Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/355

e-BinaAnak edisi 355 (31-10-2007)

Kelas Madya

 

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                           355/Oktober/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL       : Anak Madya (Akhir Masa Anak-Anak)
  - TIPS          : Pantomim Anak-Anak Madya
  - BAHAN MENGAJAR: Siapakah yang Bisa Berbicara dengan Tuhan?
  - WARNET PENA   : Bahan Natal dari PEPAK
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Kristus,

  "Sekolah minggu kali ini tidak menyenangkan, Bu! Soalnya tadi
  digabung sama kelas kecil". Fenomena seperti ini mungkin pernah Anda
  temui. Hal semacam ini adalah kejadian nyata yang sering kita jumpai
  pada anak-anak madya yang lebih senang berinteraksi dengan
  teman-teman sebaya mereka. Hal ini jelas menegaskan pandangan
  Wright, seorang psikolog anak, bahwa anak usia 7 -- 11 tahun
  meluangkan lebih dari empat puluh persen waktunya untuk berinteraksi
  dengan teman sebaya. Pemahaman mereka akan diri sendiri juga semakin
  berkembang dan lebih senang mempelajari keterampilan yang praktis.
  Edisi berikut akan menyibak perkembangan kehidupan anak madya dan
  metode mengajar yang dapat diterapkan bagi mereka. Selamat menyimak
  dan kiranya memberkati Anda.

  Redaksi Tamu e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari

       "... kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
              puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya
      dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya."
                            (Mazmur 78:4)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Mazmur+78:4 >


                           o/ ARTIKEL o/

                             ANAK MADYA
                       (AKHIR MASA ANAK-ANAK)
                       ======================
                   Diringkas oleh: Davida Welni Dana

  Usia sepuluh tahun merupakan titik perubahan dalam kehidupan seorang
  anak; sebagai orang tua maupun pendidik, kita tidak boleh lagi
  menganggap mereka sebagai anak kecil. Sudah terlihat perbedaan yang
  nyata antara anak lelaki dan perempuan.

  Ciri-ciri umum untuk periode ini adalah kesehatannya rata-rata baik
  sekali; kegiatannya lebih banyak dan lebih beraneka ragam daripada
  sebelum maupun sesudah usia ini; tidak cepat lelah, pikirannya
  sangat tajam, lebih kebal terhadap udara dingin, bahaya, kecelakaan,
  maupun terhadap pencobaan.

  Sukar untuk menentukan dengan tepat kapan masa ini dimulai. Dr.
  Weigle menyatakan bahwa seorang anak yang normal dapat dikatakan
  memasuki akhir masa anak-anak apabila ia sudah mulai membaca dengan
  mudah. Bila seorang anak sudah dapat membaca buku-buku dan dapat
  mengerti isinya, maka kehidupannya memasuki lingkungan yang baru,
  lebih luas, dan menantang dia untuk melakukan penyelidikan dengan
  lebih giat.

  PERKEMBANGAN JASMANI

  Anak madya sudah mulai membedakan sikap di antara anak laki-laki dan
  perempuan. Perhatian dan kesenangan mereka berbeda. Mereka kurang
  merasa nyaman berteman dengan jenis kelamin yang berlainan. Fisik
  anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki. Dalam
  masa ini, kesehatan mereka baik dan tenaga mereka tidak terbatas.

  PERKEMBANGAN MENURUT NALURI

  1. Secara naluri, anak madya cenderung merasa diri sudah mandiri.
     Mereka mulai menjauhkan diri dari pengawasan dan suka mengambil
     keputusan sendiri. Mereka biasanya sudah menentang penindasan dan
     paksaan terhadap diri mereka. Dalam usia ini, sangat penting bagi
     para pendidik untuk mulai memerhatikan dan memahami mereka lebih
     dalam lagi. Mendengarkan pendapat anak madya tanpa serta-merta
     menentangnya, merupakan hal yang bijaksana untuk dapat bekerja
     sama dengan mereka. Dengan cara ini pula, pendidik memperoleh
     kesempatan mengarahkan anak madya untuk bertindak mandiri dan
     mengambil keputusan yang tepat bagi diri mereka.

