Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/402

e-BinaAnak edisi 402 (9-10-2008)

Menghormati Otoritas

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 401/SEPTEMBER/2008

  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL: Mengajar dengan Permainan
  - TIPS: Setiap Orang Menjadi Pemenang dalam Permainan Ini
  - AKTIVITAS: Permainan Imajinasi untuk Usia 2 -- 3 Tahun
  - WARNET PENA: Ide-Ide Permainan dalam Situs Purnawan Kristanto
  - MUTIARA GURU

______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Shalom,

  Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Ungkapan itu benar adanya, 
  namun sering kali masih ditemui juga para guru yang menabukan 
  kegiatan bermain dalam proses belajar mengajarnya. Ketakutan bahwa 
  anak-anak tidak akan serius memerhatikan pelajaran dan akan lebih 
  fokus terhadap permainan itu saja, membuat beberapa guru memutuskan 
  tidak menggunakan metode permainan dalam mengajar dan memilih 
  menggunakan metode konvensional.

  Bermain merupakan salah satu kebutuhan hidup seorang anak. Dengan 
  bermain, mereka mengembangkan banyak kemampuan dalam dirinya, 
  seperti kemampuan kognitif, afektif, maupun motoriknya. Bermain, 
  jika dilakukan dengan tujuan dan sasaran tertentu, pastinya tidak 
  hanya akan menjadi kegiatan bersenang-senang tanpa arah, melainkan 
  akan menjadi sebuah kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan bagi 
  kedua belah pihak, guru maupun murid. Edisi terakhir bulan September 
  ini membawa kita semua melihat pentingnya permainan dalam mengajar 
  melalui kolom Artikel dan Tips. Beberapa ide permainan untuk 
  mengajar sekolah minggu juga dapat Anda lihat dalam kolom Bahan 
  Mengajar dan Warnet PENA. Kiranya menjadi berkat.

  Selamat belajar dan bermain.

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana

        "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,
           maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang
                   dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+22:6 >

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/

                      MENGAJAR DENGAN PERMAINAN
                            Oleh: Suyatno

  Tiap manusia berkembang dalam hidupnya sebagian besar dipengaruhi 
  oleh kegiatan bermain. Sampai-sampai banyak orang yang tergila-gila 
  dengan permainan. Lihat saja, setiap pertandingan permainan sepak 
  bola, voli, balap karung, atau permainan apa saja, selalu banyak 
  yang menonton. Hal itu membuktikan kalau permainan memang digemari 
  oleh banyak orang.

  Nah, tentunya akan memberikan dampak yang luar biasa bagi
  perkembangan kejiwaan, kecerdasan, keterampilan, dan kesantunan
  anak, apabila guru mengajar di kelas melalui permainan. Dalam
  permainan, tidak hanya inti pelajaran saja yang dikembangkan, aspek
  kesantunan, kompetisi, kecepatan, dan keterampilan dapat diraih
  sekaligus. Pembelajaran melalui bermain akan membantu anak
  mengurangi stres dan mengembangkan rasa humornya.

  Bagi guru, permainan merupakan kendaraan untuk belajar bagaimana 
  belajar (learning how to learn) untuk kepentingan siswa. Lewat 
  permainan, siswa bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil 
  keputusan, berlatih peran sosial, dan secara umum memerkuat seluruh 
  aspek kehidupan anak sehingga membuat anak menyadari kemampuan dan 
  kelebihannya.

  Guru harus teramat paham bahwa permainan merupakan proses dinamis 
  yang tidak menghambat siswa dalam proses belajar, sebaliknya justru 
  menunjang proses belajarnya. Andai kata ada guru yang menolak 
  aktivitas bermain siswa, justru dia menghambat kemampuan kreativitas 
  siswa untuk mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. 
  Hanya saja, proses pembelajaran melalui permainan perlu diarahkan 
  sesuai dengan kebutuhannya.

