Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/396

e-BinaAnak edisi 396 (20-8-2008)

Murid dengan Kebutuhan Khusus: Autis

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 396/AGUSTUS/2008

  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL 1: Apakah Autis Itu dan Apa yang Bisa Kita Lakukan?
  - ARTIKEL 2: Agama dan Autis (Perspektif Kristen)
  - BAHAN MENGAJAR: Hati yang Bersatu
  - WARNET PENA: Bahan Seputar Autis di Situs TELAGA
  - MUTIARA GURU

______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,
  
  Pada awalnya, sebelum ada istilah autis, anak yang terkena autis 
  dilihat sebagai anak yang mengalami keterbelakangan mental atau 
  "schizophrenia". Diagnosa ini semakin lama semakin berkembang di 
  dalam ilmu kedokteran. Lalu bagaimana sebenarnya autis pada anak dan 
  langkah positif apa yang bisa kita ambil untuk menolong mereka agar 
  dapat bersosialisasi dengan anak normal lainnya? Edisi publikasi 
  e-BinaAnak kali ini secara khusus mengangkat tentang anak dengan 
  kebutuhan khusus, yaitu anak penyandang autis. 
  
  Kami sajikan artikel yang mengajak Anda mengetahui lebih banyak 
  tentang apa itu autis dan tips yang bisa dipakai dalam menangani 
  anak autis. Jangan lewatkan pula artikel mengenai penerimaan anak 
  autis di gereja. Pelayan anak, selamat menyimak edisi publikasi 
  e-BinaAnak kali ini dan selamat mengaplikasikannya di tempat 
  pelayanan Anda. Tuhan Yesus memberkati.
    
  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari 

   "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat
     dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)	
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Roma+15:1 >
          
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/
  
           APAKAH AUTIS ITU DAN APA YANG BISA KITA LAKUKAN?

  Autis adalah penyakit atau gangguan pada perkembangan otak yang 
  diperkirakan menyerang 1 dari 1.000 orang di Amerika. Orang yang 
  menderita autis biasanya kurang mampu berbahasa dan tidak mampu 
  bergaul dengan lingkungan sosialnya. Sekitar 80% dari jumlah 
  penderita autis adalah laki-laki. Mengapa demikian, alasannya tidak 
  diketahui oleh para peneliti.

  Hal yang juga tidak diketahui adalah penyebab autis. Segala sesuatu 
  dari perubahan genetik hingga kontak kandungan ibu dengan penyakit 
  sampai ketidakseimbangan kimia telah dipersalahkan. Namun ternyata, 
  faktor-faktor orang tua bisa diabaikan sebagaimana yang dianjurkan 
  oleh beberapa peneliti.

  Walaupun diinformasikan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan 
  penyakit anak mereka ini, beberapa orang tua terus-menerus 
  mengatakan bahwa mereka merasa bersalah karena tidak mampu 
  berinteraksi dengan anak mereka. Berikut ini adalah apa yang 
  diketahui tentang autis.

   1. Kesulitan dengan kemampuan organisasi. Penderita autis, lepas 
      dari kemampuan intelektual mereka, ternyata memiliki kesulitan 
      mengatur diri mereka sendiri. Seorang pelajar autis mungkin bisa 
      menyebutkan tanggal-tanggal bersejarah setiap perang yang 
      terjadi, namun selalu lupa membawa pensil mereka ke kelas. 
      Murid-murid ini bisa menjadi seorang yang sangat rapi atau 
      paling jorok. Orang tua harus selalu ingat untuk tidak 
      memaksakan kehendaknya pada mereka. Mereka hanya tidak mampu 
      mengatur diri mereka sendiri tanpa pelatihan yang spesifik. 
      Seorang anak penderita autis memerlukan pelatihan kemampuan 
      mengatur dengan menggunakan langkah-langkah kecil yang spesifik 
      supaya berfungsi dalam situasi sosial dan akademis.
   
