritakan tentang anak-anak, yang walaupun 
  masih sangat kecil, sudah menyerahkan diri kepada Allah dengan 
  sungguh-sungguh; dan penyerahan itu ternyata tidak menjadi luntur. 
  Seorang utusan Injil, pada waktu akan terjun dalam bidang pelayanan, 
  bersaksi bahwa ia telah menyerahkan hidupnya kepada Kristus ketika 
  berusia 5 tahun. Ia berbuat demikian karena pengaruh seorang perawat 
  ketika ia dirawat di rumah sakit. Seorang dokter mengatakan bahwa 
  ketika berusia 8 tahun, ia berjanji kepada Tuhan untuk kelak menjadi 
  seorang dokter setelah tanpa berdaya ia menyaksikan adiknya 
  meninggal akibat menderita suatu penyakit yang tidak dikenal. 
  Seorang wanita muda terkenang betapa senang hatinya ketika di 
  sekolah minggu ia mendengar bahwa dirinya adalah "anak Raja" karena 
  ia termasuk salah seorang anak Allah. Sejak saat itu, harga dirinya 
  bertumbuh terus karena ia memandang dirinya sebagai seorang anak 
  raja.

  Wayne Oates, seorang profesor psikologi agama di Southern Baptist 
  Theological Seminary (Seminari Teologia Baptis Selatan), menulis 
  begini: "Salah satu kebenaran terbesar yang kita peroleh melalui 
  penelitian tentang perkembangan kepribadian ialah bahwa agama 
  dikomunikasikan dengan cara yang berbeda-beda, pada tahap-tahap yang 
  berbeda pula, sesuai dengan perkembangan individu itu sendiri .... 
  Seluruh masalah keagamaan itu terdiri dari hal membukakan pintu 
  sejak masa kanak-kanak untuk memasuki kekekalan."

  Tuhan Yesus mengungkapkan hal ini secara lebih sederhana lagi: 
  "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka 
  datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya 
  Kerajaan Sorga." (Mat. 19:14)
  
  Anak-anak selalu tertarik kepada Tuhan Yesus, dan Ia tidak pernah
  menyuruh mereka menunggu sampai mereka benar-benar mengerti dulu
  tentang konsep teologi sebelum boleh datang kepada-Nya. Ia tidak
  berkhotbah kepada mereka atau pun menegur mereka. Sebaliknya, "Ia
  meletakkan tangan-Nya atas mereka" (Mat. 19:15). Ia menjamah mereka
  dan menasihati orang-orang dewasa agar "bertobat dan menjadi
  seperti anak kecil" (Mat. 18:3).

  Anak-anak memunyai tempat istimewa dalam hati Allah. Sambil 
  memanggil seorang anak, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, 
  "Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, 
  dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga" (Mat. 18:4). Renungkanlah 
  hal ini. Bayangkan betapa kecilnya perasaan diri Anda seandainya 
  Yesus memanggil Anda datang kepada-Nya dan berkata kepada setiap 
  orang di sekitar Anda bahwa Andalah yang terbesar? Betapa besar 
  dorongan yang demikian bagi konsep diri anak itu! Jelaslah bahwa 
  sikap merendahkan diri yang dianjurkan Tuhan Yesus bukan berarti 
  menghapuskan harga diri yang positif pada seseorang serta perlunya 
  mendapat dukungan dan dorongan orang lain.

  Kata merendahkan diri yang digunakan dalam Matius 18 memunyai 
  konotasi sikap yang bergantung dan tunduk pada wewenang, bukan 
  berarti menurunkan martabat diri. Seorang anak perempuan yang masih 
  kecil mungkin saja mengira bahwa dirinya merupakan pusat alam 
  semesta, namun ia tetap sadar bahwa ia masih bergantung pada orang 
  tuanya. Secara arti luasnya, orang tua adalah wakil Allah bagi 
  setiap anak, tapi Allah tidak dibatasi oleh pengertian seperti ini. 
  Acap kali Ia menerobos batasan ini, bila Ia ingin berkomunikasi 
  secara langsung dengan seorang anak, teristimewa dengan anak yang 
  sedang sakit parah. Tampaknya anak-anak merasakan kehadiran Allah 
  yang misterius dan mereka pun menyadari kebergantungan diri mereka 
  pada-Nya.