  Siswa yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarkan untuk 
  terlalu sibuk dengan "solitary play". Sebaliknya, mereka sebaiknya 
  diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok (social game). 
  Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan 
  berbagai jenis permainan yang lebih terarah pada pemusatan 
  perhatian, seperti mengonstruksi suatu benda tertentu. Siswa yang 
  kurang mampu untuk mengekspresikan diri secara verbal dapat dibina 
  untuk mengembangkan bakat kreatifnya melalui media, misalnya 
  menggambar.

  Bermain merupakan hal yang paling disukai siswa. Bagi mereka, 
  bermain adalah tugasnya. Melalui bermain, banyak yang dipelajari 
  siswa. Mulai dari belajar bersosialisasi, menahan emosi, atau 
  belajar hal lain, yang semuanya diperoleh secara integrasi. Ingatlah 
  bahwa (1) anak belajar melalui berbuat (learning by doing) dengan 
  diberi kesempatan untuk selalu mencoba hal-hal baru, bereksplorasi, 
  siswa akan banyak memeroleh pengalaman baru, dan inilah yang disebut 
  proses belajar yang sebenarnya. Percobaan IPA, "field trip", 
  "dramatic play", dan membuat bangunan dengan balok-balok, merupakan 
  hal yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan beberapa area 
  perkembangannya. (2) Anak belajar melalui pancaindra. Siswa belajar 
  melalui penglihatan, rasa, penciuman, perabaan, dan pendengaran. 
  Semua pancaindra ini merupakan jalur penerimaan informasi ke otak. 
  Semakin banyak pancaindra dilibatkan, semakin banyak informasi yang 
  diterima, dan di sinilah proses belajar terjadi. (3) Anak belajar 
  melalui bahasa. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan 
  perasaan, pengalaman yang diperoleh, atau pikirannya. Guru dapat 
  memicu perkembangan bahasa anak dengan memerlihatkan beraneka ragam 
  tulisan di kelas. Misalnya, tulisan untuk setiap benda-benda yang 
  ada dan tanya jawab tentang apa saja. Dengan melakukan ini semua, 
  siswa dapat mengembangkan kosakata dan kemampuan berbahasa secara 
  tidak langsung. (4) Anak belajar dengan bergerak. Usia siswa 
  merupakan usia yang memiliki keterbatasan dalam berkonsentrasi. 
  Semakin lama anak duduk dan diam, ia semakin bosan dan tidak 
  tertarik terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa perlu dimotivasi 
  dengan menggerakkan seluruh bagian tubuh, seperti tangan, kaki, 
  badan, dan kepala.

  Namun, guru juga selayaknya membimbing anak dalam mengekspresikan 
  imajinasi serta fantasinya ke dalam bentuk gambaran yang konkret dan 
  tidak membiarkan siswa berfantasi tanpa arah yang jelas karena dapat 
  mengakibatkan konfabulasi dalam proses berpikir anak.

  Guru juga harus tahu bahwa kemampuan mengingat siswa ada kalanya 
  terbatas karena perhatian siswa yang kurang terhadap hal-hal 
  tertentu. Kondisi seperti ini dapat diperbaiki dengan menggunakan 
  pola asosiatif, misalnya dengan menggunakan warna-warna tertentu 
  pada hal-hal tertentu sehingga siswa dapat dengan mudah mengingat 
  hal tersebut jika ia mengenal warnanya. Bentuk-bentuk tertentu, 
  mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks, juga dapat 
  diberikan pada anak untuk mengingat hal-hal tertentu. Misalnya 
  mengingat bentuk huruf "r" dengan menyertakan gambar rumah.

  Banyak guru yang menggunakan permainan dalam pembelajaran sering 
  terjebak hanya bermain semata. Ingat, bermain tidak sekadar 
  bermain-main. Bermain tidak sekadar memproduksi tawa dan tidak 
  hanya untuk bersenang-senang. Lebih jauh dari itu, bermain 
  memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan 
  emosional, fisik, sosial, dan nalar mereka. Melalui proses 
  pembelajaran di kelas dengan permainan, seorang siswa belajar 
  meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial 
  dapat menimbulkan frustrasi. Sebaliknya, kegagalan membuat rangkaian 
  sejumlah obyek atau mengonstruksi suatu bentuk tertentu dapat 
  menyebabkan murid mengalamai frustrasi.