   2. Seorang penderita autis memiliki masalah dengan pemikiran yang 
      bersifat abstrak dan konseptual lepas dari apa yang dikatakan 
      orang tua. Beberapa penderita autis akhirnya memeroleh kemampuan 
      abstrak, namun ada juga yang tidak. Hindari kalimat pertanyaan 
      yang mengundang perdebatan saat berbicara dengan anak autis. 
      Sebaiknya Anda mengatakan, "Saya tidak suka kalau kamu tidak 
      mandi. Ayo, masuk ke kamar mandi dan mandi sekarang. Kalau kamu 
      butuh bantuan, saya akan menolongmu, tapi saya tidak akan 
      memandikanmu." Hindari menanyakan pertanyaan yang panjang lebar. 
      
   3. Peningkatan tingkah laku tak wajar mengindikasikan peningkatan 
      stres dalam banyak situasi, terutama situasi yang tidak akrab, 
      akan menyebabkan stres sehubungan dengan perasaan atau hilangnya 
      kontrol. 
      
   4. Perilaku mereka yang berbeda janganlah diambil hati. Penderita 
      autis seharusnya tidak dianggap sebagai seorang yang selalu 
      berperilaku menyimpang atau ingin menyakiti perasaan orang lain 
      atau mencoba membuat hidup menjadi sulit bagi orang lain. 
      Seorang penderita autis jarang bisa bersikap manipulatif. 
      Umumnya, perilaku mereka merupakan hasil dari usaha mereka 
      keluar dari pengalaman yang menakutkan atau membingungkan. 
      Penderita autis, secara alami karena ketidakmampuan mereka, 
      memiliki sifat egosentris. Kebanyakan penderita autis menghadapi 
      masa-masa sulit untuk bisa memahami reaksi orang lain karena 
      adanya ketidakmampuan persepsi.
   
   5. Gunakan kata-kata dengan makna sesungguhnya. Secara sederhana, 
      katakanlah apa yang Anda maksudkan. Jika pembicara tidak sangat 
      mengenal si penderita autis, sebaiknya mereka menghindari 
      penggunaan singkatan/panggilan, ejekan, kalimat bermakna ganda, 
      idiom, dan sebagainya.
   
   6. Ekspresi wajah dan isyarat-isyarat lainnya biasanya tidak 
      berhasil. Mayoritas penderita autis memiliki kesulitan 
      membaca ekspresi wajah dan menafsirkan bahasa tubuh atau 
      perilaku dengan kesan-kesan tertentu.
   
   7. Seorang penderita autis nampak tidak mampu mempelajari sebuah 
      tugas. Ini merupakan sebuah tanda bahwa tugas atau tugas-tugas 
      itu terlalu sulit baginya dan perlu disederhanakan. Cara lainnya 
      adalah menghadirkan tugas-tugas itu dengan cara yang berbeda, 
      baik secara visual, fisik, maupun verbal. 
   
   8. Hindari terlalu banyak informasi atau kata-kata. Para guru dan 
      orang tua harus jelas dan menggunakan kalimat-kalimat pendek 
      dengan bahasa yang sederhana untuk menyampaikan maksud mereka. 
      Jika anak-anak tidak punya masalah pendengaran dan bisa 
      memerhatikan Anda, ia mungkin kesulitan memisah-misahkan apa 
      yang diajarkan dan informasi lainnya.
   
   9. Tetaplah konsisten dan persiapkan atau berikan sebuah daftar   
      pendek pelajaran yang akan Anda ajarkan. Tulislah pada sebuah 
      grafik. Datangi mereka setiap hari pertama-tama dengan anak yang 
      muda. Jika perubahan terjadi, katakan padanya dan ulangi 
      informasi tentang perubahan itu.
  
  10. Meskipun rasanya mustahil, adalah mungkin untuk mengatur sikap 
      anak autis. Kuncinya ialah konsistensi dan pengurangan stres 
      pada anak. Juga dianjurkan untuk melakukan penambahan sikap 
      sosial yang positif yang dilakukan secara rutin.
  