  Adapun sifat anak-anak yang menjadikan mereka terbesar di dalam 
  Kerajaan Surga, juga menjadikan mereka sangat rawan di dalam 
  kerajaan dunia ini. "Report on the Hearings on the Unmet Needs of 
  Children and Youth", 1979 (Laporan melalui Pendengaran tentang 
  Kebutuhan Anak dan Remaja yang Tidak Terpenuhi), yang disusun oleh 
  sebuah perserikatan para perawat di Amerika (The American Nurses 
  Association) pada tahun 1979, mengungkapkan tentang bidang-bidang 
  utama di mana ketergantungan dan kerawanan anak-anak dapat 
  mengakibatkan mereka terjerat dengan mudah dalam 
  kesulitan-kesulitan, seperti: penyalahgunaan obat bius, penganiayaan 
  anak, dan eksploitasi seks. Tuhan Yesus sudah tahu kemungkinan 
  terjadinya kesulitan ini. Ia menasihati murid-murid-Nya begini, 
  "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia 
  menyambut Aku. Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari 
  anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika 
  sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan 
  ke dalam laut" (Mat. 18:5-6). Di sini, orang-orang dewasa memunyai 
  tanggung jawab yang besar untuk memelihara serta memerhatikan 
  pertumbuhan anak-anak Allah. Pertama, adanya suatu perintah yang 
  positif untuk menyambut anak-anak dalam nama-Nya. Kedua, adanya 
  suatu peringatan yang negatif agar jangan menyesatkan mereka 
  sehingga menyebabkan mereka jatuh ke dalam dosa.

  Menerima seorang anak dalam nama Yesus artinya sama dengan mengasihi 
  dia seperti Tuhan Yesus mengasihi mereka. Kasih itu begitu konsisten 
  sehingga anak-anak akan merasa aman serta terlindung, dan diyakinkan 
  bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (1 Yoh. 4:18). Kasih seperti ini 
  tanpa syarat, sehingga mereka tidak usah menutup-nutupi diri mereka 
  yang sebenarnya dengan tujuan untuk menyenangkan orang lain. Mereka 
  tahu bahwa mereka diterima sebagaimana adanya (Rm. 3:23-25). Inilah 
  kasih yang berusaha memberikan apa yang terbaik kepada si anak, 
  walaupun kadang-kadang kasih itu harus dinyatakan berupa disiplin 
  yang tegas (Ibr. 12:6). Kasih ini adalah kasih yang hangat dan 
  menyentuh hati, yang bersifat pribadi dan memperlakukan setiap 
  individu sebagai pribadi yang istimewa (Mat. 18:12-14, 19:15). 
  Akhirnya, kasih ini adalah kasih yang mengenal baik Sumbernya dan 
  tidak mencari keuntungan atau kemuliaan bagi diri sendiri (Yes. 
  43:1-7). Oates pernah mengatakan bahwa "Allah menjumpai seseorang 
  melalui pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok orang di masyarakat 
  sekitarnya yang memiliki sifat suka mengampuni." Secara idealnya, 
  "pribadi-pribadi yang suka mengampuni" itu adalah orang tua-orang 
  tua, kemudian meluas kepada seluruh anggota keluarga, gereja, 
  tetangga, sekolah, serta masyarakat di bidang pemeliharaan 
  kesehatan.