  Janganlah membiarkan siswa bermain sendiri tanpa pendamping karena 
  bisa jadi permainan itu tidak mengarah pada tujuan pembelajaran yang 
  diharapkan. Guru perlu mendampingi dan memfasilitasi permainan 
  pembelajaran. Dengan mendampingi siswa pada saat bermain, guru dapat 
  melatih siswa untuk belajar bersabar, mengendalikan diri, dan tidak 
  cepat putus asa dalam mengonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik 
  bagi siswa mengarahkan siswa untuk dapat mengendalikan dirinya kelak 
  di kemudian hari.

  Lalu, apa fungsi bermain bagi murid? Fungsi bermain bagi murid 
  adalah inti dari belajar. Melalui bermain, murid mengembangkan dan 
  berlatih keterampilan, belajar memahami bagaimana kerja segala hal 
  yang ada di dunia ini, serta membangun pemahaman dan pengetahuan. 
  Dengan bermain, anak berinteraksi sesuai caranya sendiri, seperti 
  penjelajahan, melakukan pilihan dan berbuat salah, mengalami sebab 
  akibat dan "have fun".

  Berikut ini beberapa fungsi permainan pembelajaran bagi siswa. 
  Secara fisik, permainan dalam pembelajaran memberikan peluang bagi 
  siswa untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Permainan seperti 
  olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan, serta ketahanan otot 
  anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan 
  suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan 
  kata-kata menjadi lebih baik.

  Secara sosial, siswa juga belajar berinteraksi dengan sesamanya, 
  berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, meningkatkan 
  tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan 
  kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam bermain, 
  anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan 
  "gender" (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam 
  kelompok bermainnya.

  Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan 
  kemampuan nalarnya. Karena melalui permainan serta alat-alat 
  permainan, anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala 
  tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di 
  mana seorang anak memeroleh informasi dan pengetahuan yang kelak 
  dijadikan landasan dasar pengetahuannya dalam proses belajar 
  berikutnya di kemudian hari.

  Guru juga turut serta dalam permainan yang dijalankan siswa. Dengan 
  begitu, siswa akan merasakan kesetaraan sehingga inti pelajaran 
  dapat diserap siswa dengan baik pula. Caranya, guru perlu bertindak 
  spontan. Ikuti yang dimainkan siswanya. Nikmati permainannya. 
  Biarkan mereka memimpin. Bantu bila mereka memerlukan. Tantang bila 
  mereka sudah siap.

  Bagi guru, bermain mungkin tidak terlihat seperti belajar. Bermain 
  balok terlihat seperti hanya menyusun dan menghancurkannya kembali. 
  Bermain air hanya membuat berantakan, menuang air, dan 
  menumpahkannya kembali. Bagi siswa, bermain balok adalah latihan 
  motorik halus. Mereka melatih jari-jari mereka untuk memegang balok 
  tersebut, mengangkatnya, dan membuatnya seimbang berdiri di atas 
  balok yang lain. Hal ini merupakan hal yang tidak mudah bagi siswa.