  11. Hati-hati dengan lingkungan. Dalam banyak contoh, seorang 
      penderita autis bisa sangat sensitif dengan apa yang ada dalam 
      ruangan. Cat tembok warna cerah atau dengungan lampu pijar 
      sangat mengganggu bagi para penderita autis. Untuk membuat 
      perubahan yang berarti, guru dan orang tua perlu waspada dan 
      berhati-hati terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang ada.
  
  12. Anak yang memiliki perilaku menyimpang atau terus-menerus 
      membangkang merupakan sebuah tanda masalah. Sekalipun anak-anak 
      kadang-kadang berperilaku menyimpang atau membangkang, seorang 
      penderita autis sering kali bersikap demikian ketika dia 
      kehilangan kendali. Ini bisa menjadi sinyal bahwa seseorang atau 
      sesuatu di sekitarnya membuatnya marah atau terganggu. Hal yang 
      sangat menolong ialah keluar dari lingkungan itu atau 
      menyuruhnya menuliskan apa yang mengganggunya, tetapi jangan 
      mengharapkan sebuah respons positif, misalnya ia melanjutkan 
      untuk mengerti apa yang sedang terjadi dan apa artinya. Metode 
      keberhasilan lainnya adalah permainan peran dan mendiskusikan 
      apa yang membuatnya marah atau berkelakuan buruk. Biarkan ia 
      menjawab karena ia berpikir Anda akan meresponi tingkah lakunya. 
      Memanfaatkan aktivitas ini akan menolong untuk mengurangi 
      kepadatan sebuah situasi sehingga mengubah fokusnya dengan 
      memerhatikan apa yang mengganggunya.
  
  13. Jangan menduga apapun saat mengevaluasi kemampuan atau 
      keahliannya. Orang-orang yang menangani anak-anak autis 
      melaporkan bahwa beberapa orang autis sangat pintar matematika, 
      tetapi tidak mampu menghitung uang kembalian yang sederhana di 
      kasir. Atau, mereka memiliki kemampuan mengingat setiap kata 
      yang ada dalam sebuah buku yang dibacanya atau pidato yang ia 
      dengar, tetapi tidak ingat untuk membawa kertas ke kelas atau 
      di mana ia menaruh sepatu olahraganya. Perkembangan kemampuan 
      yang tidak seimbang merupakan sifat autisme. 
  
  14. Kunci untuk bekerja dengan penderita autis ialah bersabar, 
      berpikiran positif, kreatif, fleksibel, dan objektif.

  Tips tambahan bagi para orang tua.

  1. Temuilah dokter.
     Jika Anda menduga anak Anda menderita autis, temui seorang dokter 
     ahli dan mintalah diagnosa. Mintalah penjelasan kepada mereka dan 
     tanyakan sebanyak mungkin pertanyaan yang menurut Anda perlu 
     ditanyakan. Bersikaplah kritis! Jangan menunggu mereka memberikan 
     informasi kepada Anda karena Anda akan menunggu begitu lama tanpa 
     jawaban.
   
  2. Pelajarilah hak-hak orang cacat.
     Biasakanlah diri dengan tindakan-tindakan orang cacat. Jangan 
     takut untuk mengajukan permintaan pada dokter medis, sekolah, 
     pengurus sekolah, atau para guru. Mereka hanya akan melakukan apa 
     yang diperintahkan atau diminta pada mereka. Dalam hal ini, 
     kesabaran, kegigihan, pengetahuan, dan sikap menghormati akan 
     memberikan hasil yang baik.
   
  3. Carilah bantuan.
     Banyak anak cacat tidak pernah memeroleh bantuan karena orang tua 
     mereka merasa takut dan malu. Ingat, tidak ada hal yang telah 
     Anda lakukan yang menyebabkan kecacatan ini terjadi. Orang lain 
     juga memunyai masalah yang serupa. Ada pertolongan untuk anak 
     Anda. Teruslah mencari informasi.
   