  2. Anak madya juga suka dengan dunia luar. Mereka memiliki naluri
     seorang petualang. Kegiatan seperti berburu, memancing, lintas
     alam, dan sebagainya, akan sangat menarik bagi mereka.

  3. Naluri untuk memiliki barang atau koleksi pribadi, dimiliki anak
     di usia ini. Mereka juga suka membandingkan benda-benda
     koleksinya dengan kepunyaan anak-anak lain.

  4. Anak madya memiliki naluri untuk bersaing. Keinginan untuk
     berbuat sesuatu bagi dirinya sendiri membangkitkan semangat
     bersaing dalam diri anak tersebut. Ia ingin memperoleh kemenangan
     bagi dirinya sendiri maupun kelompoknya. Naluri untuk bersaing
     ini dapat digunakan oleh guru untuk kegiatan-kegiatan yang dapat
     menyalurkan naluri tersebut dengan tepat dan bermanfaat.

  5. Anak madya suka berkelompok. Hal ini biasanya dilakukan untuk
     meningkatkan kemampuan mereka untuk bergaul dan untuk memajukan
     kepentingan mereka sendiri maupun kepentingan anak-anak yang
     lain.

  6. Keinginan untuk berkelahi juga dimiliki anak madya. Biasanya
     timbul untuk membela diri. Yang menimbulkan perkelahian biasanya
     adalah naluri untuk membela diri, semangat bersaing, kegiatan
     yang berlebih-lebihan, prinsip, berebutan, terpaksa berkelahi
     demi mendapatkan keinginannya. Dalam hal ini, guru madya memegang
     kewajiban untuk menolong anak-anak ini menyelesaikan
     perselisihan-perselisihan pribadi mereka secara Kristen dan
     agar kecakapan dalam hal berkelahi itu akan mereka gunakan untuk
     menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih tepat.

  PERKEMBANGAN MENTAL

  1. Anak-anak madya cenderung haus akan bacaan. Usia ini merupakan
     saat yang tepat untuk mengembangkan minat baca mereka dengan
     memberikan berbagai jenis buku yang baik kepada mereka. Jangan
     memaksa mereka untuk membaca buku yang isinya terlalu berat dan
     tidak menarik. Bisa jadi, minat baca mereka malah akan hilang.
     Doronglah mereka untuk membaca buku-buku yang "sehat", yaitu
     bacaan yang akan memberikan semangat pada pikiran dan membakar
     angan-angan. Saat ini juga merupakan saat yang tepat untuk
     memberikan Alkitab pribadi kepada mereka. Jika mereka telah
     memilikinya, doronglah mereka untuk membacanya tiap hari. Di
     sekolah minggu, guru dapat menjelaskan lebih dalam mengenai
     Alkitab: tentang penggolongan buku-buku dalam Alkitab, perjuangan
     mereka yang menyusun dan mempertahankan Alkitab, dan lain-lain.
     Hal tersebut akan menambah penghargaan mereka terhadap Alkitab.

  2. Anak-anak madya suka berkhayal. Hanya saja, daya khayalnya
     sekarang condong menjadi lebih realistis, bukan berupa fantasi
     belaka. Mereka ingin mendengar cerita-cerita yang sungguh-sungguh
     terjadi dan mendengarkan cerita-cerita baru. Periode di mana
     mereka ingin mendengar sebuah cerita berulang kali telah berlalu.
     Sebagai contoh, bila seorang guru berkata, "Anak-anak, saya akan
     menceritakan penolakan Daniel terhadap santapan baginda
     kepadamu." Maka akan disambut dengan, "Oh, kami sudah mengetahui
     cerita itu." Tentu saja sesungguhnya mereka tidak mengetahuinya
     sebab yang mereka maksudkan hanyalah bahwa mereka pernah
     mendengarnya. Sebaliknya, jika kita mulai bercerita dengan metode
     ini, "Anak-anak, saya akan menceritakan sebuah cerita tentang
     seorang pemuda yang menemukan suatu rahasia penting yang dapat
     menyebabkan tubuh menjadi kuat dan sehat." Dengan cara itu, kita
     dapat menggerakkan rasa ingin tahu mereka sehingga akhirnya akan
     memperoleh perhatian mereka.