  Menurut Piaget, anak memiliki empat tahap dalam bermain, yaitu 
  sensorimotor (muncul sebelum perkembangan bahasa dimulai), 
  praoperasional (sebelum usia 2 -- 7 tahun), operasi konkret (usia 
  antara 7 -- 12 tahun), operasi formal (terjadi pada usia di atas 12 
  tahun). Selanjutnya dalam perkembangan anak mulai dari usia paling 
  muda, mereka memulai bermain dengan sebelas cara.
   1. Sensorimotor: bermain dengan pengindraan dan anggota badan.
   2. Bermain fungsional: bermain dengan menggunakan anggota tubuhnya.
   3. Bermain pengamatan: anak tidak bermain, ia hanya mengamati.
      Dengan melihat anak lain bermain, ia sudah puas.
   4. Bermain pasif: mereka melakukan kegiatan tanpa gerakan aktif.
      Contohnya menonton acara TV, mendengarkan musik, dan sebagainya.
   5. Bermain aktif: anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya.
   6. Bermain soliter: bermain sendiri tanpa membutuhkan teman.
   7. Bermain pararel: bermain berdekatan dengan anak yang lain, namun
      tidak ada interaksi anatara keduanya (anak bermain 
      berdampingan).
   8. Bermain sosial: bermain bersama teman dengan interaksi dan
      sosialisasi (anak bermain berhadapan).
   9. Bermain kooperatif: Siswa berkelompok untuk bermain bersama
      teman dengan peran dan tugas masing-masing.
  10. Bermain peran: Untuk topik tertentu, siswa bermain dengan
      memerankan berbagai profesi atau benda. Pada poin ini terjadi
      metakomunikasi, anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam
      menggambarkan situasi yang sebenarnya.
  11. Bermain simbolik: simbolkan berbagai topik agar siswa bermain
      dengan simbol berupa berbagai pesan.

  Berikut ini berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan
  siswa memecahkan masalah:

  Puzzle
  Permainan puzzle merupakan permainan melalui potongan gambar, kata, 
  situasi, dan warna yang membutuhkan cara memecahkan masalah secara 
  coba-salah. Puzzle merupakan salah satu permainan yang terbukti 
  dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan tersebut. Contoh: puzzle 
  peta, hewan, rumus, dan sebagainya.

  Bermain Peran
  Bemain peran membantu meningkatkan kreativitas murid dalam
  memecahkan masalah melalui berbagai cara yang bebas dilakukan dalam
  permainan tersebut. Contoh: bermain peran tokoh proklamasi, peran
  siklus kehidupan, perangkat desa, dan seterusnya.

  Balok atau Lego
  Tidak terlalu berbeda dengan puzzle , bermain balok atau lego
  meningkatkan kreativitas siswa untuk memecahkan masalah ketika ia
  berupaya membangun sesuatu menggunakan mainan tersebut.

  Games 
  Berbagai games seperti bermain kartu, gambar, benda alam, dan 
  domino atau monopoli merupakan permainan yang mengajarkan murid 
  tentang strategi memecahkan masalah ketika bermain untuk memenangkan 
  permainan. Tentu saja siswa perlu waktu menguasai permainan jenis 
  ini sebelum ia benar-benar mahir berstrategi.

  Siswa dikatakan bermain jika memenuhi kriteria "self chosen" dan 
  "self directed". Siswa yang kompeten dan berpengalaman dalam bermain 
  akan menjadi pelajar yang kreatif, percaya diri, dan memiliki 
  motivasi diri. Yang utama, bermain adalah kerja bagi siswa. Itulah 
  kunci yang harus dipegang guru.

  Dengan bermain, anak tidak hanya menyerap informasi, tapi mereka 
  juga bekerja dengan informasi tersebut, bagaimana aplikasinya dan 
  terus melakukan percobaan berulang-ulang sampai informasi tersebut 
  dimengerti anak.

  Ketika bermain, fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja 
  tubuhnya, memerkuat dan mengembangkan otot dan koordinasinya melalui 
  gerak, melatih motorik halusnya (memungut benda-benda kecil, 
  biji-bijian, potongan kertas kecil, dan sebagainya). Begitu juga 
  dengan motorik kasar dan keseimbangan, misalnya memanjat, berlari, 
  jalan, dan lain-lain.

  Di dalam kegiatan bermain, anak juga mengembangkan keterampilan
  emosinya, rasa percaya diri pada orang lain, kemandirian, dan
  keberanian untuk berinisiatif.

  Bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang 
  lain merupakan tahapan yang sangat menonjol. Anak belajar melihat 
  dari sisi orang lain (empati). Misalnya anak bermasalah ketika 
  dibawa ke dokter, orang tua dapat bermain pura-pura untuk mengatasi 
  rasa ketakutan anak.

  Dalam bermain, anak mendapatkan penemuan intelektual. Misal, anak 
  bermain mengisi dan mengosongkan botol, anak belajar tentang isi 
  (volume), dan lain-lain. Kelebihan lain yang didapat anak dalam 
  bermain adalah berkembangnya "multiple intelligence" (kecerdasan 
  jamak).

  Berikut ini beberapa hal yang perlu diketahui guru dalam aktivitas
  bermain agar siswa dapat bermain.
  1. Murid perlu ekstra energi. Anak yang sakit, kecil keinginannya
     untuk bermain.
  2. Murid harus memunyai cukup waktu untuk bermain.
  3. Untuk bermain, murid perlu alat permainan yang sesuai dengan umur
     dan taraf perkembangannya.
  4. Perlu ruangan untuk bermain, tidak usah terlalu lebar dan tak
     perlu ruangan khusus. Siswa dapat bermain di ruang kelas,
     halaman, bahkan di ruang sempit sekalipun.
  5. Perlu pengetahuan cara bermain. Siswa belajar bermain melalui
     mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberi tahu
     caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang terbaik,
     karena siswa tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat
     permainannya dan siswa akan mendapat keuntungan lain lebih
     banyak.
  6. Perlu teman bermain. Jika siswa bermain sendiri, ia akan
     kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya,
     kalau terlalu banyak bermain dengan yang lain, hal itu dapat
     mengakibatkan siswa tidak memunyai kesempatan yang cukup untuk
     menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.

  Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bermain adalah sarana 
  melatih keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk menjadi individual 
  yang kompeten. Bermain adalah pengalaman multidimensi yang 
  melibatkan semua indra dan menggugah kecerdasan jamak seseorang. 
  Selain itu, bermain memberikan situasi aman, bebas ancaman bagi 
  murid, sehingga berani menjelajahi dan mulai memahami dunia secara 
  mantap.

  Dengan demikian, sudah menjadi keharusan dalam mengajar, permainan 
  dijadikan media pembelajaran. Guru perlu memotivasi diri untuk 
  semakin menyukai beragam permainan bila kegiatan bermain dilakukan 
  bersama gurunya. Bukankah perkembangan ilmu pengetahuan dan 
  teknologi informasi, kini telah mengubah gaya hidup dan pola pikir 
  siswa. Cara belajar siswa zaman sekarang pun lebih suka yang "fun 
  learning" dan interaktif. Siswa selalu tertarik akan hal-hal baru, 
  antusias untuk mencoba, dan mereka belajar sesuai dengan cara 
  belajar mereka masing-masing. Begitu pula, guru juga harus mulai 
  tertarik dengan permainan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Garda Guru
  Penulis: Suyatno
  Alamat URL: http://garduguru.blogspot.com/2008/05/mengajar-dengan-permainan.html

______________________________________________________________________
o/ TIPS o/

         SETIAP ORANG MENJADI PEMENANG DALAM PERMAINAN INI

  Bermain dan belajar! Sering kali, anak-anak tidak memerhatikan nilai 
  pembelajaran yang didapatkan secara langsung dalam suatu permainan, 
  namun anak-anak tetap bersemangat dalam mengikuti permainan karena 
  mereka menikmati permainan itu. Permainan yang berkaitan dengan 
  Alkitab merupakan alat yang sangat membantu untuk melibatkan 
  anak-anak ke dalam suatu cara yang menyenangkan untuk menemukan, 
  menggunakan, dan mengingat kebenaran-kebenaran dan ayat-ayat 
  Alkitab.