  4. Bersabarlah.
     Jangan menyerah. Ingatlah bahwa anak Anda tidak suka bertindak 
     seperti itu, tetapi mereka hanyalah berusaha untuk mendapatkan 
     perhatian dari dunia dan sekitar mereka.
   
  5. Jangan berulang-ulang berusaha melatih sebuah tugas kepada anak. 
     Penderita autis biasanya menolak perubahan aktivitas rutin. 
     Memaksa anak autis melakukan sesuatu justru bisa menjadi 
     malapetaka. Lebih baik jika Anda melihat ia mengalami kesulitan, 
     mundurlah dan cobalah untuk memecahkan tugas itu menjadi sesuatu 
     yang lebih sederhana dan mudah dikerjakan. Ini artinya ia telah 
     mencapai batasnya -- sebagaimana kita semua juga bisa demikian. 
     Cobalah untuk memberikannya pilihan. Ini akan memberinya indra 
     kontrol dan stabilitas diri. (T/Silvi)
  
  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: FaithWriters
  Judul asli artikel: Autism: What Is It And What Can Be Done?
  Penulis: Stephen A. Peterson
  Alamat URL: http://www.faithwriters.com/article-details.php?id=28047
  
  Bahan ini juga dapat dilihat di:
  Nama situs: Situs Christian Counseling Center Indonesia (C3I)
  Alamat URL: http://c3i.sabda.org/apakah_autis_itu_dan_apa_yang_bisa_kita_lakukan
 
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL 2 o/

                 AGAMA DAN AUTIS (PERSPEKTIF KRISTEN)

  Bagi beberapa keluarga, pengalaman bergereja sering kali merupakan 
  tradisi yang diturunkan. Keluarga-keluarga lain mengenali kebutuhan 
  mereka akan tempat berlindung secara rohani dan mengasuh untuk 
  pertama kalinya dalam hidup mereka pada saat mereka memiliki anak 
  atau pada masa-masa sulit lainnya. 

  Contoh kasih "agape" atau kasih tak bersyarat yang Kristus berikan 
  merupakan contoh tertinggi bagi pemahaman kita terhadap peran 
  penerimaan di gereja. Sangat banyak orang tua dan saudara kandung, 
  begitu pula dengan penyandang autis itu sendiri, yang diminta untuk 
  pergi atau merasa sangat tidak nyaman sehingga mereka kehilangan 
  bagian hidup mereka yang paling berharga, dan pada saat mereka 
  benar-benar membutuhkan pertolongan. 
  
  Perilaku-perilaku yang dikaitkan dengan autis sering kali 
  menimbulkan tantangan untuk pengalaman keluarga gereja, sehingga 
  saya sering kali bertanya-tanya sendiri: "Bila bukan gereja, lalu di 
  mana seseorang bisa diterima apa adanya dengan kasih yang tak 
  bersyarat dan mendapatkan perhatian?" Keluarga orang percaya perlu 
  memiliki suatu gereja di mana seluruh anggota keluarganya 
  digembalakan. Dengan menyatupadukan penyandang autis sebagai anggota 
  gereja, dan dengan memberikan bantuan serta pendidikan yang luas 
  untuk komunitas itu, gereja menjadi terbuka bagi seluruh keluarga 
  dan pada gilirannya keluarga itulah yang memperkuat gereja melalui 
  pengalaman-pengalaman iman yang dibagikan. 
  
  Tips untuk Mendukung Penerimaan
    
  1. Mulailah menghubungi. 
     Pada umumnya, para orang tua ingin menghubungi pendeta atau guru 
     sekolah minggu untuk memperkenalkan dan menyiapkan mereka untuk 
     membagikan pengalaman keberhasilan kepada semua orang. Berikan 
     informasi tentang tujuan-tujuan pendidikan dan diskusikan 
     metode-metode komunikasinya. 
  