  Memelihara Anak-Anak Domba

  Peringatan Tuhan Yesus terhadap siapa pun yang menyebabkan seorang 
  anak berbuat dosa agak membingungkan. Kelihatannya dalam teguran itu 
  bisa juga tersirat teguran terhadap kejahatan-kejahatan yang jelas 
  berupa penyalahgunaan obat bius dan seks. Namun, orang dewasa 
  menyebabkan anak-anak berdosa dengan banyak cara yang halus, yang 
  mungkin tampaknya tidak jahat kalau dinilai secara sepintas. Dosa 
  adalah segala sesuatu yang membuat seseorang menjauh dari Allah. 
  Orang dewasa menjadi wakil Allah bagi anak-anak di dalam segala 
  sesuatu yang dikatakan dan dilakukannya. Apabila orang dewasa yang 
  bergaul dengan anak-anak menunjukkan sikap masa bodoh, tidak bisa 
  dipercaya, mengharapkan yang tidak realistis, atau bahkan berniat 
  menyakiti anak-anak, akibatnya mungkin anak akan menganggap bahwa 
  begitulah sifat-sifat Allah. Sebagian dari anak-anak seperti itu 
  tidak akan pernah dapat mengembangkan hubungan yang sehat dengan 
  Allah.

  Yesus menjadi marah ketika murid-murid-Nya menghalang-halangi
  anak-anak datang kepada-Nya (Mrk. 10:14). Barangkali murid-murid
  mengira bahwa ada hal-hal yang lebih penting yang akan dikerjakan
  oleh Tuhan mereka, dan mereka tidak ingin Dia diganggu oleh
  anak-anak itu. Berapa sering kita telah menghalangi anak-anak datang
  kepada Tuhan Yesus? Berapa sering kita telah tenggelam dalam hal-hal
  yang kita anggap "lebih penting" seperti halnya pengobatan,
  perawatan, dan tugas rutin di rumah sakit, sehingga kita lengah
  untuk bertanya kepada seorang anak yang sedang dirawat di rumah
  sakit itu apakah ia biasa berdoa sebelum makan atau sebelum tidur?
  Atau apakah ia biasa mendengar cerita Alkitab tiap-tiap hari?

  Setiap anak sungguh berharga di mata Allah, sehingga Tuhan Yesus 
  mengumpamakan perhatian-Nya seperti seseorang yang memiliki seratus 
  domba. Salah satu dari domba-domba itu tersesat, maka orang itu 
  segera meninggalkan yang sembilan puluh sembilan dan pergi mencari 
  dombanya yang sesat itu ke mana-mana sampai ia menemukannya (Mat. 
  18:10-14). Tuhan Yesus juga mengharapkan hal yang sama dari 
  orang-orang yang menjaga anak-anak domba-Nya -- dari orang tua, 
  guru, perawat, dan orang-orang dewasa lain yang memunyai peranan 
  penting.

  Buku ini terutama membahas tentang pemeliharaan anak-anak secara 
  rohani. Akan tetapi, karena faktor rohani mengisi dan memberi 
  kehidupan kepada seseorang seutuhnya, maka kebutuhan fisik, emosi, 
  dan sosial akan sering pula dibahas dalam pasal-pasal berikut ini, 
  karena semuanya sering berkaitan erat. Kebutuhan rohani bisa 
  diartikan "kurang terpenuhinya satu atau lebih faktor-faktor yang 
  diperlukan untuk membangun dan/atau memelihara suatu hubungan 
  pribadi yang dinamis dengan Allah". Singkatnya, semua itu adalah 
  kebutuhan, yang jika tidak terpenuhi, akan menghalangi seorang anak 
  datang kepada Tuhan Yesus.

  Kebutuhan-kebutuhan rohani yang mendasar pada orang dewasa 
  diringkaskan dalam buku "Spiritual Care: The Nurse`s Role" 
  (Pemeliharaan Rohani: Peran Perawat), juga berlaku bagi anak-anak. 
  Kebutuhan akan arti dan tujuan berkembang dalam bentuk-bentuk yang 
  lebih canggih sementara seorang anak bertumbuh menuju kedewasaan. 
  Namun, kebutuhan itu sudah ada sejak ia lahir. Kebutuhan untuk 
  mendapat kasih dan hubungan pribadi merupakan kebutuhan dasar untuk 
  hidup. Bayi yang tidak dikasihi bisa mengalami gangguan emosi yang 
  parah atau bahkan bisa mati. Sementara seorang anak yang sedang 
  tumbuh itu hidup dengan perasaan aman di dalam kasih orang tua dan 
  orang-orang dewasa di sekitarnya, ia akan mulai mengasihi orang lain 
  dan mengerti kasih Allah. Kebutuhan akan pengampunan menjadi nyata, 
  pertama-tama sebagai kebutuhan akan kasih yang diberikan tanpa 
  syarat, tanpa ada batasan; kemudian lambat laun kebutuhan ini 
  berkembang menjadi suatu kebutuhan untuk diampuni dari "kenakalan".