  Contoh:

  1. Memadankan kata-kata dalam Alkitab dengan artinya bisa memberi
     kesempatan bagi para guru untuk menanyakan kepada anak-anak,
     kapan mereka boleh menunjukkan kualitas kata yang mereka maksud.
     
  2. Permainan ",20 Pertanyaan" (murid-murid memberikan pertanyaan yang
     jawabannya ya atau tidak) tentang tokoh-tokoh Alkitab bisa
     membawa anak-anak untuk memikirkan berbagai tindakan atau
     kualitas dari masing-masing tokoh.
     
  3. "Puzzle" ayat-ayat Alkitab memberi kesempatan yang berulang kali
     untuk melihat kembali arti dan penerapan ayat tersebut.

  Manfaat Permainan Alkitab

  Melalui permainan Alkitab, anak bisa belajar:

  1. mendapatkan informasi baru, 2. melihat kembali kebenaran-kebenaran Alkitab, 3. membangun kemampuan dalam menggunakan Alkitab dan mencari
     bahan-bahan, 4. meningkatkan keterampilan melalui latihan, 5. menerapkan kebenaran Alkitab, 6. menghafal ayat; dan
  7. meningkatkan keterampilan mereka dalam berinteraksi di suatu
     kelompok (bergantian, adil, dan jujur).

  Tips untuk Memimpin Permainan

  1. Jelaskan peraturannya dengan jelas dan sederhana.
     Sangat menolong bila peraturan permainan itu ditulis. Pastikan
     Anda menjelaskan peraturan itu secara bertahap.

  2. Ajaklah untuk "latihan" dulu.
     Bila permainan baru pertama kali dilakukan bersama murid-murid
     Anda, berlatihlah dulu. Cara terbaik bagi anak-anak untuk 
     mempelajari peraturan adalah dengan benar-benar memainkan
     permainannya.

  3. Pilihlah permainan yang sesuai dengan tingkat keterampilan
     murid-murid Anda.
     Bila Anda tahu bahwa beberapa anak di kelas Anda tidak dapat
     membaca atau menulis sebaik anak-anak yang lainnya, hindari
     permainan yang keberhasilannya sangat bergantung pada kemapuan
     membaca dan menulis. Saat melakukan permainan, di mana 
     murid-murid harus menjawab pertanyaan-pertanyaan, sarankan agar 
     mereka yang mendapat giliran bisa menjawab pertanyaan atau 
     meminta bantuan salah satu anggota timnya untuk menjawab 
     pertanyaan.

  4. Variasikan proses dalam membentuk tim.
     Biarkan anak-anak membentuk kelompok sendiri dengan 3 atau 4 
     anggota di masing-masing kelompok. Mainkan permainan secara
     bersama-sama. Kemudian umumkan bahwa setiap anak dalam tim itu
     yang memakai sesuatu yang paling menyolok, harus pindah ke tim
     lain. Kemudian mainkan lagi. Saat Anda mengulang proses rotasi
     ini, variasikan metode rotasinya sehingga anak-anak selalu
     bermain dengan teman yang berbeda. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Sunday School Smart Pages
  Judul asli artikel: Everyone`s a Winner in These Games
  Editor: Wes dan Sheryl Haystead
  Penerbit: Gospel Light, Ventura 1992
  Halaman: 117

______________________________________________________________________
o/ AKTIVITAS o/

             PERMAINAN IMAJINASI UNTUK USIA 2 -- 3 TAHUN

  Riset membuktikan bahwa permainan imajinasi sebenarnya sangat
  bermanfaat bagi anak karena jenis permainan ini mengasah kemampuan
  atau keterampilan anak dalam pemecahan masalah. Sedikitnya ada tiga
  cara untuk mengajak anak terlibat dalam permainan imajinasi, yaitu:

  1. Berpura-pura melakukan sesuatu.
     Misalnya cerita perjamuan di Kana. Sebelum Anda masuk dalam inti
     cerita tentang Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur, ajak anak
     terlibat untuk memeragakan keasyikan dan pekerjaan di dapur,
     sehingga mereka bisa merasakannya.