  2. Diskusikan harapan-harapan Anda. 
     Saat menghadiri kebaktian, ada baiknya berdiskusi dengan pemimpin 
     kebaktian tentang apa yang dia harapkan. Dengan demikian, 
     pemimpin kebaktian dapat menawarkan dukungan kepada keluarga itu, 
     misalnya seseorang yang menemaninya saat orang tuanya harus 
     menghadiri kebaktian atau menemani anak penyandang autis ke 
     tempat yang nyaman saat dia mulai bosan. 
  
  3. Siap sedialah. 
     Kebanyakan orang tua yang berpengalaman tahu bahwa semua anak dan 
     beberapa orang dewasa menjadi gelisah saat di gereja. Siap 
     sedialah dengan benda-benda yang menyita konsentrasi, misalnya 
     pita karet, gambar-gambar, buku-buku, atau suatu benda dengan 
     fokus visual, yang bisa sangat membantu khususnya bila 
     benda-benda itu memiliki pengaruh rohani untuk memerluas 
     pengalaman penyembahan dengan cara yang berbeda. Benda-benda yang 
     memberikan kenyamanan dan keamanan di rumah bisa pula disediakan 
     di gereja. 
  
  4. Cepatlah menyesuaikan diri. 
     Karena ada anggapan yang mengatakan bahwa penyandang autis 
     mengalami hal-hal secara menyeluruh, maka pemandangan, suara, dan 
     bahkan bau dalam ruang ibadah atau ruang kelas harus 
     diperhatikan. Mengunjungi ruang ibadah dan ruang kelas di gereja 
     pada saat ruang tersebut kosong bisa memberi kesempatan kepada 
     mereka untuk menggali berbagai hal dengan berbagai cara yang 
     mungkin tidak bisa dilakukan bila ada banyak orang dalam ruangan 
     itu. Dengan izin khusus, seseorang juga bisa belajar memainkan 
     organ atau piano untuk melatih anak terhadap suara keras yang 
     mungkin tiba-tiba atau kadang-kadang terdengar selama ibadah. 
  
  5. Mengajar melalui contoh. 
     Pemimpin ibadah bisa dengan sopan memperingatkan perilaku yang 
     menganggu dengan kata-kata yang sederhana dan tidak kasar. 
     "Senang sekali kamu bisa ikut ibadah hari ini, Tom," setelah 
     mengatakan hal ini pemimpin ibadah bisa melanjutkan pelajaran 
     lagi seolah-olah apa yang dilakukan oleh Tom tadi adalah hal yang 
     wajar. Penerimaan dari pemimpin ibadah adalah hal yang sangat 
     penting. Kepekaan dan perencanaan strategi gabungan adalah 
     penting. 
  
  6. Jalinlah hubungan dengan teman sebaya. 
     Untuk menolong supaya hubungan dan persahabatan dapat bertumbuh, 
     teman sebaya yang bertanggung jawab untuk mendampingi secara 
     bergiliran bisa membantu menciptakan dukungan yang memadai bagi 
     anak sambil membantu timbulnya suasana penerimaan.
  
  7. Bantulah setiap anak untuk merasa diterima. 
     Beberapa orang dewasa atau anak-anak harus merasakan peran 
     kepemimpinan yang hangat melalui sapaan kepada setiap anak dengan 
     kontak mata: "Hai, ... (nama anak)", atau tepukan di bahu. Ini 
     sering kali merupakan hal yang sederhana, namun perlu dilakukan 
     untuk menyampaikan firman Tuhan. Usaha "bawah tanah" dalam 
     menyapa menciptakan suasana penerimaan. 
  
  8. Bersikaplah teguh. 
     Akhirnya, keluarga harus tetap teguh dalam iman mereka bahwa kita 
     semua memunyai tempat dalam pengalaman penyembahan. Bila ada satu 
     anggota yang hilang, maka pengalaman anggota yang lain pun 
     berkurang. 
  