  Awal masa kanak-kanak, khususnya 12 tahun pertama, merupakan masa 
  yang amat penting dan menentukan bagi perkembangan rohani seseorang. 
  Amsal 22:6 berbunyi: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut 
  baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari 
  pada jalan itu." Hikmat yang sudah sejak dulu kala berlaku dalam 
  Kitab Suci disahkan secara mutlak oleh penyelidikan psikologis, 
  yaitu bahwa pengertian rohani yang dikembangkan pada seorang anak 
  sampai ia mencapai usia 12 tahun bisa diragukan olehnya pada masa 
  remaja, tetapi untuk sementara waktu saja. Biasanya pengertian itu 
  justru menjadi dasar bagi iman kepercayaannya pada masa dewasa. 
  Kepercayaan yang dianut oleh kebanyakan orang dewasa sama benar 
  dengan kepercayaan yang dianut oleh orang tua mereka.

  Beban tanggung jawab yang utama dalam tugas memerhatikan kerohanian 
  anak terletak pada bahu orang tua. Memberi perawatan yang baik 
  berarti memandang seorang anak sebagai bagian dari suatu keluarga 
  besar, bukan sebagai seorang pasien yang diasingkan atau diisolasi. 
  Begitu juga dengan perhatian yang diberikan dalam segi rohani. Orang 
  tua harus didukung dan dihormati apabila memberikan perhatian dalam 
  segi rohani. Pada masa-masa krisis, para perawat, guru, pendeta, dan 
  orang-orang lain yang bersedia memberi dukungan atau pun dorongan 
  secara rohani kepada orang tua serta anak-anak mereka, akan 
  menghasilkan dampak yang kekal. Setiap krisis yang dialami pada masa 
  anak-anak bisa memberi peluang bagi timbulnya krisis rohani. Jika 
  anak menderita tanpa berbuat salah apa pun, orang tuanya sering 
  bertanya, "Kenapa? Apa yang telah saya perbuat sehingga terjadi hal 
  ini? Apakah Allah sedang menghukum saya?" Perkembangan rohani anak 
  itu, sekalipun sehat, akan dapat terganggu sekali. Penderitaan 
  secara jasmani dan perasaan ditinggalkan seorang diri di rumah 
  sakit, ketika dikelilingi oleh peralatan yang menakutkan, bisa 
  mengancam perkembangan perasaannya untuk menaruh percaya dan harga 
  diri yang masih rapuh pada anak itu. Pemeliharaan bidang rohani 
  bukanlah semata-mata merupakan suatu pilihan yang enak bagi para 
  perawat yang hanya memunyai sedikit waktu luang; namun pemeliharaan 
  ini sangat penting bagi perkembangan anak itu seutuhnya serta 
  pandangan hidupnya. Kita memunyai suatu mandat untuk memerhatikan, 
  bukan saja sebagai seorang Kristen yang setia, melainkan juga karena 
  kita adalah orang yang harus memberikan perhatian itu secara 
  bertanggung jawab.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para Orang Tua,
              Guru, dan Perawat
  Judul asli buku: The spiritual Needs of Children
  Penulis: Judith Allen Shelly
  Penerjemah: Dra. Tan Giok Lie
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1982
  Halaman: 12 -- 17

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

            Setiap anak sungguh berharga di mata Allah.
                          -Judith A.S.-

______________________________________________________________________
TIPS

        MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI MENGENAI IMAN MEREKA

  Anak-anak yang memiliki pengalaman pertobatan yang murni ingin 
  membagikan kesaksian iman mereka kepada orang lain, tetapi terkadang 
  mereka kurang memahami bagaimana memulainya. Kita bisa membantu 
  mereka dengan memberikan pengalaman-pengalaman langsung dan 
  pelatihan di lingkungan gereja. Berikut beberapa ide yang bisa 
  digunakan.