     "Anak-anak, tahu tidak? Di sebuah pesta pernikahan, kita harus
     memasak banyak sekali makanan. Tentu bapak dan ibu koki (juru
     masak) akan sangat sibuk mempersiapkan makanan dan minuman yang
     akan dihidangkan kepada para tamu. Kita bantu mereka, yuk!"

     Gunakan tangan Anda untuk memeragakan cara menggunakan pisau
     dalam mengiris sayur dan buah (beri contoh dan ajak anak
     memeragakannya bersama Anda). Lakukan beberapa variasi gerakan,
     seperti mengiris kecil-kecil (gerakan lebih lambat dan arahkan
     tangan lebih dekat ke wajah Anda), mengiris kotak-kotak (setelah
     gerakan vertikal, dilanjutkan dengan gerakan horisontal),
     mengupas buah (dengan gerakan setengah lingkaran seperti mengupas 
     kulit buah apel), atau mungkin mencincang daging (dengan gerakan 
     tangan yang lebih cepat). Semakin ekspresif Anda memeragakannya, 
     imajinasi anak-anak akan semakin hidup.

     Ada banyak sekali kisah di Alkitab yang bisa diperagakan tanpa
     batuan alat apa pun selain anggota tubuh kita sendiri dan sedikit
     imajinasi. Misalnya, Petrus mencoba berjalan di atas air, perahu
     murid-murid ditiup angin kencang, Yesus memberi makan lima ribu
     orang, Marta sibuk menjamu Tuhan Yesus dan murid-murid yang
     berkunjung ke rumahnya, dan sebagainya.

  2. Menggunakan alat yang ada (dengan segala keterbatasannya) untuk
     menciptakan sebuah "dunia" atau "cerita" yang sedang dibayangkan.
     Misalnya, cerita tentang Tembok Yerikho. Ajak anak membangun
     Tembok Yerikho menggunakan balok kayu atau "hawblocks". Atau
     cerita tentang murid-murid Tuhan Yesus yang sedang menjala ikan
     di atas perahu. Ajak anak membuat perahu dengan menggunakan
     kardus atau karpet "eva mats" yang dirangkai seperti bentuk 
     kapal. Anak-anak dapat masuk ke dalammnya menggunakan jaring 
     plastik (biasanya digunakan untuk membungkus bawang atau bola 
     plastik) sebagai jala ikan. BIsa juga ditambahkan kain biru yang 
     dipegang kedua sisinya oleh guru atau anak, dan digerak-gerakkan
     sedemikian rupa sehingga menyerupai gelombang air.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Membuat Kelas Batita yang Menyenangkan di Sekolah Minggu
  Penulis: Meilania
  Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
  Halaman: 101 -- 103

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

          IDE-IDE PERMAINAN DALAM SITUS PURNAWAN KRISTANTO
      http://www.geocities.com/purnawankristanto/permainan.htm

  Ingin menambah koleksi ide-ide permainan untuk acara sekolah minggu
  di gereja Anda? Halaman permainan di situs milik Purnawan Kristanto
  ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi Anda. Purnawan Kristanto
  sendiri telah menulis enam buku khusus berisi permainan-permainan
  kreatif yang dapat digunakan dalam sekolah minggu maupun persekutuan
  di gereja Anda. Beberapa isi bukunya dituangkan dalam halaman
  Permainan di situs ini. Saat info ini kami turunkan, ada lima belas
  macam permainan yang dapat Anda ambil untuk menambah koleksi ide
  permainan Anda. Ada permainan untuk kelompok, permainan perorangan,
  permainan berpasangan, permainan menggunakan alat, maupun permainan
  tanpa alat. Silakan telusuri sendiri halaman ini dan dapatkan
  ide-ide kreatif di dalamnya.

  Oleh: Davida (Redaksi)

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/

             Bermain lebih dari sekadar bersenang-senang,
            bermain merupakan kebutuhan hidup seorang anak.

______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org