  Anak-Anak dan Sekolah Minggu
  
  Dalam menjadi bagian dari komunitas orang percaya, semua orang 
  membutuhkan kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Melakukan 
  apa yang dilakukan orang lain dapat meningkatkan rasa diterima. Bagi 
  anak-anak di sekolah minggu, ide-ide berikut ini biasanya bisa 
  berhasil.
  
  1. Gunakan Alkitab.
     Doronglah anak supaya bisa membuka halaman Alkitab dengan benar. 
     Gunakan petunjuk atau tuntunan bagi anak supaya dapat membaca 
     seperti yang lainnya. 
     
  2. Berikan kesempatan berpartisipasi. 
     Berikan kesempatan pada anak untuk berpartisipasi saat berbagi
     atau mempelajari ayat hafalan. Anak penyandang autis diberi 
     kesempatan untuk berpartisipasi dengan dibantu orang lain supaya 
     dapat menyampaikan pesan. Tugas yang diberikan untuk dikerjakan 
     di rumah bisa menyatakan pengalaman-pengalaman mereka, dan bila 
     perlu bisa menjadi tambahan pokok doa.
  
  3. Berganti-ganti teman. 
     Ingatlah untuk mendorong mereka supaya menjalin persahabatan dan 
     berkenalan dengan berbagai teman dengan mengganti/tukar-menukar 
     teman sebaya dan pendamping.
  
  4. Gunakan petunjuk-petunjuk yang bisa dilihat. 
     Gunakan petunjuk tambahan yang bisa dilihat, misalnya gambar, 
     selama menyampaikan cerita sesuai dengan tingkat usia mereka. 
     Pelan-pelan, bila perlu ulangi cerita yang disampaikan sehingga 
     bisa dipahami oleh anak.
     
  5. Doronglah untuk meniru. 
     Doronglah, tetapi jangan memaksa, untuk meniru gerakan tubuh, 
     misalnya menganggukkan kepala dan melipat tangan untuk berdoa, 
     berdiri untuk menyanyi dan melihat orang yang sedang berbicara. 
     Hal ini tentu saja berbeda pada setiap individu, tetapi ini bisa 
     menolong untuk menciptakan sikap berdoa dan partisipasi.     
     
  Pemuda dan Partisipasi
  
  Pemuda dan orang dewasa penyandang autis bisa berpartisipasi 
  sebagian atau secara menyeluruh dalam berbagai cara, sama seperti 
  pemuda dan orang dewasa lainnya yang tidak autis. Partisipasi dan 
  pelayanan yang mendukung bagi orang lain adalah penting baginya dan 
  masyarakat atau komunitas.
  
  Saran-saran berikut ini didasarkan pada pendekatan yang diterapkan 
  pada penyandang autis tertentu.
  
  1. Sapalah orang lain dengan senyuman dan bagikan buletin pelayanan.
     
  2. Kumpulkan buletin-buletin dan kertas-kertas yang tertinggal di 
     bangku gereja setelah pelayanan, kembalikan ke ruang ibadah.
     
  3. Bawalah kantong persembahan untuk pelayanan berikutnya. Bawakan 
     makanan kecil dan minuman untuk anak-anak di kelas prasekolah.
     
  4. Kumpulkan dan berikan daftar hadir murid sekolah minggu ke 
     pengawas sekolah minggu. 
     
  5. Bantulah mengirimkan kartu-kartu atau makanan ke rumah anak  
     penyandang autis yang tidak bisa keluar rumah.
  
  6. Di hari libur bersama dengan para diakon, ikutlah dalam mengemas 
     dan mengirimkan makanan dan mainan untuk orang-orang yang 
     membutuhkan.
     
  Natal
    
  Orang Kristen merayakan kelahiran Kristus dengan banyak 
  pertunjukkan, tradisi, dan ritual budaya. Menambah sejenis pelayanan 
  penyembahan di gereja bisa memerkaya makna natal, sekaligus 
  menjadikan perayaan itu lebih pribadi. 
  