  3. Ingatan terbaik anak ada dalam masa ini. Pekerjaan menghafal
     sangat cocok untuk mereka. Misalnya, menghafalkan nama
     kitab-kitab dalam Alkitab, ayat-ayat Alkitab, dan apa saja yang
     dapat dimasukkan di dalam pikiran, kata demi kata. Akan tetapi,
     guru harus mengingat bahwa murid-murid mungkin menghafal tanpa
     memahami pokok persoalannya sehingga hal itu dapat menipu guru ke
     dalam pemikiran bahwa anak-anak telah mengerti pelajaran yang
     diberikan itu.

  4. Anak madya waspada sekali. Tak ada suatu pun yang luput dari
     perhatiannya, bahkan meskipun saat mereka terlihat tidak
     memerhatikan kata-kata kita. Inilah saatnya untuk mengajar
     melalui bahan-bahan yang kelihatan. Penilaiannya juga sedang
     berkembang. Mereka dapat membedakan hal-hal yang menarik atau
     tidak bagi mereka. Dengan cepat mereka dapat mengetahui kurangnya
     persiapan seorang guru dan bisa jadi mereka meragukan pelajaran
     yang diajarkan jika hal itu berlawanan dengan kelakuan guru
     tersebut.

  5. Anak madya mulai berpikir untuk diri sendiri. Tentu saja
     pemikiran mereka belum matang. Untuk itu, mereka harus didorong
     untuk memikirkan dan mempertimbangkan segala sesuatu. Guru-guru
     anak madya harus menyempurnakan diri mereka dengan metode
     mengajar melalui "tanya-jawab".

  PERKEMBANGAN SOSIAL

  1. Pemisahan jenis kelamin
     Anak laki-laki pada usia ini memandang remeh anak perempuan. Anak
     perempuan menganggap laki-laki terlalu "kasar dan sombong". Anak
     laki-laki pada usia ini senantiasa mengganggu saudara perempuan
     maupun teman-temannya. Hal ini tidak boleh diartikan sebagai
     suatu kekejaman, tetapi hanyalah sebagai suatu sifat dari anak
     laki-laki pada usia ini.

  2. Kerja sama
     Anak madya laki-laki tertarik akan permainan-permainan yang
     memberikan kesempatan kepadanya untuk bersaing dan untuk
     memperlihatkan kecakapannya. Mereka lebih menyukai
     permainan-permainan yang memungkinan dia bertindak demi
     kesuksesan regunya. "Saya" digantikan oleh "kami".

  3. Perhatian untuk kelompok
     Naluri berkelompok membawa motif-motif baru dalam kehidupan
     seorang anak. Dia cenderung menaruh perhatian akan pendapat
     teman-temannya. Dia sangat menghargai pendapat "kelompok".
     "Pahlawan" dari kelompoknya menjadi contoh baginya dan
     undang-undang kelompok itu menjadi undang-undangnya. Satu alasan
     mengapa seorang anak laki-laki tidak ingin menjadi pemuda "yang
     patut dicontoh" adalah karena keadaan itu akan menjadikan dia
     berbeda dengan teman-temannya.

  PERKEMBANGAN WATAK

  1. Anak madya mengembangkan rasa kesetiaan yang tajam dan kuat. Ia
     ingin berlaku "jujur" dan melakukan tugasnya. Kesetiaan ini
     menanamkan satu perasaan tentang apa yang mulia, adil, dan benar
     dalam hatinya. Tentu saja dalam beberapa hal, mungkin
     pengertiannya akan hal-hal tersebut belum sempurna, namun masih
     merupakan kebaikan juga. Dengan menghargai kesetiaannya dan
     memercayai dia, kita akan mendapat pintu masuk ke dalam hidupnya.

  2. Usia anak madya merupakan masa "memuja pahlawan". Sifat ini tidak
     terbatas hanya sampai pada periode ini. Kakak-kakaknya mungkin
     lebih cenderung lagi kepada "memuja pahlawan" daripada dia.
     Tetapi, seorang anak madya memang sedang membentuk pendirian dan
     cita-citanya. Kekagumannya akan kekuatan, keberanian, kejantanan,
     dan kebenaran tentu saja akan menyebabkan dia mengagumi figur
     yang memiliki sifat-sifat ini.