  Mulailah dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak, saat sekolah 
  minggu, untuk membagikan apa arti Yesus bagi mereka. Ini akan 
  menjadi persiapan yang bagus bagi mereka untuk menunjukkan iman 
  mereka ke luar gereja. Setiap minggu, sediakan waktu setidaknya 
  untuk satu anak guna membagikan apa yang telah Tuhan kerjakan bagi 
  mereka. Undanglah anggota jemaat gereja Anda untuk hadir di kelas 
  Anda guna membagikan kesaksian mereka. Ini akan mendorong dan 
  membantu anak-anak belajar melalui contoh dari orang dewasa dan 
  remaja yang mereka kenal.

  Ajarkanlah ayat-ayat keselamatan dalam Alkitab kepada murid-murid 
  Anda. Bantulah mereka memahami maknanya melalui alat peraga, 
  penjelasan-penjelasan, dan diskusi. Mintalah kepada anak-anak untuk 
  menandai ayat-ayat yang ada di Alkitab mereka. Ini akan membantu 
  mereka untuk dengan mudah menemukan referensi-referensi saat mereka 
  berdiskusi tentang Tuhan dengan salah satu teman atau anggota 
  keluarga mereka.

  Untuk kegiatan belajar, pilihlah kelompok kecil anak-anak untuk 
  membuat drama singkat atau meminta mereka untuk bermain peran (role 
  play) tentang berbagai cara untuk mengenalkan Yesus kepada 
  teman-teman mereka. Naskah yang singkat akan membantu mereka 
  memulainya. Boneka wayang bisa sangat efektif karena anak-anak dapat 
  dengan mudah mengenalinya. Selain itu, mereka juga akan percaya diri 
  karena boneka-boneka itu menceritakan kehidupan nyata.

  Ide lain adalah dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil 
  yang terdiri dari 3-5 anak dan mintalah mereka duduk melingkar atau 
  di satu meja. Mintalah anak-anak melengkapi suatu kalimat sebagai 
  batu loncatan untuk diskusi. Misalnya, "Saya senang menjadi orang 
  kristen karena ..." atau "Kita tahu Tuhan mengasihi kita karena 
  ...". Cara yang baik untuk memulai latihan ini adalah guru terlebih 
  dahulu membagikan responsnya. Anda bisa menuliskan respons anak-anak 
  di papan tulis atau kertas catatan.

  Selanjutnya, mintalah anak-anak menuliskan respons mereka pada 
  kertas bergaris. Sediakan kertas kosong dan pensil warna, krayon, 
  atau spidol untuk menggambarkan karangan singkat mereka. Karangan 
  dan gambaran mereka bisa direkatkan (dilem) atau dijadikan satu 
  (berdampingan) pada kertas instruksi berwarna yang berukuran besar 
  yang telah digulung sebagian sehingga berbentuk seperti buku. 
  Pajanglah kesaksian itu di ruang kelas Anda supaya anak-anak 
  terdorong untuk menunjukkan iman mereka melalui berbagai cara.

  Salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak belajar bagaimana 
  bersaksi adalah dengan melibatkan mereka dalam pelayanan 
  penjangkauan. Dalam Mobilizing Kids for Outreach, Pete Hohmann, 
  menggambarkan perlunya perubahan pola pikir kita tentang bagaimana 
  kita mengajar anak-anak di gereja. Penekanan yang berlebihan pada 
  pola duduk diam dan mendengarkan tanpa memberikan kesempatan untuk 
  anak-anak berpartisipasi bisa menyebabkan timbulnya sikap pasif pada 
  anak-anak saat kita mengajar. Hohmann menunjukkan perlunya melatih 
  dan melibatkan anak- anak dalam penginjilan saat mereka masih di 
  divisi anak-anak. Membentuk tim pelayanan yang akan terjun ke 
  masyarakat sehingga mendapatkan pengalaman hidup yang sebenarnya 
  merupakan cara yang menarik untuk melibatkan anak-anak dalam 
  penginjilan. Kelompok musik dan tim wayang bisa melayani di 
  gereja-gereja pusat kota, taman-taman, rumah perawatan, tempat 
  penitipan anak, dan pasar malam juga bisa digunakan untuk melihat 
  beberapa kemungkinan.

  Sekolah minggu dapat merencanakan acara-acara penjangkauan dan 
  keluarga yang dirancang khusus untuk membantu murid-murid mereka 
  mengenalkan teman-teman mereka kepada gereja. Langkah pertama akan 
  lebih mudah bagi anak untuk menjelaskan apa yang mereka percayai 
  tentang teman-teman mereka. Beberapa kemungkinannya adalah 
  mengadakan kegiatan-kegiatan sekolah minggu, misalnya pesta es krim, 
  sekolah Alkitab liburan, kemah, perayaan natal, dll.. Perlombaan di 
  sekolah minggu juga memberi kesempatan istimewa bagi anak-anak untuk 
  mengundang teman-teman mereka ke gereja.

  Akhirnya, doakan murid-murid Anda di kelas supaya Tuhan membantu
  mereka bersinar bagi-Nya di mana pun mereka berada. Bantulah mereka
  memahami bahwa meskipun ada orang yang tidak menunjukkan minat
  mereka, tetapi ada orang lain yang dengan gembira akan mendengarkan
  pesan penginjilan itu. Apa pun responsnya, murid-murid Anda akan tahu
  bahwa mereka telah mematuhi perintah Kristus dan telah menjadi alat
  penting dalam memenuhi Amanat Agung. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Discipleship
  Judul asli artikel: Teaching Children to Share Their Faith
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://discipleshipideas.com/index.php?Itemid=26&id=40&option=com_content&task=view

______________________________________________________________________
KESAKSIAN GSM

               PENGALAMAN MENGAJAR ANAK UNTUK BERSAKSI

  Gereja kami adalah adalah gereja yang terdiri dari 35-40 anak. Kami
  benar-benar diberkati karena kami bukanlah gereja yang besar, hanya
  memiliki anggota sekitar 150 orang.

  Kembali pada awal mula saat Tuhan berbicara ke dalam hati saya untuk
  mengadakan kelas junior (kecil) untuk anak usia 10-12 tahun, Dia
  juga menggerakkan hati saya untuk mengajarkan kepada mereka sesuatu
  yang disebut bersaksi kepada orang lain. Jadi, dari September sampai
  Februari, ide ini hanya ada dalam pikiran saya, sambil berdoa bahwa
  bila ini adalah apa yang Tuhan inginkan dan bukan sesuatu yang
  menurut saya menyenangkan bagi anak-anak, maka Ia akan menunjukkan
  kepada saya bagaimana melakukannya (karena saya sama sekali tidak
  kreatif).

  Pada awal Februari, Ia menggerakkan hati saya untuk bertanya kepada 
  seorang wanita di gereja saya apakah dia bersedia membantu saya 
  membuat naskah drama pendek. Ia sudah pernah menulis naskah drama 
  Natal di gereja kami beberapa tahun yang lalu. Jadi, kami 
  mengerjakannya bersama-sama dan berdoa serta mencari ide-ide hingga 
  akhirnya kami merasa bahwa kami sudah mendapatkan apa yang Tuhan 
  ingin untuk kami sajikan.