  1. Bicarakan aspek rohani dari masa natal melalui percakapan 
     sehari-hari. Jelaskan kegiatan dan perayaan yang akan datang 
     melalui metode yang lebih sederhana, misalnya melalui gambar, 
     permainan peran, dan cerita.
     
  2. Bawalah barang tertentu yang bisa mewakili beberapa elemen dari 
     perayaan liburan yang bisa diadakan selama ibadah. Barang itu 
     bisa berupa "kain bedung", bintang yang bersinar, tokoh-tokoh 
     pada masa kelahiran Kristus, atau kayu manis. Satu benda yang 
     melambangkan suatu peristiwa bisa menjadi bagian dari keseluruhan 
     pengalaman pada perayaan itu.
   
  3. Selama ibadah, tetaplah mengikuti alur pada buletin dan 
     siapkanlah anak bila ada musik yang suaranya keras dan dramatis. 
     Tutuplah telinga anak dan pelan-pelan bukalah telinga mereka, 
     hal ini bisa menolong mereka. Namun, bersiap-siaplah bila usaha 
     ini tidak berhasil; sesuatu yang dianggap musikal bagi seseorang, 
     belum tentu berlaku bagi orang lain.
     
  Memberi Hadiah -- Suatu Pendekatan yang Unik
  
  Salah satu gereja yang saya kenal memunyai suatu perayaan yang 
  menarik di awal Desember, di mana mereka berkumpul untuk mengenalkan 
  talenta dan karunia rohani dari anggota-anggotanya -- sebuah nuansa 
  tukar-menukar hadiah yang sedikit berbeda dari biasanya. Dari yang 
  muda hingga yang tua, dengan talenta dari yang artistik dan musikal 
  hingga karunia belas kasih dan keramahan, semuanya ada. Ini 
  merupakan tradisi yang baik yang patut ditiru oleh gereja lain. 
  
  Sebagaimana halnya dengan penyandang autis, saya tahu ada orang yang 
  memiliki perhatian penuh pada setiap detail yang bisa dilihat, yang 
  bisa ditunjukkan dengan contoh-contoh gambar kesukaannya. Saya juga 
  tahu orang lain yang memiliki senyum hangat yang pernah saya lihat. 
  Teman saya ini juga menunjukkan sikap mementingkan kepentingan orang 
  lain, dan menjadi seorang yang sangat ramah.
  
  Tanggung Jawab Masyarakat

  Memperkenalkan konsep bahwa tanggung jawab setiap jemaat merupakan 
  tanggung jawab bersama, yang dipikul bersama. Inilah persekutuan 
  yang benar. Partisipasi dan penerimaan atas penyandang autis 
  seharusnya tidak dipikul oleh seseorang atau bahkan beberapa 
  sukarelawan yang "dilatih" atau "diberi" tugas. Anak-anak dan pemuda 
  akan membutuhkan tuntunan untuk bisa memudahkan penerimaan, demikian 
  pula dengan orang dewasa. Perlahan-lahan, fokus pendampingan khusus 
  seharusnya tidak diperlukan lagi karena setiap orang menerima 
  tanggung jawab bersama.
  
  Membutuhkan usaha dan niat untuk menolong penyandang autis menemukan 
  karunianya. Tetapi dalam melakukan latihan ini, kita semua akan 
  ditantang untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan oleh individu 
  tersebut. Dengan memberikan penerimaan terhadap satu individu, kita 
  bisa menemukan kebutuhan setiap individu dalam keluarga dengan 
  memberi kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi dalam 
  komunitas orang percaya. (t/Ratri)
    
  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Autism Society of Amerika
  Judul asli artikel: Religion and Autism (The Christian Perspective) 
  Penulis: Terri Connolly
  Alamat URL: http://www.autism-society.org/site/PageServer?pagename=life_fam_religion
                  
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/
    
                          HATI YANG BERSATU
    
  Alat Peraga: 
  Kertas Marmer Merah, Gunting
  
  Ayat Alkitab: 
  Filipi 1:3-11
  
  Tema: 
  Kita menyatukan hati kita dengan orang lain pada saat kita memberi.
        