     Sifat memuja pahlawan pada anak madya dapat menjadi dasar yang
     baik untuk mengenalkan Yesus. Kristus yang lembut, rendah hati,
     dan yang menderita akan menarik perhatiannya setelah melewati
     masa ini. Pada usia madya, Yesus harus ditunjukkan sebagai Juru
     Selamat yang besar, dan sebagai Pembuat pekerjaan-pekerjaan yang
     ajaib. Apabila anak-anak menghormati Dia karena
     perbuatan-perbuatan-Nya, mereka akan belajar mengasihi Dia karena
     kebaikan-Nya.

  3. Masa ini disebut masa pembentukan kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan
     lebih mudah dibentuk sekarang daripada dalam waktu-waktu lain di
     dalam kehidupannya. Dalam periode ini, perkembangan istimewa dari
     sel-sel otaknya menjadikan anak itu mudah berubah dan mudah
     dipengaruhi. Oleh karena itu, waktu ini adalah saatnya untuk
     mementingkan kebiasaan-kebiasaan rohani, seperti pembacaan
     Alkitab setiap hari, berdoa setiap hari, menghadiri gereja dengan
     tetap, atau memberikan persembahan. Perangai seorang anak
     digambarkan oleh jumlah seluruh kebiasaan-kebiasaannya. "Seorang
     anak laki-laki yang baik" adalah seorang yang memunyai
     kebiasaan-kebiasaan yang baik. "Seorang anak laki-laki yang
     buruk" adalah seorang yang memunyai kebiasaan-kebiasaan yang
     buruk.

  PERKEMBANGAN ROHANI

  Dalam masa ini, seorang anak mudah berubah, sanggup memahami hal-hal
  yang serius dari kehidupan, dan mudah menerima Injil. Karena itu,
  masa ini adalah masa yang tepat untuk mempersiapkan anak menerima
  Kristus. Pengajaran apakah yang paling cocok untuk meningkatkan
  kemajuan rohani anak madya? Nona Addie Marie French menyarankan
  rancangan berikut ini.

  A. Mengajar dia tentang Allah sebagai:
     1. Pencipta yang Mahakuasa,
     2. Yang Mahabijaksana,
     3. Bapa sekalian orang yang menerima Yesus sebagai Juruselamat,
     4. Kasih, dan
     5. Keadilan.

  B. Mengajar dia tentang Yesus sebagai:
     1. Juru Selamat,
     2. Sahabat, dan
     3. Pahlawan terbesar yang pernah hidup.

  C. Mengajar dia tentang Roh Kudus sebagai:
     1. Penolong (yang diam di dalam kita dan menolong kita untuk
        berbuat benar);
     2. Pemimpin (yang menunjukkan apa yang kita harus kerjakan); dan
     3. Yang menjalankan kehidupan Kristus di dalam kita.

  D. Membimbing dia untuk menghargai Alkitab sebagai:
     1. firman Allah,
     2. peraturan tingkah laku, dan
     3. jawaban yang menentukan untuk setiap pertanyaan.

  E. Memimpin anak madya ke dalam pengalaman yang sungguh tentang
     Kristus sebagai Juru Selamat.

  Diringkas dari:
  Judul buku   : Penyelidikan Anak
  Penulis      : Myer Pearlman
  Penerbit     : Gandum Mas, Malang 1986
  Halaman      : 40 -- 54


                             o/ TIPS o/

                       PANTOMIM ANAK-ANAK MADYA
                       ========================

  Anak-anak madya senang untuk melebih-lebihkan sesuatu dan mereka
  senang berbicara dengan memakai gerak tangan, mata, dan sebagainya.
  Guru dapat menanggapi kecenderungan ini dengan menggunakan drama
  sebagai alat mengajar. Permainan menebak kata atau ucapan dengan
  melakonkannya itu bisa efektif sekali.

  Sesudah serangkaian pelajaran tentang Perjanjian Lama, seorang guru
  madya membicarakan kemungkinan untuk mengulangi pelajaran-pelajaran
  itu dalam bentuk pantomim dengan murid-muridnya. "Mainan anak
  kecil!" kata Dani. Seluruh kelas tertawa terkekeh-kekeh.

  Sang guru tahu bahwa ia akan bertanggung jawab atas kesuksesan atau
  kegagalan rencananya. Ia membicarakan pokok itu dengan serius dan
  penuh semangat sebab ia yakin akan keefektifannya.