  Kami membuat sebuah adegan di mana ada dua orang berbeda yang 
  mengaku sebagai orang Kristen pergi ke pesta. Yang satu berbohong 
  bahwa dia tidak akan menggunakan obat-obatan, sedang yang satu lagi 
  memang tidak akan menggunakan obat-obatan. Tuhan sudah memberitahu 
  yang tidak akan menggunakan obat-obatan untuk tidak pergi ke pesta. 
  Lalu, di pesta, tiba-tiba seseorang meminta orang yang berbohong 
  tadi untuk mengantarnya pulang karena ia juga tidak ingin ada di 
  sana. Anak yang tetap tinggal di pesta itu, dan yang sudah beberapa 
  kali diperingatkan oleh Tuhan untuk meninggalkan pesta itu, terkena 
  razia. Meskipun ia tidak mabuk atau pun menggunakan obat terlarang, 
  tetapi ia tetap harus membayar harganya. Kemudian, adegan 
  selanjutnya adalah pada saat acara kelulusan. Anak yang berbohong 
  tadi memberikan pidato perpisahan pada saat acara kelulusan karena 
  ia mendapat nilai yang terbaik di sekolah, dan dia menjelaskan 
  bagaimana orang yang mengajaknya pulang dari pesta, mengajak dia ke 
  gereja sehingga mengubah hidupnya. 

  Di setiap adegan, kami mengambil ayat-ayat Alkitab yang sesuai 
  dengan setiap situasi dan yang memuat suara Allah yang berbicara 
  kepada setiap anak bahwa mereka tetaplah dapat melakukan 
  penginjilan. Kita juga menunjukkan siapa yang telah menjadi saksi 
  yang baik dan siapa yang tidak. Kita melakukan ini untuk menunjukkan 
  bahwa yang didengar orang lain bukanlah apa yang kita katakan, namun 
  apa yang kita lakukan. Meskipun setan berulang kali mencoba 
  menghentikan kita, tetapi Allah tidak pernah gagal. Allah tetap 
  bekerja dalam karya penyelamatan. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Children`s Ministry Inspiration Vault
  Judul asli artikel: Teach Children to Witness
  Penulis: Tammy Baggett
  Alamat URL: http://childrensministryvault.com/ministry-lessons-ideas-training/704/teach-children-to-witness/

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

      BARU! KUMPULAN BAHAN PASKAH DI SITUS "PASKAH.SABDA.ORG"
                     http://paskah.sabda.org/

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) kembali meluncurkan sebuah situs baru 
  yang kami yakin akan menjadi berkat, khususnya menjelang perayaan 
  Paskah di bulan April 2009 yang akan datang. Sesuai dengan isinya, 
  yakni berbagai jenis bahan seputar Paskah yang pasti akan berguna 
  bagi Anda dalam menyiapkan perayaan Paskah, maka situs ini kami 
  sebut "paskah.sabda.org".

  Situs "paskah.sabda.org" adalah satu-satunya situs berbahasa 
  Indonesia yang menyediakan bahan Paskah yang sangat lengkap, di 
  antaranya: artikel Paskah, drama Paskah, renungan Paskah, bahan 
  mengajar Paskah, kesaksian Paskah, khotbah audio Paskah, puisi 
  Paskah, resensi buku Paskah, ulasan situs Paskah, tips Paskah, humor 
  Paskah, lagu Paskah, gambar Paskah, dan kartu Paskah.

  Situs "paskah.sabda.org" juga dirancang sedemikian rupa agar setiap 
  pengunjung bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan renungan, 
  artikel, atau juga blog Paskah untuk bisa saling berbagi berkat 
  dengan pengunjung yang lain. Fasilitas forum juga tersedia di situs 
  ini sehingga pengunjung bisa ikut berdiskusi seputar topik Paskah. 
  Keistimewaan lain dari situs ini adalah disediakannya fasilitas 
  mengirimkan ucapan selamat Paskah untuk teman seiman dan pengunjung 
  yang lain.

  Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs "paskah.sabda.org"!
  Mari berbagi berkat pada hari peringatan pengorbanan Yesus di kayu
  salib. Kemenangan-Nya atas maut, patut kita rayakan dan peringati
  karena Dialah Allah yang patut kita sembah.

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org