  Anak-anak akan suka sekali melihat perubahan ini. Untuk ketenangan 
  Anda sendiri, berlatihlah jauh-jauh hari sebelumnya supaya 
  lipatan/potongan yang Anda buat itu tidak tampak ragu-ragu. 
  
  Perhatikan saya melipat kertas ini. (Lipat kertas menjadi persegi 
  panjang.) Kertas ini dilipat menjadi bentuk persegi panjang. Saya 
  dapat menggunting salah satu sudutnya dan sudut yang lain.
  
  Lalu saya dapat menggunting bentuk lengkung pada sudut bagian atas 
  dan saya menggunting bentuk lengkung pada sudut lain. Kalau kertas 
  ini dibuka, maka akan terlihat bentuk hati yang menyatu. 
  
  Ada cara-cara lain guntingan hati-hati ini dapat disatukan. Kalau 
  kita memerhatikan orang lain, artinya kita menyatukan hati kita. 
  Kita menunjukkan kepada mereka bahwa kita memerhatikan dan 
  mengasihi mereka melalui perbuatan kita kepada mereka. 
  
  Tuhan mau kita memerhatikan dan mengasihi orang lain. Dengan 
  cara-cara apakah kamu dapat memerhatikan orang lain? (Tunggu 
  tanggapan anak-anak dan beri mereka dukungan setelah mereka menjawab 
  cara-cara mengasihi orang lain.)
  
  Perbuatan-perbuatan itu adalah cara-cara kita dapat memerlihatkan 
  kasih dan perhatian kita kepada orang lain. Kalau kamu melakukan 
  hal-hal seperti itu, artinya kamu membagikan dan menyatukan hatimu 
  dengan hati orang lain.
  
  Jadi, seperti kertas bentuk hati yang menyatu ini, demikian juga 
  hati-hati kita di dalam gereja ini dapat disatukan kalau kita saling 
  mengasihi dan memerhatikan dengan menggunakan bakat-bakat dan 
  kemampuan kita. Pada saat kita melakukannya, maka kita membagikan 
  kasih dari hati Tuhan.
  
  Mari kita berdoa:
  Ya, Tuhan, terima kasih kami memiliki begitu banyak hal yang dapat 
  kami berikan kepada orang lain. Tolong kami untuk menyatukan hati 
  kami dengan mereka. Amin. 
      
  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Ceritakan untuk Anak-Anak Sekolah Minggu (Buku 1)
  Penulis: Donna McKee Rhodes
  Penerbit: Gospel Press, Batam 2002
  Halaman: 133 -- 134
    
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
   
                BAHAN SEPUTAR AUTIS DI SITUS TELAGA
     http://www.telaga.org/transkrip.php?memahami_autisme.htm
   
  Apakah para pelayan anak ingin mengetahui informasi lengkap seputar 
  autis? Situs Tegur Sapa Gembala Keluarga (TELAGA) sekiranya dapat 
  membantu melengkapi pengetahuan Anda. Pembahasan seperti ciri-ciri 
  anak autis, tipe anak autis, lalu langkah apa yang bisa dilakukan 
  oleh orang tua yang memiliki anak autis, tersedia dalam bentuk MP3 
  yang bisa Anda unduh dan dalam bentuk transkripnya. Menu tersebut 
  bisa Anda dapatkan di bagian kanan atas halaman tersebut. Pelayan 
  anak, silakan Anda dapatkan selengkapnya artikel tersebut dan 
  sekiranya bisa memberkati Anda.
   
  Kiriman: Kristina Dwi Lestari
   
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/
  
       Seorang pendidik yang baik tahu bahwa apa yang menjadi
     keterbatasan yang ada pada anak layan kita adalah semangat
         kita untuk memberikan yang terbaik bagi Allah.
    
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org