  Pertama-tama, ia membicarakan latar belakang komunikasi. Bagaimana
  orang-orang pada zaman Perjanjian Lama mengadakan komunikasi?
  Tulisan apa yang mereka pakai? Dapatkah semua orang membaca apa yang
  tertulis? Bagaimana orang-orang berbicara dengan orang yang
  bahasanya tidak mereka mengerti?

  "Isyarat dan gerak tangan," jawab murid-murid dengan serentak.

  Guru melanjutkan dengan bertanya apakah orang-orang zaman sekarang
  berbicara dengan isyarat? Apakah pantomim merupakan bahasa isyarat?
  Bagaimana harus berpantomim? Bagaimana bisa berkomunikasi tanpa
  bicara? Tanpa apa-apa di tangan?

  Ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, anak-anak menyimpulkan
  bahwa apabila bermain drama, seseorang dengan sendirinya "masuk ke
  dalam diri" orang lain dan melakukan apa yang akan dilakukan orang
  itu. Agar orang lain mengerti apa yang hendak disampaikan, kita
  berbicara dengan memakai gerak tangan.

  Tetapi kita juga harus menjiwai apa yang kita ucapkan. Apabila
  merasa sedih, kesedihan itu harus dicerminkan dengan seluruh tubuh
  maupun wajah. Apabila bergembira, angkatlah muka dan senyum. Apabila
  dalam suasana berdoa, tunjukkan dengan merentangkan lengan,
  menengadahkan muka, dan rupa muka yang penuh penyembahan. Tetapi
  yang terutama ialah kita harus menghayati penyembahan itu. Apabila
  seseorang sungguh-sungguh menjiwai peranannya, gerakan badan dan
  ekspresi wajah akan timbul dengan sendirinya. Tetapi kita juga harus
  melakonkannya sedemikian rupa sehingga orang lain seolah-olah
  melihat apa yang kita pegang dan apa yang sedang kita lihat.

  "Dapatkah kita mencoba memantomimkan cerita-cerita yang telah kita
  pelajari dan meminta anak-anak lain menerkanya?" tanya seorang
  gadis.

  "Ya! Ya!" seru anak-anak itu bersama.

  Maka murid-murid itu dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok
  memilih satu cerita dan memberi tahu guru, cerita mana yang mereka
  pilih sehingga tidak simpang siur. Setiap kelompok harus memainkan
  pantomimnya di hadapan dua kelompok lainnya.

  Kelompok pertama memilih cerita "Ishak Dikorbankan". Inilah cara
  mereka berpantomim.
  a. Dua anak laki-laki masuk dari sebelah kanan. Mereka itu Abraham
     dan Ishak. Abraham berjalan ke tengah-tengah ruangan. Ishak
     tinggal berdiri di belakang.
  b. Abraham berhenti, menengadah seperti mendengarkan sesuatu. Ia
     mengangkat tangannya seperti memohon sesuatu. Ia mendengar,
     tangan tetap terangkat. Kemudian ia menurunkan tangannya dengan
     lemas dan kepalanya tertunduk penuh kesedihan.
  c. Abraham menggeleng-gelengkan kepalanya, kemudian mendekati Ishak,
     memegang tangan Ishak, dan membawanya ke tengah-tengah ruangan.
     Ishak gembira sekali. Abraham sedih.
  d. Abraham menelentangkan Ishak di lantai. Ia lalu mengacungkan
     tangannya seolah-olah akan menikamkan pisau ke Ishak. Tiba-tiba
     mereka berdua tersentak mendengarkan sesuatu. Abraham berdiri
     dengan tangan masih terangkat.
  e. Ishak melompat berdiri. Abraham menuntun seorang anak laki-laki
     yang merangkak (domba) dan dibawanya ke tempat Ishak tadi
     terlentang.
  f. Abraham merebahkan anak (domba) itu di lantai. Ia menengadah
     kepada Allah dan menunjuk kepada anak (domba) itu seolah-olah
     berkata, "Inilah pemberianku kepada-Mu."

  Guru lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan anak-anak menerka
  ceritanya itu.

  Selanjutnya, kelompok dua membawakan cerita: "Istri Lot Berubah
  Menjadi Tiang Garam".
  a. Lot masuk, membuka pintu rumahnya dan duduk di lantai dekat
     pintu.
  b. Istri Lot dan dua anak perempuannya masuk. Istri Lot membuka
     pintu. Mereka masuk rumah dan berpura-pura memasak dan
     membersihkan rumah.
  c. Dua laki-laki masuk dan mengetuk pintu. Lot membukakan pintu dan
     bercakap-cakap dengan mereka. Dengan gerak-gerik tangan, kedua
     malaikat itu menunjukkan bahwa kota Sodom akan dimusnahkan. Lot
     harus segera meninggalkan kota itu bersama istri dan kedua
     anaknya.
  d. Lot menyampaikan pesan itu kepada istri dan anaknya. Mereka
     takut. Wanita-wanita itu membungkus makanan dengan kain dan
     masing-masing membawa bungkusan.
  e. Kedua malaikat mengisyaratkan bahwa mereka harus cepat-cepat
     pergi dan tidak boleh menoleh ke belakang.
  f. Lot berjalan paling depan dan ketiga perempuan itu mengikutinya.
  g. Kedua anak perempuan itu berjalan di belakang Lot sambil menatap
     ke depan.
  h. Istri Lot jalan pelan-pelan. Ia menoleh ke belakang, kemudian
     terhenti dengan kaku, tidak bergerak sama sekali. Sedangkan yang
     lain, termasuk kedua malaikat itu, berjalan terus.

  Kelompok ketiga hampir tidak sabar lagi untuk menebak cerita yang
  kedua supaya dapat memainkan ceritanya, yaitu "Musa Berada di
  Tengah-tengah Teberau".
  a. Ibu Musa berlari masuk ruangan sambil menangis tersedu-sedu. Ia
     menggendong bayinya.
  b. Miriam, anaknya, mengikutnya dengan membawa keranjang.
  c. Ibu meletakkan bayinya dalam keranjang. Diambilnya keranjang dari
     Miriam, lalu diletakkannya di tengah-tengah rerumputan yang
     tinggi, yang dikuakkan oleh Miriam. Dengan menangis, ibu pergi
     meninggalkan anaknya di situ.
  d. Miriam duduk bersembunyi di antara rumput-rumput itu untuk
     menjaga adiknya. Ia pura-pura mengintip bayi itu di sela-sela
     rumput.
  e. Putri Firaun masuk dengan dikawal dua hamba perempuannya. Ia
     memberi isyarat bahwa ia akan mandi di sungai. Kemudian ia
     mendengar suara tangis bayi. Ia berhenti. Ia menjenguk ke dalam
     keranjang.
  f. Sang Putri berisyarat kepada hambanya untuk membawakan keranjang
     itu.
  g. Hamba perempuan mengangkat keranjang itu dan menaruhnya di tanah
     di depan Putri.
  h. Putri mengangkat bayi itu dari dalam keranjang dengan rasa
     sayang. Ia berbicara kepada hambanya, sambil bertanya-tanya bayi
     siapa itu. Ia ingin memeliharanya. Ia berkata bahwa mereka
     harus mencarikan seorang pengasuh.
  i. Miriam mendengar. Ia menghadap Putri. Ia mengatakan bahwa ia akan
     membawakan pengasuh untuk bayi itu.
  j. Putri menganggukkan kepala.
  k. Miriam pergi dengan senang dan kembali lagi dengan menggandeng
     ibunya.
  1. Putri menaruh bayi itu kembali di keranjang dengan kasih sayang.
     Ia memberikan keranjangnya itu kepada ibu bayi itu sendiri.

  Sesudah anak-anak itu menerka siapa bayi yang ada dalam keranjang,
  siapa nama kakak perempuan bayi itu, dan siapa ayah Putri itu, jam
  pelajaran diakhiri dengan rasa puas. Tak ada lagi lontaran kalimat:
  "Mainan anak kecil." Nyatanya Dani berkata, "Bagus sekali! Ulangan
  yang paling baik yang pernah kita terima!"

  Jika cerita-cerita ini akan Saudara gunakan di dalam kelas, mungkin
  Saudara ingin menggunakan lebih dari satu jam pelajaran. Atau
  mungkin anak-anak ingin memilih cerita lain dan memantomimkannya
  secara spontan.

  Diambil dan diedit seperlunya dari:
  Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2
  Penulis   : tidak dicantumkan
  Penerbit  : Gandum Mas, Malang 1996
  Halaman   : 238 -- 240


                     o/ BAHAN MENGAJAR o/

            SIAPAKAH YANG BISA BERBICARA DENGAN TUHAN?
            ==========================================

  Ayat bacaan: Ibrani 4:16

  Cerita:

  Jika kamu berkunjung ke Jakarta dan ingin berbincang-bincang dengan
  presiden, apakah menurutmu kamu bisa bertemu dengannya hanya dengan
  datang ke Istana Negara kemudian berbincang-bincang dengannya?

  Tentu saja tidak. Kamu akan membutuhkan suatu undangan khusus karena
  presiden sangat sibuk dan tidak ada waktu untuk berbicara dengan
  semua orang yang ingin bertemu dengannya. Adalah suatu kehormatan
  besar bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan presiden, dan hanya
  ada sedikit orang yang bisa melakukannya.

  Tuhan jauh lebih besar daripada presiden sehingga kita berpikiran
  bahwa tidak ada seorang pun yang bisa berbicara dengan-Nya. Namun,
  memang aneh, Tuhan akan senang bila kita datang kepada-Nya dan Ia
  selalu siap untuk memberi kita undangan kapan pun kita mau.

  Bukankah akan sangat menyenangkan bila kita bisa bertemu dengan
  Pribadi yang menciptakanmu? Tidakkah akan sangat indah bila bisa
  berbicara dengan Seseorang yang bisa mengatakan apa saja yang ingin
  kamu ketahui, dan menolongmu dengan berbagai cara? Saya yakin bahwa
  kamu akan sangat kagum bila kamu mendapat suatu undangan untuk
  berbincang-bincang dengan Seseorang yang demikian. Demikian pula
  dengan Tuhan. Ia adalah Pribadi yang telah menciptakan segala
  sesuatu; Ia telah menciptakan bintang di langit dan ingin membuat
  hidupmu indah dan berguna. Tetapi Ia tidak pernah terlalu sibuk
  untuk menerimamu.

  Kamu bisa mengalami pengalaman yang indah dan menyenangkan dengan
  berbicara kepada Tuhan!

  Bila kamu ingin mengunjungi-Nya, kamu bisa melakukannya sekarang.
  Tutup matamu dan tundukkan kepalamu, pikirkan betapa Tuhan
  mengasihimu. Kemudian berbicaralah kepada-Nya tentang apa saja.
  Pertama kamu bisa mengucap syukur karena Ia sangat baik kepadamu.
  Bersyukurlah karena Ia mengutus Tuhan Yesus untuk mati guna menebus
  dosa-dosamu. Bersyukurlah atas baju hangat, orang tua, dan keluarga.
  Bersyukurlah karena kamu memiliki kesempatan untuk bersekolah
  sementara anak-anak di tempat lain tidak bisa bersekolah.

  Dan mungkin kamu ingin meminta sesuatu kepada-Nya karena Ia senang
  bila kamu bertanya dan meminta sesuatu. Mintalah supaya Ia
  memberkati ayah dan ibu serta menjaga dan membantu para penginjil
  dalam bekerja.

  Apakah Tuhan akan mendengarkanmu? Tentu saja! Ia ada di sini dan Ia
  tahu semua yang kamu katakan. Ia juga tahu semua yang kamu pikirkan.
  Bahkan kamu tidak perlu mengatakannya keras-keras saat kamu
  berbicara kepada Tuhan karena Ia bisa mendengarkanmu saat kamu
  berbicara di dalam hati.

  Yesus senang bila anak-anak-Nya datang dan berbicara kepada-Nya. Ia
  adalah Bapamu dan Temanmu, jadi berbicaralah kepada-Nya dan katakan
  kepada-Nya semua kebutuhan dan masalahmu, dan berterimakasihlah
  karena Ia sangat baik kepadamu.

  Suatu hari, seorang anak bernama John kehilangan kacamatanya dan ia
  tidak bisa menemukannya di mana pun. Ia mencarinya di meja di
  kamarnya dan di bawah sofa di lantai bawah, tetapi kacamata itu
  tidak ada. Ia mencari di lemari di mana ia kadang-kadang menaruh
  barang-barangnya, dan ia juga mencari di laci yang penuh dengan
  kertas dan pensil dan mainannya, tetapi kacamata itu tidak ada.

  Katherin, kakaknya, berkata, "Aku tahu ada Seseorang yang tahu di
  mana kacamatamu John."

  "Siapa?" kata John ingin tahu. "Apakah kamu? Apakah kamu yang
  menyembunyikannya?"

  "Bukan," kata Katherin, "tetapi Tuhan tahu di mana kacamata itu. Ia
  melihat kacamata itu. Mungkin kamu bisa meminta Dia untuk
  memberitahumu sehingga kamu tahu di mana kacamata itu."

  "Ide bagus," kata John. "Apakah kamu mau membantu aku mengatakannya
  kepada Dia?"

  Lalu kedua anak ini berlutut dan berdoa. John berkata, "Tuhan Yesus,
  Engkau tahu di mana kacamataku sedangkan aku tidak tahu. Apakah
  Engkau mau menolongku untuk menemukannya?"

  Dan Katherin berkata, "Tuhan Yesus, saat ini Engkau sedang melihat
  kacamata John dan Engkau bisa mengatakannya kepada kami sehingga
  kami bisa melihatnya juga. Tolonglah kami supaya bisa menemukan
  kacamata John."

  Dua minggu berlalu dan kacamata itu belum juga ditemukan. "Aku pikir
  kita harus membeli kacamata yang baru," kata Ibu dengan sedih. "Ibu
  harap harganya tidak akan terlalu mahal."

  Sore itu, saat anak-anak sedang bermain di garasi, Katherin dan John
  memutuskan akan naik untuk duduk di sebuah lemari yang digantung di
  atas mobil yang diparkir ayah kemarin malam. Sangat sulit untuk bisa
  naik ke lamari itu sehingga mereka memutuskan untuk menggunakan
  tangga milik ayah. Mereka menempatkan tangga itu di tempatnya lalu
  mereka mulai naik, dan di sanalah kacamata John tergeletak -- di
  lemari yang berdebu.

  Ini adalah kisah nyata, kecuali nama anak-anaknya dan satu atau dua
  detail dari cerita. Bagaimana kacamata itu bisa berada di sana? Tak
  seorang pun tahu. Tetapi Tuhan tahu di mana kacamata itu dan Ia
  menunjukkannya kepada anak-anak itu.

  Doa:
  ----
  Tuhan Yesus, kami bersyukur karena kami bisa datang kapan saja untuk
  mengatakan masalah-masalah kami kepada-Mu. Ajar kami untuk berdoa
  dan tolonglah kami supaya selalu ingat betapa besarnya Engkau dan
  betapa baiknya Engkau. Dalam nama Yesus kami mengucap syukur. Amin.
  (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku        : Devotions for the Children Hour
  Judul asli artikel: Who May Talk to God?
  Penulis           : Kenneth N. Taylor
  Penerbit          : Moody Press, Chicago 1977
  Halaman           : 165 -- 168


                          o/ WARNET PENA o/

                        BAHAN NATAL DARI PEPAK
                        ======================
                   http://pepak.sabda.org/topik/12

  Persiapan menuju perayaan Natal mungkin telah Anda dan rekan-rekan
  Anda lakukan. Untuk mencerahkan, cobalah Anda kunjungi situs PEPAK.
  Dapatkan berbagai bahan yang dapat Anda gunakan untuk persiapan
  Natal di sekolah minggu Anda melalui situs PEPAK. Tidak hanya
  artikel saja, drama Natal, cerita Natal, dan aktivitas Natal lainnya
  pun bisa Anda temukan di sana. Semua itu dapat Anda cari di topik
  Perayaan Hari Raya Kristen yang dapat diakses di alamat berikut.
  ==> http://pepak.sabda.org/topik/12/
  Untuk lebih memudahkan, Anda dapat mengetikkan kata Natal di dalam
  kotak pencarian; seluruh tulisan yang berhubungan dengan Natal akan
  muncul.

  Oleh: Redaksi


                          o/ MUTIARA GURU o/

                    Percakapan adalah laboratorium
                    dan bengkel kerja bagi murid.
                       - Ralph Waldo Emerson -


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
                  Redaksi Tamu: Kristina Dwi Lestari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org